MENINGKATKAN KEMAMPUAN KESEIMBANGAN TUBUH

MELALUI PERMAINAN EGRANG BATOK KELAPA

PADA ANAK USIA 4-6 TAHUN DI TK KRISTEN 2 SALATIGA

SEMESTER II TAHUN AJARAN 2018/2019

 

Maryam Julia Msen, Lanny Wijayaningsih

Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini

FKIP-Universitas Kristen Satya Wacana

 

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan keseimbangan tubuh melalui permainan egrang batok kelapa di TK Kristen 2 Salatiga. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek Penelitian adalah anak kelompok usia 4-6 tahun di TK Kristen 2 Salatiga pada tahun ajaran 2018/2019 sebanyak 9 anak. Teknik Pengumpulan data menggunakan wawancara,observasi dan dokumentasi. Penelitian ini dilakukan pada bulan januari sampai maret 2018. Penelitian ini yang terdiri dari dua siklus dengan masing –masing siklus terdiri dari perencanaan,pelaksanaan,observasi dan refleksi. Teknik analisis yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan kemampuan keseimbangan tubuh melalui permainan egrang batok. Hal ini ditunjukkan dengan hasil dari pratindakan 11%, dan mengalami peningkatan setelah diadakan tindakan pada siklus I sebesar 55,56% dan mengalami peningkatan kembali pada siklus II sebesar 100%.

Kata Kunci: Keseimbangan tubuh,Permainan Egrang Batok Kelapa.

 

PENDAHULUAN

Menurut Musfiroh, Tadkiroatun (dalam Erlinda,2014) motorik kasar adalah kemampuan gerak tubuh yang menggunakan otot-otot besar, sebagian besar atau seluruh anggota tubuh motorik kasar di perlukan agar anak dapat duduk, menjaga keseimbangan badan, menendang, berlari, naik turun tangga dan sebagainya. Dalam hal ini penulis menggunakan kemampuan motorik kasar yaitu kemampuan menjaga keseimbangan tubuh. Keseimbangan tubuh adalah faktor utama dalam hal melakukan aktivitas motorik kasar.

Keseimbangan merupakan kemampuan untuk mempertahankan posisi tubuh ketika ditempatkan dalam berbagai posisi (Delito, 2003). Menurut Depkes (2009) keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan sikap tubuh baik diam maupun bergerak. Keseimbangan tubuh dibagi menjadi dua yaitu keseimbangan statis dan dinamis. Keseimbangan statis adalah kemampuan tubuh untuk dapat menjaga keseimbangan tubuhnya pada suatu posisi diam misalnya saat berdiri. Keseimbangan dinamis adalah kemampuan tubuh untuk dapat menjaga keseimbangan tubuhnya pada saat bergerak, misalnya saat berjalan (Sugiarto, 2005)

Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan adalah pusat gravitasi, garis gravitasi, badan tumpu, kecepatan reaksi dan koordinasi neuromuskular (Suhartono et al., 2013). Selain itu kelemahan muskuloskeletal dapat mempengaruhi gravitasi. Dimana pada salah satu sisi tubuh mengalami kelemahan dan salah satu sisi normal akan menyebabkan pusat gravitasi seseorang berpindah dan mengakibatkan gangguan keseimbangan tubuh (Colby dan Kisner, 2007).

Studi meta analisis yang dilakukan oleh Sibley menyimpulkan bahwa tujuan pelatihan keseimbangan agar dapat mencapai: kemampuan untuk menggerakkan pusat gravitasi sejauh mungkin pada arah anteroposterior atau mediolateral, meningkatkan sistem motorik (kekuatan dan koordinasi), control postural, anticipaty postural control, stabilitas dinamik, integrasi sensoris (vision, vestibular dan somatosensoris) serta berpengaruh terhadap perbaikan sistem kognitif (Sibley et al, 2015). Menurut Yuliana (2011) keseimbangan tubuh adalah kemampuan dalam hal menjaga postur tubuh agar tetap tegak dan dapat mempertahankan posisinya. Kesimbangan tubuh merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan fisik motorik anak.

Pada anak usia 4-6 tahun, keseimbangan tubuh yang diperoleh dengan berbagai latihan, padahal keseimbangan sangat dibutuhkan untuk menjalankan aktivitas mereka yang keseluruhannya adalah bermain dan melibatkan keterampilan fisik dan motorik. Keseimbangan tubuh yang stabil dapat diperoleh dengan berbagai latihan yang sebaiknya diberikan sejak usia 0-6 tahun atau masa emas dimana terjadi proses tumbuh kembang yang pesat dan anak mulai peka terhadap stimulasi sehingga perkembangan anak harus dioptimalkan (Sukamti, 2003) misalnya melalui permainan tradisional egrang batok kelapa. Saat bermain egrang batok kelapa akan terjadi kontraksi otot terutama ekstermitas bawah dan perut sehingga terjadi peningkatan otot.

Pada anak usia Taman kanak-kanak telah tampak otot-otot tubuh yang berkembang sehingga memungkinkan mereka untuk melakukan berbagai keterampilan, dan letak gravitasi semakin berada di bagian bawah tubuh sehingga keseimbangan ada pada tungkai bawah (Rismayhanti, 2012).

Kata egrang memiliki makna yaitu alat yang digunakan untuk bermain egrang-egrangan. Sesuai namanya, permainan ini berasal dari bahan dasar tempurung kelapa yang dipadukan dengan tali tambang halus. Menurut Lahay dkk (2013), permainan egrang tempurung kelapa memiliki manfaat untuk mengembangkan dan mengontrol gerakan motorik anak. Selain itu, permainan egrang tempurung kelapa juga akan meningkatkan kekuatan otot tungkai, kaki, lengan dan tangan, sehingga dapat melatih keseimbangan serta kelenturan tubuh. Bermain egrang batok kelapa, anak harus menaruh telapak kaki diatas tempurung kelapa yang memiliki luas permukaan dengan diameter sekitar kurang lebih 10 cm, sehingga keseimbangan sangat dibutuhkan untuk bermain permainan ini. Melatih sistem sensorik (somatosensorik, visual, vestibular) akan mengenali dan mulai beradaptasi dengan lingkungan dan perubahan yang terjadi pada tubuh anak.

Berdasarkan hasil pengamatan selama kurang lebih dua minggu di TK Kristen 2 Salatiga dengan jumlah 9 murid, penulis melihat kemampuan kesimbangan tubuh pada anak di TK B dengan usia 4-6 tahun masih kurang berkembang dilihat dari saat peneliti mengajak anak bermain berjalan lurus menggunakan egrang batok kelapa dan berjalan zig-zag dari percobaan tersebut masih banyak anak yang belum berhasil dengan jumlah 67% yang belum berkembang, 22% berkembang sesuai harapan dan 11% berkembang sangat baik dalam menjaga keseimbangan badan. Kurangnya stimulasi yang di dapat oleh anak dalam mengembangkan kemapuapuan motorik kasar belum yang menyeluruh padahal usia 4-6 tahun masih membutuhkan pengembangan motorik kasar. Kegiatan yang sering dilakukan di sekolah ini masih banyak mengarah ke calistung, mewarnai, menempel dan bercerita.

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru yang mengatakan bahwa untuk kegiatan motorik kasar biasa dengan lempar tangkap bola, jalan santai, kegiatan tersebut hanya dilakukan satu minggu sekali. Guru tersebut mengatakan memang benar motorik kasar sangat penting untuk dilakukan, hanya saja guru merasa kewalahan karena guru harus memegang kelas dengan beda usia yang di gabung menjadi 1 kelas dengan jumlah murid 14 anak, dengan umur yang berbeda-beda kelompok A usia 2-3 tahun terdiri dari 5 anak dan kelompok B 4-6 tahun terdiri dari 9 anak. Untuk itu guru cenderung memberikan kegiatan yang memudahkan untuk mengawasi anak seperti calistung, mewarnai dan menempel

Alasan penulis menggunakan permainan egrang batok kelapa karena permainan ini belum pernah dilaksanakan oleh guru Taman Kanak-Kanak di TK Kristen 2 Salatiga sebagai media untuk meningkatkan kemampuan keseimbangan tubuh anak. Selain itu permainan egrang batok kelapa terbukti dapat meningkatkan keseimbangan tubuh terutama pada motorik kasarnya. Hal ini terbukti dari beberapa kajian penelitian yang relevan yang telah dilakukan

Evita Rinasari tahun (2013) dengan judul “meningkatkan ketrampilan motorik kasar anak melalui permainan engrang batok kelapa pada anak kelompok B TK ABA Banjarharjo II Kalibawang Kulon Progo” yang mengatakan hasil penelitian menunjukan bahwa melalui permainan engrang batok kelapa dapat meningkatkan kemampuan motorik kasar yaitu keseimbangan, kekuatan dan kelincahan. Ini terlihat pada peningkatan presentase dari siklus I 42% dan siklus II 85%.

 KAJIAN TEORI

Keseimbangan Tubuh

Menurut Yuliana (2014) Keseimbangan tubuh adalah kemampuan untuk menjaga postur tubuh agar mampu berdiri tegak dan mempertahankan posisinya. Anak usia 4-6 tahun kesimbangan tubuhnya belum stabil,padahal segala aktivitas motorik kasar atau permainan yang menggunakan motorik kasar memerlukan kesimbangan tubuh yang stabil. Untuk mendapatkan keseimbangan tubuh perlu stimulasi yang cukup. Stimulasi permainan yang diperlukan salah satunya egrang batok kelapa.

Menurut Abrahamova (2008) mengatakan bahwa keseimbangan tubuh adalah kemampuan tubuh untuk mempertahankan posisi tubuh yang selalu berubah dan bergerak ketika melakukan aktivitas. Anak usia 4-6 tahun akan selalu bergerak saat beraktivitas untuk itu perlu keseimbangan tubuh yang stabil. Banyak aktivitas yang dilakukan oleh anak terutama untuk menjaga keseimbangan tubuh melalui aktivitas egrang batok kelapa.

Permainan Egrang Batok Kelapa

Egrang batok kelapa adalah permainan tradisional Indonesia yang belum diketahui secara pasti dari mana asalnya, tetapi dapat dijumpai di berbagai daerah dengan nama berbeda-beda, seperti Tengkak- tengkak (Sumatera Barat), Ingkau (Bengkulu), Jangkungan (Jawa Tengah), atau Batungkau (Kalimantan Selatan). Kata Egrang sendiri berasal dari bahasa Lampung yang berarti terompah pancung yang terbuat dari bambu bulat panjang. Egrang terbuat dari batang bambu dengan panjang kurang lebih 2,5 meter. Sekitar 50 cm dari bawah dibuat tempat berpijak kaki yang rata dengan lebar kurang lebih 20 cm. Sedangkan Egrang batok kelapa terbuat dari dua tempurung kelapa yang dihubungkan dengan tali. Cara memainkannya dengan berlomba berjalan menggunakan egrang batok kelapa tersebut dari satu sisi lapangan ke sisi lainnya. Pemain yang paling cepat dan tidak terjatuh dialah pemenangnya (Madyawati, 2014:4).

Pendapat lain menurut Mulyani (2013: 44) egrang batok kelapa dibuat dari bahan dasar tempurung kelapa yang tengahnya dilubangi lalu diberi tali plastik atau dadung pada tengah batok untuk memainkannya. Fungsi utama sama seperti dolanan lain untuk pemainan anak-anak dan bisa dilombakan.

M ETODE PENELITIAN

            Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Sedangkan teknik pengumpulan data menggunakan wawancara,observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data adalah deskriptif kualitatif. Instrumen penelitian yang digunakan adalah Permendikbud No.137 tahun 2014.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Kondisi Awal (pra tindakan)

Dari hasil observasi awal yang dilakukan, maka dapat diketahui bahwa dalam pembelajaran motorik kasar melalui kegiatan bermain egrang batok kelapa anak belum mengetahui cara atau metode bermain secara benar, sehingga anak dalam melakukan kegiatan hanya asal bermain. Selain itu juga keseimbangan anak belum maksimal. Disini dapat diartikan bahwa anak belum menguasai dasar dari permainan egrang batok kelapa. Hasil pengamatan tersebut dapat ditampilkan seperti pada tabel berikut ini

Tabel 4.1. Hasil Observasi Kemampuan Bermain Egrang Batok Kelapa Sebelum Tindakan (Pra Siklus)

 

No.

Indikator

Kriteria

Jumlah

Anak

Persentase

 

Ketrampilan motorik kasar Keseimbangan

Berkembang Sangat Baik

 

1

11

Berkembang Sesuai Harapan

2

22

Belum Berkembang

6

67

Jumlah

9

100%

 

Berdasarkan tabel diatas hasil kemampuan anak dalam bermain egrang batok kelapa sebelum tindakan, diketahui bahwa terdapat 1 anak seimbang dalam menggunakan alat egrang batok kelapa atau sebesar 11% dari jumlah anak, 2 anak kurang seimbang dalam menggunakan alat egrang batok kelapa atau sebesar 22% dari jumlah anak, dan 6 anak belum seimbang dalam menggunakan alat egrang batok kelapa atau sebesar 67%.

Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa masih banyak anak yang kurang berhasil dalam melakukan unjuk kerja bermain egrang batok kelapa. Disini dapat diartikan bahwa motorik kasar anak belum terlatih dengan baik, dalam arti keseimbangan tubuh dalam menggunakan alat egrang batok masih kurang seimbang, anak kurang bisa berjalan menggunakan alat egrang batok kelapa dengan jarak tertentu serta anak kurang lincah dalam berjalan cepat, zigzag dan mampu merubah arah secara cepat. Oleh karena itu, keadaan ini menjadikan landasan untuk berupaya meningkatkan pembelajaran motorik kasar melalui kegiatan bermain egrang batok kelapa.

Siklus I

Berdasarkan hasil pertemuan pertama, kedua dan ketiga pada tindakan siklus I, maka diperoleh gambaran tentang hasil unjuk kerja pada aspek keseimbangan dengan kriteria berapa anak yang sudah mencapai kriteria Berkembang sangat baik (BSB), berapa anak Berkembang sesuai harapan (BSH) dan berapa anak yang belum seimbang. Pada tindakan siklus I pertemuan pertama kegiatan bermain egrang batok kelapa dengan berjalan lurus, diketahui bahwa anak yang masuk dalam kriteria Berkembang sangat baik (BSB) mencapai 1 anak atau sebesar 11,11% dari jumlah anak. Ada 3 anak Berkembang sesuai harapan (BSH) dalam berjalan lurus menggunakan egrang batok kelapa atau sebesar 33,33% dari jumlah anak.

Pada tindakan siklus I pertemuan kedua kegiatan bermain egrang batok kelapa dengan berjalan lurus, diketahui bahwa anak yang masuk dalam kriteria Berkembang sangat baik (BSB) mencapai 1 anak atau sebesar 11,11% dari jumlah anak. Ada 5 anak Berkembang sesuai harapan (BSH) dalam berjalan lurus menggunakan egrang batok kelapa atau sebesar 55,56% dari jumlah anak. Kegiatan bermain egrang batok kelapa dengan berjalan lurus dan merubah arah ke tempat semula,

Pada tindakan siklus I pertemuan ketiga kegiatan bermain egrang batok kelapa dengan berjalan lurus, diketahui bahwa anak yang masuk dalam kriteria Berkembang sangat baik (BSB) mencapai 5 anak atau sebesar 55,56% dari jumlah anak. Ada 3 anak Berkembang sesuai harapan (BSH) dalam berjalan lurus menggunakan egrang batok kelapa atau sebesar 33,33% dari jumlah anak. Kegiatan bermain egrang batok kelapa dengan berjalan lurus dan merubah arah ke tempat semula, diketahui bahwa anak yang masuk dalam kriteria bisa (kuat) mencapai 9 anak atau sebesar 88,89% dari jumlah anak. Ada 1 anak yang kurang bisa bermain egrang batok kelapa dengan berjalan lurus.

Peningkatan hasil pratindakan pertemuan pertama, kedua dan ketiga dapat dilihat melalui tabel di bawah ini:

Tabel 4.5. Hasil Pratindakan dan Siklus 1 Peningkatan Kegiatan Bermain Egrang Batok Kelapa pada Siklus

Kriteria

Pratindakan

Pertemuan

1

2

3

BB

67%

55,56%

33,33%

11,11%

BSH

22%

33,33%

55,56%

33,33%

BSB

11%

11,11%

11,11%

55,56%

 

Siklus II

Berdasarkan hasil pertemuan pertama, kedua dan ketiga pada tindakan siklus II, maka diperoleh gambaran tentang hasil unjuk kerja pada aspek keseimbangan dengan kriteria berapa anak yang sudah mencapai kriteria Berkembang sangat baik (BSB), berapa anak Berkembang sesuai harapan (BSH) dan berapa anak yang Belum berkembang. Pada tindakan siklus II pertemuan pertama kegiatan bermain egrang batok kelapa, diketahui bahwa pada indikator keseimbangan, anak yang masuk dalam kriteria Berkembang sangat baik (BSB) mencapai 5 anak atau sebesar 55,56% dari jumlah anak. Ada 2 anak Berkembang sesuai harapan (BSH) dalam berjalan lurus menggunakan egrang batok kelapa atau sebesar 22,22% dari jumlah anak. Demikian juga ada 2 anak belum berkembang (BB) dalam berjalan lurus menggunakan egrang batok kelapa atau sebesar 22,22% dari jumlah anak.

Kegiatan bermain egrang batok kelapa pada tindakan siklus II pertemuan kedua kegiatan bermain egrang batok kelapa, diketahui bahwa indikator keseimbangan, anak yang masuk dalam kriteria Berkembang sangat baik (BSB) mencapai 22 anak atau sebesar 77,78% dari jumlah anak. Ada 2 anak Berkembang sesuai harapan (BSH) dalam berjalan lurus menggunakan egrang batok kelapa atau sebesar 22,22% dari jumlah anak.

Kegiatan bermain egrang batok kelapa pada tindakan siklus II pertemuan ketiga kegiatan bermain egrang batok kelapa, diketahui bahwa pada indikator keseimbangan, anak yang masuk dalam kriteria Berkembang sangat baik (BSB) mencapai 9 anak atau sebesar 100% dari jumlah anak. Dari uraian tersebut merupakan perbaikan dari siklus II yang dilakukan melalui tahap refleksi. Peningkatan hasil pertemuan pertama, kedua dan ketiga dapat dilihat melalui tabel di bawah ini:

Tabel 4.9. Rekapitulasi Hasil Peningkatan Kegiatan Bermain Egrang Batok Kelapa pada Siklus II

Kriteria

Pertemuan

1

2

3

BB

55,56%

0%

0%

BSH

22,22%

22,22%

0,00%

BSB

55,56%

77,78%

100,00%

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa permainan egrang batok kelapa dapat meningkatkan keterampilan motorik kasar yaitu keseimbangan pada anak kelompok B di TK Kristen 2 Salatiga. Peningkatan keterampilan motorik kasar dapat dilihat dari hasil penelitian sebagai berikut: keseimbangan anak pada kondisi awal sebesar 11,11%, pada siklus I mengalami peningkatan, keseimbangan anak menjadi 55,56%, pada siklus II mengalami peningkatan, keseimbangan anak menjadi 100%.

REKOMENDASI

Guru dapat menggunakan egrang batok kelapa untuk menstimulasi keseimbangan tubuh anak. peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan kegiatan bermain egrang batok kelapa dengan lebih kreatif dan bervariasi dalam pelaksanaan kegiatannya.

DAFTAR PUSTAKA

Abrahamova D & Hlavacka F. 2008. Age-Related Changes of Human Balance during Quiet Stance: Slovakia. Physiological Research: (diunduh pada kamis 8 ferbuari 2018 pukul 17:15 Wib)

Arikunto, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara

https://www.google.com/search?q=Arikunto%2C+dkk.+2009.+Penelitian+Tindakan+Kelas.+Jakarta%3A+Bumi+Aksara&ie=utf-8&oe=utf-8&client=firefox-b (Diunduh pada sabtu 10 ferbuari 2018 puku 17:11 Wib)

Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta https://www.google.com/search?q=Arikunto.+%282010%29.+Prosedur+Penelitian%3A+Suatu+Pendekatan+Praktek.+Jakarta%3A+Rineka+Cipta&ie=utf-8&oe=utf-8&client=firefox-b (Diunduh pada jumat 16 ferbuari 2018 pukul 21:02 Wib)

Arikunto, S.(2015). Dasar-dasar evaluasi pendidikan: Edisi ke dua. Jakarta: Bumi. Aksara https://www.google.com/search?q=Arikunto%2C+S.%282015%29.+Dasar-dasar+evaluasi+pendidikan%3A+Edisi+ke+dua.+Jakarta%3A+Bumi.+Aksara&ie=utf-8&oe=utf-8&client=firefox-b (Diunduh pada sabtu 17 ferbuari 2018 pukul 17:32 Wib)

Arikunto, 2007. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. jakarta: Rineka. Aksara. https://www.google.com/search?q=Arikunto%2C+2007.+Prosedur+penelitian+suatu+pendekatan+praktik.+jakarta%3A+Rineka.+Aksara.&ie=utf-8&oe=utf-8&client=firefox-b (Di unduh pada selasa 20 ferbuari 2018 pukul 15:10 Wib)

Carolyn Kisner Lynn Allen Colby. 2007.Therapeutic Exercise, Fifth Edition,. (Philadelpia: F.A. Davis Company). Hal 106. Donna Cech, Functional Movement Depelopment Across The Life Span (Diunduh pada Kamis 22 ferbuari 2018 pukul 21:44 Wib)

Delito A., 2003. The Link Between Balance Confidence And Falling. Physical Therapy Research That Benefits You. American Physical Therapy Association. https://www.google.com/search?q=Delito+A.%2C+2003.+The+Link+Between+Balance+Confidence+And+Falling.+Physical+Therapy+Research+That+Benefits+You.+American+Physical+Therapy+Association.&ie=utf-8&oe=utf-8&client=firefox-b (Diunduh pada minggu 25 ferbuari 2018 pikul 00.14 Wib)

 Erlinda, Esti. 2014. “Pengembangan Motorik Kasar Anak Usia Dini Melalui Melempar dan Menangkap Bola di PAUD Islam Terpadu Al-Ikhlas 1 Kabupaten Kepanghiang. Skripsi. Bengkulu: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Bengkulu

            http://repository.unib.ac.id/8663/2/I,II,III,II-14-est.FK.pdf (Di unduh pada minggu 25 ferbuari 2018 pukul 00:30 Wib)

Evita, Rinasari.2013. Meningkatkan Keterampilan Motorik Kasar Anak Melalui Permainan Egrang Bathok Kelapa Pada Anak Kelompok B Di Tk Aba Banjarharjo Ii Kalibawang Kulon Progo. Skripsi. Fakultas Ilmu Pendidikan. UNY. http://eprints.uny.ac.id/15673/1/EVITA%20SKRIPSI.pdf  (Diunduh pada senin 26 ferbuari 2018 pukul 15:41 Wib)

Lahay R., Rena LM & Misran R. 2013. Mengembangkan Kecerdasan Kinestetik Melalui Permainan Egrang Pada Anak Kelompok B TK Garuda Desa Huluduotamo Kecamatan Sumawa Kabupaten Bone Bolango. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Negeri

http://eprints.ums.ac.id/39641/15/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf (Diunduh pada selasa 27 ferbuari 2018 pukul 18:25 Wib)

Madyawati, L (2016). Strategi Pengembangan Bahasa pada Anak. Jakarta: Kencana

https://www.researchgate.net/publication/322162465_Pengembangan_Keterampilan_Berkomunikasi_Anak_Usia_Dini_Melalui_Metode_Bermain_Peran (Diunduh pada 1 maret 2018 pukul 15:34)

Permendikbud No 137, 2014. Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini: Jakarta.

Sibley, K. M. et al., (2015) Recommendations for a Core Outcome Set for Measuring Standing Balance in Adult Populations: A Consensus-Based Approach. PLOS ONE:1-20

Sugiarto Agus. 2005. Korespondensi Bisnis. Gaya Media: Yogyakarta.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta