UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN KETERAMPILAN MENARI

DENGAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE THINK PAIR SHARE PADA SISWA KELAS VIII E

SMP NEGERI 1 TALANG KABUPATEN TEGAL

TAHUN PELAJARAN 2019/2020

 

Endang Purdiyanti

SMP Negeri 1 Talang Kabupaten Tegal

ABSTRAK

Tujuan penelitian adalah meningkatkan keaktifan dan hasil belajar Seni Budaya materi seni tari dengan menggunakan metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) pada siswa kelas VIII E Semester 2 SMP Negeri 1 Talang Kabupaten Tegal Tahun Pelajaran 2019/2020. Penelitian Tindakan Kelas dilakukan dalam 2 kali siklus, setiap siklus terdiri 2 kali pertemuan tatap muka dengan peneliti dan dokumentasi. Jika peningkatan jumlah siswa yang melakukan keaktifan pembelajaran ini dibuat persentase rata-rata diperoleh data bahwa pada siklus I sebesar 65,05%, dan pada siklus II keaktifan siswa mencapai persentase rata-rata sebesar 86,55% maka jika dibandingkan antara siklus I dengan siklus II. Ada peningkatan persentase sebesar 21,50%. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa. secara klasikal siswa yang tuntas belajar pada siklus I 20 siswa atau 64,52% dan siklus II 25 siswa atau 80,65% sehingga dapat disampaikan bahwa siswa yang tuntas belajar pada siklus penelitian tindakan ini mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Jika dibandingkan antara siklus I dibanding dengan siklus II maka terdapat peningkatan sebesar 16,13%. Sebaliknya secara klasikal siswa yang belum tuntas belajar mengalami penurunan dimana pada siklus I adalah 11 siswa atau 35,48%, dan pada siklus II adalah 6 siswa atau 19,35%.

Kata Kunci: Keaktifan Dan Keterampilan Menari, Metode Kooperatif Tipe Think Pair Share

 

PENDAHULUAN

Peningkatan mutu pendidikan merupakan prioritas bagi pemerintah, seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi yang berjalan saat ini. Pendidikan di Indonesia pun harus berkembang seiring dengan perkembangan zaman. Namun, kualitas pendidikan di Indonesia masih jauh dari yang diharapkan, khususnya pendidikan seni budaya.

Pendidikan seni budaya adalah salah satu perwujudan dari usaha pemerintah untuk memajukan seni budaya di Indonesia, yang diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 32. Salah satu cakupan dari pendidikan seni budaya adalah pembelajaran seni tari, baik untuk siswa tingkat SD, SMP, maupun SMA. Salah satu standar kompetensi dasar dari pelajaran seni tari di SMP adalah mengekspresikan diri melalui karya seni tari. Peserta didik dituntut untuk dapat menampilkan sebuah tarian utuh dan dibutuhkan keterampilan untuk memperagakannya.

Berdasarkan observasi awal dan pengamatan terhadap siswa pada saat proses pembelajaran seni tari terdapat kesulitan-kesulitan yang dirasakan oleh siswa yaitu saat melakukan gerak ukelan, trisik, double step dan lain sebagainya. Di samping itu siswa tidak menunjukkan keaktifan untuk memperhatikan guru dalam menjelaskan materi pelajaran. Siswa tidak menunjukan keaktifan untuk mencoba dan mengulang gerak tari. Kondisi tersebut menyebabkan rendahnya keterampilan menari siswa. Hal ini dapat dilihat dari nilai praktek, dari jumlah 31 siswa hanya 10 siswa atau 32,26% yang tuntas belajar, sedangkan sisanya yaitu 21 siswa atau 67,74% nilainya belum tuntas. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai prestasi siswa. Masih rendahnya keterampilan menari siswa di SMP Negeri 1 Talang Tegal disebabkan beberapa kemungkinan, yaitu: (1) penggunaan metode pembelajaran yang kurang bervariasi (2) Guru masih menggunakan metode konvensional,(3) kurangnya bimbingan dari guru tentang kemandirian dan kepercayaan diri siwa dalam mencari solusi saat mengalami kesulitan belajar.

Berdasarkan beberapa masalah di atas, peneliti mencoba untuk menerapkan metode Think Pair Share (TPS). Sebuah metode pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Frang Lyman, yang merupakan suatu pola efektif untuk membuat variasi suasana diskusi di kelas Thinking yang berarti berpikir, mengajak siswa untuk dapat berpikir memecahkan sebuah masalah sendiri. Pair yang artinya berpasangan, mengajak siswa untuk membicarakan apa yang telah mereka pikirkan dan menyatukannya. Share yang berarti berbagi, mengajak siswa untuk berbagi hasil dari apa yang telah didiskusikan dengan pasangan kepada seluruh siswa dan guru di kelas.

Dengan adanya kegiatan siswa untuk berpikir sendiri memecahkan sebuah masalah dapat membantu meningkatkan kemandirian siswa dalam mengembangkan potensi tidak hanya belajar dengan cara menghafal saja. Ditambah dengan menyatukan hasil pemikiran dengan pasangannya, membuat siswa dapat saling memotivasi untuk bersama-sama memahami materi pembelajaran yang diperoleh dan lebih percaya diri terhadap potensi yang dimiliki masing-masing siswa. Selain itu juga memudahkan siswa dalam berbagi tanggung jawab dalam kelompok. Kegiatan berbagi dengan seluruh siswa di kelas akan menambah pengetahuan dan pemahaman akan materi yang sedang dibahas dan menumbuhkan rasa percaya diri siswa untuk mengungkapkan pendapat maupun kesulitan yang mereka alami. Tipe TPS ini dapat dilakukan dalam kelas dengan suasana yang tidak terlalu formal sehingga akan tercipta suasana yang menyenangkan dan mampu meningkatkan motivasi siswa dalam belajar seni tari. Selain itu, kemandirian siswa untuk mengatasi kesulitan-kesulitan dalam belajar seni tari akan tumbuh termasuk dalam upaya meningkatkan keterampilan menari yang mereka miliki. Berdasarkan uraian di atas, penulis mengambil judul: Upaya meningkatkan Keaktifan dan Keterampilan Menari dengan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) pada siswa kelas VIII E SMP Negeri 1 Talang Kabupaten Tegal Tahun Pelajaran 2019/2020

Adapun identifikasi masalah yang dapat dikemukakan adalah: (1) Penerapan metode belajar dan media / alat bantu pembelajaran yang tidak tepat, menimbulkan suasana belajar yang tidak menyenangkan. (2) Guru kurang variatif dalam malakukan pembelajaran, (3) Proses pembelajaran cenderung berulang-ulang sehingga membosankan

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang di uraikan di atas, maka rumusan masalah yang di ambil adalah: (1) Bagaimanakah Upaya Meningkatkan Keaktifan menari dengan metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) pada siswa kelas VIII E Semester 2 SMP Negeri 1 Talang Kabupaten Tegal tahun Pelajaran 2019/2020? (2) Bagaimanakah upaya meningkatkan keterampilan menari dengan metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) pada siswa kelas VIII E Semester 2 SMP Negeri 1 Talang Kabupaten Tegal Tahun Pelajaran 2019/2020?

Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk: (1) Meningkatkan keaktifan belajar Seni Budaya materi seni tari dengan menggunakan metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) pada siswa kelas VIII B Semester 2 SMP Negeri 1 Talang Kabupaten Tegal Tahun Pelajaran 2019/2020? (2) Meningkatkan Keterampilan belajar Seni Budaya materi seni tari dengan menggunakan metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) pada siswa kelas VIII B Semester 2 SMP Negeri 1 Talang Kabupaten Tegal Tahun Pelajaran 2019/2020?

KAJIAN PUSTAKA

Keaktifan Belajar

Dalam proses pembelajaran, keaktifan belajar siswa memegang peranan penting dalam pencapaian tujuan dan hasil belajar. Keaktifan adalah kegiatan, kesibukan. Keaktifan identik dengan aktivitas. Jadi keaktifan belajar adalah kegiatan atau kesibukan siswa dalam kegiatan pembelajaran di sekolah maupun di luar sekolah yang membantu kegiatan belajar siswa.

Dalam kegiatan belajar mengajar, anak adalah sebagai subjek dan sebagai objek dari kegiatan pengajaran. Karena itu, inti proses pengajaran tidak lain adalah kegiatan belajar anak didik dalam mencapai suatu tujuan pengajaran. Tujuan pengajaran akan tercapai jika anak didik berusaha secara aktif untuk mencapainya (Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain 2013:38)

Aunurrahman (2009:119) menyatakan keaktifan siswa dalam belajar merupakan persoalan penting dan mendasar yang harus dipahami, dan dikembangkan setiap guru dalam proses pembelajaran. Sehingga keaktifan siswa perlu digali dari potensi-potensinya, yang mereka aktualisasikan melalui aktivitasnya untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Keaktifan adalah kegiatan yang bersifat fisik maupun mental, yaitu berbuat dan berpikir sebagai suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan (Sardiman, 2001: 98). Belajar yang berhasil harus melalui berbagai macam aktifitas, baik aktifitas fisik maupun psikis. Aktifitas fisik adalah siswa giat aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain maupun bekerja, ia tidak hanya duduk dan mendengarkan, melihat atau hanya pasif. Siswa yang memiliki aktifitas psikis (kejiwaan) adalah jika daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi dalam rangka pembelajaran.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan keaktifan belajar adalah kegiatan atau kesibukan siswa dalam kegiatan pembelajaran baik di sekolah maupun di luar sekolah. Tujuan pembelajaran akan tercapai jika anak didik berusaha secara aktif untuk mencapainya.

Keterampilan Menari

Keterampilan adalah hasil belajar pada ranah psikomotorik, yang terbentuk menyerupai hasil belajar kognitif. Keterampilan adalah kemampuan untuk mengerjakan atau melaksanakan sesuatu dengan baik (Nasution, 2003: 28). Maksud dari pendapat tersebut bahwa kemampuan adalah kecakapan dan potensi yang dimiliki oleh seseorang untuk menguasai suatu keahlian yang dimilikinya sejak lahir. Kemampuan tersebut merupakan suatu hasil latihan yang digunakan untuk melakukan sesuatu. Melalui pendapat Chaplin di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan seseorang itu dapat tumbuh melalui latihan-latihan yang dilakukan oleh orang itu sendiri. Keterampilan (skill) dalam arti sempit yaitu kemudahan, kecepatan, dan ketepatan dalam tingkah laku motorik yang disebut juga normal skill. Sedangkan dalam arti luas, keterampilan meliputi aspek normal skill, intelektual skill, dan social skill (Vembriarto, 1981:52). Keterampilan adalah pola kegiatan yang bertujuan, yang memerlukan manipulasi dan koordinasi informasi yang dipelajari (Sudjana, 1996:17). Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan adalah kemampuan untuk melakukan sesuatu dengan baik, cepat, dan tepat. Keterampilan akan dapat dicapai atau ditingkatkan dengan latihan tindakan secara berkesinambungan.

Menari berasal dari kata tari yang berarti melakukan gerak tari. Sedangkan tari memiliki berbagai definisi, diantaranya: (1) Tari adalah gerak ritmis. Gerak ritmis adalah gerak manusia yang sudah berolah tempo dan dinamikanya. Gerak ritmis tersebut kadang-kadang cepat, kadang-kadang patah-patah, kadang-kadang mengalun; (2) Tari adalah gerak-gerak yang berbentuk dan ritmis dari badan di dalam ruang ; (3) Tari adalah ekspresi jiwa manusia yang diungkapkan melalui gerak ritmis yang indah. Tari menjadi sebuah sarana manusia untuk mengungkapkan perasaan, kehendak, ataupun pikiran manusia. Gerak dalam tari bukanlah gerak yang tanpa arti namun memiliki makna agar sesuatu yang akan diungkapkan dapat tersampaikan dan dapat diterima oleh orang lain; dan (3) Tari adalah keindahan gerak anggota-anggota badan manusia yang bergerak, berirama, berjiwa yang harmonis (Bagong Kusudiharjo). Keseluruhan gerak yang dilakukan oleh manusia disusun sesuai dengan irama dan memiliki jiwa. Jiwa yang dimaksud adalah kandungan ekspresi dan makna yang terkandung dalam tarian tersebut. Keseluruhan aspek tersebut disusun menjadi kesatuan yang harmonis membentuk suatu tarian yang indah.

Kesimpulan dari beberapa penjabaran di atas, tari adalah ekspresi jiwa manusia yang diungkapkan kesatuan gerak yang tertata, diselaraskan dengan irama, dan dilakukan dengan jiwa yang dalam. Gerak dalam tari adalah gerak yang diperindah dan disusun dengan baik untuk menciptakan harmonisasi dan keselarasan dengan irama.

Metode Pembelajaran Kooperatif

Metode diartikan sebagai cara melakukan sesuatu kegiatan atau cara melakukan pekerjaan dengan fakta dan konsep-konsep secara sistematis. Cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki, cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.

Pembelajaran adalah proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Proses pembelajaran merupakan bagian yang paling pokok dalam kegiatan pendidikan di sekolah. Pembelajaran adalah interaksi timbal-balik antara siswa dengan guru dan antar siswa dalam proses pembelajaran. Interaksi yang dimaksud di sini adalah saling memberi dan menerima. Pembelajaran merupakan suatu proses mengatur dan mengorganisasikan lingkungna sekitar sehingga siswa memperoleh perubahan tingkah laku secara keseluruhan. Metode pembelajaran adalah cara yang berisi prosedur baku untuk melakukan kegiatan kependidikan, khususnya kegiatan penyajian materi pelajaran kepada siswa.. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, di antaranya: (1) ceramah (2) demonstrasi (3) diskusi (4) simulasi (5) laboratorium (6) pengalaman lapangan; (7) brainstorming (8) debat (9) simposium, dan sebagainya. Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran di mana siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu dengan yang lain dalam mempelajari materi pelajaran (Slavin, 2009: 4). Pembelajaran kooperatif merupakan metode pembelajaran yang membantu siswa dalam mengembangkan pemahaman dan sikapnya sesuai kehidupan nyata di masyarakat, sehingga dengan bekerja sama antara sesama anggota kelompok dapat meningkatkan motivasi, produktivitas, dan perolehan pembelajaran (Solihatin, 2008: 5). Pembelajaran Kooperatif dimaksudkan siswa belajar melakukan tugas dalam group dua orang atau lebih. Mereka didorong dan dimotivasi untuk membantu temannya dalam belajar (bukan saling berkompetisi dalam group), mereka saling bergantung atas usaha bersama dalam belajar, sebagai anggota group maupun sebagai individu (Yamin, 2008: 74). Berdasarkan konsep-konsep mengenai metode, pembelajaran dan pembelajaran kooperatif di atas, metode pembelajaran kooperatif dapat diartikan sebagai suatu cara untuk menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa dengan cara membuat kelompok-kelompok dan membutuhkan kerja sama antarsiswa. Keunggulan metode pembelajaran kooperatif sebagai suatu metode pembelajaran diantarannya adalah sebagai berikut: (1) melalui metode pembelajaran kooperatif peserta didik tidak terlalu menggantungkan guru, tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari peserta didik yang lain; (2) metode pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan, mengungkapkan ide atau gagasan dengan katakata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain; (3) metode pembelajaran kooperatif dapat membantu anak untuk respek pada orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan; (4) metode pembelajaran kooperatif dapat memberdayakan setiap peserta didik untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar; (5) metode pembelajaran kooperatif merupakan strategi yang cukup ampuh untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk mengembangkan rasa harga diri, hubungan interpersonal yang positif dengan orang lain, mengembangkan keterampilan memanage waktu, dan sikap positif terhadap sekolah; (6) melalui metode pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahaman sendiri, menerima umpan balik. Peserta didik dapat memecahkan masalah tanpa takut membuat kesalahan, karena keputusan yang dibuat adalah tanggung jawab kelompoknya; (7) metode pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kemampuan peserta didik menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata; (8) interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan berpikir (Sanjaya, 2006: 45). Apabila dilihat dari keunggulan-keunggulan tersebut, pembelajaran kooperatif dapat digunakan untuk pendidikan jangka panjang.

Pengertian Metode Think Pair Share (TPS)

Think Pair Share yaitu teknik mengajar dengan sistem kerjasama dan kolaborasi dalam menemukan solusi permasalahan. Pelaksanaan teknik ini dilakukan dengan membagi peserta didik ke dalam kelompok-kelompok. Peserta didik dapat bekerjasama dalam menemukan kesulitan-kesulitan yang ditemui selama proses pembelajaran dan dapat berbagi materi yang dikuasainya dengan peserta didik lain bukan dengan guru, sehingga rasa takut ataupun rasa kurang percaya diri dapat diminaliskan dan tentu saja partisipasi di dalam kelas menjadi lebih optimal. Pembelajaran dengan menggunakan metode Think Pair Share adalah salah satu solusi praktis yang dapat digunakan dalam berbagai macam fase, jenis kelas, dan seluruh mata pelajaran (Zaibvio, 2011). Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa teknik Think Pair Share merupakan salah satu pondasi dari pembentukan kelas yang kooperatif yang menggunakan system pembelajaran kooperatif. Teknik Think Pair Share sebagai salah satu alternatif teknik pembelajaran kooperatif akan meningkatkan proses interaksi antarpersonal yang umumnya dapat memperbaiki kualitas suasana kelas dan menambah kesenangan dan produktivitas peserta didik maupun guru. Strategi Think Pair Share yang digunakan oleh para guru menerapkan langkah-langkah sebagai berikut: Tahap-1: Thinking (berpikir), guru mengajukan pertanyaan atau isu yang berhubungan dengan pelajaran, kemudian siswa diminta untuk memikirkan pertanyaan atau isu tersebut secara mandiri untuk beberapa saat. Tahap-2: Pairing, guru meminta siswa berpasangan dengan siswa lain untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkannya pada tahap pertama. Interaksi pada tahap ini diharapkan dapat berbagi jawaban jika telah diajukan suatu pertanyaan atau berbagi ide jika suatu persoalan khusus telah diidentifikasi. Biasanya guru memberi waktu 4-5 menit untuk berpasangan. Tahap-3: Share, pada tahap ini, guru meminta kepada beberapa pasangan untuk berbagi dengan seluruh kelas tentang apa yang telah didiskusikan. Ini efektif dilakukan dengan cara bergiliran pasangan demi pasangan dan dilanjutkan sampai seperempat pasangan telah mendapat kesempatan untuk melaporkan pekerjaannya (Junaedi, wawan, 2009). Keunggulan dan teknik ini adalah optimalisasi partisipasi siswa, yaitu memberi kesempatan delapan kali lebih banyak kepada setiap siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain (Isjoni, 2006). Selain itu juga dapat diterapkan dalam mata pelajaran apapun termasuk mata pelajaran praktek seperti seni tari dan tentu saja disesuaikan dengan kondisi serta lingkungan dimana serta kapan kegiatan belajar mengajar berlangsung. Keuntungan pembelajaran Think Pair Share adalah sebagai berikut: 1) Mudah dilaksanakan dalam kelas besar 2) Memberikan waktu kepada siswa untuk merefleksikan isi materi pelajaran 3) Memberikan waktu kepada siswa untuk melatih mengeluarkan pendapat sebelum berbagi dengan kelompok kecil atau kelas secara keseluruhan. 4) Pembelajaran Think Pair Share bisa mengajarkan siswa untuk bekerja bersama-sama dan lebih efisien, biasanya kegiatan praktik perlu dilakukan dalam jangka waktu tertentu.

Kerangka Berpikir

Berdasarkan hasil observasi awal di SMP Negeri 1 Talang kelas VIII E, tampak bahwa siswa masih sulit mempelajari gerakan menari yang diberikan oleh guru. Dan masih terdapat kesulitan-kesulitan yang dirasakan oleh siswa yaitu saat melakukan gerak ukelan, trisik maupun double step. Disamping itu siswa tidak menunjukkan kesungguhan untuk memperhatikan guru dan juga tidak menunjukan keaktifan untuk mencoba dan mengulang gerakan menari. Kondisi tersebut menyebabkan rendahnya hasil belajar/keterampilan menari siswa. Hal ini dapat dilihat dari nilai praktek, dari jumlah 32 siswa hanya 10 siswa atau 31,25% yang tuntas belajar, sedangkan sisanya yaitu 22 siswa nilainya belum tuntas atau 68,75%.

Untuk mengatasi masalah tersebut maka diperlukan metode pembelajaran dengan menggunakan metode Pembelajaran kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) yang dapat membantu belajar menari sehingga keaktifan dan hasil belajar siswa akan meningkat.

Kegiatan pada siklus 1 peneliti melakukan kegiatan dengan diawali metode imitasi, yaitu guru memberikan meteri gerak kemudian siswa menirukan gerak yang dicontohkan oleh guru. Kemudian siswa diberikan kesempatan untuk belajar secara mandiri bersama dalam kelompok kecil (2 siswa berpasangan satu bangku). Dengan belajar bersama teman siswa akan lebih nyaman dan dengan kelompok kecil (2 siswa) kerjasama antar siswa akan terjalin lebih intensif.

Untuk kegiatan siklus 2 peneliti melakukan kegiatan mengelompokkan 2 kelompok kecil menjadi satu kelompok (4 siswa) diharapkan dari 2 kelompok bisa saling tukar pikiran dan pengalaman mendiskusikan, kemudian berbagi ide dengan seluruh kelas.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Kondisi Awal

Berdasarkan hasil observasi awal di SMP Negeri 1 Talang Kabupaten Tegal kelas VIII E semester II tahun pelajaran 2019/2020 tampak bahwa siswa masih sulit mempelajari gerakan tari soyong (Siswa putri) dan tari pongan (siswa Putra) yang diberikan oleh guru seni budaya. Dalam pembelajaran tari masih terdapat kesulitan-kesulitan yang dirasakan oleh siswa yaitu saat melakukan gerak ukelan, trisik, lampah lambeyan dan embat embat leyek. Kondisi tersebut menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari nilai praktek, dari jumlah 31 siswa hanya 10 siswa atau 32,26% yang tuntas belajar, sedangkan sisanya yaitu 21 siswa atau 67,74% nilainya belum tuntas.

Menurut laporan, diperoleh data bahwa persentase ketuntasan belajar kondisi awal baru mencapai 32% sedangkan persentase siswa yang belum tuntas belajar baru mencapai 68%, Identifikasi terhadap penyebab terjadinya masalah sebagaimana telah dianalisis di atas adalah pembelajaran masih secara konvensianal yaitu menggunakan komando dan hitungan. Pada kondisi awal masih belum maksimal meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran, karena masih dianggap membosankan dan belum mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, sehingga hasil belajar menari yang diperoleh siswa masih rendah seperti ditunjukkan pada indikator ketuntasan belajar klasikal baru mencapai 68% atau sebanyak 21 siswa.

Diskripsi Siklus 1

Observasi tindakan pembelajaran pada siklus I secara garis besar dapat disampaikan hasil observasi sebagai berikut:

Hasil Observasi Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran

Keaktifan siswa dalam pembelajaran Siklus I diperoleh hasil observasi sebagai berikut:

Menurut laporan pengamatan, besarnya persentase keaktifan siswa pada tiap indikator observasi dalam pembelajaran siklus I dapat diketahui, bahwa dari 31 siswa terdapat 26 siswa (83,87%) semangat mengikuti pembelajaran dengan kriteria sangat aktif, 24 siswa (77,42%) senang melakukan gerak sesuai iringan dengan kriteria sangat aktif, 22 siswa (70,97%) mengekspresikan gerak tari dengan mimik muka kriteria aktif, 18 siswa (58,06%) bekerja sama dalam melaksanakan tugas dengan kriteria aktif, 17 siswa (54,84%) bertanggung jawab/kemandirian dengan kriteria aktif dan 14 siswa (45,16%) aktif menanggapi presentasi dengan kriteria cukup aktif. Sedangkan rata-rata tingkat keaktifan siswa pada pembelajaran siklus I adalah sebesar 65,05% dengan kriteria aktif.

 

Nilai Tes Hasil Belajar

Menurut laporan pengamat, diperoleh data bahwa persentase ketuntasan belajar siklus I sebesar 64,52% sedangkan persentase siswa yang belum tuntas sebesar 35,48%.

Refleksi Tindakan

Berdasarkan analisis hasil observasi, nilai tes hasil belajar, hasil wawancara dengan teman sejawat diperoleh gambaran refleksi sebagai berikut:

  1. Pembelajaran Seni Tari menggunakan metode Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) berhasil meningkatkan keaktifan siswa. Siswa mulai antusias /senang mengikuti pembelajaran hal ini ditandai dari hasil analisis lembar keaktifan belajar siswa semangat mengikuti pembelajaran, sebesar 83,87% atau kriteria sangat a
  2. Siswa senang mengikuti gerak sesuai iringan dapat dibuktikan dari lembar analisis sebesar 77,42% dengan kriteria sangat
  3. Siswa mulai senang bergerak hal ini dapat dibuktikan dari analisis lembar pengamatan keaktifan siswa sebesar 68,75% dengan kriteria aktif.
  4. Siswa dapat mengekspresikan gerak tari dengan mimik hal ini dapat dilihat analisis lembar pengamatan keaktifan siswa sebesar 70,97% dengan kriteria aktif.
  5. Dilihat dari hasil belajar menari yang diperoleh pada siklus I terdapat peningkatan persentase ketuntasan klasikal dari 32% pada kondisi awal menjadi 64,52% pada siklus I.

Deskripsi Siklus II.

Setelah melakukan tindakan refleksi siklus I dan diperoleh kesimpulan ternyata masih banyak siswa yang belum tuntas belajar, oleh karena itu perlu dilaksanakan siklus II, adapun pelaksanaan pada siklus II ini dilakukan dua kali pertemuan.

Observasi tindakan pembelajaran Siklus II secara garis besar dapat disampaikan hasil observasi sebagai berikut:

Hasil Observasi Keaktifan Siswa

Dalam Pembelajaran Siklus II diperoleh hasil observasi sebagai berikut ini:

Menurut laporan hasil pengamatan, besarnya persentase keaktifan siswa pada tiap indikator dapat diketahui, bahwa dari 31 siswa terdapat 29 siswa (93,54%) semangat mengikuti pembelajaran dengan kriteria sangat aktif, 28 siswa (90,32%) senang melakukan gerak sesuai iringan dengan kriteria sangat aktif, 27 siswa (87,09%) mengekspresikan gerak tari dengan mimik kriteria sangat aktif, 27 siswa (87,09%) bekerja sama dalam melakukan tugas dengan kriteria sangat aktif, 25 siswa (80,64%) bertanggung jawab / kemandirian dengan kriteria aktif dan 25 siswa (80,64%) aaktif menanggapi presentasi dengan kriteria aktif. Sedangkan rata-rata tingkat keaktifan siswa pada pembelajaran siklus II adalah sebesar 86,55% dengan kriteria sangat aktif.

Nilai Tes Hasil Belajar

Nilai tes hasil belajar pada siklus II diperoleh hasil sebagaimana laporan berikut ini:

Menurut laporan hasil pengamatan, diperoleh data bahwa ketuntasan belajar siklus II sebesar 80,65% sedangkan persentase siswa yang belum tuntas sebesar 19,35%.

Refleksi Tindakan

Refleksi tindakan pembelajaran pada siklus II yang diperoleh berdasarkan analisis hasil observasi, dokumentasi nilai belajar dan wawancara dengan teman sejawat diperoleh gambaran refleksi sebagai berikut:

  1. Proses pembelajaran melalui metode Kooperatif Tipe Think Pire Share yang diterapkan pada siklus II telah cukup efektif meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran sebagaimana hasil analisis lembar observasi diperoleh rata-rata sebesar 86,55% atau kriteria sangat aktif. Kreatifitas siswa telah muncul, siswa lebih kreatif. Hal ini disebabkan karena siswa mampu konsentrasi dalam menerima materi serta sungguh sungguh dalam mengerjakan tugas yang diberikan.
  2. Siswa lebih aktif, bertanggung jawab dan mandiri dalam mengerjakan tugas yang diberikan secara kelompok, ini dapat terwujud karena dalam satu kelompok terjalin kerja sama yang baik antar siswa.
  3. Dalam memperagakan atau mempresentasikan tari soyong maupun tari pongan di depan kelompok lain sudah terlihat kompak dan pola lantainya sudah dapat dilihat.
  4. Intensitas guru dalam memberikan bimbingan pembelajaran melalui metode Think Pair Share (TPS) sudah lebih efektif sehingga siswa dapat melakukan gerak tari dengan aspek wiraga,wirama dan wirasa lebih baik.
  5. Indikator kriteria ketuntasan klasikal hasil belajar siswa dalam pembelajaran siklus II telah tercapai sebagaimana analisis nilai tes hasil belajar diperoleh data bahwa yang memperoleh nilai di atas KKM sebanyak 25 siswa atau 80,65%. Secara keseluruhan jika dilihat dari nilai hasil belajar yang diperoleh siswa pada siklus II terdapat peningkatan persentase ketuntasan klasikal sebesar 16,13 dari 64,52% pada siklus I menjadi 80,65% pada siklus II.

Pembahasan Hasil Penelitian

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode Kooperatif Tipe Think Pire Share dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VIII E SMP Negeri 1 Talang Semester II Tahun Pelajaran 2019/2020. Dari data hasil penelitian menunjukan bahwa aktivitas belajar siswa pada siklus I dan siklus II mengalami peningkatan, pada siklus I siswa yang berkriteria aktif 65,05%, pada siklus II meningkat menjadi 86,55%. Ini berarti tujuan dari pembelajaran dengan menggunakan metode Think Pire Share (TPS) telah membawa dampak positif yaitu meningkatnya aktivitas belajar siswa.

Dengan meningkatnya aktivitas belajar siswa berdampak pada hasil belajar siswa. Pada siklus I dan siklus II terlihat adanya peningkatan. Pada siklus I siswa yang mencapai KKM sebanyak 64,52% meningkat menjadi 80,65%, terjadi peningkatan 16,13%. Peningkatan pencapaian ketuntasan klasikal menunjukkan bahwa siswa telah menguasai materi pelajaran dengan melibatkan siswa lebih aktif dalam menelaah materi. Hal ini sesuai konsep dari Sardiman (2001: 98) bahwa belajar yang berhasil harus melalui berbagai macam aktivitas, baik aktivitas fisik maupun psikis. Aktivitas fisik adalah siswa giat aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain maupun bekerja, ia tidak hanya duduk dan mendengarkan, melihat atau hanya pasif. Siswa yang memiliki aktivitas psikis (kejiwaan) adalah jika daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi dalam rangka pembelajaran.

Peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa pada penelitian dengan menggunakan metode Think Pire Share (TPS) dapat tercapai sesuai indikator keberhasilan yang sudah ditetapkan dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tindakan dalam penelitian tindakan kelas ini dapat diterima. Untuk itu peneliti menganggap cukup dan tidak melanjutkan siklus selanjutnya.

PENUTUP

Simpulan

  1. Penggunaan metode Kooperatif tipe Think Pair Share dalam pembelajaran seni tari dapat meningkatkan keaktifan belajar seni tari pada siswa kelas VIII E SMP Negeri 1 Talang semester II Tahun Pelajaran 2019-2020? Hal ini dapat dibuktikan melalui indikator semangat mengikuti pelajaran, Senang melakukan gerak sesuai iringan, Mengekspresikan gerak tari dengan mimik wajah,bekerja sama, kemandirian serta aktif menanggapi presentasi yang cenderung meningkat sebagaimana hasil penelitian pada siklus I sebesar 65,05% dan siklus II mencapai persentase rata-rata keaktifan siswa sebesar 86,55%, berarti ada peningkatan sebesar 21,50%.
  2. Penggunaan metode Kooperatif tipe Think Pair Share dapat meningkatkan hasil belajar seni tari pada siswa kelas VIII E SMP Negeri 1 Talang semester II Tahun Pelajaran 2019-2020? Hal tersebut dapat dilihat dari nilai hasil belajar seni tari yang meliputi aspek wiraga, wirasa, wirama, mengalami peningkatan ketuntasan belajar klasikal pada siklus I sebesar 64,52% pada siklus II menjadi sebesar 80,65%, berarti ada peningkatan sebesar 16,13%.

Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka peneliti menganjurkan:

  1. Guru harus mempunyai pengetahuan dan keterampilan dalam menyusun instrumen pembelajaran dan menerapkan pendekatan pembelajaran agar kegiatan pembelajaran dapat bervariasi yang pada akhirnya dapat menarik minat siswa sehingga siswa merasa senang terhadap pembelajaran yang dilaksanakan.
  2. Guru dalam mengajar materi seni tari perlu mencoba lagi menggunakan metode Kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) karena cukup efektif untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar Seni Tari.

DAFTAR PUSTAKA

Aunurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran.Bandung: Alfabeta

Djamrah, Syaiful Bahri. 2013. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Isjoni. 2006. Coopreative Learning, Efektivitas Pembelajaran Kelompok.

Bandung: Alfabeta.

Muhibbin Syah. 2012. Psikologi Belajar: Bandung: Remaja Karya

Nasution, S. 2003. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Sanjaya. 2006.Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Pendidikan. Jakarta:Media Group

Sardiman. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja

Grafindo Persada

Solihatin, Etin & Raharjo. 2008. Cooperative Learning, Analisis Model Pembelajaran IPS. Jakarta: Bumi Aksara.

Slavin. 2009. Cooperatif Learning: Teori,Riset, dan Praktik, Bandung:Nusa Media

Sriyono. 1992. Teknik Belajar Mengajar dalam CBSA. Jakarta: PT Rineka Cipta

Sudjana, Nana. 1996. CBSA Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo

Tria Rafika. 2012 Peningkatkan Keterampilan Menari dengan Metode Pembelajatrn Kooperatif Tipe Think-Pair-Share. Magelang.

Vembriarto, S.T. 1981. Pendidikan Psikologi Sosial. Yogyakarta: Paramita.

Yamin, Martinis. 2008. Taktik Mengembangkan Kemampuan Individual Siswa. Jakarta: Gaung Persada Press.

Zaibfio. 2011. Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS.Jakarta.Wordpress