Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Melalui Kegiatan Bermain Plastisin dan Playdough
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS
MELALUI KEGIATAN BERMAIN PLASTISIN DAN PLAYDOUGH
PADA ANAK KELOMPOK B 2 TK PGRI BARAN AMBARAWA
TAHUN PELAJARAN 2016/2017
Arti Luwarsih Lucia
TK PGRI Baran Ambarawa
ABSTRAK
Tujuan umum penelitian ini untuk mengetahui peningkatan kemampuan motorik halus bagi anak Kelompok B2 di Taman Kanak-Kanak PGRI Baran Ambarawa melalui metode kegiatan bermain plastisin dan playdough. Tujuan khusus penelitian ini adalah: mendeskripsikan apakah kemampuan motorik halus dapat ditingkatkan melalui kegiatan bermain plastisin dan playdough pada anak Kelompok B2 TK PGRI Baran Ambarawa. Penelitian ini menggunakan jenis PTK (penelitian tindakan kelas), dilaksanakan di TK PGRI Baran Ambarawa pada bulan Maret-April 2017. Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah: anak Kelompok B2 TK PGRI Baran Ambarawa yang berjumlah 19 anak. Hasil penelitian ini yaitu: (1) Kemampuan motorik halus anak Kelompok B2 TK PGRI Baran Ambarawa semester II tahun 2016/2017 dapat ditingkatkan melalui kegiatan bermain membentuk bahan plastisin dan playdough. Jumlah anak dalam Tingkat Pencapaian Perkembangan (TPP) kemampuan fisik motorik halus dengan kegiatan bermain plastisin dan playdough sudah sesuai dengan harapan, yaitu 84,2%. Jumlah tersebut sudah memenuhi target keberhasilan jumlah minimal yaitu sudah mencapai lebih dari 80%; (2) Pada Kondisi Awal I diketahui bahwa kategori Belum Berkembang (BB) sebanyak 15,8%, kategori Mulai Berkembang (MB) sebesar 42,1%, kategori Berkembang sesuai Harapan (BSH) sebesar 21,1% dan Berkembang Sangat Baik (BSB) sebesar 21,1%. Pada siklus I diketahui bahwa kategori Belum Berkembang (BB) sebanyak 10,5%, kategori Mulai Berkembang (MB) sebesar 26,3%, kategori Berkembang sesuai Harapan (BSH) sebesar 26,3% dan Berkembang Sangat Baik (BSB) sebesar 36,8%. Pada siklus II diketahui bahwa kategori Belum Berkembang (BB) sebanyak 0%, kategori Mulai Berkembang (MB) sebesar 15,8%, kategori Berkembang sesuai Harapan (BSH) sebesar 36,8%, dan Berkembang Sangat Baik (BSB) sebesar 47,4%. Kesimpulan penelitian ini, berdasar-kan analisis hasil penelitian menunjukkan “kegiatan bermain plastisin dan playdough dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak Kelompok B2 Taman Kanak-Kanak PGRI Baran Ambarawaâ€.
Kata kunci: kegiatan bermain, plastisin dan playdough, motorik halus
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Taman Kanak-kanak (TK) PGRI Baran merupakan salah satu Taman Kanak-kanak yang ada di Ambarawa. Pendirian TK PGRI Baran merupakan realisasi dari program Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini yang menggalakkan TK sebagai salah satu bentuk pelayanan pendidikan anak usia dini pada masyarakat. Untuk itu Direktorat PAUD telah mengeluarkan aturan-aturan mendirikan TK dan menu generic sebagai panduan penyusunan rencana kegiatan di lembaga PAUD, termasuk Taman Kanak-kanak. Kegiatan-kegiatan dalam Taman Kanak-kanak ini, selain didasari oleh menu generic, juga diwarnai oleh pengetahuan dan keinginan para pendiri/ pimpinan dan pendidik yang berkecimpung dalam Taman Kanak-kanak Katolik tersebut.
Guru TK PGRI Baran sebagai tenaga pendidik PAUD professional diharapkan dapat mengembangkan program PAUD dan membuat inovasi-inovasi. Salah satu kegiatan pembelajaran yang perlu dikembangkan adalah bidang motorik dengan kegiatan bermain. Dalam kegiatan bermain, anak bermain sambil belajar dengan mengerahkan segala kemampuannya untuk berkreasi. Dalam kegiatan bermain tersebut anak tidak melibatkan anak lain, tetapi melakukan rekayasa sendiri untuk beraktivitas dan mengeksplorasi media bermain semaksimal mungkin, misalnya kertas tisu dan plastisin.
Kegiatan bermain juga untuk pengembangan keterampilan motorik halus. Keterampilan motorik halus tersebut dalam bentuk yang sederhana, tetapi perkembangan keterampilan motorik halus merupakan awal kemampuan anak untuk melakukan aktivitas yang memanfaatkan potensinya secara nyata. Oleh karena itu jika keterampilan motorik halus ini dapat berkembang dengan baik maka anak di kemudian hari setelah dewasa akan memiliki kemampuan, ketrampilan, dan sikap yang baik. Kemampuan ini dapat berkembang dengan baik jika diberi lingkungan yang kondusif.
Bermain dalam masa kanak-kanak, adalah untuk kesenangan dan tidak mengharapkan hasil akhir, tetapi kegiatan bermain merupakan sumbangan yang penting untuk perkembangan anak. Bermain memberikan kesempatan bagi banyak bentuk belajar, dua di antaranya yang sangat penting adalah meningkatkan keterampilan motorik halus. Dengan bermain, dasar keterampilan motorik halus dapat diletakkan sebelum anak mengembangkan kebiasaan untuk menghadapi lingkungan dengan cara yang kreatif.
Salah satu kegiatan sumbangan bermain bagi anak-anak Taman Kanak-kanak yang terpenting adalah kegembiraan yang ditimbulkan oleh kegiatan bermain. Apabila tidak ada kesempatan untuk kegiatan bermain, dan tidak ada bimbingan dalam cara demonstrasi, anak akan bosan dan mencari perhatian. Sepanjang anak dapat menyibukkan diri dengan memanipulasi benda-benda dan berbagai aktivitas bermain lainnya, kebosanan dan akibat-akibat buruk dapat dihindari.
TK PGRI Baran Ambarawa merupakan beberapa tempat pendidikan anak usia dini yang memperhatikan kegiatan bermain anak untuk pengembangan keterampilan motorik halus. Setelah dilakukan observasi di TK PGRI Baran Ambarawa, terdapat beberapa kelemahan dalam pembelajaran motorik halus melalui kegiatan bermain plastisin. Selama ini kegiatan tersebut menggunakan media plastisin yang harus dibeli oleh orangtua di toko atau warung terdekat. Namun bagi orangtua yang kurang perhatian, seringkali anak-anak tidak membawa plastisin. Untuk itu sekolah selalu menyediakan plastisin yang bisa dipakai berulang-ulang. Meskipun demikian, bahan ini makin lama akan habis karena terpakai oleh anak-anak. Masalah guru adalah dalam mengembangkan keterampilan motorik halus melalui kegiatan bermain plastisin. Meskipun plastisin mudah dibentuk dan berwarna-warni, gerakan motorik halus anak masih belum spesifik. Anak membutuhkan berbagai bahan yang bisa didapatkan dari lingkungan maupun membuat sendiri, yaitu plastisin dan playdough. Guru dan orangtua bekerja sama mengusahakan bahan plastisin dan playdough ini untuk menumbuhkan motivasi anak dalam keterampilan motorik halus.
Identifikasi Masalah
Pelaksanaan pembelajaran motoric halus di Kelompok B2 di TK PGRI Baran Ambarawa masih mengalami hambatan. Hasil observasi anak menunjukkan bahwa hasil penilaian awal dalam pembelajaran motorik halus terbukti masih rendah. Sehingga pencapaian Tingkat Pencapaian Perkembangan (TPP) belum optimal, karena perolehan hasil belajar yang dicapai rata-rata dibawah TPP yang telah ditentukan adalah 75% anak mencapai BSH dan BSB. Hal ini terbukti dari hasil survey awal motoric halus semester genap Tahun ajaran 2016/2017 , dari 19 anak yang memperoleh skor BSH (Berkembang Sesuai Harapan) ada 3 anak dan yang mencapai BSB (Berkembang Sangat Baik) 2 anak dengan jumlah 5 anak (26,3%) dibawah TPP 75%.
Rendahnya hasil belajar anak ini disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya: (1) anak kurang aktif dalam pembelajaran, (2) pembelajaran masih berpusat pada guru sehingga anak menjadi pasif, (3) sistem komunikasi dalam kelas cenderung satu arah yang menunjukkan bahwa guru masih menerapkan pembelajaran sistem konvensional. Sebagai alternatif pemecahan masalah tersebut di atas, peneliti melakukan pembelajaran dengan menggunakan metode latihan menggunakan plastisin dan playdough.
Pembatasan Masalah
Agar masalah tidak terlalu luas, maka masalah dalam penelitian ini dibatasi pada keterampilan motorik halus bagi anak usia dini dan kegiatan bermain menggunakan bahan plastisin dan playdough.
Rumusan Masalah
Maka penelitian ini berfokus pada masalah:
1. Apakah keterampilan motorik halus bagi anak Kelompok B2 di TK PGRI Baran Ambarawa pada semester II 2016/2017 dapat ditingkatkan melalui kegiatan bermain menggunakan bahan plastisin dan playdough?
2. Seberapa besar peningkatan keterampilan motorik halus anak Kelompok B2 di TK PGRI Baran Ambarawa pada semester II 2016/2017 melalui kegiatan bermain menggunakan bahan plastisin dan playdough?
Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian ini adalah: untuk meningkatkan keterampilan motorik halus bagi anak Kelompok B2 di TK PGRI Baran Ambarawa pada semester II 2016/2017 melalui kegiatan bermain menggunakan bahan plastisin dan playdough.
Tujuan khusus penelitian ini adalah:
1. untuk meningkatkan aktivitas anak TK PGRI Baran Ambarawa dalam pengembangan keterampilan motorik halus melalui kegiatan bermain menggunakan bahan plastisin dan playdough
2. untuk meningkatkan keterampilan motorik halus bagi anak TK PGRI Baran Ambarawa melalui kegiatan bermain menggunakan bahan plastisin dan playdough.
3. untuk meningkatkan keterampilan guru TK PGRI Baran Ambarawa dalam pengembangan keterampilan motorik halus melalui kegiatan bermain menggunakan bahan plastisin dan playdough.
Manfaat Penelitian
Bagi Anak
Bila guru dapat menggunakan metode yang tepat, anak dapat meningkat belajarnya, sehingga anak berkembang daya kreatifitasnya, meningkatkan kemampuan dalam keterampialn motorik halus
Bagi Guru
Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan guru dalam proses pembelajaran masa kini dan yang akan datang, memberdayakan guru dalam mengambil prakarsa profesionalisme, pengetahuan dan pengalaman menjadi suatu teori dalam praktek tindakan kelas, memanfaatkan lingkungan dalam menyusun program pembelajaran.
Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini menjadi pendorong untuk selalu mengadakan pembaharuan untuk mengembangkan proses pembelajaran ke arah yang lebih baik.
LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
Keterampilan Motorik Halus
Keterampilan artinya (1) kemampuan untuk melakukan sesuatu dengan baik, biasanya diperoleh melalui pelatihan atau pengalaman, (2) sesuatu yang membutuhkan pelatihan untuk melakukannya dengan baik, misalnya seni, kerajinan tangan, atau perdagangan. Keterampilan motorik halus ialah aktivitas yang melibatkan gerakan yang diatur secara halus. Menggenggam mainan, mengancingkan baju, atau melakukan apapun yang memerlukan keterampilan tangan menunjukkan keterampilan motorik halus (Santrock, 2008: 216).
Keterampilan motorik halus (fine motor skills) adalah aktivitas-aktivitas yang memerlukan pemakaian otot-otot kecil pada tangan. Aktivitas ini termasuk memegang benda kecil seperti manik-manik, butiran kalung, memegang pencil dengan benar, menggunting, mengikat tali sepatu, mengancing, dan menarik ritsleting. Sangat gampang melihat betapa pentingnya keterampilan motorik halus pada setiap area kehidupan anak (Wing, 2008).
Menurut pendapat Saputra (2005: 118), motorik halus adalah kemampuan anak beraktivitas dengan menggunakan otot-otot halus (kecil) seperti menulis, meremas, menggenggam, menggambar, menyusun balok, dan memasukkan kelereng.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa keterampilan motorik halus merupakan aktivitas-aktivitas yang memerlukan gerakan yang diatur secara halus oleh otot-otot kecil pada tangan.
Plastisin dan playdough
Sebutan Taman pada Taman Kanak-Kanak mengandung makna tempat yang nyaman untuk bermain. Berdasarkan makna dimaksud, maka pelaksanaan program kegiatan belajar harus menciptakan suasana nyaman bagi pertumbuhan dan perkembangan anak, sehingga pembelajaran tidak seperti di Sekolah Dasar. Oleh karena itu guru TK harus memperhatikan kematangan atau tahap perkembangan anak didik, kesesuaian alat bermain serta metode yang digunakan. Selain itu, guru juga harus mempertimbangkan waktu, tempat serta teman bermain.
Bermain merupakan cara yang paling baik untuk mengembangkan kemampuan anak didik. Sebelum bersekolah, bermain merupakan cara alamiah untuk menemukan lingkungan, orang lain, dan dirinya sendiri. Pada prinsinya, bermain mengandung rasa senang dan tanpa paksaan serta lebih mementingkan proses dari pada hasil akhir. Perkembangan bermain sebagai cara pembelajaran hendaknya disesuaikan dengan perkembangan umur dan kemampuan anak didik, yaitu berangsur-angsur dikembangkan dari bermain sambil belajar (unsur bermain lebih besar) menjadi belajar sambil bermain (unsur belajar lebih banyak). Dengan demikian, anak didik tidak akan canggung lagi menghadapi cara pembelajaran di tingkat-tingkat berikutnya (Depdikbud, 1999:3).
Pembelajaran dengan bermain, itulah sebetulnya proses belajar-mengajar yang diharapkan di dunia pendidikan TK. Namun demikian, realitas di lapangan, ada kecenderungan proses belajar-mengajar pada anak-anak TK sudah berubah menjadi pembelajaran Sekolah Dasar kelas I (satu). Hal ini berarti, proses belajar-mengajar di TK identik dengan SD kelas satu.
Bermain plastisin dan playdough serasa kembali ke massa kanak kanak, karena dari segumpal yanah liat kita dapay membentu apapaun seperti yang kita inginkan, baik untuk benda pajangan ataupun benda benda yang dapat kiya pakai dalam kehidupan sehari hari. Ibarat kata seperti kembali menikmati asyiknya bermain dengan lilin yang biasa anak anak TK buat.
Kerangka Berpikir Penelitian
Bermain merupakan dunia anak-anak, tempat dengan siapa mereka bertemu, beraktivitas, dan berkreativitas. Walaupun mereka tidak saling mengenal, mereka berkumpul bersama untuk bermain. Melalui bermain mereka akan saling mengenal dan berinteraksi dengan bahasa mereka. Melalui bermain mereka juga akan belajar tentang kehidupan, melatih keberanian sehingga menumbuhkan rasa kepercayaan diri, serta belajar menghargai teman sesamanya.
Bagi seorang anak bermain merupakan hal yang sangat mengasyikan. Bermain juga suatu kebutuhan pokok, seperti makan dan minum. Melalui bermain anak akan mencoba hal-hal yang menurutnya baru sampai ia mampu melakukannya, bukan saja dalam fantasinya tetapi anak melakukan sesuatu yang nyata atau real dengan aktif.
Bermain plastisin dan playdough merupakan hal yang berbeda dengan belajar dan bekerja. Kegiatan bermain plastisin dan playdough harus memiliki lima unsur permainan, sebagai berikut: (1) Mempunyai tujuan untuk mendapat kepuasan, (2) Memilih dengan bebas dan atas kehendak sendiri, tidak ada yang menyuruh ataupun memaksa, (3) Menyenangkan dan dinikmati (pleasurable and enjoyable), (4) Mengkhayal untuk mengembangkan daya imajinatif dan kreativitas, (5) Dilakukan secara aktif dan sadar.
Menurut Masitoh dkk (2005) “Bermain adalah suatu wahana yang penting bagi perkembangan sosial, emosi, dan perkembangan kognitif, serta merupakan refleksi dari perkembangan anak. Bermain merupakan suatu wahana yang sangat penting bagi anak untuk mempraktikkan keterampilan baru dan berfungsi untuk mengembangkan berbagai aspek perkembangannya.†Perkembangan dan pertumbuhan merupakan suatu proses dalam kehidupan manusia yang berlangsung secara terus menerus sejak lahir sampai akhir hayat. Biasanya anak akan tumbuh dan berkembang melalui bermain. Oleh karena itu dengan membiarkan anak bermain, anak akan cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang tidak diberi kebebasan untuk bermain.
Pengajuan Hipotesis
Berdasarkan landasan teori di atas maka dapat diambil suatu hipotesis tindakan sebagai berikut: keterampilan motorik halus bagi anak Kelompok B2 di TK PGRI Baran Ambarawa pada semester II 2016/2017 dapat ditingkatkan melalui kegiatan bermain menggunakan bahan plastisin dan playdough.
METODE PENELITIAN
Setting Penelitian
Penelitian tindakan kelas dilaksanakan di TK PGRI Baran Ambarawa pada:
Prasiklus à 4 April 2017
Siklus I Ã 18 April 2017.
Siklus II Ã 25 April 2017.
Subjek Penelitian
Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah:
1. Guru TK PGRI Baran Ambarawa
2. Anak Kelompok B2 TK PGRI Baran Ambarawa yang berjumlah 19 orang anak.
Sumber Data
Sumber data penelitian tindakan kelas ini adalah anak Kelompok B2 TK PGRI Baran Ambarawa yang berjumlah 19 anak, guru Kelompok B2, dan kepala sekolah.
Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Teknik Pengumpulan Data
Di dalam penelitian ini, pengumpulan data menggunakan tes dilakukan sebanyak dua kali yaitu siklus I dan siklus II. Adapun data tentang proses belajar mengajar pada saat dilaksanakan tindakan kelas diambil dengan lembar observasi.
Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian ini adalah lembar observasi. Adapun dalam penelitian ini digunakan tes perbuatan untuk mengumpulkan data tentang kemampuan bermain bahan plastisin dan playdough oleh anak. Lembar observasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang proses pelaksanaan tindakan kelas.
Validasi Data
Validasi data dimaksudkan untuk menguji keabsahan atau kebenaran data. Validasi data hasil wawancara, observasi dan dokumentasi digunakan trianggulasi data, dengan memanfaasdan penggunaan metode dan sumber data. Untuk menguji kebenaran dengan trianggulasi data ada beberapa strategi, yaitu sebagai berikut: (1) Membandingkan hasil wawancara, observasi dan dokumentasi, (2) Membandingkan keadaan dan perspektif orang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang, (3) Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara, (4) Trianggulasi dengan sumber data berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi melalui waktu dan alat yang berbeda, (5) Pengecekan derajat kepercayaan hasil penelitian dengan beberapa teknik pengumpulan data.
Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian tindakan kelas ini menggunakan persentase sederhana. Hal ini untuk mengetahui persentase penguasaan konsep-konsep pada penelitian ini. Perhitungan persentase dalam penelitian ini dibuat dari tiap tes sebelum penelitian tindakan kelas, tindakan kelas siklus I, dan tindakan kelas siklus II, selanjutnya dibuat simpulan secara umum.
Teknik analisis data dalam penelitian tindakan kelas ini menggunakan persentase sederhana. Hal ini untuk mengetahui persentase penguasaan konsep-konsep pada penelitian ini. Perhitungan persentase dalam penelitian ini dibuat dari tiap tes sebelum tindakan kelas, tindakan kelas siklus I, dan tindakan kelas siklus II, selanjutnya dibuat simpulan secara umum.
Indikator Kinerja
Kriteria yang digunakan untuk mengukur keberhasilan dan kegagalan pembelajaran dapat dicermati melalui dari keaktifan anak dalam proses pembelajaran dan evaluasi. Kriteria untuk mengukur tingkat pencapaian keberhasilan peningkatan kemampuan fisik motorik halus dengan kegiatan bermain menggunakan bahan plastisin dan playdough menunjukkan keberhasilan minimal 80% secara klasikal.
Prosedur Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini direncanakan tiga siklus masing-masing, siklus terdiri dari 4 tahap yaitu perencanaan, implementasi tindakan, pengamatan, evaluasi, dan refleksi.
Deskripsi Setiap Siklus
Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Siklus I
Perencanaan
Pada tahap perencanaan, peneliti menyiapkan rencana kegiatan harian (RKH) sebagai acuan kegiatan yang akan dilaksanakan. Peneliti juga menyiapkan bahan ajar sesuai pendukung pelaksanaan kegiatan bermain plastisin. Kemudian peneliti menyiapkan instrument penilaian berupa lembar observasi guna mencatat segala hal yang terjadi selama kegiatan pelaksanaan tindakan kelas dan membagi anak ke dalam 5 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 3-4 anak.
Pelaksanaan
Kegiatan pembelajaran Siklus I dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 17-18 April 2017 mulai pukul 07.00-10.00. Kegiatan dimulai dengan apersepsi oleh guru. Guru menyiapkan plastisin dan model-model geometri dasar, lalu menjelaskan cara membentuk plastisin. Guru mengajarkan anak untuk menirukan gerakan membentuk plastisin, lalu bersama-sama anak-anak untuk melakukan kegiatan bemain plastisin dan playdough. Anak-anak melakukan kegiatan bermain plastisin dan playdough. Guru melakukan penilaian hasil belajar secara langsung melalui observasi.
Observasi
Dalam melaksanakan perbaikan, peneliti mengamati kemampuan guru dalam menyusun dan melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan lembar pengamatan. Nilai observasi guru tersebut masuk dalam kategori cukup.
Setelah melalui kegiatan bermain plastisin dan playdough, hasil evaluasi menunjukkan kemampuan motorik halus anak dalam meremas plastisin dan playdough sudah mengalami peningkatan. Ini terlihat dari Tingkat Pencapaian Perkembangan (TPP) kemampuan fisik motorik halus dengan kegiatan bermain plastisin dan playdough, dari 19 anak yang menunjukkan BB (Belum Berkembang) ada 2 anak (10,5%); MB (Mulai Berkembang) ada 5 anak (26,3%); BSH (Berkembang Sesuai Harapan) ada 5 anak (26,3%); dan BSB (Berkembang Sangat Baik) baru ada 7 anak (36,8%). Dengan demikian, TPP untuk kegiatan bermain plastisin dan playdough belum sesuai harapan, yaitu minimal anak yang mencapai nilai BSH dan BSB adalah 80% dari jumlah anak satu kelompok. Pada Siklus I TPP nilai BSH (26,3%) dan BSB (36,8%) mencapai 63,1%.
Hasil Refleksi
Kegiatan refleksi dilakukan pada akhir pertemuan siklus I. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan kegiatan pembelajaran selama siklus I. Setelah mengetahui keberhasilan dan kendala yang dialami dalam pembelajaran siklus I, modifikasi dan inovasi sangat diperlukan pada pertemuan berikutnya.
Kelemahan pada siklus I adalah anak laki-laki kurang gemulai dalam membentuk plastisin. Kelebihannya, anak cukup senang dengan pembelajaran atau kegiatan bermain plastisin dan playdough yang diterapkan sehingga anak bersemangat dalam mengerjakan tugas.
Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Siklus II
Perencanaan
Pada tahap perencanaan, peneliti menyiapkan rencana kegiatan harian (RKH) sebagai acuan kegiatan yang akan dilaksanakan. Peneliti juga menyiapkan bahan ajar sesuai pendukung pelaksanaan tindakan kelas yaitu playdough. Kemudian peneliti menyiapkan instrument penilaian berupa lembar observasi guna mencatat segala hal yang terjadi selama kegiatan pelaksanaan perbaikan, dan membagi anak ke dalam 5 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 3-4 anak.
Pelaksanaan
Kegiatan pembelajaran Siklus II dilaksanakan pada hari Senin tanggal 25-26 April 2017 mulai pukul 07.00-10.00. Kegiatan dimulai dengan apersepsi oleh guru. Guru menyiapkan playdough dan bentuk benda sederhana seperti meja, kursi, lemari, lalu menjelaskan gerakan dasar. Guru mengajarkan anak untuk menirukan gerakan, lalu bersama-sama anak-anak untuk melakukan kegiatan bemain playdough. Guru melakukan penilaian hasil belajar secara langsung menggunakan lembar observasi.
Observasi
Dalam melaksanakan perbaikan, peneliti mengamati kemampuan guru dalam menyusun dan melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan lembar pengamatan yang sudah tersedia..
Setelah melalui kegiatan bermain plastisin dan playdough, hasil evaluasi menunjukkan kemampuan motorik halus anak dalam meremas playdough sudah mengalami peningkatan. Ini terlihat dari Tingkat Pencapaian Perkembangan (TPP) kemampuan fisik motorik halus dengan kegiatan bermain plastisin dan playdough, dari 19 anak yang menunjukkan BB (Belum Berkembang) ada 0 anak (tidak ada); MB (Mulai Berkembang) ada 3 anak (15,8%); BSH (Berkembang Sesuai Harapan) ada 7 anak (36,8%); dan BSB (Berkembang Sangat Baik) baru ada 9 anak (47,4%). Dengan demikian, TPP untuk kegiatan bermain plastisin dan playdough sudah sesuai harapan, yaitu minimal anak yang mencapai nilai BSH dan BSB adalah 80% dari jumlah anak satu kelompok. Pada Siklus II TPP nilai BSH (36,8%) dan BSB (47,4%) mencapai 84,2%.
Hasil Refleksi
Kegiatan refleksi dilakukan pada siklus II. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan kegiatan pembelajaran selama siklus II berlangsung. Setelah mengetahui keberhasilan dan kendala yang dialami dalam pembelajaran siklus II, modifikasi dan inovasi sangat diperlukan pada pertemuan berikutnya.
Kelemahan pada siklus II adalah ada anak kurang terampil membentuk benda-benda nyata seperti lemari dan kursi dari playdough. Kelebihannya, anak cukup senang dengan pembelajaran atau kegiatan bermain playdough yang diterapkan sehingga anak bersemangat dalam mengerjakan tugas.
Pembahasan Setiap Siklus dan Antar Siklus
Siklus I
Dari tabel 1 hasil perolehan data kemampuan fisik motorik halus dengan kegiatan bermain plastisin dan playdough pada anak Kelompok B2 Taman Kanak-kanak PGRI Baran setelah perbaikan pembelajaran kemampuan fisik motorik halus dengan kegiatan bermain plastisin dan playdough dengan latihan diketahui bahwa telah terjadi peningkatan. Kemampuan fisik motorik halus melalui kegiatan bermain plastisin pada siklus I dengan mengalami peningkatan yaitu, pada Kondisi Awal jumlah anak yang mendapatkan nilai BSH dan BSB semula 42,2%, pada siklus I naik menjadi 63,1%. Hal ini berarti kemampuan fisik motorik halus dengan kegiatan bermain plastisin, telah meningkatkan kemampuan motorik halus anak-anak.
Peningkatan kemampuan fisik motorik halus melalui kegiatan bermain plastisin ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain motivasi dari guru dan penggunaan teknik latihan dalam pembelajaran motorik halus. Meskipun sederhana, karena variasi penggunaannya menjadikan bermain plastisin dengan teknik modeling berbagai latihan ini menjadi menarik. Motivasi guru sangat penting dalam kegiatan ini yang memberikan penguatan terhadap kemampuan anak, sebagaimana dijelaskan Tabrani (1989:19) menegaskan bahwa: (a) adanya motivasi, peserta didik menghendaki sesuatu, (b) adanya perhatian dan tahu sasaran, peserta didik harus memperhatikan, (c) adanya usaha, peserta didik harus melakukan sesuatu, (d) adanya evaluasi dan pemantapan hasil (reinforcement), peserta didik harus memperoleh sesuatu. Keempat hal tersebut dapat terwujud dari perilaku belajar yang efektif.
Siklus II
Dari tabel 2 hasil perolehan data kemampuan fisik motorik halus dengan kegiatan bermain plastisin dan playdough pada anak Kelompok B2 Taman Kanak-kanak PGRI Baran setelah perbaikan diketahui bahwa telah terjadi peningkatan. Kemampuan fisik motorik halus dengan kegiatan bermain playdough pada siklus II mengalami peningkatan yaitu pada siklus I yang mendapatkan nilai BSH dan BSB ada 63,1%, siklus II naik menjadi 84,2%.
Pada perbaikan kemampuan fisik motorik halus Siklus II anak telah memiliki kemampuan fisik motorik halus dengan kegiatan bermain plastisin dan playdough yang BSH dan BSB = 36,8% dan 47,4% = 84,2%.
Dalam hasil tersebut dapat diketahui bahwa, perbaikan kemampuan fisik motorik halus dengan kegiatan bermain playdough dengan berbagai latihan yang dilakukan guru pada anak Kelompok B2 Taman Kanak-kanak PGRI Baran Ambarawa, telah berhasil baik dalam dua siklus. Hal ini terbukti pada siklus I, anak yang memiliki kemampuan fisik motorik halus dengan kegiatan bermain plastisin dan playdough melalui teknik latihan pada kategori BSH dan BSB ada 63,1% sedangkan pada siklus II sebesar 84,2%. Dengan demikian, maka pembelajaran siklus III tidak perlu dilakukan karena sudah berhasil mencapai TPP lebih dari 80%.
Perbandiangan Siklus I dan Siklus II
Tabel 4.7 Peningkatan Kemampuan motorik halus dengan kegiatan bermain plastisin dan playdough anak TK PGRI Baran Ambarawa
No |
Kategori |
Kondisi Awal |
Siklus I |
Siklus II |
1 |
|
15,8% |
10,5% |
0,0% |
2 |
|
42,1% |
26,3% |
15,8% |
3 |
|
21,1% |
26,3% |
36,8% |
4 |
|
21,1% |
36,8% |
47,4% |
|
Jumlah |
100% |
100% |
100% |
Hasil Penelitian
Berdasarkan table di atas dapat diketahui hasil pembelajaran Siklus I dan pembelajaran Siklus II, disimpulkan bahwa kemampuan fisik motorik halus dapat ditingkatkan melalui kegiatan bermain plastisin dan playdough anak Taman Kanak-kanak PGRI Baran Ambarawa Ambarawa.
Dilihat dari jumlah persentase dapat disimpulkan bahwa jumlah anak dalam Tingkat Pencapaian Perkembangan (TPP) kemampuan fisik motorik halus dengan kegiatan bermain plastisin dan playdough anak yang ditetapkan sudah mencapai nilai BSH dan BSB sesuai dengan harapan, yaitu 84,2%. Jumlah tersebut sudah memenuhi target keberhasilan jumlah minimal yaitu sudah mencapai lebih dari 80%. Dengan demikian, maka penelitian ini, yaitu peningkatan kemampuan fisik motorik halus melalui kegiatan bermain plastisin dan playdough dinyatakan sudah berhasil.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan seluruh kegiatan penelitian tindakan kelas dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Kemampuan motorik halus anak Kelompok B2 TK PGRI Baran Ambarawa semester II tahun 2016/2017 dapat ditingkatkan melalui kegiatan bermain membentuk bahan plastisin dan playdough. Jumlah anak dalam Tingkat Pencapaian Perkembangan (TPP) kemampuan fisik motorik halus dengan kegiatan bermain plastisin dan playdough sudah sesuai dengan harapan, yaitu 84,2%. Jumlah tersebut sudah memenuhi target keberhasilan jumlah minimal yaitu sudah mencapai lebih dari 80%.
2. Pada Kondisi Awal I diketahui bahwa kategori Belum Berkembang (BB) sebanyak 15,8%, kategori Mulai Berkembang (MB) sebesar 42,1%, kategori Berkembang sesuai Harapan (BSH) sebesar 21,1% dan Berkembang Sangat Baik (BSB) sebesar 21,1%. Pada siklus I diketahui bahwa kategori Belum Berkembang (BB) sebanyak 10,5%, kategori Mulai Berkembang (MB) sebesar 26,3%, kategori Berkembang sesuai Harapan (BSH) sebesar 26,3% dan Berkembang Sangat Baik (BSB) sebesar 36,8%. Pada siklus II diketahui bahwa kategori Belum Berkembang (BB) sebanyak 0%, kategori Mulai Berkembang (MB) sebesar 15,8%, kategori Berkembang sesuai Harapan (BSH) sebesar 36,8%, dan Berkembang Sangat Baik (BSB) sebesar 47,4%.
Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh kesimpulan bahwa proses belajar mengajar motorik halus lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi anak dengan menggunakan bermain membentuk bahan plastisin dan playdough. Implikasi dalam pembelajaran adalah guru bisa menerapkan teknik bermain bahan plastisin dan playdough dalam pembelajaran Motorik halus di berbagai kelas. Hal ini dapat dilakukan pula terhadap pengembangan kemampuan lain, misalnya pengembangan kreativitas dan seni. Dengan teknik bermain bahan plastisin dan playdough pula sebagai implikasinya anak bisa menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga anak berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.
Saran
Berdasarkan pengalaman selama melaksanakan penelitian tindakan kelas di TK PGRI Baran Kota Ambarawa, dapat dajukan saran-saran sebagai berikut:
1. Hendaknya pengembangan kemampuan Motorik halus dengan bermain bahan plastisin dan playdough disajikan dengan menggabungkan kemampuan guru dalam berkreasi dengan plastisin dan playdough. Tidak dipungkiri bahwa masih banyak guru yang kurang terampil dalam berkreasi dengan plastisin dan playdough dengan cara yang menarik. Guru-guru yang masih kurang pengalaman atau memiliki karakter kurang fleksibel banyak mengalami kesulitan dalam kegiatan seperti ini. Untuk itu guru tidak perlu malu dan tidak segan untuk meningkatkan kemampuannya dalam berkreasi dengan plastisin dan playdough.
2. Hendaknya pendayagunaan alat peraga dan metode bermain bahan plastisin dan playdough seperti yang digunakan pada penelitian tindakan kelas ini dapat pula digunakan pada materi lain ataupun pelajaran lain.
Daftar Pustaka
Allen dan Marotz. 2010. Profil Perkembangann Anak Prakelahiran Hingga Usia 12 tahun. Jakarta: PT Indeks.
Dedi, Andrie. 2011. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Motorik. http://andrie-dedi.blogspot.com/ Diakses 3 November 2011.
Haka. 2010. Liburan Murah yang Memacu Kreatifitas Anak. http://edukasi.kompasiana.com/2010/06/18/mengisi-liburan-anak-yang-memacu-kreatifitas-dan-murah/
Hurlock, Elizabeth B. 2007. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.
Hurlock, Elizabeth Bergner. 2008. Perkembangan Anak Edisi keenam (Med. Meitasari Tjandrasa.Terjemahan). Jakarta: Penerbit Erlangga.
Kartono, Kartini. 2005. Psikologi Anak (Psikologi Perkembangan). Bandung: CV Mandar Maju.
Olvista. 2011. Membuat Sendiri Playdough (Plastisin Mainan). http://olvista.com/membuat-sendiri-playdough-plastisin-mainan/
Pakpar. 2008. Handout Senirupa SMP PL Domenico Savio. http://pakpar59.blogspot.com/
Partiyem. 2014. Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Dengan Kegiatan Bermain Plastisin Kelompok A-3 PAUD Istiqomah Sumber Bening Kecamatan Selupu Rejang di Bengkulu. Lampung: Unila.
Prastyoninghayu, Asih. 2013. Mengembangkan Kemampuan Motorik Halus Melalui Permainan Tanah Liat Pada Anak Kelompok B Di TK Dharma Wanita Mangunrejo I Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran 2012/2013. Skripsi thesis, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Ryan Wuni. 2009. Keterampilan Motorik Halus (Fine Motor Skills). http://rw02kelgss.blogdetik.com/2009/ diakses 22 Maret 2012
Salim, Nibras OR. 2002. Makalah disajikan dalam Pendidikan dan Latihan Program Kegiatan Belajar Taman Kanak-Kanak Tingkat Nasional Tahun 2002. BPTKI. Bogor, 14-20 Juli 2002.
Santrock. 2008. Perkembangan Anak. Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Subarnas, Nanang. 2006. Terampil Berkreasi. Bandung: Grafindo Media Pratama.
Sumantri. 2005. Model Pengembangan Keterampilan Motorik Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas.
Wahyuni. 2014. Pengembangan Kemampuan Motorik Halus Dengan Permainan Plastisin Pada Anak Kelompok A-3 Tk Aisyiyah Bustanul Athfal Kecamatan Gesi, Sragen Tahun 2014/2015. Yogyakarta: UMY.
Wikipedia. Lempung. http://id.wikipedia.org/wiki/Lempung