MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA

MENGIKUTI LAYANAN INFORMASI MENGGUNAKAN MEDIA VIDEO

PADA SISWA KELAS VIII B SMPN 4 BANTAN  TAHUN 2016/2017

 

Tina Murdiati

Guru SMPN 4 Bantan, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau

 

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam mengikuti layanan informasi Bimbingan dan Konseling di kelas VIII B SMPN 4 Bantan melalui media video. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan bimbingan konseling berbentuk penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dengan menggunakan 2 suklus. Subjek penelitian pada Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling ini adalah siswa kelas VIII B semester II SMPN 4 Bantan Tahun Pelajaran 2016/2017. Jumlah siswa di kelas tersebut sebanyak 18 orang, terdiri dari 6 peserta didik laki-laki dan 12 peserta didik perempuan. Data hasil pengamatan adalah pada pra-siklus hasil penilaian jangka pendek siswa mendapat skor Amat baik = 0%, skor Baik=27,78%=5 siswa, skor Cukup=55,56%=10 siswa dan skor Kurang=16,67%=3 siswa. Setelah dilakukan tindakan pada siklus I, hasil penilaian jangka pendek siswa mendapat skor Amat baik 11,11%=2 siswa, skor Baik 33,33%iswa=6 siswa, skor Cukup 44,44%=8 siswa dan skor Kurang=11,11%=2 siswa. Sedangkan pada siklus II hasil penilaian jangka pendek siswa mendapat skor Amat baik sebesar 44,44%=8 siswa, skor Baik sebesar 55,56%=10 siswa, dan tidak ada siswa yang mendapat skor Cukup atau Kurang Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan penilaian jangka pendek (laijapen) siswa dalam mengikuti layanan informasi secara klasikal dengan menggunakan media video. Dengan demikian penelitian ini dianggap berhasil dengan peningkatan hasil yang dicapai.

Kata kunci: keaktifan, layanan informasi, media video

 

PENDAHULUAN

Guru Bimbingan dan konseling atau konselor berperan membantu tercapainya perkembangan pribadi, sosial, belajar, dan karir peserta didik tersebut. Untuk itu guru bimbingan dan konseling atau konselor menjalankan semua fungsi bimbingan dan konseling yaitu fungsi pemahaman, fasilitasi, penyesuaian, penyaluran, adaptasi, pencegahan, perbaikan, advokasi, pengembangan, dan pemeliharaan. Meskipun guru bimbingan dan konseling atau konselor memegang peranan kunci dalam sistem bimbingan dan konseling di sekolah, namun kerjasama dengan guru mata pelajaran, wali kelas dan semua stakeholder yang ada di sekolah sangat dibutuhkan termasuk dukungan dari kepala sekolah.

Salah satu layanan yang dilaksanakan oleh guru BK atau Konselor adalah pemberian layanan informasi kepada siswa asuh secara klasikal. Layanan informasi, yaitu layanan BK yang membantu peserta didik menerima dan memahami berbagai informasi diri, sosial, belajar, karir/ jabatan, dan pendidikan lanjutan secara terarah, objektif dan bijak. Layanan ini diberikan secara terjadwal setiap minggunya 2 jam pelajaran untuk setiap kelas. Hal ini di atur dalam lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 111 tahun 2014 tentang Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Layanan informasi ini diberikan untuk memenuhi kekurangan seseorang akan informasi yang dibutuhkan. Dalam layanan ini diberikan berbagai informasi yang akan digunakan oleh individu untuk kepentingan hidup dan perkembangannya. Pengembangan kemandirian, pemahaman dan penguasaan informasi yang diperlukan akan memungkinkan seseorang mampu memahami dan menerima diri dan lingkungannya secara obyektif dan positif, dapat mengambil keputusan, mengarahkan diri kepada kegiatan yang berguna dan pada akhirnya dapat mencapai kebahagiaan hidup.

Layanan informasi sangat penting diberikan kepada peserta didik karena bertujuan untuk membekali seseorang dengan berbagai pengetahuan dan pemahaman tentang berbagai hal yang berguna untuk mengenal diri, merencanakan dan mengembangkan pola kehidupan sebagai pelajar, anggota keluarga dan masyarakat (Hariastuti, 2008: 29). Pemahaman yang diperoleh melalui layanan informasi digunakan sebagai acuan dalam meningkatkan kegiatan dan prestasi belajar, mengembangkan cita-cita, menyelenggarakan kehidupan sehari-hari dan mengambil keputusan. Dengan alasan itulah para guru bimbingan dan konseling atau para konselor di sekolah telah banyak yang melakukan layanan informasi.

Pada kenyataannya di lapangan tak jarang pula pemberian layanan informasi di kelas mengalami kendala, seperti yang penulis hadapi di kelas VIII B yaitu tingkat keaktifan siswa yang rendah. Pada pra siklus didapat data keaktifan siswa mengikuti layanan yang mendapat skor Amat baik hanya 7,14%, skor Baik 24,60% dan skor Cukup 68,25%. Pada kegiatan diskusi, skor Amat baik 0%, skor Baik 33,33% dan skor Cukup 66, 67%. Hal ini menunjukkan tingkat keaktifan siswa dalam mengikuti layanan masih rendah yang berakibat pada rendahnya penilaian jangka pendek siswa yaitu tidak ada siswa yang mendapat skor Amat baik, hanya 5 orang siswa yang mendapat skor Baik atau 27,78%, 10 orang mendapat skor Cukup atau 55,56% dan ada 3 orang yang mendapat skor Kurang atau 16,67%.

Permasalahan di atas sebagian besar muncul karena kekurangan yang dilakukan oleh guru ketika memberikan layanan informasi. Berdasarkan pengalaman hal-hal yang memicu permasalahan tersebut adalah: (1) Guru BK menggunakan metode ceramah sehingga siswa tidak tertarik dan merasa bosan. (2) Guru BK tidak menggunakan media yang menarik dalam proses layanan informasi. (3) Guru BK kurang memperhatikan kebutuhan siswa. (4) Guru BK kurang menekankan pentingnya informasi yang diberikan.

Hal ini menunjukkan bahwa dalam memberikan layanan informasi secara klasikal, guru BK harus menggunakan media layanan yang bervariasi dan disesuaikan dengan kondisi siswa sehingga siswa lebih aktif, merasa senang dan lebih mudah dalam memahami materi yang disampaikan. Dengan kata lain siswa lebih berkesan dengan layanan yang disampaikan serta siswa akan lebih mengingat/tidak mudah melupakan hal- hal yang diterimanya. Sehingga materi layanan ini dapat benar-benar berfungsi sebagai pemahaman dan pencegahan.

Dengan menyadari gejala-gejala atau kenyataan tersebut di atas, maka dalam penelitian ini penulis mengambil judul “Meningkatkan Keaktifan Siswa Mengikuti Layanan Informasi Menggunakan Media Video pada Siswa Kelas VIII B SMP Negeri 4 Bantan TP. 2016/2017.”

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Apakah penggunaan media video dapat meningkatkan keaktifan siswa mengikuti layanan informasi pada siswa kelas VIII B SMP Negeri 4 Bantan TP. 2016/2017?”

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam mengikuti layanan informasi Bimbingan dan Konseling di kelas VIII B SMPN 4 Bantan melalui media video.

Hasil penelitian ini dapat berguna (1) Dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam mengikuti layanan informasi. (2) Dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk guru dalam upaya meningkatkan keaktifan siswa dalam mengikuti layanan informasi dengan menggunakan media video. (3) Bermanfaat untuk meningkatkan kualitas guru dalam memberikan layanan informasi. Guru yang berkualitas akan meningkatkan mutu layanan dan otomatis akan meningkatkan mutu sekolah.

KAJIAN TEORITIS

Pengertian Keaktifan Siswa

Dalam pelaksanaan layanan informasi secara klasikal hal ini adalah langkah pertama yang sangat penting saat memulai layanan. Dengan demikian siswa perlu merasa bahwa mereka adalah bagian dari proses layanan. Untuk memfasilitasi hal ini, setiap rencana pelaksanaan layanan menyertakan satu sesi untuk menyampaikan tujuan-tujuan layanan yang kemudian dijelaskan pada siswa dan satu sesi di akhir layanan untuk siswa memberikan kesimpulan, kesan dan komitmen yang akan dilakukannya setelah mengikuti layanan informasi.

Diedrich dalam Sardiman A.M, 2006:100-101) membuat daftar yang berisi 177 macam aktivitas siswa antara lain dapat digolongkan sebagai berikut: (1) Visual Activities, seperti membaca, memperhatikan gambar, memperhatikan demonstrasi percobaan pekerjaan orang lain. (2) Oral activities, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi. (3) Listening activities, seperti mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato. (4) Writing activities seperti menulis: cerita, karangan, laporan, angket, menyalin. (5) Drawing activities, seperti menggambar, membuat grafik, peta, diagram (6) Motor activities, seperti melakukan percobaan, membuat konstruksi, mereparasi model, bermain, berkebun, berternak. (7) Mental activities, seperti menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan. (8) Emotional activities, seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa keaktifan siswa merupakan kumpulan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar atau layanan. Kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, berpendapat, mengerjakan tugas-tugas yang relevan, menjawab pertanyaan guru/siswa dan bisa bekerja sama dengan siswa lain, serta tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan

Menurut Melvin L. Silbermen (2006:100-101) mengemukakan beberapa ciri-ciri yang harus tampak dalam proses belajar aktif (active learning), yaitu (1) Situasi kelas menantang siswa melakukan kegiatan belajar secara bebas tetapi terkendali. (2) guru tidak mendominasi pembicaraan, tetapi lebih banyak memberikan rangsangan berpikir kepada siswa dalam memecahkan masalah. (3) Guru meyediakan dan mengusahakan sumber belajar bagi siswa. (4) Kegiatan belajar siswa bervariasi. (5) Hubungan guru dengan siswa sifatnya harus mencerminkan hubungan manusiawi. (6) adanya keberanian siswa untuk mengajukan pendapat melalui pertanyaan dan pernyataan.

Layanan Informasi Bimbingan dan Konseling di SMP

Pelayanan Bimbingan dan Konseling pada satuan pendidikan adalah pelayanan bantuan profesional untuk peserta didik, baik secara perorangan, kelompok, maupun klasikal, agar peserta didik mampu mandiri dan mengendalikan diri serta berkembang secara optimal dalam bidang pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kemampuan belajar, dan perencanaan karir (Kemendikbud (2014:11))

Hal ini dilakukan melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung, berdasarkan norma- norma yang berlaku, melalui proses pembelajaran yang diselenggarakan baik melalui pelayanan klasikal maupun nonklasikal. Salah satu jenis layanan yang diselenggarakan dalam pelayanan Bimbingan dan Konseling adalah layanan informasi. Layanan informasi ini sangat penting untuk seluruh siswa.

Didalam buku Panduan Bimbingan dan Konseling yang diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar (2014:17) mengemukakan Layanan Informasi, yaitu layanan BK yang membantu peserta didik menerima dan memahami berbagai informasi diri, sosial, belajar, karir/ jabatan, dan pendidikan lanjutan secara terarah, objektif dan bijak.

Layanan informasi pada penelitian ini adalah layanan informasi yang diberikan secara klasikal terjadwal 2 jam pelajaran setiap minggunya untuk setiap kelas. Hal ini di atur dalam lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 111 tahun 2014 tentang Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.

Dari sumber diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa layanan informasi adalah bantuan, yakni bantuan dari guru Bimbingan dan Konseling kepada seluruh peserta didik untuk mendapatkan informasi yang bermanfaat bagi hidupnya. Tujuan layanan informasi adalah agar peserta didik dapat menerima dan memahami berbagai informasi berkaitan dengan kehidupan pribadi, sosial, belajar, karier. Fungsi layanan informasi yang utama adalah fungsi pemahaman dan pencegahan.

 Dengan demikian materi layanan informasi di SMP sangat luas, diantaranya informasi pentingnya dukungan keluarga dalam mencapai cita-cita, informasi pendidikan seperti kelanjutan studi ke SMA/SMK atau perguruan tinggi, juga informasi pekerjaan atau karier yang akan berguna membantu peserta didik merencanakan karier masa depannya.

Untuk mengetahui keberhasilan layanan informasi yang diberikan, guru memberikan angket sebagai penilaian jangka pendek (laijapen) setelah satu atau dua minggu pemberian layanan. Menurut Mukhtar (2013:29), angket merupakan alat yang hampir mendekati kepastian data karena diisi oleh siswa/responden itu sendiri.

Media Video

 Tim BK UNESA (2013) menyatakan media merupakan alat saluran komunikasi. Media berasal dari bahasa Latin dan merupakan jamak dari kata “medium” yang secara harafiah berarti “perantara” yaitu perantara sumber pesan (a source) dengan penerima pesan (a receiver). Sebuah media bisa dipertimbangkan sebagai media Bimbingan dan Konseling jika membawa pesan-pesan (messages) dalam rangka mencapai tujuan Bimbingan dan Konseling.

Media Bimbingan dan Konseling selalu terdiri atas dua unsur penting, yaitu unsur peralatan atau perangkat keras (hardware) dan unsur pesan yang dibawanya (messages/software). Dengan demikian, media Bimbingan dan Konseling memerlukan peralatan untuk menyajikan pesan, namun yang terpenting bukanlah peralatan itu tetapi pesan atau informasi yang dibawakan oleh media tersebut. Perangkat lunak (software) adalah informasi atau bahan Bimbingan dan Konseling itu sendiri yang akan disampaikan kepada siswa atau klien, sedangkan perangkat keras (software) adalah sarana atau peralatan yang digunakan untuk menyampaikan pesan/bahan Bimbingan dan Konseling tersebut.

Setiap komponen dalam layanan seperti tujuan, materi, media, metode dan evaluasi saling berkaitan satu sama lain, saling berinteraksi, saling berhubungan dan saling ketergantungan. Jadi penggunaan media dalam layanan informasi tidak dapat dipisahkan dari keseluruhan sistem layanan itu sendiri.

Penggunaan media akan meningkatkan kebermaknaan (meaningful learning) hasil belajar. Dengan demikian pemilihan media menjadi penting artinya dan ini menjadi alasan teoritis mendasar dalam pemilihan media (Susilana, 2009:63)

Media video adalah media yang menyajikan informasi dalam bentuk suara dan visual. Unsur suara yang ditampilkannya berupa: narasi, dialog, sound effect dan musik, sedangkan unsur visual berupa gambar/foto diam (still image), gambar bergerak (motion picture), animasi dan teks (Susilana, 2009:51). Sukiman (2012: 187) mengemukakan bahwa video adalah seperangkat komponen atau media yang mampu menampilkan gambar sekaligus suara dalam waktu bersamaan.

Media video ini merupakan salah satu media pengajaran yang dapat memberikan dampak yang positif jika digunakan dengan baik. Karena penggunaan media video sendiri memiliki manfaat yaitu meningkatkan minat siswa dalam mengikuti kegiatan. Dengan penggunaan media video siswa menjadi lebih tertarik terhadap materi layanan karena sebagian besar peserta didik lebih cenderung menyukai hal yang berhubungan dengan visual.

Video merupakan salah satu contoh media audio visual yaitu media pembelajaran yang menggunakan kemampuan indera telinga atau pendengaran dan indera mata atau penglihatan (audio-visual). Jenis media pembelajaran ini menghasilkan pesan berupa suara dan bentuk atau rupa. Konsep tentang kemanfaatan alat bantu pandang dengar didasarkan atas konsep tentang perolehan pengalaman seseorang melalui media pembelajaran (perantara) yang digunakan, makin konkrit media pembelajaran yang digunakan, makin tinggi nilai pengalaman yang diperoleh (Sumiati 2009:161)

Pemilihan suatu media layanan harus dapat mengubah persepsi peserta didik yang menganggap layanan informasi itu membosankan menjadi menyenangkan sehingga menyampaikan pesan bisa lebih jelas dan mudah dipahami oleh peserta didik, dapat membangkitkan motivasi dan minat belajar. Media video mempunyai kemampuan yang lebih, karena media ini mencakup indera pendengaran dan indera penglihatan.

Dengan menggunakan media video dalam memberikan layanan informasi secara klasikal dapat meningkatkan keaktifan dan gairah belajar para peserta didik untuk menguasai informasi yang disampaikan secara utuh, mengembangkan kemampuan peserta didik dalam berinteraksi langsung dengan lingkungan dan sumber belajar serta lebih memperjelas dan mempermudah penyajian pesan agar tidak terlalu verbalistik.s

 Ada 2 macam video sebagai pembelajaran, yaitu: Pertama, video yang sengaja dibuat atau didesain untuk pembelajaran. Video ini dapat menggantikan guru dalam mengajar. Video ini bersifat interaktif terhadap siswa. Hal inilah yang menjadikan video ini bisa menggantikan peran guru dalam mengajar. Video semacam ini bisa disebut sebagai “video pembelajaran”. Guru yang menggunakan media video pembelajaran semacam ini dapat menghemat energi untuk menjelaskan suatu materi kepada siswa secara lisan. Peran guru ketika memilih menggunakan media pembelajaran ini hanyalah mendampingi siswa, dan lebih bisa berperan sebagai fasilitator. Selain dilengkapi dengan materi, video pembelajaran juga dilengkapi dengan soal evaluasi, kunci jawaban, dan lain sebagainya sesuai dengan kreatifitas yang membuatnya. Biasanya satu video berisi satu pokok bahasan. Kedua, video yang tidak didesain untuk pembelajaran, namun dapat digunakan atau dimanfaatkan untuk menjelaskan sesuatu hal yang berkaitan dengan pembelajaran. Misalnya video tari-tarian daerah. Dengan menggunakan video ini siswa dapat melihat secara jelas bagaimana model sebuah tarian. Contoh lain adalah video tentang bahaya narkoba. Dengan menampilkan video bahaya narkoba dapat lebih menarik perhatian siswa, dapat menjadikan siswa melihat prosesnya secara lebih detail dan konkret dibandingkan hanya menggunakan media gambar saja atau metode ceramah. Penggunaan video ini juga dapat mengaktifkan daya kreatifitas siswa, menimbulkan pertanyaan-pertanyaan kritis siswa serta menjadikan pembelajaran lebih bermakna bagi siswa. Hanya saja media video seperti ini membutuhkan penjelasan dan pengarahan lebih lanjut dari guru, karena video ini bukan video yang interaktif. Oleh karena itu penggunaan media video ini memerlukan keterampilan guru, agar dapat tercapai dengan baik.

Hubungan Media Video dengan Keaktifan Siswa Mengikuti Layanan Informasi

Dalam kegiatan layanan informasi secara klasikal, peserta didik dituntut untuk aktif dalam kegiatan layanan. Peserta didik aktif berarti keterlibatan peserta didik dalam aktivitas layanan sangat dominan. Keaktifan peserta didik selama proses layanan tergantung pada interaksi siswa dengan lingkungannya.

Meningkatkan keaktifan siswa mengikuti layanan informasi dengan menggunakan video yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif memungkinkan siswa belajar dalam kondisi yang lebih rileks sehingga siswa tidak merasa bosan. Selain itu penggunaan media video dalam layanan informasi juga melibatkan seluruh siswa tanpa ada perbedaan status dalam belajar dan menumbuhkan tanggung jawab, kerja sama, serta kesukarelaan dalam mengikuti layanan.

Dengan tumbuhnya kesukarelaan dalam mengikuti layanan, partisipasi aktif dan kondisi belajar yang rileks diharap siswa termotivasi untuk lebih aktif dalam proses layanan informai Bimbingan dan Konseling. Ketika motivasi belajar siswa meningkat berarti keaktifan belajar siswa juga mengalami peningkatan. Dengan penggunaan media video diharapkan dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam mengikuti layanan informasi. Senada dengan yang dikemukakan bahwa media Bimbingan dan Konseling berfungi untuk meningkatkan kualitas layanan Bimbingan dan Konseling. Pada umumnya hasil Bimbingan dan Konseling yang diperoleh siswa dengan menggunakan media Bimbingan dan Konseling akan tahan lama mengendap (Tim BK UNESA, 2013:338)

Kerangka Berpikir

Uraian di atas secara teortik menjelaskan bahwa dalam melaksanakan layanan informasi secara klasikal perlu digunakan media yang tepat sesuai dengan karakteristk materi dan siswa yang menerimanya. Hal ini dilakukan supaya siswa aktif mengikuti layanan informasi tersebut dan dapat meningkatkan hasil layanan sesuai dengan yang diinginkan. Sehingga, dimungkinkan tidak ada lagi siswa yang pasif dalam menerima layanan serta tidak ada lagi hasil layanan siswa yang mendapat nilai Cukup atau Kurang. Sehubungan dengan itu, penggunaan media video merupakan salah satu media yang tepat yang dapat digunakan dalam layanan informasi yang bertujuan untuk meningkatkan keaktifan siswa.

METEDOLOGI PENELITIAN

Bentuk Penelitian

Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling (PTBK) ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu untuk memperbaiki dan meningkatkan praktik pembelajaran di kelas secara lebih berkualitas sehingga siswa dapat memperoleh hasil belajar yang baik (Asrori, 2009: 6)

Skop penelitian ini adalah Penelitian tindakan kelas yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas atau sekolah tempat peneliti mengajar, dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses layanan dengan menggunakan media video untuk meningkatkan keaktifan siswa mengikuti layanan informasi

Lokasi dan Tempat Penelitian

Tempat Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling ini dilaksanakan di SMP Negeri 4 Bantan yang beralamat di Jalan Sei Buyung Kecamatan Bantan Kabupaten Bengkalis. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan pada siswa kelas VIII Semester II SMPN 4 Bantan Tahun Pelajaran 2016/2017 yang terdiri atas

2 kelas dengan jumlah siswa keseluruhan 39 siswa (populasi penelitian).

Subjek Penelitian

 Subjek penelitian pada Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling ini adalah siswa kelas VIII B semester II SMPN 4 Bantan Tahun Pelajaran 2016/2017. Jumlah siswa di kelas tersebut sebanyak 18 orang, terdiri dari 6 peserta didik laki-laki dan 12 peserta didik perempuan. Kelas VIII B termasuk kelas yang homogen dengan rata-rata kemampuan yang sama.

Prosedur Penelitian

 Prosedur Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling (PTBK) menggunakan media video dalam layanan informasi terdiri dari beberapa tahapan, yaitu: perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.

Teknik Analisis Data

 Untuk mengetahui kefektifan kegiatan layanan digunakan teknik pembahasan dekriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui hasil proses layanan dan memperoleh respon siswa terhadap kegiatan layanan serta keaktifan siswa selama proses layanan. Peneliti menggunakan analisis deskriptif persentase untuk mengetahui gambaran tingkatan keaktifan siswa dalam layanan informasi sebelum dan sesudah diberi tindakan berupa penggunaan media video.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Siklus I

Data hasil observasi siklus I terhadap keaktifan siswa selama proses layanan dengan menggunakan media video adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Rekapitulasi data keaktifan siswa selama proses layanan pada pertemuan 2

No.

Aktivitas

S Siswa

Skor

A

B

C

1.

Kesiapan mengikuti layanan BK (emosional activities)

18

3

9

6

2.

Menunjukkan motivasi

(emosional activities)

18

4

7

7

3.

Perhatian pada saat guru memberikan

penjelasan (listening activities)

18

4

7

7

4.

Mengemukakan pendapat

(oral activities)

18

4

7

7

5

Mengajukan pertanyaan

(oral activities)

18

2

7

9

6

Perhatian terhadap pendapat teman (listening activities)

18

6

5

7

7

Partisipasi dalam memberi kesimpulan, kesan dan komitmen (oral activities)

18

3

7

8

Jumlah

126

26

49

51

Persentase

100%

20,64%

38,89%

40,48%

 

Tabel 2. Rekapitulasi data keaktifan siswa dalam kerja kelompok pertemuan 2

No

Kriteria

Ã¥ Klpk

Skor

A

B

C

1.

Kerjasama

6

1

2

3

2.

Tanggungjawab

6

0

3

3

3.

Laporan hasil kerja kelompok

6

1

3

2

Jumlah

18

2

8

8

Persentase

100%

11,11%

44,44%

44,44%

 

Berdasarkan analisis data pengamatan yang dilakukan oleh peneliti dan pengamat terhadap keaktifan siswa selama proses layanan dengan menggunakan media video dalam kategori Amat baik (20,64%), Baik (38,89%) dan Cukup (40,48%). Pengamatan terhadap kerja kelompok menunjukkan taraf keberhasilan dalam kategori Amat baik (11,11%), Baik (44,44%) dan Cukup (44,44%). Hal ini menunjukkan bahwa keaktifan siswa dalam mengikuti layanan dan kerja kelompok sudah mulai meningkat.

Hasil Siklus II

Data hasil observasi siklus II terhadap keaktifan siswa selama proses layanan dengan menggunakan media video adalah sebagai berikut:

 

 

 

 

Tabel 3. Rekapitulasi data keaktifan siswa selama proses layanan pada pertemuan 4

No.

Aktivitas

S Siswa

Skor

A

B

C

1.

Kesiapan mengikuti layanan BK (emosional activities)

18

13

5

0

2.

Menunjukkan motivasi

(emosional activities)

18

10

8

0

3.

Perhatian pada saat guru memberikan

penjelasan (listening activities)

18

12

6

0

4.

Mengemukakan pendapat

(oral activities)

18

8

7

3

5

Mengajukan pertanyaan

(oral activities)

18

4

13

1

6

Perhatian terhadap pendapat teman (listening activities)

18

13

3

2

7

Partisipasi dalam memberi kesimpulan, kesan dan komitmen (oral activities)

18

8

9

1

Jumlah

126

68

51

7

Persentase

100%

53,97%

40,48%

5,56%

 

Tabel 4.Rekapitulasi data keaktifan siswa dalam kerja kelompok pertemuan 4

No

Kriteria

Ã¥ Klpk

Skor

A

B

C

1.

Kerjasama

6

6

0

0

2.

Tanggungjawab

6

2

4

0

3.

Laporan hasil kerja kelompok

6

4

2

0

Jumlah

18

12

6

0

Persentase

100%

66,67%

33,33%

0%

 

Berdasarkan analisis data pengamatan yang dilakukan oleh peneliti dan pengamat terhadap keaktifan siswa selama proses layanan dengan menggunakan media video pada siklusII didapat data dalam kategori Amat baik (53,97%), baik (40,48%) dan Cukup (5,56%). Pengamatan terhadap hasil penilaian kerja kelompok menunjukkan taraf keberhasilan dalam kategori Amat baik (66,67%), Baik (33,33%) dan Cukup ( 0%). Hal ini menunjukkan bahwa keaktifan siswa dalam mengikuti layanan dan kerja kelompok sudah baik.

Pembahasan

Pada pra-siklus hasil penilaian jangka pendek siswa mendapat skor Amat baik = 0%, skor Baik=27,78%=5 siswa, skor Cukup=55,56%=10 siswa dan skor Kurang=16,67%=3 siswa. Setelah dilakukan tindakan pada siklus I, hasil penilaian jangka pendek siswa mendapat skor Amat baik 11,11%=2 siswa, skor Baik 33,33%iswa=6 siswa, skor Cukup 44,44%=8 siswa dan skor Kurang=11,11%=2 siswa. Sedangkan pada siklus II hasil penilaian jangka pendek siswa mendapat skor Amat baik sebesar 44,44%=8 siswa, skor Baik sebesar 55,56%=10 siswa, dan tidak ada siswa yang mendapat skor Cukup atau Kurang Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan penilaian jangka pendek (laijapen) siswa dalam mengikuti layanan informasi secara klasikal dengan menggunakan media video.

Peningkatan hasil layanan peserta didik ini tidak terlepas dari peningkatan keaktifan siswa itu sendiri. Peserta didik yang aktif dalam layanan akan memperoleh hasil layanan yang lebih baik dari pada siswa yang kurang aktif. Dengan demikian menggunakan media video pada layanan informasi secara klasikal ini terbukti berhasil meningkatkan hasil layanan dan keaktifan siswa, mendorong siswa untuk berpikir kritis, dan berani mengutarakan pendapat, sehingga layanan menjadi lebih bermakna dan layak digunakan sebagai media layanan alternatif yang dapat diaplikasikan dalam meningkatkan efektivitas layanan informasi Bimbingan dan Konseling yang diberikan secara klasikal.

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan data yang telah disajikan dan pengamatan serta masukan dari teman sejawat terhadap proses layanan informasi yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa:

1.   Penggunaan media video dapat meningkatkan kualitas layanan Bimbingan dan Konseling yang diberikan secara klasikal di kelas VIII B SMPN 4 Bantan, ditandai dengan meningkatnya keaktifan siswa dalam mengikuti layanan informasi. Peningkatan bisa dilihat dari kesiapan siswa mengikuti layanan, menunjukkan motivasi, perhatian pada saat guru memberikan penjelasan, mengemukakan pendapat, mengajukan pertanyaan, perhatian terhadap pendapat teman dan partisipasi dalam memberikan kesimpulan, kesan dan komitmen. Begitu juga dalam kerjasama, tanggungjawab dan hasil kerja kelompok sudah sangat baik Keberhasilan layanan yang telah dilaksanakan terbukti dengan meningkatnya keaktifan siswa selama proses layanan dan hasil layanan penilaian jangka pendek /laijapen.

2.   Penggunaan media video dipadukan dengan metode diskusi dapat membangun kerja sama antar sesama siswa sehingga mereka bisa saling mengemukakan dan meluruskan informasi terkait materi. Siswa lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit jika mereka saling mendiskusikan masalah tersebut dengan temannya.

3.   Penggunaan media video mempunyai pengaruh positif karena dapat menimbulkan daya tarik pada diri siswa, mempermudah pengertian atau pemahaman siswa, mempermudah pemahaman yang sifatnya abstrak, sehingga mendorong siswa agar mampu menumbuhkan motivasi diri dalam membangun pengetahuan sendiri yang sudah berada di dalam diri mereka sendiri.

4.   Penggunaan media video pada layanan informasi secara klasikal dapat menumbuhkan asas kesukarelaan dan asas kegiatan selama proses layanan sehingga siswa mengikuti layanan dengan senang tanpa paksaan dan mau berpartisipasi aktif dalam kegiatan layanan.

Saran

Berdasarkan simpulan yang telah dipaparkan, penulis mengajukan beberapa saran agar layanan informasi yang dilaksanakan bisa memunculkan iklim yang menyenangkan dan menumbuhkan asas kegiatan dan asas sukarela, yaitu:

1.   Guru BK harus dapat mengemas proses layanan lnformasi yang diberikan secara klasikal yang menyenangkan namun tetap menantang.

2.   Guru BK harus kreatif, inovatif dan selalu meningkatkan profesionalitasnya.

3.   Salah satu inovasi penggunaan media dalam rangka meningkatkan keaktifan siswa dalam mengikuti layanan informasi secara klasikal dan mengoptimalkan hasil layanan BK adalah dengan penggunaan media yang menarik seperti video.

 

DAFTAR PUSTAKA

Asrori, Muhammad. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Wacana Prima.

Hakim, Lukmanul. 2009. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: Wacana Prima.

Hariastuti, Retno Tri. 2008. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Surabaya: Unesa University Press.

Kemendikbud. 2014. Panduan Bimbingan dan Konseling Sekolah Menengah Pertama. Jakarta. Kemendikbud. Pertama. Jakarta. Kemendikbud.

Mukhtar. 2013. Konstruksi Alat-alat Bimbingan dan Konseling Berbasis Implementasi. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar. 2014. Panduan Bimbingan dan Konseling

Prayitno dan Erman Amti. 2009. Dasar – dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rhineka Cipta.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 111 tahun 2014 tentang Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.

Sardiman A.M. 2008. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja GrafindoPersada

Silbermen, Melvin L. 2010. Active learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung: Nuansa Cendekia.

Sukardi, Dewa Ketut dan Desak P.E. Nila Kuswawati. 2010. Proses Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta

Sukiman. 2012. Pengembangan Media Pembelajaran. Yogyakarta: Pedagogia.

Sumiati dan Asra. 2009. Metode Pembelajaran. Bandung: Wacana Prima.

Susilana, Rudi dan Cepi Riyana. 2009. Media Pembelajaran. Bandung: Wacana Prima.