UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN KOMPETENSI

MENULIS TEKS DESKRIPTIF MELALUI MODEL PEMBELAJARAN

MIND MAPPING MAPEL BAHASA INGGRIS

PADA SISWA KELAS VII H SMP NEGERI 1 DUKUHWARU

SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2019/2020

 

Ishartanti

SMP Negeri 1 Dukuhwaru

 

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya keaktifan belajar siswa dam pembelajaran teks deskripsi serta masih belum tercapainya ketuntasan belajar klasikal, siswa yang belum tuntas belajar baru mencapai 60% atau 19 siswa saja, padahal kriteria ketuntasan belajar klasikal adalah 80%. Peneliti mengupayakan untuk mengatasi masalah tersebut dengan menerapkan model pembelajaranMind Mapping. Tujuan penelitianini adalah untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran Mind Mapping dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam menulis teks deskripsi pada mata pelajaran Bahasa Inggris Kelas VII I SMP N 1 Dukuhwaru Semester 2 Tahun Pelajaran 2019/ 2020. Hasil penelitian menunjukkan melalui model pembelajaran Mind Mapping dapat meningkatkan keaktifan selama mengikuti kegiatan dari 56% pada siklus I menjadi 81% pada siklus II. Sedangkan hasil belajar siswa melalui tes tulis meningkat dari 60% pada siklus I menjadi 84% pada siklus II. Sehingga dengan demikian model pembelajaran Mind Mapping terbukti meningkatkan ketrampilan menulis siswa         

Kata Kunci: keaktifan ,Kompetensi Menulis Teks Deskripsi, Mind Mapping

 

PENDAHULUAN

Bahasa Inggris merupakan alat untuk berkomunikasi secara lisan dan tulis. Pengertian berkomunikasi adalah memahami dan mengungkapkan informasi, pikiran, perasaan, serta mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan budaya dengan menggunakan bahasa tersebut. Kemampuan berkomunikasi dalam pengertian yang utuh adalah kemampuan berwacana, yakni kemampuan memahami dan menghasilkan teks lisan atau tulis yang direalisasikan dalam empat keterampilan berbahasa: mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.

Dari keempat keterampilan tersebut di atas, keterampilan menulis dianggap yang paling sulit jika dibandingkan dengan keterampilan berbahasa lainnya. Terlebih lagi secara umum antara penulisan kata dalam bahasa inggris berbeda dengan ucapannya. Hal ini dirasa sulit bagi siswa SMP Negeri 1 Dukuhwaru yang sehari-harinya menggunakan bahasa indonesia dan bahasa daerah sebagai alat komunikasi, bahkan tidak sedikit siswa yang belum lancar berbahasa indonesia sehingga mereka menggunakan bahasa daerah dalam berkomunikasi dimana kedua bahasa tersebut antara tulisan dan ucapanya sama. Kesulitan berikutnya dalam memahami teks bahasa inggris adalah pada perbedaan bentuk kata kerja (verb form) karena kata kerja dalam bahasa inggris terdiri dari empat bentuk kata kerja yaitu: infinitive (verb I), ing form, past tense (verb II) dan past participle yang masing-masing penggunaannya sangat terkait dengan waktu suatu kegiatan dilakukan.

Rata-rata perolehan nilai siswa kelas VII H mata pelajaran bahasa inggris di bawah standar KKM atau kurang dari 70. Di kelas VII H nilai rata-ratanya ialah 52 dengan ketuntasan belajar hanya 40%. Ketidakmampuan siswa dalam menulis teks deskriptif dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya: Siswa kurang menguasai kosakata, siswa tidak terbiasa berlatih menulis kalimat dengan bahasa inggris. Disamping itu guru kurang memberi bekal pada siswa bagaimana cara menulis teks deskriptif yang baik dan benar. Peran guru sangat penting untuk menciptakan siswa semangat untuk belajar dan ikut berperan aktif dalam proses pembelajaran.

Karena keterbatasan waktu, maka diperlukan pembatasan masalah meliputi: (1) Penelitian ini hanya dikhususkan pada pada siswa Kelas VII H

SMP Negeri 1 Dukuhwaru Semester Genap Tahun Pelajaran 2019/2020. (2) Hasil kemampuan menulis teks deskripsi di siklus I dan siklus 2, (3) Materi yang diteliti adalah menulis Teks Deskriptif dengan metode Mind Mapping

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: (1) Bagaimanakah keaktifan siswa dalam menulis teks deskriptif mata pelajaran bahasa inggris dapat ditingkatkan dengan menggunakan model pembelajaranMind Mapping pada siswa kelas VII H SMP Negeri 1 Dukuhwaru Semester 2 Tahun Pelajaran 2019/2020? (2) Bagaimanakah kemampuan menulis teks deskriptif mata pelajaran bahasa inggris dapat ditingkatkan dengan menggunakan modelpembelajaran Mind Mapping pada siswa kelas VII H SMP Negeri 1 Dukuhwaru Semester 2 Tahun Pelajaran 2019/2020?

Adapun tujuan penelitian tindakan kelas ini untuk: (1) Meningkatkan keaktifan siswa dalam menulis teks deskriptif mata pelajaran bahasa inggris dengan menggunakan model Mind Mapping pada siswa kelas VII H SMP Negeri 1 Dukuhwaru Semester 2 Tahun Pelajaran 2019/2020, (2) Meningkatkan kemampuan menulis teks deskriptif mata pelajaran bahasa inggris dengan menggunakan model Mind Mapping pada siswa kelas VII H SMP Negeri 1 Dukuhwaru Semester 2 Tahun Pelajaran 2019/2020

KAJIAN TEORI

Pengertian Keaktifan

Keaktifan berasal dari kata dasar aktif. Aktif berarti giat,gigih dinamis atau bertenaga. Keaktifan yang dimaksud adalah keikutsertaan siswa secara langsung dalam mengikuti proses pembelajaran. Keaktifan belajar siswa memegang peranan pentingdalam pencapaian tujuan dan hasil belajar dalam prosespembelajaran,. Belajar merupakan proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam kemampuan, keterampilan, dan sikap. Keaktifan adalah kegiatan yang bersifat fisik maupun mental, yaitu berbuat dan berpikir sebagai suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan (Sardiman, 2001: 98). Belajar yang berhasil harus melalui berbagai macam aktifitas, baik aktifitas fisik maupun psikis. Aktifitas fisik adalah siswa giat aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain maupun bekerja,ia tidak hanya duduk dan mendengarkan, melihat atau hanya pasif. Siswa yang memiliki aktifitas psikis (kejiwaan) adalah jika daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi dalam rangka pembelajaran.

Jadi siswa dikatakan aktif dalam kegiatan pembelajaran jika siswa sedikitmelakukan aktivitas yang tidak relevan dengan pembelajaran. Dari penjelasan tentang keakifan belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa keaktifan belajar adalah segala kegiatan yang bersifat fisik maupun psikis siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar yang optimal sehingga dapat menciptakan suasan kelas menjadi kondusif.

Hakikat Menulis

Menulis adalah melukiskan atau menurunkan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut apabila orang itu memahami bahasa dan gambaran grafik itu (Tarigan, 1987: 21). Hal ini juga dapat disampaikan bahwa menulis adalah proses menuangkan ide, pikiran dan menyampaikan kepada khayalak. Menulis merupakan upaya untuk mewariskan ide atau gagasan kepada generasi selanjutnya agar ide itu terpelihara dan tetap hidup.

Sebagai penggambaran kesatuan-kesatuan bahasa, kegiatan menulis memerlukan suatu kemampuan memanfaatkan grafologi, struktur bahasa dan kosa kata, sehingga menulis merupakan suatu kegiatan produktif dan ekspresif. Sehubungan dengan hal diatas seorang penulis mengatakan bahwa menulis dipergunakan orang terpelajar untuk mencatat, merekam, meyakinkan, melaporkan atau memberitahukan, dan mempengaruhi orang lain. (Tarigan, 1987: 4).

Kemampuan menulis dalam Bahasa Inggris tidaklah begitu mudah bagi siswa, namun perlu berlatih melalui tahapan-tahapan pembelajaran dan membutuhkan waktu yang cukup lama. Kesabaran dan kreativitas guru dalam pembelajaran materi menulis sangat diperlukan. Hal ini diungkapkan oleh Tarigan (1987:4) “Kemampuan menulis tidak secara otomatis dikuasai oleh siswa, melainkan harus melalui latihan dan praktik yang banyak dan teratur”.Untuk mengatasi hal tersebut, Brown (2001:340) memberikan saran bahwa guru sebagai fasilitator yang membimbing atau mengarahkan siswa dalam menciptakan pembelajaran yang menarik dan mampu untuk memotivasi siswa.

Pembelajaran Kemampuan Menulis

Menurut Setyadi (2006:4), keterampilan berbahasa {language skills) dalam kurikulum di sekolah secara garis besar mencakup empat aspek, yaitu keterampilan menyimak/mendengarkan (listening skill), keterampilan berbicara {speaking skill), keterampilan membaca {reading skill) dan keterampilam menulis {writing skill). Kemampuan berbahasa inggris merupakan kesanggupan, kecakapan, kekuatan untuk meklakukan sesuatu.

Pengertian diatas menunjukkan bahwa pembelajaran bahasa inggris harus dilaksanakan secara terintegrasi yang meliputi keterampilan mendengarkan (listening skill), keterampilan berbicara {speaking skill), keterampilan membaca {reading skill) dan keterampilam menulis {writing skill). Keempat keterampilan berbahasa inggris tersebut harus dipelajari dan dikuasai oleh peserta didik sehingga mereka mempu menggunakan bahasa inggris secara lisan dan tertulis.

Pengajaran menulis, baik di sekolah dasar maupun di jenjang yang lebih tinggi pada hakekatnya merupakan pengajaran yang aktif produktif, yaitu menghasilkan (menghasilkan pesan), yang hasilnya nanti berupa tulisan (Zuchdi, 1996: 62).

Selanjutnya untuk mengukur kompetensi menulis siswa, cara yang paling baik adalah dengan menyuruh siswa untuk mengasah ketrampilan menulis (Depdiknas, 2005:24). Maka dari itu, untuk mengukur kompetensi menulis guru perlu memberi tugas kepada siswa untuk menulis baik secara kelompok maupun secara individu. Dalam penelitian ini, untuk mengukur kompetensi menulis siswa kelas VII H peneliti menggunakan cara penugasan secara individu langsung oleh guru dengan memperhatikan tiga aspek penilaian, yaitu aspek isi, langkah retorika dan tata bahasa sesuai dengan materi yang telah ditentukan.

Descriptive Text

Descriptive atau dalam Bahasa Indonesia disebut “deskriptif” merupakan kata sifat yang mempunyai arti “gambaran”.Sedangkan text atau “teks” memiliki arti tulisan. Jadi, teks deskriptif (Descriptive Text) merupakan sebuah teks yang menggambarkan sesuatu, seperti orang, hewan, benda, atau tempat, secara mendetail atau secara lengkap. Kata mendeskripsikan disini berarti menyebutkan sifat-sifat atau karakteristik dari sesuatu yang akan kita deskripsikan tersebut.

Seperti dikemukan oleh Linda Gerot, Peter Wignell, dalam making sense of functional grammar (1995):

Description text is a kind of text with a purpose to give information. The context of this kind of text is the description of particular thing, animal, person or other, for instance: our pets or a person we know well.

Tujuan Descriptive Text

Kemudian tujuan dari Descriptive Text menurut Linda adalah: to describe something, such as person, animal, thing, or place, in a detailed so that the readers or the listeners are able to understand what we describe and are able to imagine the thing we describe even though they have not seen it before

“Artinya, tujuan dari teks deskriptif adalah untuk menggambarkan sesuatu. seperti orang, hewan, benda, atau tempat, secara detail sehingga para pembaca atau pendengar dapat memahami apa yang kita gambarkan dan juga dapat membayangkan hal yang kita gambarkan tersebut meskipun mereka belum pemah melihat benda atau hal yang kita deskripsikan tersebut”

Mind Mapping

Konsep Mind Mapping sendiri asal mulanya diperkenalkan oleh Tony Buzan tahun 1970-an. Teknik ini dikenal juga dengan nama Radiant Thinking.

Tony Buzan mendefinisikan Mind Mapping sebagai cara mengembangkan kegiatan berpikir ke segala arah, menangkap berbagai pikiran dalam berbagai sudut. Mind Mapping mengembangkan cara berpikir divergen dan berpikir kreatif. Mind Mapping yang sering kita sebut dengan peta konsep adalah alat berpikir organisasional yang sangat hebat yang juga merupakan cara termudah untuk menempatkan informasi keotak dan mengambil informasi itu ketika dibutuhkan (Tony Buzan dan Barry, 2004: 23). Keuntungan mind mapping menurut Buzan adalah: (1) Mind mapping dapat menyeimbangkan otak kanan dan otak kiri, (2) Membantu menyusun kerangka berfikir, (3) Dapat meningkatkan kreatifitas, (4) Menudahkan otak memahami, mengingat dan menyerap informasi, (5) Dapat memusatkan perhatian siswa, (6) Mempercepat daya ingat dalam pembelajaran. (7) Dianggap sebagai salah satu teknik pembelajaran yang menyenangkan

Kesimpulannya metode Mind Map merupakan tehnik penyusunan catatan demi membantu siswa menggunakan seluruh potensi otak agar optimum. Caranya, menggabungkan kerja otak bagian kiri dan kanandalam upaya meningkatkan pola belajar siswa dengan memanfaat kemampuan otak kanan dan otak kiri secara merimbang denga pendekatan peta konsep, sehingga siswa mudah menghafal maupun mengingat materi yang dipelajari.

Berbentuk hieararki

Dari ciri ciri tersebut maka sebaiknya peta onsep disusun secara hierarki, artinya konsep yang lebih inklusif diletakkan pada puncak peta atau di bagiah tengah atau bagian inti peta, makin ke bawah atau ke samping konsep konsep diurutkan menjadi konsep yang kurang inklusif (Trianto, 2007:158 -161)

Berkaitan dengan penggunaan model pembelajaran Mind Mapping untuk pembelajaran menulis descriptive text, maka dapat dijelaskan langkah-langkah sebagai berikut:

  1. Model pembelajaran Mind Mapping ini menggunakan alat bantu gambar, maka terlebih dahulu siswa diberi gambar. Sebagai contoh gambar hewan (cat, rabbit, lion, dll).
  2. Siswa disuruh untuk menuliskan bagian-bagian yang ada pada gambar tersebut. Sebagai contoh bagian-bagian yang ada pada kepala hewan (eyes, ears, nose, dll.)
  3. Siswa menuliskan kata sifat-kata sifat berkaitan dengan bagian-bagian gambar yang ada sebagai contoh kata sifat berkaitan dengan mata: big, black, blue, dll; kata sifat hidung small, sharp, flat,
  4. Guru menjelaskan kaidah penulisan frase benda yang benar. Contoh: ekor panjang: long tail, gigi tajam: sharp teeth, dst.
  5. Siswa merangkai kata-kata yang telah mereka tulis menjadi kalimat yang benar yang kemudian disusun menjadi paragrap yang padu.Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Mind Mapping dapat membantu siswa dalam pembelajaran menulis descriptive text.Apalagi ketika model pembelajaran Mind Mapping ini dilaksanakan dengan batuan gambar, selain lebih memudahkan siswa dalam merancang sebuah kalimat, metode ini memudahkan siswa untuk menghapal atau mengingat materi sekaligus menyenangkan.

Kerangka Berfikir

Pada kondisi awal konsep pembelajaran bahasa inggris menulis teks deskriptif dilakukan secara konvensional, hasil belajar yang diperoleh siswa masih rendah yaitu kurang dari KKM. Rendahnya hasil belajar bahasa inggris menulis teks deskriptif ini, maka peneliti berusaha untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam ketrampilan menulis pada Tahun Pelajaran 2019/2020 Semester 2. Untuk mengatasi hal itu usaha yang dilakukan peneliti yaitu dengan melakukan langkah pendekatan pembelajaran denganmenggunakan metode mind mapping

Pembelajaran denganmenggunakan model mind mapping dengan media gambar dilakukan dengan 2 siklus. Siklus I dengan media pengertian teks deskriptif, hal-hal yang dapat digambarkan dengan teks deskriptif dan kerangka teks deskriptif dengan kelompok 5 sampai 6 siswa dengan 3 pertemuan yang diakhiri dengan tes. Siklus II dengan media gambar dengan kelompok 4 siswa membuat teks deskriptif dengan 3 pertemuan yang diakhiri tes.

METODE PENELITIAN

Setting/Lokasi/Subjek Penelitian

Lokasi Penelitian

Penelitian tindakan kelas dilaksanakan di SMP Negeri 1 Dukhwaru yang beralamat di Jl. Raya Slawi Jatibarang Gumayun Dukuhwaru Kabupaten Tegal Propinsi Jawa Tengah.

Waktu Penelitian

Penelitian tindakan kelas dimulai pada bulan Januari sampai dengan Juni 2020 dengan dua siklus. Siklus 1 dilaksanakan pada minggu kedua bulan Februari 2020 dengan 2 kali tatap muka dan diakhiri tes untuk mengambil nilai hasil belajar. Adapun siklus II dilaksanakan pada minggu kedua bulan Maret 2020 dengan 2 kali tatap muka dan diakhiri tes untuk mengambil nilai hasil belajar.

Subyek Penelitian

Subyek penelitian tindakan kelas adalah sIswa kelas VII H SMP Negeri 1 Dukuhwaru Semester 2 Tahun Pelajaran 2019/2020 yang berjumlah 32 siswa terdiri dari laki-laki = 16 anak dan perempuan = 16 anak

Metode Pengumpulan Data

Metode Pengumpulan Data dalam penelitian ini dengan menggunakan 3 metode yaitu: (1) Metode Tes, (2) Metode Observasi, dan (3) Meode Dokumentasi.

Analisis Data

Analisis data yang dipakai pada penelitian tindakan kelas ini adalah deskriptif komparatif untuk mencari nilai rata-rata dan tingkat ketuntasan sehingga dapat diketahui perkembangan hasil belajar siswa sebelum dan sesudah adanya tindakan dengan menggunakan dua jenis data yang peneliti kumpulkan dan selanjutnya dua jenis data tersebut dianalisis. Kedua data jenis data tersebut adalah: (1) Data kualitatif dan (2) Data Kuantitatif.

Sumber Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berasal dari siswa kelas VII- H SMP Negeri 1 Dukuhwaru.Sedangkan jenis data yang diperoleh dalam penelitian ini meliputi: (1) Data Primer, (2) Data Sekunder.

Indikator Keberhasilan Penelitian

Indikator keberhasilan ataupun pengambilan simpulan penelitian ini ditetapkan peneliti dengan menentukan indikator capaian sebagai berikut:

  1. Hasil belajar siswa pada penelitian ini mencakup ketuntasan belajar perorangan dan klasikal. Indikator capaian pada ketuntasan belajar perorangan ditetapkan jika siswa memperoleh nilai hasil belajar sama atau di atas nilai Kriteria Ketuntasan Minimal Mapel Bahasa Inggris 70 atau (KKM = 70) sedangkan ketuntasan belajar perorangan dalam satu kelas telah mencapai ≥ 80%.
  2. Keaktifan siswa dalam pembelajaran ditetapkan indikator capaiannya adalah jika keaktifan siswa dalam pembelajaran telah mencapai ≥ 75% dengan kriteria tinggi.

Prosedur Penelitian

Di dalam penelitian ini, prosedur penelitian dilaksanakan dengan menggunakan siklus-siklus tindakan atau daur ulang yang dilaksanakan dalam dua siklus, yaitu Siklus I dan Siklus II.Langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas ini diawali dengan perencanaan (Planning), tindakan (Action), mengobservasi (Observation), dan melakukan refleksi (Reflection).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Kondisi Awal

Gambaran kondisi awal sebelum penerapan metode Mind Mapping adalah sebagai berikut:

Observasi

Hasil Observasi Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran

Pengamatan terhadap keaktifan siswa pada pelajaran bahasa inggris materi description text pada kondisi awal diperoleh data bahwa ada 13 siswa tidak aktif atau kurang semangat mengikuti pelajaran 13 atau 40%, sedangkan19siswaatau59% aktif.

Dari hasil pengamatan, di ketahui bahwa dari 32 siswa yang tidak aktif mengikuti kegiatan pembelajaran ada 5 siswa (15%) dari 32 siswa di kelas VII H. 8 siswa kurang aktif (25%). 13 siswa di kategorikan cukup aktif (41%), dan hanya 6 orang siswa saja yang aktif (19%).

Hasil Belajar Siswa

Hasil belajar yang diperoleh siswa rendah, hal ini dibuktikan dari hasil ulangan harian dari 32 siswa perolehan nilai siswa yang di atas KKM hanya berjumlah 13 siswa atau 40%, sedangkan siswa yang memperoleh nilai dibawah KKM berjumlah 19 siswa atau 60%

Dari hasil pengamatan, diketahui bahwa nilai hasil belajar tertingi pada pra siklus adalah 80 nilai terendah 40 dan rata – rata nilainya 52.

Hasil Penelitian Siklus 1

Dalam melaksanakan perbaikan pembelajaran pada mata pelajaran Bahasa Inggris Materi Description Text, peneliti mempertimbangkan hasil pra siklus yang dirasa kurang memuaskan karena pembelajaran sangat dirasakan siswa sangat membosankan. Oleh karena itu peneliti berupaya memperbaiki pembelajaran dengan menggunakan metode Mind Mapping baikpada siklus I maupun siklus II.

Bardasarkan hasil pengamatan yang dilakukan peneliti bersama kolaborator diketahui bahwa adanya peningkatan pada aktifitas belajar selama pembelajaran yang berdampak pada meningkatanya hasil belajar siswa.

Keaktifan Belajar

Jika pada pra siklus awal siswa yang aktif hanya 6 orang siswa sekitar 19%, pada siklus I ini mengalami sedikit peningkatan yaitu 18 siswa atau 56% yang aktif dalam pembelajaran. Ada Peningkatan sebesar 37% dari sebelum diterapkannya Mind Mapping.

Dari hasil pengamatan, peroleh data bahwa siswa yang tidak aktif dalam pembelajran ada 3 orang (9%), yang kurang aktif ada 4 orang (14%), siswa yang cukup aktif ada 7 orang (22%), dan siswa yang aktif pada siklus I ada 18 siswa (56%).

Hasil dari observasi siklus I menunjukkan bahwa skor rata-rata aktivitas belajar siswa di kelas VII H pada siklus 1 adalah 69. Nilai tersebut termasuk kategori cukup, meningkat dari kondisi sebelum diterapkan metode mind mapping yaitu 53 (cukup rendah).

Hasil Belajar

Kenaikan hasil belajar siswa yang di nilai melalui tes hasil belajar mengalami peningkatan meskipun tidak signifikan.

Dari kondisi prasiklus ada 13 siswa yang tuntas (40%) menjadi 60% 19 siswa yang tuntas belajar.

Dari laporan hasil pengamatan. dapat diketahui bahwa nilai rata-rata hasil belajar pada siklus 1 adalah 70, dengan nilai terendahnya adalah 50, nilai tertinggi 85. Jumlah siswa tuntas belajar ada 19 orang dari 32 siswa atau 60%, sedangkan siswa yang belum tuntas berjumlah 13 orang atau 40%. Dari tabel 4.4 di atas terdapat peningkatan hasil belajar siswa pada siklus I meskipun tidak signifikan dari kondisi awal yang hanya 13 siswa yang tuntas.

Refleksi

Kenaikan hasil belajar siswa yang di nilai melalui tes hasil belajar mengalami peningkatan, meskipun tidak signifikan yaitu dari 40% siswa yang tuntas menjadi 63% pada siklus 1. Berdasarkan analisis hasil observasi dan nilai tes hasil belajar serta pertimbangan dari teman sejawat.

Hasil Penelitian Siklus II

Pelaksanaanpembelajaran pada siklus II tidakmengalamiperbedaan yang signifikan dengan pembelajaran pada siklus I. Tahapan yang dilakukan sama denganKompetensi Dasar yang sama namun materi berbeda.

Bardasarkan hasil pengamatan yang dilakukan peneliti bersama kolaborator diketahui bahwa adanya peningkatan pada aktifitas belajar berdampak pada meningkatanya hasil belajar siswa.

Keaktifan Belajar

Jika pada siklus I diketahui sekitar 56% siswa yang aktif maka pada siklus II ini keaktifan siswa mengalami peningkatan yang signifikan yaitu sekitar 81%. Hampir semua anak terlibat aktif dalam pembelajaran. Mereka terlihat antusias ikut bekerjasama dengan kelompok kecilnya. Meskipun ada beberapa yang masih bingung namun mereka tetap aktif mengikuti kegiatan pembelajaran.

Dari laporan hasil penelitian, di peroleh data bahwa pada siklus II terlihat hanya ada beberapa siswa saja yang pasif. Semua siswa terlibat aktif dalam pembelajaran. Siswa yang kurang aktif ada 2 siswa (7%), siswa yang cukup aktif ada 3 orang (9%), dan dari 32 siswa yang ada di kelas tersebut, siswa yang aktif ada 26 orang (81%), sudah melampaui dari kriteria yang telah di tentukan yaitu ≥ 76 tergolong tinggi.

Hasil Belajar

Kenaikan hasil belajar siswa yang dinilai melalui tes hasil belajar menulis juga mengalami peningkatan sesuai dengan target ketuntasan klasikal yaitu 80% dari jumlah siswa secara keseluruhan.

Dari pengamatan, dapat diketahui bahwa nilai rata-rata 80. Nilai tertinggi yang diperolah siswa adalah 90 dan nilai terendahnya adalah 60.

Untuk ketuntasan belajar terdapat peningkatan pada siklus II. Jumlah siswa yang tuntas belajar ada 27 dari 32 siswa atau 84%, melebihi dari ketuntasan klasikal yaitu ≥ 80% , sedangkan siswa belum tuntas hanya 4 orang siswa atau 16% saja.

Refleksi

Berdasarkan analisis hasil observasi dan nilai tes hasil belajar pada siklus II serta pertimbangan dari teman sejawat maka diperoleh refleksi sebagai berikut: Semangat dan ketekunan siswa tadi berdampak pada nilai hasil belajar siswa, yaitu jumlah siswa tuntas belajar ada 26 dari 32 siswa atau 84% sedangkan siswa belum tuntas dengan jumlah 5 siswa atau 16%. Skor rata rata aktifitas belajar belajar dari 53 termasuk dalam kategori cukup pada pra siklus meningkat menjadi kategori tinggi yaitu 76 pada siklus II.

Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan semua hasil penelitian sebagaimana diuraikan pada pembahasan di atas, dan berdasarkan hasil pengamatan baik oleh guru kolaborator maupun peneliti dalam pembelajaran dengan menggunakan model Mind Mappin. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, setiap siklus ada dua kali pertemuan. Setiap pertemuan sesuai dengan Rencana Pelaksanan Pembelajaran dengan tiga tahapan pembelajaran yaitu kegatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup.

Dari langkah pembelajaran yang dilaksanakan padasiklus I ditemukan beberpa kelebihan dan kekuranangan.Kelebihannya siswa merasa senang dengan metode ini karena mereka selain dapat pengalaman baru mereka lebih mudah memahami materi dengan gambarberikutalurnya. Dari pihak guru sendiri sudah berusaha untuk mengoptimalkan pembelajaran. Guru sudah menciptakan pembelajaran yang kreatif, menyenangkan, dan bermakna bagi siswa. Sementaraitukekuranganpada siklus I dalam pembelajaran banyak terlihat menunjukkan perilaku kurang ulet dalam menghadapi kesulitan belajar, kurang bersemangat, dikarenakan siswa belum terlatih, dan juga karena jumlah anggota dalam kelompok diskusiyang di bentuk dengan cara menghitung urut 1-6, yang angkanya sama menjadi satu kelompok, sehingga kelompok yang terbentuk terlalubanyakyaitu 5-6 siswa, maka hal ini mempengaruhi juga pada hasil belajar. pelaksanaan diskusi dalam kelompok kurang efektif. Diskusi cenderung didominasi oleh siswa tertentudanadabeberapasiswa yang hanyabermainsendiri.Pada akhirnya ada beberapa kelompok yang belum selesai mengejakan Lembar Kerja meskipun waktu yang di tentukan sudah habis. Dari data hasil tes yang diperolehpenelitibahwasecaraklasikaldari 32 siswa yang tuntasbelajarada 19siswaatau60% dan13siswaatau40% belum mencapai ketuntasan klasikal yang di tetapkan yaitu 80%.

Dari pantauan kegiatan pembelajaran pada siklus II, suasana Pembelajaran terasa lebih hidup dan antusias. Siswa sudah mulai tidak ragu ragu karena mereka sudah pernah melakukan pada siklus I. Hasil belajar siswa lewat tes hasil belajar di silkus II diperoleh nilai terendah 60, nilai tertinggi 90, dan nilai rata-ratanya 78. Dari 32 siswa yang tuntas secara individual ada 27 siswa atau 84%, jadi sudah lebih dari batas ketuntasan maksimal yang ditentukan sebesar 80%, sedang siswa belum tuntas ada 5 orang (16%). Hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer, guru sudah optimal dalam menyampaikan materi pembelajaran dan dalam membimbing serta mengarahkan kelompok diskusi siswa sudah baik, sehingga dapat disampaikan bahwa siswa yang tuntas belajar pada setiap siklus penelitian tindakan ini mengalami peningkatan.

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan analisis data yang diperoleh dari hasil penelitian tindakan kelas, baik data yang diperoleh dari tindakan siklus1 maupun siklus 2, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa:

  1. Penerapan model pembelajaran Mind Mapping berpengaruh positif terhadap proses pembelajaran, siswa lebih aktif dan antusias dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar khususnya pada materi menulis descriptive text matapelajaran bahasa Inggris.
  2. Penerapan model pembelajaran Mind Mapping juga berdampak positif terhadap hasil belajar siswa kelas VII H semester genap SMP Negari 1 Dukuhwaru Tahun Pelajaran 2019/2020 khususnya materi pelajaran menulis descriptive text. Dari 32 siswa yang tuntas belajar pada siklus 1 sebesar 60% menjadi 84% pada siklus 2. Hal ini menunjukan bahwa siswa yang tuntas belajar mengalami peningkatan sebesar 20% pada sedangkansiswa yang belum tuntas mengalami penurunan sebesar 20% pada siklus I, begitu pila ketuntasan meningkat menjadi 24% dan penurunan siswa yang belum tuntas 24% padasiklus 2.

Saran

Berdasarkan simpulan hasil penelitian tersebut, saran yang dapat diberikan peneliti adalah sebagai berikut.

  1. Guru bahasa Inggris dan mata pelajaran lain yang belum menerapkan model pembelajaran Mind Mapping agar menggunakan model tersebut dalam pembelajaran karena model pembelajaran ini terbukti efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa terutama keterampilan menulis.
  2. Sekolah perlu menyediakan sarana dan prasarana pendukung yang lebih memadai bagi guru dalam menerapkan model pembelajaran Mind Mappingterutama pada materi menulis descriptive text, sehingga pembelajaran lebih lancar.

 

DAFTAR PUSTAKA

Akhadiah, Sabarti. 1989. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. GebraAksaraPranata.

Brown, H.D. 2001.Teaching by Principle: An Interactive Approach to Language Pedagogy, 2nd Edition. New York: Addison Wesley Longman, Inc.

Buzan, Tony.2008. Mind Mapping. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Depdiknas. 2005. Materi Pelatihan Terintegrasi Kurikulum Berbasis Kompetensi.Penilaian Pembelajaran Bahasa Inggris. Buku 1Jakarta: Depdiknas.

Gerot, Linda and Wignell Peter,1995. Making Sense of Fungsional Grammar: Australia Press

Hammond Jenny,1992, English for special purposes: Sidney

Nana Sudjana, 2010.PenilaianHasil PBM, Bandung:RemajaRosdakarya.

Sardiman, AM, 2001,InteraksidanMotivasiBelajarMengajar, Jakarta:PT.RajaGrafindoPersada.

Setyadi, Bambang, Ag, 2006, Teaching English as a Foreign Language, Yogyakarta: Graha Ilmu

Tarigan, Henry Guntur.1987. Teknik Pengajaran Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1996. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.

Trianto, 2007. Model Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Plubliser

Zuchdi, Darmiyati. 1996. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Rendah. Jakarta: Dirjen Dikti dan Depdikbud