PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

MENJELASKAN UNSUR INTRINSIK CERPEN

BAGI SISWA KELAS XII IPA 4 SMA NEGERI 1 WERU

PADA SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN 2014/2015

 

Heri Sriyanto

Guru SMA Negeri 1 Weru, Kabupaten Sukoharjo

 

ABSTRAK

Tujuan penelitian tidakan kelas ini adalah untuk meningkatkan kemampuan menjelaskan unsur intrinsik cerpen melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD bagi siswa kelas XII IPA 4 SMA Negeri 1 Weru pada semester 1 tahun pelajaran 2014/2015, sehingga dapat meningkatkan jumlah siswa yang dapat mencapai KKM (kriteria ketuntasan minimal) menjelaskan unsur intrinsik cerpen. Metode dan prosedur pelaksanaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan tiga siklus kegiatan. Ada empat langkah pokok dalam penelitian ini yaitu planning atau perencanaan, acting atau tindakan, observing atau pengamatan, dan reflecting atau refleksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan kemampuan menjelaskan unsur intrinsik cerpen. Peningkatan kemampuan menjelaskan unsur intrinsik cerpen ini ditandai oleh: (1) meningkatnya rata-rata nilai hasil belajar dari kondisi awal 64,08 menjadi 69,21 pada siklus ke-1, kemudian pada siklus ke-2 meningkat menjadi 73,42, dan pada siklus ke-3 menjadi 82,75. (2) meningkatnya jumlah siswa yang mencapai KKM (kriteria ketuntasan minimal) dari 8 siawa atau 33, 33% pada kondisi awal meningkat menjadi sejumlah 10 siswa atau 41,67% pada siklus ke-1, 13 siswa atau 54,17% pada siklus ke-2, dan 19 siswa atau 79,17% pada siklus ke-3. Sementara keenam tim belajar pada siklus ke-1 telah dapat mencapai predikat sebagai tim super dengan rata-rata skor tim 22,08, dan meningkat pada siklus ke-2 menjadi 22,92, serta pada siklus ke-3 rata-rata skor tim meningkat mendekati sempurna yaitu 27,5 poin.

Kata Kunci:     Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD, Peningkatan Kemampuan menjelaskan unsur intrinsik cerpen

ABSTRACT

The aim of this action research is to increase the ability to explain instrinsic element of a short story through cooperative learning model with STAD type for the students of class XII IPA 4 at State Senior High School of Weru in the first semester, academic year 2014/2015, in order to increase the number of students who reach KKM (minimum passing criteria) to explain instrinsic element of a short story.      Method and procedure which is used in the research is class action research with three activity cycles. There are four main steps in the research. They are planning, acting, observing, and reflecting. The result of the research shows that the use of cooperative learning model with STAD type can increase the ability to explain instrinsic element of a short story. The increase is signed by: (1) the increase of score average of learning result from early state 64,08 to 69.21 on the first cycle, then in the second cycle it becomes 73,42, and in the third cycle it becomes 82,75. (2) the increase of the number of students who reach KKM (minimum passing criteria) from 8 students or 33,33% in the early state to 10 students or 41,67% in the first cycle, 13 students or 54,17% in the second cycle, and 19 students or 79,17% in the third cycle. Six teams learning in the first cycle can reach the position as super team with the team score average 22,08, and increase in the second cycle to 22,92, then in the third cycle the team score average increase 27,5 points, close to be perfect.

Key Words:    Cooperative Learning Model with STAD Type, IncreasingAbility to explain instrinsic element of a short story

 

PENDAHULUAN

Pembelajaran kompetensi dasar ‘menjelaskan unsur intrinsik cerpen’ di kelas XII IPA dan XII IPS SMA Negeri 1 Weru pada semester 1 tahun pelajaran 2014/2015 dilakukan melalui model pembelajaran diskusi kelompok. Hal ini dilakukan mengingat kompetensi dasar tersebut pernah dipelajari pula di kelas sebelumnya sehingga setidaknya para siswa telah memiliki bekal pemahaman mengenai unsur intrinsik dari sebuah cerpen.

Pembelajaran di enam kelas paralel yaitu di kelas XII IPA 1-5 dan di kelas XII IPS 1 itu diawali dengan penyajian materi secara sekilas mengenai unsur intrinsik cerpen, kemudian para siswa ditanya apakah telah memahami atau belum mengenaiunsur intrinsik cerpen tersebut. Karena sebagian besar siswa menjawab sudah memahami, maka pembelajaran dilanjutkan dengan penugasan menjelaskan unsur intrinsik dari sebuah cerpen. Untuk itu, agar guru mengetahui penguasaan materi yang diajarkan, para siswa ditugasi untuk menjelaskan unsur intrinsik cerpen yang berjudul “Dompet” karya Putu Wijaya dalam diskusi kelompok dengan anggota empat anak setiap kelompoknya.Saat itu pembentukan kelompok diskusi dilakukan dengan menggabungkan dua meja depan dan belakang saja. Namun, karena pembentukan kelompok itu hanya dilakukansecara sembarangan, seperti dua meja menjadi satu yang penting setiap kelompok terdiri dari empat siswa, maka para siswa ada yang berpartner atau pasangan dengan teman yang ternyata memiliki kemampuan semua rendah. Akibatnya, kelompok itu tidak memiliki “motor penggerak” karena semua anggotanya terdiri dari siswa yang “kurang mampu”. Akan tetapi, ada kondisi yang sebaliknya yaitu terdapat kelompok yang penuh potensial karena anggota kelompoknya terdiri dari siswa yang “berprestasi tinggi”. Tentu saja kondisi seperti ini berpengaruh terhadap kemampuan dan nilai prestasi belajarnya ketika dilakukan evaluasi belajar tentang kompetensi dasar yang diajarkan tersebut.

Setelah kegiatan pembelajaran dengan diskusi kelompok ini dilaksanakan pada beberapa kelas di atas, ternyata di kelas XII IPA 4 yang berjumlah siswa 24anak, dengan rincian 5 siswa laki-laki dan 19 siswa perempuan ini tampak ada sebagian siswa yang kurang antusias dan cenderung pasif dalam kegiatan diskusi tersebut. Kondisi seperti ini tidak terjadi pada kelas XII paralel yang lain. Hal ini diduga karena kondisi diskusi kelompok semacam inidi kelas XII IPA 4 dirasa oleh sebagian siswa kurang menuntut rasa tanggung jawab secara individual dalam pembelajaran klasikal. Akibat dari kekurangantusiasansiswa dalam kegiatan ini, maka siswa kelas XII IPA 4 kurang berhasilmenjelaskan unsur intrinsik cerpen. Hal ini berdampak terhadap kemampuan menjelaskan unsur intrinsik cerpen rendah. Rendahnya kemampuan siswa dalam menjelaskan unsur intrinsik cerpen ini ditunjukkan oleh rendahnya rata-rata nilai hasil ulanganyang diperoleh siswa kelas tersebut dibandingkan dengan enam kelas paralel lainnya dari ulangan harian yang dilakukan oleh guru setelah selesai pembelajaran kompetensi dasar tersebut.

Adapun rata-rata nilai hasil ulangan kompetensi dasar menjelaskan unsur intrinsik cerpen kelas XII IPA 4 tersebut hanya sebesar 64,08 di bawah KKM kompetensi dasar menjelaskan unsur intrinsik cerpen kelas XII program IPA dan program IPS SMA Negeri 1 Weru tahun pelajaran 2014/2015 sebesar 75,00. Demikian pula, jumlah siswa yang dapat mencapai KKM atau tuntas belajar juga sangat rendah yaitu hanya sebesar 33,33%.

Oleh karena itu,perlu diupayakan pembelajaran ulang dengan menggunakan model pembelajaran yang menuntut tanggung jawab secara individual tingkat tinggi yang terkontrol oleh kelompok teman sesama belajar. Model pembelajaran yang dipandang dapat memenuhi harapan tersebut di atas adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions). Karena dengan model pembelajaran koopertif tipe STAD ini di samping diharapkan dapat memotivasi siswa supaya dapat saling mendukung dan membantu satu sama lain dalam menguasai kemampuan yang diajarkan oleh guru, juga menuntut tanggung jawab secara individual maupun secara tim atau kelompok. Jika para siswa ingin agar timnya mendapatkan penghargaan tim, mereka harus saling membantu teman dalam satu timnya untuk mempelajari materinya. Dengan demikian, tiap kelompok atau tim bertanggung jawab penuh terhadap anggotanya untuk benar-benar dapat menguasai materi pelajaran, karena dalam menghadapi kuis atau tes individual mereka tidak boleh saling membantu dalam mengerjakan kuis atau tesnya.

Berdasarkan fokus persoalan yang dikemukakan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian tindakan kelas ini adalah “Apakah melalui model pembelajaran kooperartif tipe STAD dapat meningkatkan kemampuan menjelaskan unsur intrinsik cerpen bagi siswa kelas XII IPA 4 SMA Negeri 1 Weru pada semester 1 tahun pelajaran 2014/2015?”

Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah (1) tujuan umum yaitu untuk meningkatkan kemampuan menjelaskan unsur intrinsik cerpen siswa SMA Negeri 1 Weru; dan (2) tujuan khusus yaitu untuk meningkatkan kemampuan menjelaskan unsur intrinsik cerpen melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD bagi siswa kelas XII IPA 4 SMA Negeri 1 Weru pada semester 1 tahun pelajaran 2014/2015.

Hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut: (1) sebagai masukan adanya pengalaman baru dalam pembelajaran aspek membaca, khususnya yang berkaitan dengan kompetensi dasar menjelaskan unsur intrinsik cerpensiswa kelas XII IPA 4 SMA melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD; dan (2) sebagai gambaran adanya strategi untuk meningkatkan kemampuan menjelaskan unsur intrinsik cerpen melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran membaca pada pelajaran bahasa Indonesia.

LANDASAN TEORI

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Menurut Trianto (2007:52) pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4 – 5 orang siswa secara hiterogen. Diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok.

Sugiyanto (2008:42) menjelaskan metode STAD dikembangkan oleh Robert E. Slavin dkk. dari Universitas John Hopkins. Metode ini dipandang sebagai metode yang paling sederhana dan paling langsung dari pendekatan pembelajaran kooperatif. Para guru menggunakan metode STAD untuk mengajarkan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu, baik melalui penyajian verbal maupun tertulis.

Sementara Harta dan Djumadi (2009:51) menjelaskan STAD merupakan model pembelajaran kooperatif yang mengelompokkan berbagai tingkat kemampuan yang melibatkan pengakuan tim dan tanggung jawab kelompok untuk pembelajaran individual.

Christina Ismiyati (anonim:5) menjelaskan pembelajaran kooperatif model STAD (student team achievement division) merupakan kegiatan pembelajaran yang mengunakan strategi pembelajaran kooperatif dengan langkah-langkah sebagaimana dijelaskan dalam cooperative learning – STAD Model.

Sedangkan Sudikin, Basrowi, dan Suranto (2008:160) model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu sistem pembelajaran kooperatif yang di dalamnya siswa dibentuk ke dalam kelompok belajar yang terdirri dari empat atau lima anggota yang mewakili siswa dengan tingkat kemampuan dan jenis kelamin yang berbeda. Guru memberikan pelajaran dan selanjutnya siswa bekerja dalam kelompoknya masing-masing untuk memastikan bahwa semua anggota kelompok telah menguasai pelajaran yang diberikan. Kemudian siswa melaksanakan tes atas materi yang diberikan dan mereka harus mengerjakan sendiri tanpa bantuan siswa lainnya. Nilai tes yang mereka peroleh, selanjutnya dibandingkan dengan nilai rata-rata yang mereka peroleh sebelumnya dan kelompok-kelompok yang berhasil memenuhi kriteria diberi nilai tersendiri sehingga nilai ini kemudian ditambahkan pada nilai kelompok.

Robert E. Slavin sebagimana diterjemahkan Lita (2009:11) menjelaskan tentang STAD (student team achievement division) adalah salah satu model pembelajaran kooperatif di mana para siswa dibagi dalam tim belajar yang terdiri atas empat orang yang berbeda-beda tingkat kemampuan, jenis kelamin, dan latar belakang etniknya. Guru menyampaikan pelajaran, lalu siswa bekerja dalam tim mereka untuk memastikan bahwa semua anggota tim telah menguasai pelajaran. Selanjutnya, semua siswa mengerjakan kuis mengenai materi secara sendiri-sendiri, di mana saat itu mereka tidak diperbolehkan untuk saling bantu.

Skor kuis para siswa dibandingkan dengan rata-rata pencapaian mereka sebelumnya, dan kepada masing-masing tim akan diberikan poin berdasarkan tingkat kemajuan yang diraih siswa dibandingkan hasil yang mereka capai sebelumnya. Poin ini kemudian dijumlahkan untuk memperoleh skor tim, dan tim yang berhasil memenuhi kriteria tertentu akan mendapatkan sertifikat atau penghargaan lainnya. Seluruh rangkaian kegiatan, termasuk presentasi yang disampaikan guru, praktik tim, dan kuis biasanya memerlukan waktu 3-5 periode kelas.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan mengenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD (student team achievement division) adalah model pembelajaran kooperatif di mana dalam pembelajaran para siswa dibentuk ke dalam kelompok belajar yang terdiri dari empat atau lima anggota yang berasal dari siswa dengan tingkat kemampuan dan jenis kelamin yang berbeda. Model pembelajaran ini diawali dengan guru memberikan pelajaran, selanjutnya siswa bekerja dalam kelompoknya masing-masing untuk memastikan bahwa semua anggota kelompok telah menguasai pelajaran yang diberikan. Kemudian siswa melaksanakan tes atas materi yang telah diberikan guru dan mereka harus mengerjakan sendiri tanpa bantuan siswa lainnya. Nilai tes yang mereka peroleh, selanjutnya dibandingkan dengan nilai rata-rata yang mereka peroleh sebelumnya dan kelompok-kelompok yang berhasil memenuhi kriteria tertentu diberi penghargaan.

Kemampuan Menjelaskan Unsur Intrinsik Cerpen.

Unsur intrinsik suatu cerpen

Menurut Kosasih (2003:251) struktur cerpen dibentuk oleh unsur-unsur sebagai berikut: (1) Tema merupakan inti atau ide dasar sebuah cerita. (2) Alur atau plot merupakan pola pengembangan cerita yang terbentuk oleh hubungan sebab akibat. (3) Latar (setting) merupakan tempat, waktu, keadaan suasana atau budaya yang mendukung peristiwa dalam cerita. (4) Tokoh adalah orang (individu rekaan) yang mengalami peristiwa atau berkelakuan di dalam berbagai peristiwa dalam cerpen. (5) Sudut pandang atau point of viewadalah posisi pengarang dalam membawakan cerita. (6) Amanat adalah ajaran moral atau pesan dikdaktis yang hendak disampaikan pengarang kepada pembaca melalui karya ceritanya. (7) Gaya bahasa yaitu penggunaan bahasa oleh pengarang untuk menciptakan suatu nada dan suasana persuasif serta merumuskan dialog yang mampu memperlihatkan interaksi antartokoh.

Dari uraian di atas yang dimaksud kemampuan menjelaskan unsur intrinsik cerpen dalam penelitian ini berarti kecakapan melakukan penjelasan atau menjawab atas pertanyaan segala sesuatu yang berkenaan dengan unsur intrinsik suatu cerpen.

Kerangka Berpikir

Model pembelajaran diskusi kelompok tentu biasa digunakan oleh guru dalam pembelajaran. Model pembelajaran ini umumnya dimulai dari penyajian materi. Setelah itu, guru biasanya melanjutkan kegiatan pembelajaran dengan bentuk diskusi kelompok. Dalam pembelajaran dengan diskusi kelompok ini proses pembentukannya umumnya diserahkan kepada siswa, sementara guru hanya membatasi jumlah anggota tidak boleh lebih dari empat. Teknik demikian ini ternyata belum dapat mengoptimalkan kemampuan siswa dalam memahami dan menguasai materi pembelajaran. Hal ini berakibat siswa tidak dapat mewujudkan kompetensi dasar dan indikator pembelajaran sebagaimana yang diharapkan. Itu semua salah satu akibat dari penerapan model pembelajaran yang kurang menuntut rasa tanggung jawab baik secara individual maupun secara tim atau kelompok.

Untuk mengubah kondisi dan keadaan di atas perlu diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Model pembelajaran ini menuntut rasa tanggung jawab siswa untuk berhasil baik secara individual maupun secara tim atau kelompok. Apalagi, untuk mempelajari kompetensi dasar menjelaskan unsur intrinsik cerpen. Kompetensi dasar ini menuntut kecermatan dan keterampilan siswa dalam membaca cerpen agar dapat menemukan unsur intrinsik cerpen tersebut. Dengan kerja tim atau kelompok yang baik dan sungguh-sungguh, maka akan dapat mewujudkan kompetensi dasar tersebut pada diri siswa. Untuk itu model pembelajaran kooperatif tipe STAD dipandang tepat untuk melaksanakan pembelajaran kompetensi dasar di atas.

Model pembelajaran ini diawali dengan penyajian materi yang menuntut para siswa untuk memperhatikan dengan sungguh-sungguh agar dapat menguasai materi yang disajikan tersebut. Penguasaan materi itu akan dipastikan pada saat bekerja dalam tim atau kelompok maupun dalam mengerjakan kuis atau tes individual.

Dalam bekerja secara tim atau kelompok, tim akan mendapat dua lembar-kegiatan dan dua lembar-jawaban. Dengan lembar-kegiatan dan lembar-jawaban itu para anggota tim akan dapat mengevaluasi diri sendiri dan teman dalam tim tentang penguasaan materi pembelajaran yang telah disampaikan guru.

Tim atau kelompok yang memiliki prestasi atau mencapai rata-rata skor tim sesuai dengan yang ditentukan akan mendapat penghargaan atau rekognisi tim. Dengan demikian, jika tim ingin agar timnya memperoleh penghargaan, maka anggota tim akan sungguh-sungguh bekerja dalam tim. Sehingga tim atau kelompok bertanggung jawab penuh terhadap para anggota timnya untuk benar-benar dapat menguasai materi atau kompetensi dasar yang dipelajarinya.

Pada akhir pembelajaran, para siswa akan dituntut mengerjakan kuis atau tes individual dan mereka tidak boleh saling membantu selama mengerjakan kuis atau tes tersebut, meskipun hasil kuis atau tes ini akan berpengaruh terhadap poin kemajuan dirinya dan skor tim atau kelompoknya. Dengan demikian, para siswa tidak bersaing dengan orang lain tetapi dengan diri sendiri. Semakin tinggi skor kuis atau tes yang diperoleh semakin tinggi pula poin yang dapat disumbangkan untuk skor tim atau kelompoknya. Jadi seberapa besar poin individu yang dapat disumbangkan terhadap poin kemajuan tim sangat ditentukan seberapa baik kinerja tim dan kinerja individu anggota tim.

Berdasarkan asumsi dan kerangka berpikir dalam model pembelajaran tersebut dapat diduga bahwa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan kemampuan menjelaskan unsur intrinsik cerpen siswa kelas XII IPA 4 SMA Negeri 1 Weru pada semester 1 tahun pelajaran 2014/2015.

Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, maka dapat diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut:“Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (student team achievement division) dapat meningkatkan kemampuan menjelaskan unsur intrinsik cerpen siswa kelas XII IPA 4 SMA Negeri 1 Weru pada semester 1 tahun pelajaran 2014/2015.”

METODE PENELITIAN

Setting Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada semester 1 tahun pelajaran2014/2015 mulai bulan September sampai dengan bulan Desember2014. Penelitian tindakan kelas ini perlu dilakukan karena guru ingin meningkatkan kemampuan siswa dalam menjelaskan unsur intrinsikcerpen bagi siswa kelas XII IPA 4, yang pada pembelajaran kompetensi dasar itu siswa kelas tersebut dipandang paling rendah kemampuannya dibandingkan dengan siswa pada kelas XII paralel lainnya.

Subjek Penelitian

Subjek yang akan diteliti dalam penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas XII IPA 4 SMA Negeri 1 Weru tahun pelajaran 2014/2015. Kelas XII IPA 4ini merupakan salah satu dari enam kelas XII SMA Negeri 1 Weru yang diampu guru, yang berjumlah enam kelas pararel. Siswa kelas tersebut terdiri atas24 siswa, dengan rincian 5 siswa laki-laki dan 19 siswa perempuan.

Sumber Data

Sumber data dalam penelitian tindakan kelas ini ada dua yaitu sumber data primer dan sumber data skunder. Sumber data primer dalam penelitian ini berupa kemampuan siswa kelas XII IPA 4 yang berjumlah 24 siswa dalam menjelaskan unsur intrinsik cerpen. Kemampuan siswa dalam hal ini ditunjukkan dalam bentuk: 1) Data rata-rata nilai kuis individual atau rata-rata nilai tes tertulis dan rata-rata poin kemajuan yang diperoleh siswa setelah mengerjakan kuis atau tes tertulis dalam bentuk pilihan ganda pada setiap siklusnya, 2) Data persentase jumlah siswa yang dapat mencapai KKM pada setiap siklusnya, dan 3) Data skor tim pada setiap siklusnya yang diperoleh dari rata-rata poin kemajuan siswa setelah mengerjakan kuis individual atau tes tertulis dalam bentuk pilihan ganda pada setiap siklunya.Sedangkan, sumber data skunder berupa hasil pengamatan terhadap: 1) Kinerja guru pada saat presentasi kelas dan belajar tim pada setiap siklus, dan 2) Kinerja siswa baik dalam tahap presentasi kelas maupun dalam kerja tim atau kelompok yang diperoleh pada tahap tindakan atau kegiatan belajar mengajar berlangsung pada setiap siklusnya.

Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Teknik dan alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah teknik tes dan teknik nontes. Teknik pengumpulan data dengan tes, dilakukan melalui tes atau kuis secara tertulis. Adapun mengenai teknik pelaksanaannya, subjek penelitian diminta mengerjakan atau menjawab kuis individual atau soal tes pilihan ganda dengan model lima option. Sedangkan teknik nontes dilakukan melalui pengamatan terhadap aktivitas guru dan aktivitas siswa baik pada saat pembelajaran atau presentasi kelas maupun pada saat bekerja tim selama proses belajar mengajar berlangsung.

Validitas data

Karena data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa hasil belajar yang berupa angka dari mengerjakan kuis atau soal, maka validitas data tersebut dilakukan dengan menentukan validitas instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data yaitu dengan rumusan kuis atau butir soal yang digunakan.

Adapun untuk memperoleh validitas instrumen tersebut dilakukan dengan menyusun kisi-kisi, menulis soal, membuat pedoman penskoran dan pedoman penilaian terhadap hasil belajar siswauntuk setiap siklusnyayang berkenaan dengan kompetensi dasar menjelaskan unsur intrinsik cerpen.

Analisis Data

Mengingat data yang diperoleh baik dengan teknik tes berupa nilai hasil belajar mengerjakan kuis atau tes maupun teknik nontes berupa hasil pengamatan dalam penelitian tindakan kelas ini bersifat kuantitatif yaitu berupa angka-angka, maka analisis data dilakukan dengan cara komparatif yaitu dengan membandingkan rata-rata nilai hasil belajar menjawab kuis atau tes, dan persentase jumlah siswa yang dapat mencapai KKM menjelaskan unsur intrinsik cerpen padakondisi awal dengan perolehan rata-rata nilai hasil belajar menjawab kuis atau tes dan persentase jumlah siswa yang dapat mencapai KKM menjelaskan unsur intrinsik cerpen setelah siklus 1. Disamping itu, juga melihat seberapa banyak tim atau kelompok yang dapat meraih predikat sebagai tim atau kelompok super. Berdasarkan hasil tersebut dapat ditentukan perlu tidaknya pelaksanaan siklus selanjutnya.Jika ternyata belum memenuhi indikator kinerja yang ditetapkan berarti diperlukan pelaksanaan siklus ke-2, bahkan siklus ke-3.

Indikator Kinerja

Indikator keberhasilan kinerja dalam penelitian tindakan kelas ini adalah meningkatnya kemampuan siswa dalam menjelaskan unsur intrinsik cerpen yang ditunjukkan dengan:1)Meningkatnya rata-rata nilai hasil belajar menjelaskan unsur intrinsik cerpensiswa kelas XII IPA 4 SMA Negeri 1 Weru dari kondisi awal 64,08 (enam puluh empat koma nol delapan) menjadi 75,00 (tujuh puluh lima koma nol).2)Meningkatnya persentase jumlah siswa yang dapat mencapai KKM (kriteria ketuntasan minimal) kelas XII IPA 4 SMA Negeri 1 Weru pada semester 1 tahun pelajaran 2014/2015 dari kondisi awal 33,33% menjadi 75,00%.3)Salah satu atau seluruh tim atau kelompok belajar siswa kelas XII IPA 4 dalam pembelajaran kompetensi dasar menjelaskan unsur intrinsik cerpen dapat meraih predikat sebagai Tim Super dengan rata-rata skor tim mendekati sempurna yaitu 27,5 poin.

Prosedur Penelitian

Dalam penelitian ini guru menggunakan metode penelitian tindakan kelas yang direncanakan dilakukanmelalui tiga siklus, yang disetting dan dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar pada mata pelajaran bahasa Indonesia. Selanjutnya, penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan maksud untuk memecahkan masalah dalam pembelajaran bahasa Indonesia di kelas, khususnya masalah 1) rendahnya rata-rata nilai hasil belajar menjelaskan unsur intrinsik cerpen, dan 2) rendahnya rata-rata persentase jumlah siswa yang dapat mencapai KKM kompetensi dasar menjelaskan unsur intrinsik cerpen siswa kelas XII IPA 4 SMA Negeri 1 Weru pada semester 1 tahun pelajaran 2014/2015.

Adapun langkah-langkah penelitian yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini bersifat reflektif tindakan dengan “pola pengkajian berdaur atau siklus”. Langkah ini berlangsung secara berulang-ulang yang terdiri atas: Planning (perencanaan, Acting (tindakan), Observing (pengamatan, dan Reflecting (refeksi).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Kondisi Awal

Kondisi awal menunjukkan bahwa siswa kelas XII IPA 4 SMA Negeri 1 Weru tahun pelajaran 2014/2015yang berjumlah 24 siswa, yang terdiri dari 5 siswa laki-laki dan 19 siswa perempuan, pada pembelajaran kompetensi dasar menjelaskan unsur intrinsik cerpenrata-rata kemampuan menjelaskan unsur intrinsik cerpen paling rendah dibandingkan dengan kemampuan siswa kelas paralel lainnya. Hal ini ditunjukkan oleh rata-rata nilai hasil belajar menjelaskan unsur intrinsik cerpentersebut hanya sebesar 64,08(enam puluh empat koma nol delapan) di bawah KKM menjelaskan unsur intrinsik cerpen kelas XII yaitu 75,00 (tujuh puluh lima koma nol). Rendahnya rata-rata nilai hasil belajar ini diduga disebabkan oleh kurang terkelolanya dengan baik model pembelajaran yang digunakan guru dalam pembelajaran sebelumnya. Hal ini berakibat jumlah siswa yang dapat mencapai KKM menjelaskan unsur intrinsik cerpenrelatif sedikit yaitu sekitar 33,33%.

 

 

Deskripsi Hasil dan Analisis Data Tiap Siklus

a.     Hasil belajar mengerjakan kuis individual

Tabel 1.1.Data Hasil Belajar Belajar Mengerjakan Kuis IndividualSiswa Kelas XII IPA 4 SMA Negeri 1 Weru pada Siklus ke-1, Siklus ke-2, dan Siklus ke-3

No.

uraian

Kondisi Awal

Hasil siklus 1

Hasil siklus 2

Hasil siklus 3

Σ Siswa

Nilai

Σ Siswa

Nilai

Σ Siswa

Nilai

Σ Siswa

Nilai

1

Rata-rata nilai hasil belajar

24

64,08

24

69,21

24

73,42

24

82,75

2

% siswa yang sudah mencapai KKM (telah tuntas)

8

33,33%

10

41,67%

13

54,17%

19

79,17%

3

% siswa yang belum mencapai KKM (belum tuntas)

16

66,67%

 14

58,33%

11

45,83%

5

20,83%

 

b.    Pencapaian Predikat Tim

Tabel 1.2. Data Pencapaian Predikat Tim atau Kelompok BelajarSiswa Kelas XII IPA 4 SMA Negeri 1 Weru pada Siklus ke-1, Siklus ke-2, dan Siklus ke-3

No

Nama Tim

Hasil Siklus

S Anggota

S Total Skor

Skor Tim

Predikat

1

2

3

1

2

3

1

2

3

1

2

3

1

Kutilang

4

4

4

70

80

110

18

20

27,5

Tim Super

Tim Super

Tim Super

2

Kepodang

4

4

4

80

70

110

20

17,50

27,5

Tim Super

Tim Super

Tim Super

3

Terkukur

4

4

4

100

100

110

25

25

27,5

Tim Super

Tim Super

Tim Super

4

Perkutut

4

4

4

90

100

110

23

25

27,5

Tim super

Tim Baik

Tim Super

5

Beo

4

4

4

100

100

110

25

25

27,5

Tim Super

Tim Super

Tim Super

6

Manyar

4

4

4

90

100

110

23

25

27,5

Tim Super

Tim Super

Tim Super

 

Jumlah skor tim

 

 

 

 

 

 

133

137,50

165,0

 

 

 

 

Rerata skor tim

 

 

 

 

 

 

22,08

22,92

27,5

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

c.     Hasil pengamatan terhadap proses pembelajaran

Tabel 1.3.Hasil Pengamatan Terhadap Aktivitas Siswa Kelas XII IPA 4 Saat Presentasi Kelas Pada Siklus ke-1, Siklus ke-2, dan Siklus ke-3

No

Uraian

Jumlah Siswa (anak)

Siklus ke-1

Siklus ke-2

Siklus ke-3

B

C

K

S

B

C

K

S

B

C

K

S

Persiapan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Kelengkapan sarana belajar

14 anak

8 anak

2 anak

24 anak

22 anak

2 anak

0 anak

24 anak

22 anak

2 anak

0 anak

24 anak

 

% aspek pengamatan kelengkapan sarana belajar

58,33%

33,33%

8,33%

100%

91,67%

8,33%

0,00%

100%

91,67%

8,33%

0,00%

100%

2.

Pelaksanaan pembelajaran

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Keantusiasan

13 anak

8 anak

3 anak

24 anak

21 anak

3 anak

0 anak

24 anak

21 anak

3 anak

0 anak

24 anak

 

% aspek pengamatan keantusiasan

54,17%

33,33%

12,50%

100%

87,50%

12,50%

0,00%

100%

87,50%

12,50%

0,00%

100%

 

Keseriusan

13 anak

8 anak

2 anak

24 anak

19 anak

4 anak

1 anak

24 anak

19 anak

4 anak

1 anak

24 anak

 

Tabel 1.4.Hasil Pengamatan Terhadap Aktivitas Belajar Tim Siswa Kelas XII IPA 4Pada Siklus ke-1, Siklus ke-2, dan Siklus ke-3

No

Uraian

Jumlah Siswa (anak)

Siklus ke-1

Siklus ke-2

Siklus ke-3

B

C

K

S

B

C

K

S

B

C

K

S

1.

Keantusiasan

17

4

3

24

17

6

1

24

22

2

0

24

% aspek pengamatan keantusiasan

70,83%

16,67%

12,50%

100%

70,83%

25,00%

4,17%

100%

91,67%

8,33%

0,00%

100%

2.

Keseriusan

16

3

5

24

22

2

0

24

21

3

0

24

% aspek pengamatan keseriusan

66,67%

12,50%

20,83%

100%

91,67%

8,33%

0,00%

100%

87,50%

12,50%

0,00%

100%

3.

Tanggung jawab

13

9

2

24

18

6

0

24

20

4

0

24

% aspek pengamatan tanggung jawab

54,17%

37,50%

8,33%

100%

75,00%

25,00%

0,00%

100%

83,33%

16,47%

0,00%

100%

4.

Kerja sama

11

9

4

24

15

7

2

24

20

3

1

24

% aspek pengamatan kerja sama

45,83%

37,50%

16,67%

100%

62,50%

29,17%

8,33%

100%

83,33%

12,50%

4,17%

100%

 

 

 

 

 

 

Tabel 1.5. Hasil Pengamatan Terhadap Aktivitas Guru Saat Presentasi Kelas dan Belajar Tim di Kelas XII IPA 4 dalam Pembelajaran dengan Model Kooperatif Tipe STAD pada Siklus ke-1, Siklus ke-2, dan Siklus ke-3

No.

Uraian

Poin Aktivitas Guru

Siklus ke-1

Siklus ke-2

Siklus ke-3

Σ Poin Partisipasi Maksimal

Σ Perolehan Poin Partisipasi

% Nilai Partisipasi

K

E

T

Σ Poin Partisipasi Maksimal

Σ Perolehan Poin Partisipasi

% Nilai Partisipasi

K

E

T.

Σ Poin Partisipasi Maksimal

Σ Perolehan Poin Partisipasi

% Nilai Partisipasi

K

E

T

1

Aktivitas guru dalam pembelajaran dengan model kooperatif tipe STAD

80

53

66,25%

Baik

80

63

78,75%

Amat

 

Baik

80

71

 

88,75%

Amat

 

Baik

 

Pembahasan Tiap Siklus dan Antarsiklus

Paparan data pada siklus ke-1 menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang digunakan guru dalam proses belajar mengajar dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menjelaskan unsur intrinsik cerpen. Peningkatan kemampuan itu ditunjukkan oleh meningkatnya perolehan angka rata-rata nilai hasil belajar dari kondisi awal sebesar 64,08 meningkat menjadi 69,21. Demikian pula, peningkatan itu ditunjukkan juga oleh data tentang meningkatnya jumlah siswa yang dapat mencapai KKM dari kondisi awal yang hanya 33,33% meningkat menjadi 41,67%. Bahkan, dari enam tim yang dibentuk dan diharapkan dapat meraih predikat sebagai tim super, seluruhnya telah dapat meraih predikat sebagai tim super. Akan tetapi, peningkatan dan keberhasilan tersebut jika dibandingkan dengan indikator kinerja penelitian yaitu rata-rata nilai hasil belajar yang diharapkan sebesar 75,00, jumlah siswa yang diharapkan dapat mencapai KKM sebesar 75,00%, dan salah satu atau seluruh tim diharapkan dapat meraih predikat sebagai tim super dengan rata-rata skor tim 27,5 poin, ternyata belum dapat memenuhinya.

Belum terpenuhinya indikator kinerja yang diharapkan pada siklus ke-1 ini karena aktivitas partisipasi guru dalam kegiatan belajar mengajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini belum optimal. Hal ini tampak dari perolehan poin partisipasi aktivitas guru dalam pembelajaran, baik pada saat presentasi kelas maupun belajar tim baru mencapai 53 poin dari poin maksimal 80 atau baru sekitar 66,25%. Akibat belum optimalnya aktivitas partisipasi guru dalam pembelajaran, maka aktivitas siswa dalam mengikuti presentasi kelas maupun dalam belajar tim juga tidak optimal. Tidak optimalnya aktivitas siswa dalam mengikuti presentasi kelas tampak dari data pengamatan terhadap aktivitas siswa saat mengikuti presentasi kelas yaitu masih ada sekitar 8,33% siswa yang kurang lengkap persiapan sarana belajar, 12,50% kurang antusias, dan 12,50% siswa kurang serius dalam mengikuti presentasi kelas. Sedangkan dalam kegiatan belajar tim 12,50% siswa kurang antuias, 20,83% siswa kurang serius, 8,33% kurang tanggung jawab terhadap tugas tim, dan 16,67% kurang kerja sama dalam menyelesaikan tugas tim.

Namun demikian, setelah guru meningkatkan aktivitas partisipasi dalam pembelajaran, baik saat presentasi kelas maupun saat belajar tim pada siklus ke-2, seperti mengingatkan para siswa agar menyiapkan sarana belajar secara lengkap, memberikan pertanyaan secara acak, memberikan penjelasan mengapa jawaban itu salah, memberikan penghargaan kepada siswa yang menjawab dengan benar, memberi pujian kepada tim yang aktif, memberi perhatian dengan berkeliling dari tim satu ke tim yang lain, memotivasi tim agar dapat memperoleh rekognisi tertinggi atau ‘super’ dengan rata-rata skor tim 27,5 dan sebagainya sebagaimana yang teridentifikasi masih lemah dari pengamatan terhadap aktivitas guru dalam tahap presentasi kelas dan belajar tim pada pembelajaran siklus ke-1, maka perolehan poin partisipasi aktivitas guru meningkat menjadi 63 poin dari poin maksimal 80 atau menjadi sekitar 78,75%. Dengan meningkatnya partisipasi aktivitas guru, maka meningkat pula aktivitas siswa dalam pembelajaran, baik pada saat presentasi kelas maupun belajar tim. Hal ini tampak dari data peningkatan dari siklus ke-1 ke siklus ke-2 yang berkenaan dengan jumlah siswa yang; a) persiapan sarananya baik (lengkap) meningkat dari 58,33% menjadi 78,83%, b) antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran dari 54,17% meningkat menjadi 75,00%, dan c) keseriusan siswadalam pembelajaran meningkat dari 54,17% menjadi 66,67%. Demikian pula dalam kegiatan belajar tim, juga mengalami peningkatan a) jumlah siswa yang antusias bertahan dari 70,83% menjadi 70,83%, b) jumlah siswa yang serius meningkat dari 66,67 menjadi 91,67%, c) jumlah siswa yang memiliki tanggung jawab baik meningkat dari 54,17% menjadi 75,00%, dan d) jumlah siswa yang dapat bekerja sama baik juga meningkat dari 45,83% menjadi 62,50%.

Sejalan dengan meningkatnya aktivitas siswa yang positif, baik dalam mengikuti presentasi kelas maupun belajar tim, maka dapat memperkecil kondisi siswa yang bersifat negatif. Hal ini tampak dari data jumlah siswa yang kurang persiapan sarana belajar dari siklus ke-1 sebesar 8,33% menurun pada siklus ke-2 menjadi 4,17% dan siswa yang kurang serius dari siklus ke-1 sebesar 12,50% menurun pada siklus ke-2 menjadi4,17% dalam mengikuti presentasi kelas. Meskipun siswa yang kurang antusias pada siklus ke-1 masih tetap pada siklus ke-2 sebesar 12,50%. Sedangkan dalam kegiatan belajar tim juga terjadi penurunan jumlah siswa yang kurang antusias dari 12,50% pada siklus ke-1 menurun menjadi 4,17% pada siklus ke-2, 20,83% siswa kurang serius pada siklus ke-1 menurun menjadi 0,00% pada siklus ke-2, 8,33% siswa kurang tanggungjawab menurun menjadi 0,00%, serta 16,67% siswa yang kurang dapat bekerja sama pada siklus ke-1 menurun menjadi 8,33% pada siklus ke-2.

Akibat dari meningkatnya sikap yang positif dan berkurangnya sikap yang negatif sebagaimana dijelaskan di atas, maka berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan siswa dalam menjelaskan unsur intrinsik cerpen. Peningkatan kemampuan tersebut ditunjukkan oleh meningkatnya perolehan rata-rata nilai hasil belajar dari siklus ke-1 sebesar 69,21 meningkat menjadi 73,42 pada siklus ke-2, dan meningkatnya jumlah siswa yang sudah dapat mencapai KKM dari siklus ke-1 sebesar 41,67% meningkat menjadi 54,17% pada siklus ke-2. Bahkan, perubahan sikap siswa tersebut berpengaruh pula terhadap peningkatan rata-rata skortim. Hal ini tampak dari enam tim yang berpredikat sebagai tim super pada siklus ke-1 dengan rata-rata skor tim 22,08, meningkat menjadi 22,92 pada siklus ke-2. Meskipun peningkatan tersebut belum begitu signifikan karena masih ada dua tim yang masih sangat rendah sumbangan poin kemajuan anggota timnya pada siklus ke-2 yaitu ‘Tim Kepodang’ dan ‘Tim Kutilang’ karena kedua tim tersebut ada anggota timnya yang kurang dapat bekerja sama dengan anggota timnya.

Untuk mengatasi kondisi di atas, maka guru pada siklus ke-3 melakukan perubahan anggota tim dengan cara menukarkan satu anggota ‘Tim Kepodang’ dengan satu anggota ‘Tim Kutilang’ dengan tetap memperhatikan tingkat kemampuan atau prestasi dan jenis kelamin pada kedua tim tersebut. Di samping itu, guru juga tetap berusaha mengingatkan kembali para siswa agar menyiapkan sarana belajar secara lengkap karena kelengkapan sarana belajar ini sangat berpengaruh terhadap pemahaman terhadap kompetensi dasar yang dibahas, meningkatkan antusiasme dan keseriusan siswa melalui peningkatan partisipasi guru dalam proses pembelajaran seperti lebih mengarahkan pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar dan indikator, membimbing siswa dalam memahami materi, memberikan penjelasan mengapa jawaban itu salah, memberikan penghargaan kepada siswa yang menjawab secara benar, memberikan kesempatan siswa untuk bertanya sebelum berpindah pada pokok persoalan yang berbeda, dan sebagainya sebagaimana yang teridentifikasi masih lemah dari pengamatan terhadap aktivitas guru dalam presentasi kelas. Bahkan guru juga tetap memotivasi tim untuk meraih predikat sebagai ‘tim super’ dengan rata-rata skor tim yang hampir sempurna (27,5) melalui cara menyadarkan tiap anggota tim agar lebih antusias, lebih serius, lebih bertanggung jawab, dan lebih bekerja sama baik dalam mempelajari, mendiskusikan, dan menyelesaikan tugas tim.

Dengan melakukan hal-hal di atas, maka aktivitas siswa dalam presentasi kelas maupun belajar tim meningkat. Peningkatan itu tampak dari jumlah siswa yang a) persiapan sarana belajarnya baik (lengkap) meningkat menjadi 91,67%, b) antusias dalam mengikuti pembelajaran meningkat menjadi 87,50%, dan c) serius dalam pembelajaran meningkat menjadi 79,17%. Demikian pula dalam kegiatan belajar tim, juga mengalami peningkatan a) jumlah siswa yang antusias dalam belajar tim meningkat menjadi 91,67%, b) jumlah siswa yang serius meningkat menjadi 87,50%, c) jumlah siswa yang memiliki tanggung jawab baik meningkat menjadi 83,33%, dan d) jumlah siswa yang dapat bekerja sama baik meningkat menjadi 83,33%.

Sementara jumlah siswa dalam presentasi kelas yang a) kurang persiapan sarana belajar tidak ada lagi, b) kurang antusias juga tidak ada, dan c) kurang serius berkurang menjadi 4,17%. Demikian juga dalam belajar tim, jumlah siswa yang a) kurang antusias tidak ada, b) kurang serius tidak ada, dan kurang tanggung jawab tidak ditemukan lagi, serta d) kurang dapat bekerja sama menurun menjadi 4,17%.

Dengan dilakukannya perubahan anggota tim, meningkatnya sikap positif siswa, serta berkurangnya sikap negatif siswa baik dalam mengikuti presentasi kelas maupun belajar tim, maka terjadi peningkatan kemampuan siswa dalam menjelaskan unsur intrinsik cerpen pada siklus ke-3 dibandingkan dengan siklus-siklus sebelumnya. Peningkatan itu ditandai oleh meningkatnya rata-rata nilai hasil belajar menjadi 82,75. Jumlah siswa yang sudah dapat mencapai KKM meningkat menjadi 79,17%, dan seluruh tim tetap dapat mempertahankan predikat sebagai tim super, bahkan seluruh tim, rata-rata skor timnya dapat mencapai indikator kinerja sebesar 27,5. Dengan hasil yang demikian, maka dapat dikatakan seluruh indikator kinerja penelitian ini telah dapat terpenuhi.

Hasil Penelitian

Berdasarkan data yang telah diperoleh dari pelaksanaan penelitian melalui langkah-lagkah penelitian tindakan kelas yang dilakukan melalui tiga siklus dapat diperoleh hasil penelitian sebagai berikut: 1) Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan kemampuan siswa kelas XII IPA 4 dalam menjelaskan unsur intrinsik cerpen. Peningkatan kemampuan itu ditandai oleh: a) Meningkatnya perolehan rata-rata nilai hasil belajar menjelaskan unsur intrinsik cerpen siswa kelas XII IPA 4 hingga memenuhi indikator kinerja. b) Meningkatnya jumlah siswa yang dapat mencapai KKM kompetensi dasar menjelaskan unsur intrinsik cerpen. Peningkatan pencapaian KKM ini dapat meningkatkan pula persentase ketuntasan belajar siswa kelas XII IPA 4 hingga memenuhi indikator kinerja. 2) Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan kesadaran siswa dalam mempersiapkan sarana belajar, meningkatkan keantusiasan, dan keseriusan dalam mengikuti presentasi kelas. Di samping itu, model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini dapat pula meningkatkan antusiasme, keseriusan, tanggung jawab, dan kerja sama antaranggota tim dalam belajar tim. Peningkatan tersebut berpengaruh terhadap poin kemajuan dari nilai hasil belajar siswa sehingga seluruh tim belajar yang dibentuk dapat meraih predikat sebagai tim super dengan rata-rata skor mendekati sempurna sebagaimana yang diharapkan dalam indikator penelitian ini.

Kesimpulan

Berdasarkan tindakan penelitian yang dilakukan melalui tiga siklus kegiatan dalam penelitian tindakan kelas sebagaimana diuraikan di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1.     Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan kemampuan siswa kelas XII IPA 4 dalam menjelaskan unsur intrinsik cerpen. Peningkatan kemampuan itu ditandai oleh meningkatnya perolehan rata-rata nilai hasil belajar menjelaskan unsur intrinsik cerpen siswa kelas XII IPA 4 SMA Negeri 1 Weru pada semester 1 tahun pelajaran 2014/2015 hingga memenuhi indikator kinerja.

2.     Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan jumlah siswa yang dapat mencapai KKM kompetensi dasar menjelaskan unsur intrinsik cerpen. Peningkatan pencapaian KKM ini dapat meningkatkan pula persentase ketuntasan belajar siswa kelas XII IPA 4 SMA Negeri 1 Weru pada semester 1 tahun pelajaran 2014/2015 hingga memenuhi indikator kinerja.

3.    Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan kesadaran dalam mempersiapkan sarana belajar, meningkatkan keantusiasan dan keseriusan siswa kelas XII IPA 4 dalam mengikuti presentasi kelas. Di samping itu, model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini dapat pula meningkatkan antusiasme, keseriusan, tanggung jawab, dan kerja sama antaranggota tim dalam belajar tim. Peningkatan tersebut berpengaruh terhadap nilai hasil belajar siswa sehingga poin kemajuan dari setiap tim dapat memenuhi untuk meraih predikat sebagai tim super dengan rata-rata skor tim mendekati sempurna sebagaimana yang diharapkan dalam indikator penelitian ini.

Saran-saran

Dengan diperolehnya salah satu alternatif untuk mengatasi masalah dalam pembelajaran melalui berbagai uji coba sebagaimana yang dilakukan dalam penelitian tindakan kelas ini, maka pada laporan penelitian ini dapat dikemukakan saran sebagai berikut:

1.     Untuk meningkatkan kemampuan menjelaskan unsur intrinsik cerpen hendaknya para siswa menyiapkan sarana belajar secara baik, antusias, dan serius dalam mengikuti penjelasan guru. Di samping itu, para siswa hendaknya antusias, serius, penuh tanggung jawab, dan kerja sama yang baik dalam menyelesaikan tugas dalam belajar tim.

2.     Untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menjelaskan unsur intrinsik cerpen, guru dalam proses belajar mengajar dapat mencoba menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam proses pembelajaran.

3.     Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat dijadikan sebagai salah satu model alternatif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran siswa kelas XII Sekolah Menengah Atas, khususnya untuk pembelajaran kompetensi dasar menjelaskan unsur intrinsik cerpen.

DAFTAR PUSTAKA

Depdikbud. 1999. Penelitian Tindakan (Action Research). Jakarta: Depdikbud

Harta, Idris dan Djumadi. 2009. Modul PLPG Pendalaman Materi Metode Pembelajaran. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 41 UMS

Ismiyati, Cristina. anonim. Model Pembelajaran Kooperatif untuk Penelitian Kelas Dalam Rangka Peningkatan kualitas Pembelajaran (Handout). Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta

Kosasih,E. 2004. Kompetensi Ketatabahasaan dan Kesusasteraan. Bandung: Yrama Widya

Slavin, Robert E. 2009. Cooperative Learning. Teori, Riset dan Pratik (Terjemahan oleh Lita). Bandung: Nusa Media.

Sudikin, Basrowi, dan Suranto. 2008. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Insan Cendekia

Sugiyanto. (2008). Modul Pendidikan dan Latihan Profesi Guru Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13 UNS.

Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik. Konsep, Landasan Teoritis – Praktis dan Implementasinya. Jakarta: Prestasi Pustaka.