Meningkatkan Kedisiplinan Sekolah Melalui Bimbingan Kelompok Dengan Teknik Modelling
MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SEKOLAH
MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK MODELLING SISWA KELAS XII DI SMK IBU KARTINI SEMARANG
Nur Wahyudin 1)
Supardi 2)
Tri Hartini 3)
1) Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling, Universitas PGRI Semarang
2) 3) Dosen Universitas PGRI Semarang
ABSTRAK
Perilaku kurang disiplin adalah datang tidak tepat pada waktunya, masalah ini terjadi di SMK Ibu Kartini Semarang terdapat peserta didik kelas XI RPL, BOGA, dan BUSANA yang terlambat datang ke sekolah seperti: a) kedisiplinan siswa masuk sekolah, b) kedisiplinan siswa mengerjakan tugas, c) kedisiplinan siswa membolos saat pelajaran, dan d) kedisiplinan siswa mentaati tata tertib di sekolah sehingga perlu upaya untuk mengurangi perilaku disiplin dengan menggunakan bimbingan kelompok dengan teknik modelling. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran perilaku kedisiplinan siswa dan efektivitas penggunaan modeling untuk mengurangi perilaku kurang disiplin peserta didik kelas XII SMK Ibu Kartini Semarang. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan bimbingan konseling (PTBK). Subjek dalam penelitian ini adalah kelas XII SMK Ibu Kartini Semarang Tahun ajaran 2018/2019 yang berjumlah 8. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik yang digunakan adalah teknik modelling dengan bimbingan kelompok. Data dianalisis secara deskriptif dengan cara melihat hasil sesudah dilakukan bimbingan kelompok. Hasil perhitungan rata-rata skor perilaku kurang disiplin sebelum mengikuti bimbingan kelompok dengan teknik modeling 34, dan setelah mengikuti konseling kelompok dengan teknik behavioral contract menurun menjadi 12. Maka dapat disimpulkan bahwa bimbingan kelompok teknik modeling dapat mengatasi perilaku kedisiplinan siswa peserta didik kelas SMK Ibu Kartini Semarang Tahun Ajaran 2018/2019
Kata kunci: Modelling, Kedisiplinan
PENDAHULUAN
Pendidikan adalah usaha sadar dan rencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Proses pendidikan pada umumnya dilangsungkan di sekolah melalui kegiatan pembelajaran yang merupakan sebuah proses tingkah laku. Perubahan itu meliputi aspek perubahan tingkah laku. Perubahan itu meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Seharusnya, hasil pembelajaran tersebut, berdampak baik bagi mutu pendidikan dan kehidupan bangsa Indonesia. Berkaitan dengan itu, masalah pendidikansalah satu faktor penting yang mempengaruhi kegiatan siswa dalam proses belajar adalah kedisiplinan dalam belajar dikelas. Dalam proses belajar mengajar, sekolah bukanlah hal utama yang menjadikan proses keberhasilan dalam belajar mengajar. Masih banyak hal yang menjadi penentu hasil dari belajar seseorang, melainkan ada faktor internal dan eksternal yang menentukan nilai disiplin dalam belajar dan perilaku peserta didik. Di samping itu, siswa masih banyak yang pasif dan belum berani mengutarakan gagasan. Siswa hanya terbiasa menjadi pendengar, sedangkan guru banyak mendominasi percakapan dalam pembelajaran. Siswa dituntut untuk menghafal pelajaran yang disampaikan oleh guru. Padahal, pembelajaran yang baru sampai pada tingkat menghafal sehingga hasilnya sangat tidak efektif (Tu’u, 2004:1-2).
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang di dalamnya terdapat kegiatan belajar mengajar, sarana untuk mencari ilmu serta mengembangkan potensi yang dimiliki oleh siswa. Terlepas dari peran tersebut terdapat berbagai masalah dalam pendidikan salah satunya kedisiplinan. Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang sangat strategis untuk menanamkan dan mengajarkan kedisiplinan pada siswa.
Sanderi, Marjohan dan Sukmawati (2013: 130) menjelaskan bahwa peraturan di sekolah merupakan sarana yang harus dilakukan oleh setiap siswa secara terus menerus untuk mewujudkan kedisiplinan. Adanya peraturan sekolah diharapkan dapat mendorong siswa untuk mentaati peraturan dan tidak mencoba untuk melanggar. Siswa yang dapat melaksanakan tata tertib dengan benar akan merasa terarah untuk mencapai keberhasilan yang diharapkan dan terhindar dari perasaan terpaksa. Upaya tersebut juga harus dilakukan dari berbagai pihak baik sekolah maupun keluarga mengingat usaha mendisiplinkan siswa tidaklah mudah.
Menurut Colvin (2008: 11) tata tertib sekolah telah diberlakukan dalam arti aturan-aturan dan konsekuensi-konsekuensi yaitu, bila suatu aturan dilanggar maka konsekuensi-konsekuensi negatif akan diberikan. Konsekuensi yang diterima siswa bukanlah yang bersifat kekerasan akan tetapi suatu hal yang dapat menyadarkan siswa agar disiplin dalam menaati peraturan adalah suatu hal yang penting.
Fakta di lapangan masih banyak siswa yang masih tidak disiplin dan melanggar tata tertib di sekolah, dari ketidak disiplinan siswa tentunya juga akan membawa banyak masalah bagi siswa, di antaranya, masalah yang dihadapi siswa yaitu kegagalan pelajaran, berurusan dengan pihak yang berwajib, dan dikeluarkan dari sekolah, masalah tersebut tentunya akan mengganggu siswa baik di dalam sekolah, maupun di luar sekolah. Kedisiplinan sangat penting disosialisasikan kepada siswa dan dibutuhkan oleh setiap siswa. Disiplin menjadi prasyarat bagi pembentukan sikap, perilaku, dan tata kehidupan berdisiplin, yang akan mengantar seseorang siswa sukses dalam belajar dan kelak ketika bekerja. Hal ini di maksudkan supaya siswa dapat memahami disiplin tersebut sehingga ahirnya dapat dilaksanakan dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan pendapat Rachmawati (2011) bahwa, disiplin diri merupakan aspek utama membentuk siswa pada dunia pendidikan dalam upaya mengembangkan pemahaman diri sesuai dengan kecakapan, minat, pribadi, dan hasil belajar serta menaati tata tertib sekolah. Bentuk-bentuk pelanggaran siswa yang kerap kali terjadi antara lain: terlambat masuk sekolah, siswa tidak masuk tanpa keterangan, bolos, tidak masuk tidak mengerjakan tugas dari guru, menganggu kelas yang sedang belajar, menyontek, tidak memperhatikan pelajaran, berbicara dengan teman saat pelajaran berlangsung, membawa rokok dan merokok di lingkungan sekolah, memakai sweter dan tawuran.
Berkaitan dengan fakta kedisiplinan saat ini, masih ada siswa yang melakukan pelanggaran di lingkungan sekolah. Pemberitaan dalam Solopos.com, pada Senin 10 Februari 2014, Satuan Polisi Pamong Praja Sragen mengamankan sejumlah siswa yang membolos, lima siswa yang berhasil diamankan oleh petugas saat patroli rutin itu kepergok tengah kongko-kongko di daerah Gedung Olahraga Sragen saat jam pelajaran. Demikian juga pemberitaan di Antara News, pada 16 Desember 2013 seorang kepala sekolah dan sejumlah guru di sekolah menengah pertama V Kota Blitar, Jawa Timur melakukan razia kepada siswanya sendiri yang membolos saat pelajaran berlangsung. Kepala sekolah berharap dengan kegiatan seperti itu bisa mencegah kenakalan remaja, sebagai pelajar tidak seharusnya siswa keluar saat jam pelajaran masih berlangsung.
Berdasarkan hasil DCM dari kelas X yang berkaitan dengan kedisiplinan siswa melalui berpakaian tidak rapih 45%, melanggar tata tertib 45%, tidak masuk sekolah tanpa keterangan dan melanggar tata tertib atribut sekolah 37%, sering melanggar peraturan sekolah 45%, banyak siswa yang sering terlambat sekolah disuruh berdo’a dan menyanyikan Indonesia raya di halaman sekolah 36%.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru bimbingan dan konseling di SMK Ibu Kartini diperoleh informasi bahwa masalah siswa yang seringkali terjadi terlambat datang kesekolah, berpakain tidak rapi, melanggar tata terib sekolah, membolos saat pelajaran, tidak lengkap memakai atribut sekolah.
Berdasarkan hasil observasi dengan siswa di SMK Ibu Kartini Semarang diperoleh informasi bahwa masalah siswa yang sering terjadi ialah sepatu tidak berwarna hitam, membolos saat pelajaran, tidak masuk sekolah tanpa keterangan, berbicara dan mengoperasikan HP saat guru menerangkan materi pelajaran, tidak sesuai memakai ikat pinggang.
Dari data tersebut, diperlukan layanan BK yang dapat mengembangkan sikap disiplin pada diri siswa, hal ini bertujuan agar siswa yang belum bisa disiplin bisa berlatih disiplin bersama agar tercapainya prestasi yang baik dan menaati tata tertib sekolah yang benar-benar menunjang kedisiplinan siswa. Dengan kurangnya pemahaman siswa tentang meningkatkan sikap disiplin yang dimilikinya, sehingga menjadi kendala dalam meningkatkan sikap disiplin yang positif. Salah satu jenis layanan BK adalah layanan bimbingan kelompok.
Layanan Bimbingan kelompok merupakan salah satu jenis layanan yang tepat dan efektif untuk memberikan kontribusi siswa dalam meningkatkan sikap disiplin yang baik. Menurut Prayitno (2013:309), Bimbingan Kelompok adalah layanan bimbingan yang diberikan dalam suasana kelompok. Oleh karena jelas bahwa kegiatan dalam bimbingan kelompok ialah pemberian informasi untuk keperluan tertentu bagi para anggota kelompok. Sugiyo (dalam Rositha, 2014), Layanan bimbingan kelompok merupakan salah satu bentuk layanan bimbingan yang diberikan kepada peserta didik melalui kelompok-kelompok kecil mulai dari 5 sampai dengan 12 peserta didik. Pelaksanaan bimbingan kelompok ini membantu peserta didik agar dapat merespon kebutuhan minatnya. Dalam bimbingan kelompok konselor menggunakan dinamika kelompok yang ada dalam kelompok untuk mencapai tujuan. Layanan Bimbingan Kelompok ini bertujuan untuk membekali individu dengan berbagai pengetahuan dan pemahaman tentang berbagai hal yang berguna untuk mengenal diri, merencanakan dan mengembangkan pola kehidupan sebagai siswa, anggota keluarga masyarakat.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Romlah, (2006: 86 –123) dalam pelaksanaannya, layanan bimbingan kelompok memiliki beberapa metode, antara lain: (1) home room, (2) karyawisata, (3) diskusi, (4) sosiodrama, (5) psikodrama, (6) pengajaran remedial, (7) brainstorming, (8) melakukan permainan,(9) role playing (10) modeling. Bentuk bimbingan kelompok yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah modeling.
Perry dan Furukawa (dalam Roshita,Ita 2014: 1-2) mendefinisikan modeling sebagai proses belajar melalui observasi di mana tingkah laku dari seorang individu atau kelompok, sebagai model, berperan sebagai rangsangan bagi pikiran-pikiran, sikap-sikap, atau tingkah laku sebagai bagian dari individu yang lain yang mengobservasi model yang ditampilkan. Teknik modeling ini adalah suatu komponen dari suatu strategi dimana konselor menyediakan demonstrasi tentang tingkah laku yang menjadi tujuan. Model dapat berupa model sesungguhnya (langsung) dan dapat pula secara simbolis. Model sesungguhnya adalah orang, yaitu konselor, guru, atau teman sebaya.
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka peneliti mengambil judul meningkatkan kedisiplinan melalui bimbingan kelompok dengan teknik modelling siswa kelas XII di SMK Ibu Kartini Semarang
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian adalah PTBK. Populasi dalam penelitian adalah siswa kelas XII Ibu Kartini Semarang dengan jumlah siswa 34 siswa. Metode yang digunakan adalah deskriptif, sampel yang diambil sebanyak 8 siswa yang dibagi menjadi 2 siklus yaitu siklus I dan siklus II. Dalam prosedur peneitilan PTBK dilaksanakan minimal 2 siklus penelitian dan setiap siklus penelitian dilakukan 2-3 kali pertemuan. Setiap siklus ada empat tahapan (perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi). dengan menggunakan teknik pengambilan sampel cluster random sampling. Data dalam penelitian diperoleh melalui instrumen penelitian skala etika berkomunikasi dengan empat alternatif jawaban. Hasil analisis dengan menggunakan deskriptif kualitatif. Penelitian yang digunakan adalah siklus I dan siklus II.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam penelitian siklus I peneliti melakukan penelitian 2 kali pertemuan. Sebelum melakukan penelitian, peneliti membuat perencanaan langkah-langkah konseling yang akan dilakukan untuk penelitian. Dalam menyusun langkah-langkah konseling peneliti berdiskusi dengan anggota kelompok, kemudian peneliti menentukan kegiatan bimbingan kelompok, waktu dan tempat untuk melaksanakan konseling bimbingan kelompok, selanjutnya peneliti menyiapkan Rencana Pelaksanaan Layanan (RPL). Berdasarkan hasil observasi yang dilakuan oleh peneliti untuk mengimplementasikan bimbingan kelompok dengan teknik modeling kelas XII SMK Ibu Kartini Semarang. Pada siklus ke II maka terdapat pengurangan perilaku kedisiplinan siswa terlambat dari total 34 menjadi 12 dari hasil follow up dengan guru BK berdasarkan buku catatan kasus kelas XI SMK Ibu Kartini Semarang.
Perbandingan Siklus I dan Siklus II
Siklus I | Siklus II |
Peneliti kurang melakukan kedekatan interpersonal dengan responden. | Peneliti sudah melakukan kedekatan interpersonal dengan responden. |
Beberapa responden masih malu untuk menyampaikan pendapat. | Beberapa responden sudah berani untuk menyampaikan pendapat. |
Ketidak hadiran responden karena kegiatan sekolah. | Responden sudah banyak yang hadir dalam kegiatan bimbingan kelompok. |
Susah menyesuikan waktu untuk melakukan layanan bimbingan kelompok. | Dapat menyesuaikan waktu untuk melakukan layanan bimbingan kelompok. |
Responden belum ada perubahan perilaku kedisiplinan. | Responden sudah ada perubahan perilaku kedisplinan setelah diberi layanan bimbingan konseling. |
Dari hasil observasi yang dilakukan oleh penulis pada siklus ke II selama kegiatan bimbingan kelompok berjalan peserta didik antusias dan merasa senang dengan kegiatan BKP, setelah melakukan kegiatan bimbingan kelompok dan diberinya surat perjanjian, penulis mengamati pengurangan perilaku kedisiplinan terlambat berdasarkan buku catatan kasus guru BK dan penulis juga menanyakan perilaku terlambat peserta didik kepada guru BK, dan hasil siklus pertama ada pengurang perilaku terlambat dalam buku catatan kasus guru BK sebelumnya dengan total 34 dalam ruang lingkup perilaku terlambat setelah dilakukan siklus pertama ini tendapat pengurangan perilaku terlambat dengan demikian dirasa kurang memuasakan maka peneliti mengadakan siklus ke II dari sebelumnya 34 setelah di lakukan siklus ke II berkurang menjadi 12.
Data Kasus Sebelum Dan Sesudah Di Berikan Perlakuan
No. | Indikator | Pra Siklus | Siklus I | Siklus II | |||
Skor | Kategori | Skor | Kategori | Skor | Kategori | ||
1. | Siswa masuk sekolah | 34 | Sedang | 29 | Sedang | 12 | Sangat Tinggi |
2. | Siswa dalam mengerjakan tugas | 28 | Tinggi | 23 | Tinggi | 17 | Tinggi |
3. | Siswa dalam mengikuti pelajaran di sekolah | 26 | Tinggi | 20 | Tinggi | 10 | Sangat Tinggi |
4. | Siswa dalam tata tertib di sekolah | 32 | Sedang | 22 | Sedang | 13 | Tinggi |
Total | 120 | Rendah | 94 | Rendah | 53 | Tinggi |
Berdasarkan analisis data di atas data kasus sebelum dan sesudah di berikannya bimbingan kelompok dengan teknik modelling yang digunakan menunjukan bahwa adanya perubahan perilaku, dalam hasil data diatas menyatakan setiap siklus mendapatkan perubahan perilaku. Data pra siklus, siklus I, dan siklus II menyatakan ada perubahan perilaku siswa setiap bertahap. Data tersebut menyatakan setiap indikator mempunyai peningkatan kategori setiap siklus. Kemudian penentuan kategori sangat rendah, rendah, sedang, dan tinggi dengan melihat skor yang dapat diperoleh dari subjek penelitian yang berada di SMK Ibu Kartini. Disusun berdasarkan skor total tertinggi apabila semua dijawab dengan pilihan jawaban sangat sesuai (pada item favorabel), sangat tidak sesuai (pada item unfavorabel).
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti dan analisis data, bimbingan kelompok dengan teknik modeling untuk mengatasi perilaku kurang disiplin terlambat masuk ke sekolah bagi peserta didik kelas XII SMK Ibu Kartini Semarang tahun ajaran 2018/2019 dapat digunakan. Hal tersebut dapat terlihat dari adanya perubahan perilaku kurang disiplin terlambat yang terjadi pada peserta didik kelas XII SMK Ibu Kartini Semarang setelah diberikan tindakan mengunakan bimbingan kelompok dengan teknik modelling bahwa adanya pengurangan perilaku kurang disiplin terlambat datang ke sekolah dari sebelum diberi perlakuan rata-rata 34 dan setelah diberi perlakuan menjadi 12, peneliti menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan action research yang dipaparkan secara deskriptif. Pada pendekatan action research, terdapat empat tahap di antaranya adalah perencanaan, kegiatan, observasi, dan refleki.Pada pelaksanaan siklus I dilakukan 4 tahap yaitu perencanaan, kegiatan, observasi, dan refleksi, pada siklus pertama peneliti melakukan tiga kali pertemuan di antaranya dua kali bimbingan kelompok dan satu kali follow up, sedangkan pada siklus II peneliti juga melakukan empat tahap yaitu perencanaan, kegiatan, observasi, dan refleksi.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi VI. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
————. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi). Jakarta: Rineka Cipta.
Colvin, Geoff. 2008. 7 Langkah untuk Menyusun Rencana Disiplin Kelas Proaktif. Jakarta: PT. Indeks.
Komalasari, Gantina, Eka Wahyuni, Karsih. 2011. Teori dan Teknik Konseling. Jakarta: Indeks.
Hartinah, Sitti. 2009. Konsep Dasar Bimbingan Kelompok. Bandung: PT Refika Aditama.
Prayitno dan Amti, Erman. 2013. Dasar – Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta
Rachmawati. 2011. Sistem Pengambilan Keputusan Terhadap Ketidakdisiplinan Siswa SMP di SMP YZA 1 Kota Bogor. Jurnal Ilmiah Teknologi dan Informasi.Vol. 2.
Romlah, Tatiek. 2006. Teori dan Praktek Bimbingan Kelompok. Malang: Universitas Negeri Malang
Roshita, Ita. 2014. Meningkatkan Kedisiplinan Siswa Melalui LayananBimbingan Kelompok Dengan Teknik Modeling. Jurnal Penelitian Tindakan Kelas. Vol. 16. No. 2. Pekalongan: SMP Negeri 2 Wonopringgo Kabupaten Pekalongan
Rusdinal dan Elizar. 2005. Pengelolaan Kelas di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Depdiknas.
Tohirin. 2015. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (berbasis integrasi). Jakarta: Rajawali Pers.
Tu‟u, Tulus S. 2004. Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.
Sancorela, Devita. 2012. Disiplin Belajar Ditinjau dari Faktor Internal dan Eksternal. Jurnal Disiplin. Hal 3.
Sanderi, Febrina, Marjohan, dan Indah Sukmawati. 2013. “Kepatuhan Siswa Terhadap Disiplin Dan Upaya Guru BK Dalam Meningkatkannya Melalui Layanan Informasi”. Jurnal Ilmiah Konseling.Vol. 2. No. 1. Hal. 221-222.
Sugiyono. 2010. Statistik Nonparametris untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. ———— . 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
Sukarno, Anton. 2008. Penilaian Pendidikan Berbasis Kompetensi II. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Wantah, Maria J. 2005. Pengembangan Disiplin dan Moral Pada Anak Usia Dini. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tenaga Perguruan Tinggi.