Peningkatan Hasil Belajar Menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning
PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA
SISWA KELAS 4 SD NEGERI 2 TANJUNG MENGGUNAKAN
MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING
Gendhuk Novel, Mawardi, Krisma Widi Wardani
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Kristen Satya Wacana
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar Matematika siswa kelas 4 SD Negeri 2 Tanjung menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus dimana setiap siklus terdiri dari tiga kali pertemuan. Masing-masing siklus terdiri atas tahapan perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek dalam penelitian adalah siswa kelas 4 SD Negeri 2 Tanjung yang berjumlah 18 siswa. Instrumen pengumpulan data menggunakan lembar observasi kegiatan guru dan siswa serta soal tes. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis deskreptif komparatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pada kondisi awal nilai rata-rata siswa 62,22 dengan persentase pencapaian ketuntasan sebesar 38,89%, pada siklus I rata-rata meningkat menjadi 77,22 dengan persentase ketuntasan 72,22% dan pada siklus II nilai rata-rata meningkat menjadi 84,16 dan persentase jumlah siswa yang mencapai ketuntasan mencapai 94,44%.
Kata kunci: Problem Based Learning, Hasil Belajar
PENDAHULUAN
Matematika merupakan pelajaran yang sangat penting diajarkan di sekolah dasar karena Matematika merupakan ilmu yang mendasari perkembangan sains dan teknologi. Menurut Kusumawati dan Mawardi (2016: 252) Matematika merupakan ilmu yang menjadi dasar dalam menata nasib perkembangan teknologi di masa mendatang, sebab matematika berguna untuk suatu hal yang melatarbelakangi kemajuan daya pikir manusia. Oleh karena itu Matematika berguna hampir di semua bidang kehidupan. Dalam dunia pendidikan, Matematika menduduki peran yang sangat penting. Pembelajaran Matematika diberikan pada tiap-tiap jenjang pendidikan, mulai dari pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi (Setyowati, 2014: 1). Pembelajaran Matematika di sekolah pada dasarnya tidak hanya sekedar mengajarkan kepada peserta didik mengenai bagaimana belajar menghitung sesuai dengan algoritma yang sangat prosedural, lebih dari itu matematika membekali siswa untuk berfikir kritis, dan sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari siswa dalam membantu mengatasi persoalan dalam kehidupan sehari-hari. (Nugroho, 2018: 197)
Berdasarkan jenjang dan karakteristik perkembangan intelektual anak seusia siswa SD oleh sebab itu penyajian konsep dan keterampilan dalam pembelajaran Matematika harus diawali dari nyata (konkrit) ke abstrak; dari mudah ke sukar; dari sederhana ke rumit, dan dari dekat ke jauh (Sugihartono, 2007: 74). Menurut Diantari (2014: 3) keinginan siswa dalam mempelajari Matematika dapat ditumbuhkan dengan pengetahuan siswa yang di dapat melalui kehidupan yang nyata dan peran guru dalam pembelajaran yang dapat menjadikan pembelajaran Matematika menjadi terasa menyenangkan. Oleh sebab itu guru harus bisa memunculkan keinginan dan kegembiraan peserta didik untuk bereksplorasi pada lingkungannya, tanpa ada aktivitas pemaksaan. Supaya mencapai proses ini, guru harus memiliki gaya belajar yang menantang dan menarik peserta didik, oleh karena itu pengelolaan pembelajaran harus menarik, menyenangkan, dan bermanfaat bagi peserta didik. Upaya yang telah dilakukan oleh SD Negeri 2 Tanjung, Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolai untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan mutu guru dalam mengajar yaitu dengan mengikuti Kelompok Kerja Guru (KKG), Bintek, Penataran, Seminar. Selain itu, guru juga diwajibkan memiliki ijasah minimal S1.
Berdasarkan pengamatan dan wawancara yang dilaksanakan di SD Negeri 2 Tanjung, Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali, pada kelas 4 ditemukan kenyataan yang terjadi dalam pembelajaran Matematika guru masih memakai metode pembelajaran konvensional yakni dengan cara ceramah dan penugasan. Guru masih dominan menerapkan model pembelajaran yang hanya memberikan pengetahuan kepada siswa dan belum melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran. Dalam hal tersebut berarti siswa hanya menerima pengetahuan dari guru, padahal dalam penerapan Kurikulum 2013 guru harus dapat mengembangkan pembelajaran yang dapat mendorong siswa untuk memperoleh pengetahuannya sendiri. Oleh sebab itu, pemahaman siswa terhadap pembelajaran Matematika masih rendah. Bahkan sebagian besar dari mereka tidak mau bertanya apabila belum mengerti dan tidak jarang ditemukan siswa yang tidak dapat menyelesaikan soal jika diberi soal yang sedikit berbeda dari apa yang sudah dipelajari atau dicontohkan. Hal berikut ini menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal pada mata pelajaran Matematika. Dampaknya hasil belajar yang diperoleh kurang memuaskan dan pembelajaran kurang bermakna bagi siswa. Data hasil belajar siswa dikatakan kurang maksimal karena masih banyak siswa yang mendapatkan nilai dibawah KKM. Kriteria Ketuntasan Minimal di SD Negeri 2 Tanjung pada mata pelajaran Matematika yaitu 70. Berdasarkan nilai ulangan harian terdapat 11 siswa (61,11%) dari 18 siswa yang tidak tuntas KKM dan nilai rata-rata hanya mencapai 62,22. Dengan demikian berdasarkan permasalahan diatas perlu adanya inovasi pembelajaran Matematika untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
Salah satu kesuksesan implementasi kurikulum 2013 guru merancang kegiatan pembelajaran yang mampu mengembangkan kompetensi, baik dalam ranah kognitif, ranah afektif maupun psikomotorik siswa. Strategi pembelajaran yang berpusat kepada peserta didik dan penumbuhkan suasana yang menyenangkan diperlukan untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam mata pelajaran Matematika. Maka sebab itu guru dituntut agar lebih kreatif, inovatif dalam memilih metode pembelajaran yang tepat serta dapat membangun minat peserta didik dalam pembelajaran Matematika. Dengan otomatis jika metode pembelajaran yang dipakai dapat membangkitkan peserta didik, maka akan berpengaruh positif bagi hasil belajar peserta didik. Dalam hal ini peneliti memilih model pembelajaran berbasis masalah Problem Based Learning (PBL).
Problem Based Learning (PBL) merupakan pembelajaran dengan membuat permasalahan kepada siswa dengan masalah-masalah praktis atau pembelajaran yang diawali dengan pemberian masalah dan memiliki konteks dengan dunia nyata (Gunantara, 2014: 2). Pemecahan masalah dalam pembelajaran ini merupakan masalah-masalah yang akrab dengan kehidupan nyata peserta didik. Dalam pemecahan masalah peserta didik memperoleh pengalaman secara langsung dengan cara kerja sama atau diskusi, mengidentifiasi masalah, serta menyelesaikan masalah. Dengan Problem Based Learning (PBL) diharapkan terciptanya pembelajaran yang bermakna di kelas, siswa dapat berfikir secara lebih kritis (Critical Thinking).
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: (1) Apakah model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran Matematika siswa kelas 4 SD Negeri 2 Tanjung, Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali? (2) Bagaimana penerapan model pembelajaran Problem Based Learning untuk meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran Matematika siswa kelas 4 SD Negeri 2 Tanjung, Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali?
Berdasarkan masalah tersebut, penelitian ini bertujuan untuk: (1) Meningkatkan hasil belajar siswa kelas 4 SD Negeri 2 Tanjung, Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali pada mata pelajaran Matematika melalui model Problem Based Learning (PBL), (2) Menjelaskan cara meningkatkan hasil belajar siswa kelas 4 SD Negeri 2 Tanjung, Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali pada mata pelajaran Matematika melalui model Problem Based Learning (PBL).
KAJIAN PUSTAKA
Hakikat Matematika
Menurut Andi Hakim Natution dan Karso, (2011: 39) kata Matematika berasal dari bahasa yunani mathematikos yang bearti ilmu pasti, dari kata mathema atau mathesis yang artinya ajaran, pengetahuan, atau ilmu pengetahuan. Islam dan Krisma Widi Wardani (2017: 630) menjelaskan Matematika merupakan disiplin ilmu untuk meningkatkan kemampuan berfikir seta berargumentasi, mencari solusi dalam penyelesaian masalah sehari-hari, dan sangat mendasari perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).
Menurut Purnomo (2014: 25) Matematika adalah ilmu tentang logika meliputi susunan, bentuk, besaran serta konsep yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Maka dari itu kecakapan terhadap Matematika diperlukan dan konsep-konsep yang harus dibangun dengan benar sejak dini. Konsep-konsep dalam Matematika merupakan suatu hubungan sebab akibat. Suatu konsep yang disusun berdasarkan kosep-konsep sebelumnya, dan akan menjadi sebagai dasar konsep selanjutnya.
Berdasarkan berbagai pengertian Matematika yang sudah dijelaskan diatas disimpulkan bahwa Matematika merupakan disiplin ilmu yang meningkatkan kemampuan daya fikir mempelajarai konsep dan pola berpikir yang saling berhubungan yang disusun menggunakan simbol-simbol untuk memecahkan permasalahan dengan kehidupan sehari-hari. Pembelajaran Matematika hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem). Dengan mengajukan masalah kontekstual, peserta didik secara bertahap dibimbing untuk menguasai konsep matematika.
Hasil Belajar
Menurut Widhanti (2015: 6) hasil belajar merupakan perubahan perilaku pada diri seseorang yang dapat di amati dan di ukur dalam bentuk pengetahuan, sikap serta keterampilan setelah mengikuti proses belajar mengajar. Perubahan tersebut dapat di artikan sebagai terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik yang awalnya tidak tahu menjadi tahu. Hal tersebut sejalan menurut Vitasari (2013: 3) hasil belajar merupakan sesuatu yang didapatkan seseorang memalui proses belajar yang ditandai dengan terjadinya perubahan perilaku yang berupa pengetahuan serta kemampuan dalam berbagai hal.
Hasil belajar yaitu perubahan perilaku secara keseluruhan yang tidak hanya satu aspek potensi kemanusiaan saja. Humalik (2003: 155) menyatakan hasil belajar merupakan pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apersepsi, dan ketrampilan. Hasil belajar dapat berupa inovasi verbal, ketrampilan intelektual, strategi kognitif, ketrampilan motorik, dan sikap.
Nurkhotimah (2017: 257) berpendapat bahwa hasil belajar adalah perubahan dalam diri siswa, yang mencakup aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotor (ketrampilan) sebagai hasil kegaiatan belajar di sekolah. Hal ini diperkuat dengan pendapat Bloom (Suprijono 2009: 7) hasil belajar mencakup tiga kemampuan kognitif, afektif, psikomotorik. Aspek kognitif merupakan knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), dan evaluation (menilai). Aspek afektif merupakan reveiving (sikap menerima), responding (memberikan respon), valuing (nilai), organization (organisasi), characterization (karakterisasi). Aspek psikomotor mencakup ketrampilan produktif, teknik fisik, sosial, serta intelektual.
Maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil akhir dari proses pembelajaran berupa pola tingkah laku, kemampuan intektual, dan ketrampilan kognitif, afektif, maupun dari psikomotornya.
Model Pembelajaran Problem Based Learning
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual untuk merancang dan melaksanakan pembelajaran, menyusun pengalaman belajar agar mencapai tujuan, dan menjadi pedoman dalam proses pembelajaran sebab berisi langkah-langkah (sintak) pembelajaran yang sistematis (Mawardi, 2018: 29). Pembelajaran berbasis masalah adalah salah satu model pembelajaran yang dapat membantu peserta didik guna meningkatkan ketrampilan yang dibutuhkan pada era globalisasi pada saat ini karena model ini menyusun pengalaman belajar secara nyata. Problem Based Learning (PBL) dikembangkan pertama kali oleh Prof. Howard Barrows sekitar tahun 1970-an dalam pembelajaran ilmu medis di McMaster University Canada. Model pembelajaran ini mengangkat suatu masalah yang nyata untuk peserta didik sebagai awal pembelajaran kemudian diselesaikan dengan cara penyelidikan serta diterapkan dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah (Istiatutik, 2017: 46). Dengan bekerja sama dengan tim, siswa dapat belajar secara aktual dengan menyelesaikan hal-hal yang diberikan kepada mereka.
Menurut Asriningtyas (2018: 25) model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) merupakan model pembelajaran yang memberi suatu permasalahan agar dipecahkan melalui kemampuan berpikir tinggi. Permasalahan yang diberikan dalam model pembelajaran yaitu permasalahan nyata yang dapat dialami oleh seseorang maka dengan penerapan model pembelajaran ini mampu membagikan pengalaman secara nyata dan langsung kepada siswa utamanya dalam memecahkan permasalahan nyata yang bisa saja terjadi di kehidupan sehari-hari.
Menurut Barrow (Rini dan Mawardi, 2015: 105) menjelaskan Problem Based Learning (PBL) merupakan pembelajaran yang didapatkan melalui proses menuju pemahaman akan resolusi suatu permasalahan. Giarti (2015:4) menjelaskan Problem Based Learning (PBL) lebih mementingkan proses pembelajaran, di mana tugas guru mengajukan permasalahan yang nyata atau mengorientasikan siswa kepada masalah. Selanjutnya, guru akan memfasilitasi penyelidikan kepada siswa pada saat pengamatan, memfasilitasi dialog antar siswa, dan mendukung proses belajar siswa.
Dari berbagai uraian diatas dapat disimpulkan pengertian Problem Based Learning (PBL) merupakan model pembelajaran yang menghadirkan peserta didik pada dunia nyata (real wold) untuk memulai pembelajaran dan sebagai salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat menghadirkan kondisi belajar aktif dan kreatif kepada peserta didik. Problem Based Learning (PBL) adalah pengembangan kurikulum serta proses pembelajaran. Dalam kurikulumnya direncanakan masalah-masalah yang mewujudkan peserta didik memperoleh pengetahuan yang penting, membina mereka agar mahir dalam memecahkan sebuah permasalahan, dan mempunyai strategi belajar sendiri serta kecakapan berpartisipasi dalam sebuah tim.
Menurut Arends (2008: 43) ada 5 fase (tahap) yang butuh dilaksanakan untuk mengimplementasikan langkah-langkah pembelajaran Problem Based Learning (PBL) yaitu: Fase 1: Mengorientasikan siswa pada masalah, Fase 2: Mengorganisasikan siswa untuk belajar, Fase 3: Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok, Fase 4: Mengembangkan dan menyajikan artifak (hasil karya) dan mempamerkannya, Fase 5: Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian ini dimaksudkan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas 4 semester II. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Kemmis dan Mc Taggart. Kemmis dan Mc Taggart mendefinisikan bahwa dalam penelitian ini dilaksanakan melalui 2 siklus yang terdiri dari 3 tahapan yaitu perencanaan tindakan (planning), pelaksanaan tindakan (acting) dan observasi (observasing), serta refleksi (reflecting). Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar.
Penelitian tindakan kelas (PTK) ini dilaksanakan di SD Negeri 2 Tanjung, Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali semester II tahun ajaran 2018/2019 mulai dari bulan April sampai dengan bulan Mei. Subjek pada penelitian adalah siswa kelas 4 dengan jumlah siswa 18 terdiri dari 7 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik tes dan teknik non tes. Teknik tes digunakan untuk mengukur hasil belajar kognitif siswa dalam bentuk soal pilihan ganda. Teknik non tes digunakan untuk mengetahui aktivitas siswa dan guru terhadap pembelajaran yang dilaksanakan. Teknik non tes yang digunakan adalah lembar observasi guru dan siswa serta dokumentasi
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Kondisi Awal
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan di kelas 4 SD Negeri 2 Tanjung, Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali tahun ajaran 2018/2019 dengan jumlah siswanya 18 siswa pada pembelajaran Matematika. Kondisi ini terlihat bahwa hasil belajarnya masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari nilai ulangan harian siswa pada mata pelajaran Matematika yang masih banyak siswa mendapatkan nilai di bawah KKM. Berdasarkan nilai ulangan harian terdapat 11 siswa (61,11%) dari 18 siswa yang tidak tuntas KKM dan nilai rata-rata sebesar 62,22. Rendahnya hasil belajar siswa dikarenakan dalam penyampaian materi guru dominan menerapkan model pembelajaran yang hanya memberikan pengetahuan kepada siswa dan belum melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran. Sehingga pemahaman siswa terhadap pembelajaran matematika masih kurang dan hasil belajar siswa rendah.
Siklus I
Pada siklus I terdiri dari 3 tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan dan observasi, serta refleksi. Kegiatan pembelajaran pada siklus I dibagi menjadi tiga kali pertemuan, dengan alokasi waktu 2 x 35 menit. Evaluasi hasil belajar siswa yang diperoleh dari hasil tes pada akhir pembelajaran siklus I menunjukkan adanya peningkatan. Peningkatan ini dapat dilihat dari nilai rata-rata hasil belajar pada kondisi awal 62,22 meningkat menjadi 77,22 pada siklus I dengan standar deviasi 12,744 yang bergerak antara skor minimun 55 dan maksimum 95. Dan persentase ketuntasan dari kondisi awal hanya 38,89% meningkat menjadi 72,22% pada siklus I.
Berdasarkan hasil observasi penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada kegiatan guru dari 19 indikator, terdapat 6 indikator yang dikategorikan baik, dan 13 indikator dikategorikan sangat baik. Langkah – langkah kegiatan pembelajaran sudah sesuai dengan sintak mencapai 92,10%. Dan pada kegiatan siswa dari 21 indikator, terdapat 7 indikator dikategorikan baik dan 14 indikator dikategorikan sangat baik. Berdasarkan lembar observasi, langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan sintak mencapai 91,67%.
Berdasarkan data hasil belajar siswa dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa dan persentase ketuntasan sudah terjadi peningkatan, akan tetapi hasil ini belum mencapai target, karena penelitian dapat dikatakan berhasil jika minimal 80% dari 18 siswa ketuntasan belajarnya mencapai KKM 70. Meskipun penerapan pembelajaran dengan model Problem Based Learning (PBL) oleh guru dan siswa sudah berjalan dengan sangat baik, akan tetapi masih ada bebarapa kekurangan. Kekurangan yang terjadi dalam pembelajaran siklus I akan diperbaiki pada pelaksanaan pembelajaran siklus II.
Siklus II
Setelah melakukan analisis, evaluasi dan refleksi hingga diperoleh data dari hasil belajar siklus I menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL), maka dilakukan penelitian tindak lanjut dengan melakukan perencanaan penelitian pada siklus II. Pada siklus II pelaksanaannya hampir sama dengan silus I, dilaksanakan sebanyak tiga kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 x 30 menit. Hasil tindakan dan observasi siklus II dapat dilihat berdasarkan hasil belajar dan hasil observasi kegiatan guru siswa selama pembelajaran Matematika dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL).
Hasil belajar siswa diperoleh melalui hasil tes evaluasi pada akhir pembelajaran siklus II. Terlihat bahwa nilai hasil belajar siswa kelas 4 pada mata pelajaran Matematika siklus II menunjukkan peningkatan, rata-rata hasil belajar Matematika pada siklus I 77,22 pada siklus II meningkat sebesar 84,16 dengan standar deviasi 8,617 yang bergerak antara skor minimun 65 dan maksimum 95. Dan persentase ketuntasan belajar siswa dari siklus I yang hanya 72,22% meningkat menjadi 94,44% pada siklus II.
Berdasarkan hasil observasi, penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) oleh guru dan siswa sudah berjalan dengan baik. Pada kegiatan guru dari 16 indikator, terdapat 3 indikator yang yang dikategorikan baik, dan 13 indikator dikategorikan sangat baik. Langkah – langkah kegiatan pembelajaran sudah sesuai dengan sintak mencapai 95,31%. Pada kegiatan siswa dari 17 indikator, terdapat 4 indikator dikategorikan baik dan 13 indikator dikategorikan sangat baik. Berdasarkan lembar observasi, langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan sintak mencapai 94,11%.
Dilihat dari observasi, kegiatan guru dan siswa berjalan dengan baik, sehingga hasil belajar siswa dapat mencapai persentase ketuntasan yang telah ditetapkan yaitu lebih dari 80% dan rata-rata hasil belajar meningkat. Pada siklus II persentase ketuntasan belajar mencapai 94,44% dari 18 siswa terdapat 17 siswa yang mendapat nilai di atas KKM dan 1 siswa yang mendapatkan nilai di bawah KKM dan rata-rata mencapai 84,16. Dengan demikian penelitian ini dikatakan telah berhasil.
Hasil Analisis Data
Analisis data akan diuraikan melalui perbandingan rata-rata hasil belajar dan ketuntasan hasil belajar siswa kelas 4 SD Negeri 2 Tanjung, Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali pada kondisi awal sebelum dilakukan tindakan, siklus I, dan siklus II. Dengan perbandingan yang dilakukan, dapat diketahui perbedaan dan peningkatan yang ditentukan. Komperasi hasil belajar siswa dari kondisi awal, siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel 1 sebagai berikut:
Tabel 1: Komparasi Hasil Belajar Matematika Pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II
Pembelajaran |
Tingkat hasil belajar Matematika |
|
Mean |
Kenaikan% |
|
Kondisi Awal |
62,22 |
– |
Siklus I |
77,22 |
24,10 |
Siklus II |
84,16 |
8,98 |
Berdasarkan komparasi hasil belajar Matematika pada tabel diatas diperoleh temuan pada kondisi awal, rata-rata tingkat hasil belajar siswa baru mencapai 62,22 (skor maksimal 80), pada siklus I rata-rata tingkat hasil belajar siswa mencapai 77,22. Pencapaian ini menunjukkan kenaikan hasil belajar sebasar 24,10%, dan pada siklus II rata-rata hasil belajar mencapai 84,61. Data ini menunjukkan peningkatan hasil belajar sebesar 8,98%.
Dilihat dari ketuntasan belajar berdasarkan KKM. Tabel 2 merangkum komparasi tingkat pencapaian KKM siswa dari kondisi awal, siklus I sampai siklus II.
Tabel 2: Komparasi Pencapaian KKM Pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II
Pembelajaran |
Tingkat Hasil Belajar Matematika |
||
Tuntas |
Presentase% |
Kenaikan% |
|
Kondisi Awal |
7 |
38,89 |
– |
Siklus I |
13 |
72,22 |
23,52 |
Siklus II |
17 |
94,44 |
46,15 |
Dari data dalam tabel diatas, diperoleh temuan pada kondisi awal pencapaian KKM baru 38,89%, pada siklus I pencapaian KKM sebesar 72,22 pencapaian ini menunjukkan kenaikan ketuntasan pencapaian KKM sebesar 23,52% dan pada siklus II KKM mencapai 94,44% pencapaian ini menunjukkan peningkatan pencapaian KKM sebesar 46,15%.
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan, secara garis besar dengan dilaksanakannya model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada pembelajaran Matematika ternyata dapat meningkatkan hasil belajar. Berkaitan dengan kriteria keberhasilan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) bahwa PTK ini berhasil jika minimal 80% siswa mencapai KKM (KKM=70) ada pada siklus II dan peningkatan rata-rata hasil belajar pada setiap siklus meningkat. Oleh karena itu tujuan penelitian ini sudah dikatakan berhasil.
Pembahasan
Pada hasil observasi kondisi awal sebelum adanya tindakan di kelas 4 SD Negeri 2 Tanjung, Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali, terdapat beberapa masalah pada proses pembelajarannya yaitu kurangnya pemahaman siswa pada mata pelajaran Matematika, dapat dilihat dari hasil ulangan harian Matematika yang sebagian siswa belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM ≥ 70). Peneliti saat melakukan observasi di kelas 4 SD Negeri 2 Tanjung, Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali mengamati guru dalam menyampaikan materi pada proses pembelajaran berlangsung masih menggunakan cara konvensional yang cenderung membuat siswa menjadi lebih bosan dan siswa menjadi pasif dalam proses pembelajaran.
Dengan adanya masalah ini peneliti melakukan tindakan dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas 4 SD Negeri 2 Tanjung, Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali melalui dua siklus. Setelah dilakukannya tindakan didapatkan hasil belajar siswa kelas 4 SD Negeri 2 Tanjung, Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali dari analisis data pada bagian deskripsi di atas jelas bahwa tujuan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini tercapai. Pencapaian tujuan PTK ini baru tercapai pada siklus II, siswa yang mencapai KKM 17 siswa dari 18 siswa (94,44%) dan yang tidak lulus 1 siswa (5,56%) dari jumlah keseluruhan siswa atau 18 siswa dengan nilai rata-rata siswa mencapai 84,16 atau rata-rata meningkat dengan persentase 8,98%. Oleh karena itu lebih dari 80% siswa telah mencapai KKM dan rata-rata hasil belajar meningkat. Pencapaian tujuan PTK ini baru terjadi pada siklus ke II oleh karena pada siklus I masih ada kegiatan pembelajaran yang belum terlaksana dengan baik. Kekurangan itu kemudian diperbaiki pada siklus II dan ternyata berhasil.
Berdasarkan penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) hasil belajar siswa dapat meningkat. Melalui model ini siswa dapat menciptakan pengetahuan dan keterampilan siswa agar dapat berpikir logis terhadap ide-ide dalam memecahkan suatu permasalahan. Hal ini terbukti dengan diterapkanya model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) siswa menjadi lebih paham ketika guru menjelaskan materi pembelajaran, pembelajaran yang terjadi di kelas menjadikan siswa untuk lebih aktif dan menyenangkan, mendorong siswa agar berfikir lebih kritis, saat bekerja dengan kelompoknya terjadi kerja sama yang kompak antar anggota kelompoknya, dengan disajikan suatu permasalahan maka siswa dapat memecahkan masalah sendiri dengan pengetahuan yang relevan dan melatih mereka untuk cakap dalam suatu pembelajaran, serta dengan menyajikan hasil karya siswa dapat melatih tanggung jawab terhadap jawaban atau pertanyaan siswa lain.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Matematika dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar Matematika siswa kelas 4 SD Negeri 2 Tanjung, Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali. Pernyataan tersebut disimpulkan berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas pada siswa kelas 4 SD Negeri 2 Tanjung, Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali. Hal tersebut dapat dilihat dari peningkatan rata-rata hasil belajar Matematika sebesar 77,22 pada siklus I dan 84,16 pada siklus II, pencapaian KKM sebesar 72,22% pada siklus I dan 94,44% pada siklus II.
Indikator keberhasilan dari penelitian ini adalah apabila pencapaian ketuntasan hasil belajar siswa mencapai 80% dari jumlah siswa yang ada dikelas dan peningkatan rata-rata hasil belajar pada setiap siklus meningkat. Pada siklus II ketuntasan belajar mencapai 94,44% dan peningkatan rata-rata hasil belajar pada siklus II mencapai 84,16 maka pembelajaran dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan oleh peneliti dan simpulan yang ada, peneliti menyampaikan bebrapa saran sebagai berikut:
a. Bagi Siswa
Peneliti menyarankan supaya siswa lebih aktif dalam proses kegiatan pembelajaran dan dapat bekerjasama dengan kelompoknya dengan penuh tanggung jawab. Siswa juga harus bisa meningkatkan kemampuan dalam penyelesaian masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari.
b. Bagi Guru
Guru dapat menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) sebagai salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil pembelajaran matematika, karena dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) siswa akan lebih semangat dan lebih aktif dalam proses pembelajaran. Pembelajaran dengan model Problem Based Learning, hendaknya dikemas dalam pembelajaran yang menyenangkan sesuai dengan karakter siswa.
c. Bagi Sekolah
Sekolah dapat menerapkan dan mengembangkan model pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) dalam proses pembelajaran untuk mengembangkan strategi pembelajaran yang tepat sesuai dengan kebutuhan siswa sehingga mutu kelulusan meningkat. Sebab dengan menggunakan pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat memaksimalkan proses pembelajaran, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Arends, R. (2008). Learing to Teach, Belajar untuk Mengajar. Edisi Ketujuh Buku Satu. Penerjemah: Helly Prajitno dan Sri Mulyaantini Soetjipto. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Asriningtyas, A. N., Kristin, F., & Anugraheni, I. (2018). Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas 4 SD. Jurnal Karya Pendidikan Matematika. 5 (1): 23-32.
Diantari, P., I Wyn Wiarta, & I Gusti Agung Oka Negara. (2014). Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning Berbasis Hypnoteaching Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V SD. Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha. 2 (1): 1-7.
Giarti, S. (2015). Peningkatan Keterampilan Proses Pemecahan Masalah dan Hasil Belajar Matematika Menggunakan Model PBL Terintegrasi Penilaian Autentik Pada Siswa Kelas VI SDN 2 Bengle, Wonosegoro. In Prosiding Seminar Pendidikan Ekonomi dan Bisnis. 1 (1): 1-6.
Gunantara, G., Md Suarjana, & PT Nanci Riastini. (2014). Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas V. Mimbar PGSD Undiksha (Vol. 2, No.1): 1-10.
Hamalik, O. (2003). Metode Belajar dan Kesulitan-kesulitan Belajar. Bandung: Remaja Karya.
Islam, M. N., & Krisma Widi Wardani. (2017). Peningkatan Hasil Belajar Matematika Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray Pada Siswa Kelas 5. e-jurnalmitrapendidikan. 1 (6): 629-639.
Istiatutik. (2017). Penerapan Metode Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pembelajaran Ekonomi. Jurnal Pendidikan:Riset&Konseptual. 1 (1): 44-50.
Kusumawati, H., & Mawardi. (2016). Perbedaan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT dan STAD Ditinjau dari Hasil Belajar Siswa. Scholaria: Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. 6 (3): 251-263.
Mawardi. (2018). Merancang Model dan Media Pembelajaran. Scholaria: Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. 8 (1): 29-39.
Natution, A. H., & Karso. (2011). Pendidikan Matematika I. Jakarta: Universitas Terbuka: 39.
Nugroho, D. F., Nyoto Harjono, & Gamaliel Septian Airlanda. (2018). Peningkatan Proses Dan Hasil Belajar Matematika Menggunakan Model Problem Based Learning (PBL) Berbantu Media Kartu Soal Pada Siswa Kelas 5 SD Negeri Sidorejo Lor 03 Salatiga Semester Genap Tahun Ajar 2017/2018. Jurnal Pendidikan Berkarakter. 1 (1): 197-206.
Nurkhotimah, Joharman, & Suripto. (2017). Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) Dengan Media Konkret Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Tentang Operasi Hitung Pecahan Pada Siswa Kelas V SDN 1 Kuwayuhan Tahun Ajaran 2016/2017. Kalam Cendekia PGSD Kebumen. 5 (2.1): 256-260.
Purnomo, E. A., & Venissa Dian Mawarsari. (2014). Peningkatan kemampuan pemecahan masalah melalui model pembelajaran ideal problem solving berbasis project based learning. Jurnal Karya Pendidikan Matematika (Vol.1, No. 1): 24-31.
Rini, R., & Mawardi. (2015). Peningkatan Keterampilan Proses Saintifik Dan Hasil Belajar Siswa Kelas 4 SDN Slungkep 02 Tema Peduli Terhadap Makhluk Hidup Menggunakan Model Problem Based Learning. Scholaria: Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. 5 (1): 103-113.
Setyowati, D., Hadi Mulyono, & Chumdari. (2014). Upaya Peningkatan Pemahaman Konsep Pecahan Dalam Pembelajaran Matematika Melalui Model Problem Based Learning. Jurnal Didaktika Dwija Indria (SOLO), 2(11)., 1-5.
Sugihartono. (2007). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.
Suprijono, A. (2009). Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Vitasari, R., Joharman, & Kartika Chrysti Suryandari. (2013). Peningkatan Keaktifan dan Hasil Belajar Matematika Melalui Model Problem Based Learning Siswa Kelas V SD Negeri 5 Kutosari. Kalam Cendekia PGSD Kebumen. 4 (3): 1-8.
Widhanti, Chumdari, & Siti Kamsiyati. (2015). Upaya Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi Bangun Ruang Melalui Model PBL (Problem Based Learning. Jurnal Didaktika Dwija Indria 4 (2): 1-6.