Meningkatkan Kedisiplinan dan Motivasi Berprestasi Melalui Bimbingan Kelompok Peer Group
UPAYA MENINGKATKAN KEDISIPLINAN
DAN MOTIVASI BERPRESTASI MELALUI LAYANAN
BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK PEER GROUP BAGI SISWA
KELAS IX H SMP NEGERI 1 MRANGGEN
PADA SEMESTER SATU TAHUN 2016/2017
Sri Suratmi
SMP Negeri 1 Mranggen
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kedisiplinan dan motivasi berprestasi bagi siswa kelas IX H SMP Negeri 1 Mranggen pada semester satu tahun pelajaran 2016/2017, melalui layanan bimbingan kelompok teknik peer group. Metode yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas melalui tindakan dalam dua siklus. Tiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan dokumentasi, observasi dan angket. Analisis data menggunakan teknik diskritif komparatif dilanjutkan refleksI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui layanan bimbingan kelompok teknik peer group dapat meningkatka kedisiplinan dan motivasi berprestasi bagi siswa kelas IX H SMP Negeri 1 Mranggen pada semester satu tahun pelajaran 2016/2017. Kedisiplinan siswa dari kondisi awal kurang disiplin menjadi disiplin pada kondisi akhir. Motivasi berprestasi dari kondisi awal rendah menjadi tinggi pada kondisi akhir.
Kata Kunci: kedisiplinan, motivasi berprestasi, bimbingan kelompok teknik peer group.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Pada kondisi awal Sebagian besar siswa kelas IX H SMP Negeri 1 Mranggen pada semester satu tahun pelajaran 2016/2017 mempunyai kedisiplinan dan motivasi berprestasi yang rendah. Peneliti sebagai guru pembimbing yang bertugas di kelas itu, sudah berusaha membantu meningkatkan dan mengembangkan kedisiplinan dan motivasi berprestasi siswa dengan memberi layanan informasi dan layanan konseling individual. Pemberian layanan tersebut belum membuahkan hasil yang optimal.
Menurut Sukardi (2007: 65), masalah-masalah yang berkenaan dengan pemahaman dan pengembangan sikap serta perilaku dapat dibahas dalam bimbingan kelompok. Layanan bimbingan kelompok merupakan salah satu layanan dalam bimbingan dan konseling di sekolah. Layanan ini merupakan upaya bantuan untuk membahas topik atau permasalahan siswa dengan memanfaatkan dinamika kelompok. Dalam kelompok ini semua peserta bebas mengemukakan pendapat, menanggapi, memberi saran dan menguatkan pendapat teman. Bimbingan kelompok sangat tepat bagi kelompok remaja sebaya (peer group) dalam mengatasi permasalahan rendahnya kedisiplinan dan motivasi berprestasi, karena kenyataannya remaja lebih senang berbagi pengalaman dan keluhan-keluhan pada teman sebayanya. Hal itu sesuai dengan apa yang dijelaskan oleh Prayitno (1998: 123), yang dimaksud dengan bimbingan teman sebaya ialah bimbingan yang diberikan oleh siswa tertentu untuk membantu teman-teman sebayanya.
Permasalahan rendahnya tingkat kedisiplinan dan motivasi berprestasi siswa kelas IX H SMP Negeri I Mranggen pada semester satu tahun pelajaran 2016/2017, peneliti carikan solusi. Sebagai guru pembimbing yang bertugas di kelas itu dalam mengatasi permasalahan tersebut dengan melakukan peneltian tindakan kelas yang berjudul “Upaya Meningkatkan Kedisiplinan dan Motivasi Berprestasi Melalui Bimbingan Kelompok Teknik Peer Group Bagi Siswa Kelas IX H SMP Negeri 1 Mranggen Pada Semester Satu Tahun 2016/2017â€.
Rumusan Masalah
Apakah melalui layanan bimbingan kelompok teknik peer group dapat meningkatkan kedisiplinan dan motivasi berprestasi bagi siswa kelas IX H SMP Negeri I Mranggen kabupaten Demak pada semester satu tahun pelajaran 2016/2017?.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kedisiplinan dan motivasi berprestasi siswa kelas IX H SMP Negeri I Mranggen pada semester satu tahun pelajaran 2016/2017, melalui layanan bimbingan kelompok teknik peer group.
KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
Hakikat Kedisiplinan
Good’s Dictionary of Education mengartikan disiplin adalah pengendalian perilaku murid dengan langsung dan otoriter melalui hukuman atau hadiah (Sutisna, 2005: 110). Depdiknas (2009: 7), memberi arti disiplin adalah sikap konsisten dalam melakukan sesuatu. Menurut Sukardi (2006: 55), disiplin mempunyai dua makna yang berbeda, pertama disiplin adalah kegiatan berencana untuk mencapai suatu tujuan, yang kedua disiplin adalah hukuman terhadap perilaku yang melanggar ketentuan.
Kedisiplinan Siswa
Konsep kedisiplinan berkaitan dengan tata tertib, aturan, atau norma dalam kehidupan bersama yang melibatkan banyak orang. Menurut Moeliono (2005: 208), kedisiplinan adalah kepatuhan kepada peraturan tata tertib atau norma. Siswa adalah pelajar atau anak yang melakukan aktifitas belajar. Dengan demikian kedisiplinan siswa adalah kepatuhan dari siswa kepada aturan, tata tertib atau norma di sekolah yang berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar. Menurut Hurlock (2006: 83), kedisiplinan mempunyai empat unsur pokok yaitu, peraturan, hukuman, penghargaan, dan konsistensi.
Dalam penelitian tindakan kelas ini yang dimaksud kedisiplinan siswa adalah kedisiplinan siswa dalam mentaati tata tertib sekolah, yang peneliti batasi yaitu, disiplin masuk sekolah, disiplin datang awal ke sekolah, disiplin mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas, dan disiplin mengenakan seragam sesuai ketentuan sekolah.
Motivasi Berprestasi
Pengertian Motivasi Berprestasi
MC. Cleland dalam Siti Rahayu Haditono (1979: 8), mendefinisikan motivasi berprestasi adalah suatu usaha untuk mencapai hasil yang sebaik-baiknya dalam suatu ukuran keunggulan. Menurut Winkel (1984: 29), motivasi berprestasi adalah daya penggerak untuk mencapai taraf prestasi belajar yang setinggi mungkin demi penghargaan diri.
Motivasi berprestasi siswa dapat diartikan sebagai daya dorong yang terdapat dalam diri siswa, sehingga siswa berusaha untuk melakukan suatu kegiatan dengan baik agar berhasil dengan predikat unggul.
Ciri-Ciri Motivasi Berprestasi
Wahjosumidjo (1985: 191), mengemukakan delapan ciri-ciri individu yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi yaitu: 1).Mereka menjadi bersemangat sekali bila unggul. 2).Menentukan tujuan secara realistik dan mengambil resiko yang diperhitungkan. 3).Mereka mau bertanggung jawab sendiri mengenai hasilnya. 4).Mereka bertindak sebagai wirausaha, memilih tugas yang menantang dan menunjukkan perilaku yang berinisiatif daripada kebanyakan orang. 5).Mereka menghendaki umpan balik konkrit yang cepat terhadap prestasi mereka .6).Mereka bekerja tidak terutama untuk mendapatkan uang atau kekuasaan. 7). Motivasi yang perlu bagi mereka, memberikan pekerjaan yang membuat mereka puas, memberikan otonomi, umpan balik terhadap sukses dan kegagalan, memberikan peluang untuk tumbuh. 8).Mereka dapat diandalkan sebagai tulang punggung organisasi, dan diperlukan dalam organisasi.
Hechausen dalam Sri Mulyani dan Martaniah (1984: 28) mengemukakan enam ciri-ciri individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi: 1). Lebih mempunyai kepercayaan dalam menghadapi tugas yang berhubungan dengan prestasi. 2). Mempunyai sifat yang lebih berorientasi ke depan dan lebih dapat menangguhkan pemuasan untuk mendapatkan penghargaan di waktu kemudian.3). Memilih tugas yang kesukarannya sedang 4). Tidak suka membuang-buang waktu. 5). Dalam mencari pasangan lebih suka memilih orang yang berkemampuan daripada yang simpatik. 6). Lebih tangguh dalam mengerjakan tugas.
MC. Clelan dalam Tizzi Maharani (1986: 2) mengemukakan ciri-ciri motivasi berprestasi sebagai berikut: 1). Menyelesaikan tugas sebaik mungkin. 2). Bekerja tidak atas dasar untung-untungan. 3) Berfikir dan berorientasi ke masa depan. 4) Lebih mementingkan prestasi ketimbang upah. 5). Realistik menilai dirinya. 6). Tidak konsumtif tapi produktif. 7) Menghargai hadiah yang diterima 8).Cenderung berorientasi ke dalam kendati cukup tanggap terhadap terhadap stimulasi lingkungan. 9). Bersemangat, bekerja keras dan penuh vitalitas. 10). Tidak gampang menyerah. 11) Tidak cepat lupa diri kalau mendapat pujian atas prestasinya. 12). Dengan senang hati menerima kritik atas hasil kerjanya dan bersedia menjalankan petunjuk-petunjuk orang lain selama ini sesuai dengan gagasannya. 13).Lebih senang mengerjakan tugas yang sukar, cukup menantang bukan yang monoton. 14). Merasa menyesal kalau hasil kerjanya jelek.
Kajian Keller, Kelly, dan Dodge (1987) menyimpulkan ada enam karakteristik motivasi berprestasi yang konsisten, yang terinci sebagai berikut: 1).Lebih menyukai keberhasilan yang penuh tantangan. 2).Suka bekerja keras. 3).Melakukan perbuatan yang realistis. 4). Menyukai situasi yang dapat menilai diri sendiri. 5) .Memiliki prespektif jauh ke depan. 6) .Menunjukkan prestasi tinggi.
Berdasarkan ciri-ciri motivasi berprestasi yang dikemukakan oleh beberapa ahli tersebut di atas maka peneliti mengambil beberapa ciri-ciri yang dapat dijadikan dasar untuk mengamati dan menilai tingkat motivasi berprestasi siswa di sekolah yaitu; (1) penuh semangat dalam mengikuti kegiatan, (2) dapat diandalkan sebagai tulang punggung kegiatan dan diperlukan dalam kegiatan, (3) berusaha mengatasi hambatan, (4) menerima kr-itik dengan lapang dada, (5) dalam mengerjakan tugas selalu mengejar kesuksesan, (6) memiliki kemampuan untuk berkompetisi (7) memiliki pandangan untuk masa depan, dan (8) memiliki kepercayaan diri dalam menghadapi tugas.
Bimbingan Kelompok Teknik Peer Group
Hakikat Bimbingan Kelompok
Winkel dan Sri Hastuti (2006: 564), mengemukakan bahwa bimbingan kelompok merupakan “salah satu pengalaman melalui pembentukan kelompok yang khas untuk keperluan layanan bimbinganâ€. Sedangkan menurut Tohirin (2007: 170), bimbingan kelompok adalah pemberian bantuan kepada siswa melalui dinamika kelompok untuk membahas hal yang berguna bagi pengembangan atau pemecahan masalah siswa yang menjadi peserta layanan.
Tujuan layanan bimmbingan kelompok untuk membahas topik yang telah ditentukan (topik tugas), atau topik bebas yang mengandung masalah aktual, hangat dan menarik perhatian anggota kelompok.
Asas-Asas yang dipakai dalam bimbingan kelompok adalah azas kesukarelaan, keterbukaan, kegiatan dan kenormatifan.
Peranan anggota keelompok yang hendaknya dimainkan oleh anggota kelompok agar dinamika kelompok benar-benar dapat diwujudkan seperti yang diharapkan, adalah sebagai berikut: (a) aktif, mandiri melalui aktifitas langsung, (b) berbagi pendapat, ide dan pengalaman, (c) empati, (d) menganalisa, (e) aktif membina keakraban, membina keikatan emosional, (f) mematuhi etika kelompok, (g) menjaga kerahasian dan perasaan antar anggota kelompok, dan (h) membina kelompok untuk menyukseskan kegiatan.
Peranan pemimpin kelompok dalam kegiatan kelompok adalah sebagai berikut: (a) mampu menciptakan suasana kelompok yang akrab dan hangat sehingga muncul dinamika kelompok, (b) mampu membina hubungan antar personal yang hangat, damai, berbagi, empatik, dan altruistik.
Teknik umum dalam bimbingan kelompok adalah pengembangan dinamika kelompok. Permainan kelompok juga dapat dijadikan sebagai salah satu teknik dalam bimbingan kelompok.
Prosedur penyelenggarakan layanan bimbingan kelompok dimulai dari langkah awal yaitu membentuk kelompok dilanjutkan perencanaan kegiatan dan pelaksanaan kegiatan (Prayitno, 1995: 41-60).
Hakikat Peer Group
“Peer group adalah kelompok teman sebaya yang sukses dimana ia dapat berinteraksi†(Santoso, 1995: 85). Dalam kelompok teman sebaya (peer group), individu merasakan adanya kesamaan satu dengan yang lainnya seperti di bidang usia, kebutuhan dan tujuan yang dapat memperkuat kelompok itu.
Menurut Santoso (1999: 85-87) fungsi peer group adalah; (a) mengajarkan kebudayaan, (b) mengajarkan mobilitas sosial, (c) memberi kesempatan kepada anggotanya untuk mengisi peranan sosial yang baru, (d) sebagai sumber informasi bagi guru dan orang tua, (e) merasakan kebersamaan dalam kelompok, (f) mengajarkan moral, (g) mengajarkan kebebasan untuk berpendapat, bertindak, atau menemukan identitas diri.
Bimbingan Kelompok Teknik Peer Group
Bimbingan kelompok teknik peer group, dapat diartikan sebagai upaya bantuan melalui layanan bimbingan kelompok dengan memanfaatkan dinamika kelompok, dalam mengembangkan diri siswa khususnya dalam meningkatkan kedisiplinan dan motivasi berprestasinya. Dalam hal ini anggota kelompoknya teman sebaya/ peer group. Dalam penelitian ini strategi bimbingan berpusat pada keaktifan dan dinamika kelompok teman sebaya (peer group) tersebut. Sehingga berhasil atau tidaknya kegiatan bimbingan kelompok tersebut tentu saja akan tergantung pada ada tidaknya dinamika dalam kelompok itu.
Siswa yang dipilih sebagai pemimpin kelompok (leader) berperan sebagai pendorong, motivator, mengarahkan jalannya kegiatan, memberikan stimulus kepada siswa lain agar lebih aktif, dan menyimpulkan hasil pembahasan. Pembantu pemimpin kelompok (co leader) berperan mengarahkan dan memimpin kelompok pada kegiatan selanjutnya.
Bentuk kegiatan yang dilaksanakan dalam penelitian ini adalah bimbingan kelompok topik tugas. Topik bimbingan kelompok ini sudah ditentukan oleh peneliti, yaitu materi yang mengarah pada peningkatan kedisiplinan dan motivasi berprestasi siswa.
Penggunaan Layanan Bimbingan Kelompok Teknik Peer Group dengan Kelompok Besar
Tindakan pertama yang peneliti lakukan adalah membentuk kelompok besar. Kelompok besar dalam bimbingan kelompok jumlah anggotanya 12 – 20 orang (Sukardi, 2007: 222). Siswa Kelas VII H berjumlah 32 siswa dibagi menjadi dua kelompok besar yang masing-masing berjumlah 16 siswa.
Penggunaan Layanan Bimbingan Kelompok Teknik Peer Group dengan Kelompok Kecil.
Tindakan kedua pada penelitian ini adalah membentuk kelompok kecil. Menurut Sukardi (2007: 222), kelompok kecil dalam bimbingan kelompok jumlah anggotanya 2 – 12 orang. Tindakan kedua yang peneliti lakukan adalah membentuk kelompok kecil yang beranggotakan delapan orang siswa. Karena jumlah siswa kelas IX H ada 32 siswa maka ada empat kelompok kecil.
Hipotesis Tindakan
a) Melalui layanan bimbingan kelompok teknik peer group dapat meningkatkan kedisiplinan bagi siswa kelas IX H SMP Negeri 1 Mranggen kabupaten Demak pada semester satu tahun pelajaran 2016/2017.
b) Melalui layanan bimbingan kelompok teknik peer group dapat meningkatkan motivasi berprestasi bagi siswa kelas IX H SMP Negeri I Mranggen kabupaten Demak pada semester satu tahun pelajaran 2016/2017.
c) Melalui layanan bimbingan kelompok teknik peer group dapat meningkatkan kedisiplinan dan motivasi berprestasi bagi siswa kelas IX H SMP Negeri I Mranggen kabupaten Demak pada semester satu tahun pelajaran 2016/2017.
METODOLOGI PENELITIAN
Setting dan Subjek Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan selama empat bulan, tepatnya mulai bulan September sampai dengan bulan Desember tahun 2016 di kelas IX H SMP Negeri 1 Mranggen pada semester satu tahun pelajaran 2016/2017. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IX H berjumlah 32 anak, terdiri dari 14 anak perempuan dan 18 anak laki-laki.
Teknik dan Alat Pengumpul Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian tindakan kelas ini adalah dokumentasi, observasi dan angket. Alat pengumpulan data berupa data dokumen, lembar observasi dan lembar angket.
Validasi dan Analisis Data
Data yang diperoleh melalui dokumentasi supaya hasilnya valid, divalidasi menggunakan triangulasi sumber. Data yang diperoleh melalui pengamatan supaya hasilnya valid berkolaborasi dengan teman sejawat. Data yang diperoleh melalui angket supaya hasilnya valid, divalidasi menggunakan triangulasi metode.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik diskriptif komparatif dilanjutkan refleksi.
Indikator Kinerja
a Kedisiplinan siswa pada kondisi awal rendah menjadi tinggi pada kondisi akhir.
b Motivasi berprestasi siswa pada kondisi awal rendah menjadi agak tinggi pada kondisi akhir.
Prosedur Tindakan
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas model spiral dari Kemmis dan Taggart seperti yang dikutip oleh Wiriaatmadja (2006: 66-67) bahwa dalam setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus.
HASIL TINDAKAN
Deskripsi Kondisi Awal
Kedisiplinan siswa kondisi awal jumlah persentase pelanggaran kedisiplinan 40,63%, kualifikasi nilai kurang disiplin dan kualifikasi nilai hurufnya D.
Pencapaian motivasi berprestasi kondisi awal, rata-rata persentasenya 64,71%. Kualifikasi nilainya rendah dan kualifikasi nilai hurufnya D .
Deskripsi Hasil Siklus 1
Dapat diketahui jumlah siswa yang melanggar kedisipinan ada 9 siswa. Jumlah persentase pelanggaran 28,14%. Kualifikasi nilai cukup disiplin dan nilai hurufnya C.
Hasil pencapaian motivasi berprestasi rata-rata 76,05%. Angka persentase Motivasi berprestasi tersebut diinterprestasikan cukup denngan nilai huruf C.
Hasil Angket
Berdasarkan angket kedisiplinan dan motivasi berprestasi yang diberikan pada akhir kegiatan bimbingan kelompok teknik peer group, diperoleh hasil rata-rata 80,89%. Kualifikasi nilainya baik, nilai hurufnya B. Hal ini berarti respon siswa terhadap kedisiplinan dan motivasi berprestasi positif.
Deskripsi Hasil Siklus 2
Jumlah siswa yang melanggar kedisiplinan ada 4 anak. Jumlah persentase pelanggaran 12,51%. Kualifikasi nilai disiplin dan kualifikasi nilai hurufnya B.
Persentase motivasi berprestasi rata-rata adalah 84,77%. Kualifikasi nilainya tinggi dan kualifikasi nilai hurufnya B.
Hasil Angket Kedisiplinan dan Motivasi Berprestasi Siklus 2 diperoleh hasil rata-rata 90,01%. Kualifikasi nilainya amat baik, nilai hurufnya A . Hal ini berarti respon siswa terhadap kedisiplinan dan motivasi berprestasi sangat positif.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan secara keseluruhan maka didapat kesimpulan bahwa melalui layanan bimbingan kelompok teknik peer group dapat meningkatkan kedisiplinan dan motivasi berprestasi bagi siswa kelas IX H SMP Negeri I Mranggen kabupaten Demak pada semester satu tahun pelajaran 2016/2017. Peningkatan kedisiplinan dari kondisi awal kurang disiplin/rendah menjadi disiplin/tinggi pada kondisi akhir, motivasi berprestasi dari kondisi awal rendah menjadi tinggi pada kondisi akhir. Hal ini menunjukkan indikator kinerja dua-duanya tercapai.
Saran
Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai salah satu masukkan dalam meningkatkan kedisiplinan dan motivasi berprestasi siswa.
Bagi guru, khususnya guru pembimbing hendaknya selalu berusaha memberikan pelayanan bimbingan konseling dengan teknik yang inovatif, kreatif dan menyenangkan sehingga permasalahan yang dialami siswa dapat teratasi dengan baik.
Bagi siswa: (1). Siswa hendaknya meningkatkan kedisiplinan untuk rajin masuk sekolah. (2). Siswa hendaknya meningkatkan kedisiplinan untuk datang ke sekolah tepat waktu. (3). Siswa hendaknya meningkatkan kedisiplinan untuk tidak membolos waktu kegiatan pembelajaran. (4). Siswa hendaknya meningkatkan kedisiplinan untuk mengenakan seargam sesuai ketentuan sekolah. (5). Siswa hendaknya meningkatkan motivasi berprestasi agar dapat berprestasi di sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas. 2009. Panduan Pelaksanaan Tata Krama dan Tata Tertib Kehidupan Sosial Sekolah Bagi SMP. Jakarta: Dirjen Dikdasmen Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama.
Hurlock. 2006. Educational Psychology. Illionis USA: F.E. Peacock Publisher. Inc.
Keller, J.M., Kelly, E.F., Dodge. 1978. Practitioner Guide To Concept And Measure of Motivation Syracuse. New York: Eric Clearing House on Information Resources, Suracuse Univercity
Martaniah & Sri Mulyani. 1984. Motif Sosial Remaja Suku Jawa dan Keturunan Cina di Beberapa SMA Yogyakarta. Yogyakarta: UGM Press.
Moeliono. 2005. Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
Santoso, Slamet. 1995. Dinamika Kelompok. Jakarta: Bumi Aksara.
Siti Rahayu, H. 1979. Achievement Motivation Parents Educational Levels And Child Learning Practice In Four Accupational Groups. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM.
Sukardi. 2006. Pelaksanaan Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah, Panduan Kegiatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Sukardi, Dewa Ketut. 2007. Pengantar Pelaksanaan Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah, Edisi Revisi. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Sutisna. 2005. Perilaku Organisasi, konsep, Kontraversi, Aplikasi, Jilid 1. Jakarta: PT. Prenhallindo.
Tohirin. 2007. Bimbingan Dan konseling Di Sekolah Dan Madrasah Berbasis Integrasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Winkel, W.S & Sri Hastuti. 2006. Bimbingan Dan Konseling Di Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi.