UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA

MATERI SISTEM EKSKRESI MELALUI PENERAPAN

MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

PADA SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 3 ADIWERNA

 

Agus Heri Pranowo

SMP Negeri 3 Adiwerna

 

ABSTRAK

Tujuan Penelitian ini adalah (1) meningkatkan aktivitas belajar siswa, (2) meningkatkan hasil belajar siswa khususnya materi sistem ekskresi pada siswa kelas VIIIA SMP Negeri 3 Adiwerna tahun pelajaran 2017/2018 dengan digunakannya metode problem based learning pada siswa kelas VIIIA SMP Negeri 3 Adiwerna tahun pelajaran 2017/2018. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian ini dilaksanakan 2 siklus yang terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Hasil penelitian menunjukkan data aktivitas siswa mengalami peningkatan yaitu pada siklus I jumlah siswa sangat aktif 18 siswa atau 54,54%, siswa kriteria cukup aktif 12 siswa atau 36,36%, siswa kriteria tidak aktif 6 siswa atau 9,09%. Pada siklus II meningkat menjadi siswa kriteria sangat aktif 24 siswa atau 72,72%, siswa kriteria cukup aktif 8 siswa atau 21,21%, kriteria tidak aktif 3 siswa atau 6,06%. Hasil belajar siswa siklus I tuntas 20 siswa atau 55.56% dan belum tuntas 16 siswa atau 44,44%. Pada siklus II mengalami peningkatan yaitu tuntas 30 siswa atau 83,33% dan belum tuntas 6 siswa atau 16,67%.

Kata Kunci: Metode problem based learning, Aktivitas Belajar, Hasil Belajar.

 

PENDAHULUAN

Paradigma baru dalam pengelolaan sekolah berfokus pada pelayanan pelanggan terutama pada siswa. Pelayanan pada siswa dapat dimulai dari dalam kelas oleh seorang guru mata pelajaran. Guru dapat berperan sebagai manajer di dalam kelas dengan berupaya menciptakan proses belajar mengajar yang kondusif. Seorang Guru dituntut untuk mampu mengembangkan proses pembelajaran yang bermakna sehingga dapat mengembangkan potensi yang dimiliki oleh siswa secara maksimal. Seorang Guru harus mampu memilih metode, strategi maupun pendekatan yang tepat dalam proses belajar mengajar di kelas.

Penggunaan metode pembelajaran yang monoton dengan komunikasi searah tidak dapat memacu siswa untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. Paradigma baru menuntut guru mengembangkan pola pembelajaran yang memacu siswa berpikir dengan menemukan dan mengkonstruksi pengalaman belajarnya. Proses berpikir dengan cara mengkonstruksi pengalaman belajar ini dapat diawali dengan mengembangkan kemampuan bertanya pada siswa. Sebagai salah satu kemampuan dasar, kemampuan bertanya yang baik akan menunjang siswa untuk berpikir kritis dan kreatif dalam melihat fenomena di lingkungannya. Sikap rasa ingin tahu sebagai bagian dari sikap ilmiah sangat diperlukan dalam mempelajari IPA.

Belajar IPA bukanlah belajar terhadap sesuatu yang abstrak tetapi IPA merupakan mata pelajaran yang dekat dengan kehidupan nyata yang dialami siswa. Karena merupakan suatu mata pelajaran yang berkaitan dengan kehidupan nyata, maka siswa dalam mempelajari IPA dibutuhkan kreatifitas serta kemampuan logika yang verbal sehingga pemahaman siswa terhadap konsep-konsep IPA menjadi lebih baik.

Sejalan dengan pemaparan di atas, berkaitan dari observasi awal kondisi pembelajaran IPA di kelas VIII A SMP Negeri 3 Adiwerna pada awal semester genap tahun pelajaran 2017/2018, guru pada umumnya masih menggunakan model pembelajaran konvensional sehingga hal ini dapat menimbulkan kurangnya minat, kreatifitas dan pengembangan diri pada siswa terhadap persoalan-persoalan yang ditemukan pada setiap materi pelajaran yang diterimanya.

Pendekatan P B L (Problem Based Learning) atau pembelajaran berbasis masalah adalah suatu proses belajar mengajar di dalam kelas dimana siswa terlebih dahulu diminta mengobservasi suatu fenomena. Kemudian siswa diminta untuk mencatat permasalahan-permasalahan yang muncul, setelah itu tugas guru adalah merangsang untuk berfikir kritis dalam memecahkan masalah yang ada. Tugas guru mengarahkan siswa untuk bertanya, membuktikan asumsi, dan mendengarkan persfektif yang berbeda diantara mereka.

Beberapa masalah yang berhubungan dengan penelitian ini dapat di identifikasi masalah sebagai berikut bahwa kemampuan memahami materi Sistem Ekskresi pada mata pelajaran IPA yang rendah di sebabkan karena 1) metode yang di gunakan guru kurang tepat 2) guru belum menggunakan media pembelajaran yang menarik 3) kurangnya latihan yang di berikan oleh guru dalam proses pembelajaran 4) Proses pembelajaran yang di lakukan guru belum mendorong siswa untuk aktif melakukan sendiri pengetahuannya.

Penelitian ini di batasi pada permasalahan rendahnya hasil belajar IPA materi Sistem Ekskresi pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 3 Adiwerna Semester Genap Tahun Pelajaran 2017/2018 di sebabkan karena teknik mengajar guru kurang sesuai dengan kondisi. Dalam proses belajar mengajar tehnik tersebut perlu di tingkatkan agar siswa dapat meningkatkan hasil belajarnya, dalam penelitian ini masalah di batasi pada peningkatan hasil belajar IPA materi Sistem Ekskresi melalui penerapan model pembelajaran Problem Based Learning pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 3 Adiwerna Semester Genap Tahun Pelajaran 2017 / 2018.

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah tersebut di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: (1) Apakah penerapan model pembelajaran PBL dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi sistem ekskresi pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 3 Adiwerna Semester Genap Tahun Pelajaran 2017/2018 ? (2) Bagaimanakah proses pelaksanaan model pembelajaran PBL berlangsung sebagai upaya meningkatkan hasil belajar IPA materi sistem ekskresi pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 3 Adiwerna Semester Genap Tahun Pelajaran 2017/2018 ?

Tujuan Penelitian meliputi: (1) Meningkatkan hasil belajar IPA materi sistem ekskresi melalui penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 3 Adiwerna Semester Genap Tahun Pelajaran 2017/2018. (2) Mendeskripsikan langkah-langkah proses pelaksanaan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) sebagai upaya meningkatkan hasil belajar IPA materi sistem ekskresi pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 3 Adiwerna Semester Genap Tahun Pelajaran 2017/2018

 

 

KAJIAN PUSTAKA

Hasil Belajar

Hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai siswa dalam mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan. Menurut Muhibbin (2005:5) Hasil belajar adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Sedangkan menurut Sri Esti (2006:136) hasil belajar adalah suatu pencapaian kemampuan yang diperoleh siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar. Hasil belajar bisa dilihat dari nilai tes siswa, lembar afektif dan psikomotor. Hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar.

Menurut Nana Sudjana (2006:3) hasil belajar diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu ranah kognitif, ranah psikomotor, ranah afektif. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikaasi, analisis, sintesis, dan evaluaasi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari empat aspek yakni menanggapi, menerima,menghayati, dan mengelola. Ranah psikomotor berkenaan dengan hasil belajar ketrampilan dan kemampuan bertindak. Ada tiga aspek ranah psikomotor, yakni identifikasi, artikulasi, dan manipulasi. Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar.

Dimyati dan Mudjiono (2006) menyatakan hasil belajar adalah hasil yang dicapai dalam bentuk angka-angka atau skor setelah diberikan tes hasil belajar pada setiap akhir pembelajaran. Nilai yang diperoleh siswa menjadi acuan untuk melihat penguasaan siswa dalam menerima materi pelajaran. Sedangkan menurut Djamarah dan Zain (2006) hasil belajar adalah apa yang diperoleh siswa setelah dilakukan aktivitas belajar.

Dalam penelitian ini untuk mengukur hasil belajar siswa peneliti menggunakan tes tertulis dalam bentuk tes pilihan ganda 10 dan uraian sebanyak 5 soal. Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah meningkatnya hasil belajar siswa yang secara individu siswa harus mencapai nilai lebih dari atau sama dengan nilai KKM yaitu 75. Keberhasilan klaskal apabila siswa dalam kelas memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan nilai KKM sebanyak 80%.

Hakikat Pembelajaran IPA

Belajar merupakan proses perubahan yang terjadi pada diri seseorang melalui penguatan (reinforcement), sehingga terjadi perubahan yang bersifat permanen dan persisten pada dirinya sebagai hasil pengalaman (Learning is a change of behaviour as a result of experience).Dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa.

Perubahan yang dihasilkan oleh proses belajar bersifat progresif dan akumulatif, mengarah kepada kesempurnaan, misalnya dari tidak mampu menjadi mampu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, baik mencakup aspek pengetahuan (cognitive domain), aspek afektif (afektive domain) maupun aspek psikomotorik (psychomotoric domain). Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.

Secara umum kegiatan belajar dalam IPA berhubungan dengan eksperimen. Dalam hal-hal tertentu, konsep IPA adalah hasil tanggapan pikiran manusia atas gejala alam yang terjadi dialam. Seorang ahli IPA (ilmuwan) dapat memberikan sumbangan besar kepada IPA tanpa harus melakukan sendiri suatu percobaan atau eksperimen, tanpa membuat suatu alat atau tanpa melakukan observasi.

Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Model Problem Based Learning

Hasil belajar adalah merupakan bukti keberhasilan yang telah di capai siswa di mana setiap kegiatan belajar dapat menimbulkan sesuatu perubahan yang khas, dalam hal ini belajar meliputi ketrampilan proses, keaktifan, motivasi juga prestasi belajar, prestasi adalah kemampuan seseorang dalam menyelesaikan suatu kegiatan, menurut Udin S.Winataputra (2007;1.10)

Hasil belajar IPA adalah hasil belajar yang dicapai siswa setelah mengikuti proses pembelajaran IPA berupa seperangkat pengetahuan, sikap, dan keterampilan dasar yang berguna bagi siswa untuk kehidupan masa kini maupun masa yang akan datang serta keragaman tingkat kemampuan intelektual dan emosional. Hasil belajar didapat baik dari hasil tes (formatif, subsumatif dan sumatif), unjuk kerja (performance), penugasan (proyek), hasil kerja (produk), portofolio, sikap serta penilaian diri.

Berdasarkan uraian di atas dapat diduga bahwa pembelajaran dengan model Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa dibandingkan dengan pendekatan tradisional (metode ceramah).

Pendekatan dan penerapan model Problem Based Learning

 Menurut Kamdi (2007;7) ciri model PBL adalah kegiatan belajar model dimulai dengan pemberian masalah. Masalah yang disajikan berkaitan dengan kehidupan nyata para siswa. Siswa diberikan tanggung jawab yang maksimal dalam membentuk maupun menjalankan proses belajar secara langsung. Siswa dibentuk menjadi beberapa kelompok kecil.

 Pembelajaran model Problem Based Learning berlangsung secara alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, menemukan dan mendiskusikan masalah serta mencari pemecahan masalah, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Siswa mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, dalam status apa mereka, dan bagaimana mencapainya. Mereka sadar bahwa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya nanti. Siswa terbiasa memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya dan bergumul dengan ide-ide menurut Kamdi (2007;7).

   Guru dalam pembelajaran model Problem Based Learning bertugas mengatur strategi belajar, membantu menghubungkan pengetahuan lama dengan pengetahuan baru, dan memfasilitasi belajar. Anak harus tahu makna belajar dan menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang diperolehnya untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya.

Kerangka Berfikir

Kegiatan dalam pembelajaran konvensional materi IPA merupakan hal yang membosankan dan menjenuhkan bagi siswa, sehingga siswa kurang berminat untuk mempelajarinya. Hal ini mengakibatkan aktifitas dan hasil belajarnya siswa yang rendah. Rendahnya aktifitas siswa merupakan kendala untuk mendapatkan nilai yang memuaskan.

Siswa kelas VIII A SMP Negeri 3 Adiwerna memiliki kemampuan pembelajaran masih kurang maksimal, dikarenakan metode guru yang kurang menarik dan guru belum menggunakan media yang tepat untuk materi Sistem Ekskresi. Karena pembelajaran materi tersebut menjadi salah satu kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran IPA maka kesulitan-kesulitan tersebut harus segera diatasi.

Melihat kondisi siswa kelas VIII A SMP Negeri 3 Adiwerna , salah satu model pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan aktifitas dan hasil belajar siswa yaitu dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning yang disajikan dalam pembelajaran sehingga dapat digunakan sebagai sumber belajar dan dapat juga sebagai hiburan penghilang rasa tegang, jenuh dan penat.

Berdasarkan pembahasan di atas diduga bahwa pembelajaran dengan model Problem Based Learning dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam belajar efektif dan kreatif, dimana siswa dapat membangun sendiri pengetahuannya, menemukan pengetahuan dan ketrampilannya sendiri melalui proses bertanya, kerja kelompok, belajar dari model yang sebenarnya, bisa merefleksikan apa yang diperolehnya antara harapan dengan kenyataan sehingga peningkatan hasil belajar yang didapat bukan hanya sekedar hasil menghapal materi belaka, tetapi lebih pada kegiatan nyata (pemecahan kasus-kasus) yang dikerjakan siswa pada saat melakukan proses pembelajaran (diskusi kelompok dan diskusi kelas).

Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir, maka peneliti mengajukan hipotesis tindakan sebagai berikut “peningkatan hasil belajar IPA materi sistem ekskresi diduga dapat ditingkatkan melalui penerapan model Problem Based Learning pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 3 Adiwerna Semester Genap Tahun Pelajaran 2017/2018”.

METODE PENELITIAN

Objek Tindakan

Objek dalam penelitian ini adalah hasil belajar IPA materi sistem ekskresi pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 3 Adiwerna Semester Genap tahun pelajaran 2017/2018 yang akan ditingkatkan melaluli penerapan model pembelajaran Problem Based Learning. Peneliti akan berupaya meningkatkan hasil belajar IPA materi sistem ekskresi berupa ketuntasan belajar perorangam jika siswa memperoleh nilai sama atau diatas nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran IPA yaitu sebesar 75 atau (KKM=75) sedangkan ketuntasan belajar klasikal ditetapkan jika jumlah siswa yang tuntas belajar perorangan dalam satu kelas mencapai 80%.

Setting Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Adiwerna, Jalan Raya Barat Ujungrusi Kecamatan Adiwerna Kabupaten Tegal. Pelaksanaan kegiatan Penelitian Tindakan Kelas dilakukan sejak awal bulan Januari 2018 sampai dengan bulan Juni 2018.

Subyek Penelitian Tindakan Kelas ini adalah siswa kelas VIII A SMP Negeri 3 Adiwerna Kabupaten Tegal Tahun elajaran 2017/2018, yang berjumlah 36 siswa terdiri dari 18 laki-laki dan 18 perempuan. Penelitan ini dilakukan di kelas VIII A karena semangat belajar dan kemampuan siswa sangat rendah, terutama pada materi sistem ekskresi.

 

Sumber Data

Data yang diperoleh dalam Penelitian Tindakan Kelas ini berasal dari dua jenis sumber yaitu sumber data primer dan data sekunder. Sumber data primer berasal dari siswa memperoleh data tentang nilai hasil belajar siswa dan pengamatan aktivitas siswa selama pembelajaran Problem based learning berlangsung, sedangkan sumber data sekunder berasal dari pihak lain yang secara tidak langsung penunjang penelitian antara lain kepala sekolah dan staf tata usaha SMP Negeri 3 Adiwerna.

Metode Pengumpulan Data

1.  Metode Tes

Pada penelitian ini tes dilakukan pada akhir setiap siklus baik pada siklus I dan siklus II materi sistem ekskresi untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa. Soal tes yang akan diujikan pada siswa berbentuk tes pilihan ganda yang berjumlah sepuluh soal dan lima soal essay.

2.    Metode Pengamatan / Observasi

Metode pengamatan / observasi dilakukan pada siklus I dan siklus II selama proses pembelajaran berlangsung, yang dilakukan oleh peneliti dibantu teman sejawat sebagai kolaborator untuk mengetahui minat dan hasil belajar siswa. Alat pengumpulan data yang digunakan adalah lembar observasi Proses Belajar Mengajar.

3.     Metode Dokumentasi

Dilakukan dengan cara mengamati minat dan aktifitas belajar siswa dan menganalisis hasil belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran. Adapun instrument pengumpulan data dalam metode dokumentasi ini meliputi hasil kerja siswa, hasil tes siswa dan dokumentasi foto kegiatan pembelajaran di kelas.

Indikator keberhasilan Penelitian.

Indikator kinerja yang dipakai dalam penelitian tindakan kelas ini adalah hasil belajar siswa. Penelitian ini dikatakan berhasil apabila siswa dapat mencapai nilai KKM yaitu 75 untuk ketuntasan belajar perorangan dan 80% siswa telah memenuhi nilai KKM untuk ketuntasan secara klasikal. Dari hasil penelitian pada siklus I dan siklus II, apabila ternyata hasil belajar siswa telah mencapai indikator keberhasilan, maka penelitian tidak dilanjutkan pada siklus III.

Prosedur Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan melalui dua siklus yaitu siklus I dan siklus II, dimana masing-masing siklus terdiri dari 4 langkah kegiatan yaitu: Perencanaan, Pelaksanaan, Observasi, dan Refleksi.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Kondisi Awal (Prasiklus)

Pembelajaran materi sistem ekskresi mata pelajaran IPA di kelas VIII A Semester Genap Tahun Pelajaran 2017/2018 SMP N 3 Adiwerna ini menghadapi permasalahan dalam belajar mengajar. Hal ini tampak pada saat proses belajar mengajar IPA pada kompetensi dasar sistem ekskresi pada manusia, nilai rata-rata terhadap hasil belajar materi sistem ekskresi hanya 60 padahal KKM nya 75. Selain itu siswa kurang antusias terhadap materi sistem ekskresi..

Rendahnya nilai siswa dalam memahami materi sistem ekskresi tersebut disebabkan karena guru belum menggunakan metode dan model pembelajaran yang menarik bagi siswa, sehingga siswa malas untuk mempelajari materi tersebut dan ini berdampak pada keaktifan siswa yang juga sangat rendah.

  Untuk mengatasi hal tersebut perlu dilaksanakan upaya menggunakan model pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan kemampuan belajar materi sistem ekskresi. Tujuan lain supaya siswa dapat berinteraksi langsung dengan sumber belajar atau model yang mengarah pada hasil belajar yang optimal, salah satunya adalah model pembelajara Problem based learning. Dengan menggunakan model Problem based learning, ketidakjelasan materi dapat dikurangi bahkan dihilangkan, juga mempermudah pemahaman siswa terhadap materi sistem ekskresi sehingga hasil prestasi belajar siswa materi sistem ekskresi lebih menyenangkan dan efektif.

Hasil Penelitian Siklus I

Bardasarkan hasil pengamatan yang dilakukan peneliti bersama kolaborator diketahui bahwa adanya peningkatan keaktifan siswa ini berdampak pada meningkatanya hasil belajar siswa.

Hasil penelitian siklus I ini meliputi kemampuan hasil belajar siswa materi sistem ekskresi. Nilai kemampuan hasil belajar siswa berasal dari nilai tes tindakan yang berupa soal ulangan materi sistem ekskresi. Tes dilaksanakan pada pertemuan ketiga, hasil tes siklus I dapat dilihat pada laporan berikut ini:

Menurut laporan pengamat, diperoleh data bahwa persentase ketuntasan belajar yang diperoleh pada pembelajaran Siklus I adalah sebesar 55.56%, hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa materi sistem ekskresi pada siklus I masih rendah.

Berdasarkan hasil ulangan siklus I sebagai berikut: (1) Nilai rata-ratanya 70.14 yang berarti belum menunjukkan ketercapaian Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 75. (2) Nilai Tertinggi 90 diraih 1 siswa dan nilai terendah 50 diraih 2 siswa. (3) 20 siswa (55.56%) tuntas belajar, sedangkan 16 siswa (44.44%) belum tuntas belajar.

Hasil Penelitian Siklus II

Pada siklus II ini peneliti melakukan tahapan peneliatan berupa perencanaan (planning), tindakan (aplication), observasi (observation) dan refleksi (reflection).

Bardasarkan hasil pengamatan yang dilakukan peneliti bersama kolaborator pada siklus II, diketahui bahwa adanya peningkatan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Siswa semakin serius dalam proses pembelajaran. Keterlibatan siswa semakin bagus karena jumlah kelompok hanya 4 siswa. Peningkatan keaktifan siswa ini berdampak pada meningkatanya hasil belajar siswa sebagaimana yang tertuang dalam laporan berikut:

            Menurut laporan pengamatan, diperoleh data bahwa persentase ketuntasan belajar yang diperoleh pada pembelajaran Siklus II adalah sebesar 83.33%. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar materi sistem ekskresi pada siklus II cukup baik.

Berdasarkan hasil ulangan siklus II terdapat hasil sebagai berikut: (1) Nilai rata-ratanya 76,39, yang berarti menunjukkan ketercapaian Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 75. (2) Nilai Tertinggi 95 diraih 1 siswa dan nilai terendah 60 diraih 1 siswa. (3) 30 siswa (83.33%) tuntas belajar, sedangkan 6 siswa (16.67%) belum tuntas belajar.

Pembahasan Hasil Penelitian

            Model pembelajaran Problem based learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam menyelesaikan soal materi sistem ekskresi. Dari langkah-langkah pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus I setelah dlakukan refleksi dengan teman sejawat ditemukan beberpa kelabihan dan kekuranangan. Dari pihak Guru sendiri sudah ada usaha untuk mengoptimalkan pembelajaran. Guru sudah menciptakan pembelajaran yang kreatif, mengasyikan, dan bermakna bagi siswa..

Sementara itu kekurangan yang ditemukan dalam siklus I yaitu Jumlah anggota kelompok sebanyak 7 siswa terlalu banyak sehingga pelaksanaan diskusi dalam kelompok kurang efektif. Diskusi cenderung didominasi oleh siswa tertentu.

Dari data yang diperoleh peneliti bahwa secara klasikal siswa yang tuntas belajar pada kondisi awal 12 siswa atau 33.33%, pada siklus I adalah 20 siswa atau 55.56% dan pada siklus II adalah 30 siswa atau 83.33%, sehingga dapat disampaikan bahwa siswa yang tuntas belajar pada setiap siklus penelitian tindakan ini mengalami peningkatan yang signifikan. Jika dibandingkan kondisi awal dengan siklus I berarti siswa yang tuntas belajar meningkat sebesar 32.4% dan jika dibandingkan siklus I dengan siklus II maka terdapat peningkatan sebesar 20.5%. Sebaliknya secara klasikal siswa yang belum tuntas belajar mengalami penurunan dimana pada kondisi awal siswa yang belum tuntas belajar adalah 24 siswa atau 66.67%, pada siklus I adalah 16 siswa atau 44.44% dan pada siklus II adalah 6 siswa atau 16.67%.

Keberhasilan penggunaan model pembelajaran problem based learning dalam PBM untuk meningkatkan hasil belajar siswa materi sistem ekskresi menunjukkan bahwa keterlibatan siswa dalam model pembelajaran problem based learning menunjukkan bahwa siswa mempunyai prestasi yang bagus, mempunyai sikap yang baik dan lebih positif dalam pembelajaran. Hal ini terlihat pada saat siswa menyampaikan presentasi hasil diskusi materi sistem ekskresi siswa terlihat saling menghargai perbedaan dan pendapat orang lain.

PENUTUP

Simpulan

1.     Pembelajaran Problem based learning yang digunakan peneliti pada pembelajaran IPA diketahui bahwa pada kondisi awal hasil belajar siswa dalam memahami materi sistem ekskresi dalam pembelajaran hanya mencapai persentase rata-rata sebesar 33.33%. Setelah dilakukan tindakan dengan pembelajaran Problem based learning maka hasil belajar siswa meningkat sebagaimana hasil penelitian pada Siklus I mencapai persentase rata-rata hasil belajar siswa dalam memahami materi sistem ekskresi sebesar 55,56% dan dilanjutkan pada Siklus II mencapai persentase rata-rata hasil belajar siswa dalam memahami materi sistem ekskresi sebesar 83.33%.

2.     Peningkatan hasil belajar siswa dalam memahami materi sistem ekskresi dalam pembelajaran tersebut karena adanya pengaruh penggunaan model pembelajaran Problem based learning yang berkarakteristik sebagai pembelajaran yang menarik dan menyenangkan. Peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran juga berimplikasi terhadap semangat siswa untuk menguasai materi pelajaran, sehingga hasil belajar yang diperoleh juga meningkat.

3. Penerapan model pembelajaran problem based learning mampu meningkatkan hasil belajar siswa terlihat saat proses belajar mengajar siswa mempuyai prestasi yang baik, mempuyai sikap yang baik dan lebih positif dalam pembelajaran.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian maka peneliti sampaikan saran sebagai berikut:

1.     Model pembalajaran Problem Based Learning dapat digunakan dalam pembelajaran IPA karena model pembelajaran ini terbukti menarik bagi siswa.

2.     Guru perlu lebih kreatif dalam membuat model pembelajaran yang menarik bagi siswa sehingga siswa tidak bosan dalam mengikuti pembelajaran.

3.     Perlu penelitian lebih lanjut berkaitan dengan model pembelajaran yang menarik bagi siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Arends, R.I. dan A. Kilcher. 2010. Teaching for Student Learning: Becoming an Accomplished Teacher. Rotledge Taylor &Francis Group. New York and London.

Dimyati dan Mudjiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Djamarah. (2006). Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta. PT Rineka Cipta.

Elaine B. Johnson. 2008. Contextual Teaching & Learning. Bandung: MLC.

          Yayasan Pustaka Nusatama.

Hamalik, Oemar. 1989. Media Pendidikan. Bandung: Citra Aditya Bakti.

Hamalik, Oemar. 1990. Metodologi Pengajaran Ilmu Pendidikan Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Bandung: Mandar Maju.

HH. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Tersedia Pada: Diakses Pada Tanggal 25 Agustus 2017

Kamdi.2007.Implementasi Project Based Learning di Sekolah Menengah Kejuruan. Diakses Pada Tanggal 27 Agustus 2017.

Joko Siswanto, Yuniarti Dwi Arini, Wasi Dewanto. 2005. Let’s Talk. Bandung: Pakar Jaya

Muhibbin Syah. 2005. Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Miles, Matthew B dan A. Michael Huberman. (2007). Analisis Data Kualitatif. Buku sumber tentang metode-metode baru. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Nana Sudjana. 2006. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya

Sartono Kartodirjo,1993:214 Nation and character building.di akses tanggal 20 Juli 2017

Sri Esti Wuryani Djiwandono. 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Grasindo.

Syafiah isnaeni, 2012 Buku Pegangan Guru. IPA Terpadu, Intan Pariwara, Klaten.

Suharsimi, Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudjana, Nana. 2006. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Uden, L.. dan Beaumont, C. 2006 Technology and problem based learning USA:Informatiopn Science Publishing

Udin S. Winataputra 2007:10 Meningkatkan hasil belajar ipa melalui problem based learning. Di akses tanggal 29 Juli 2017.

Uzer, Moh Usman.2008, Strategi Pembelajaran. Jakarta: Erlangga