UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR

MELALUI KEGIATAN MELOMPATI KARDUS RINTANGAN

PADA ANAK KELOMPOK A TK PANCASILA KUPANG

AMBARAWA KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2015/2016

 

Dwi Astuti Natalia

TK Pancasila Kupang Ambarawa Kabupaten Semarang

 

ABSTRAK

Tujuan umum penelitian ini untuk mengetahui peningkatan kemampuan motorik kasar bagi anak Kelompok A di TK Pancasila Kupang Ambarawa melalui metode kegiatan melompati kardus rintangan. Tujuan khusus penelitian ini adalah: mendeskripsikan apakah kemampuan motorik kasar dapat ditingkatkan melalui kegiatan melompati kardus rintangan pada anak Kelompok A TK Pancasila Kupang Ambarawa. Penelitian ini menggunakan jenis PTK (penelitian tindakan kelas), dilaksanakan di TK Pancasila Kupang Ambarawa pada bulan Agustus-September 2015. Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah: anak Kelompok A TK Pancasila Kupang Ambarawa yang berjumlah 16 anak. Hasil penelitian ini yaitu: (1) Kemampuan motorik kasar anak Kelompok A TK Pancasila Kupang Ambarawa semester I tahun 2015/2016 dapat ditingkatkan melalui kegiatan melompati kardus rintangan, (2) Pada prasiklus (kondisi awal) Tingkat Pencapaian Perkembangan (TPP) kemampuan fisik motorik kasar dengan kegiatan melompat kardus rintangan formasi garis lurus, dari 16 anak yang menunjukkan BB ada 5 anak (31,3%); MB ada 7 anak (43,8%); BSH ada 2 anak (12,5%); dan BSB ada 2 anak (12,5%). Dengan demikian, pada Kondisi Awal nilai BSH (12,5%) dan BSB (12,5%) mencapai 25,0% belum mencapai 80% secara klasikal, sehingga perlu dilakukan tindakan kelas siklus I; (3) Pada tindakan siklus I, TPP kemampuan fisik motorik kasar dengan kegiatan melompat kardus rintangan formasi zig-zag, dari 16 anak yang menunjukkan BB ada 2 anak (12,5%); MB ada 6 anak (37,5%); BSH ada 4 anak (25,0%); dan BSB baru ada 4 anak (25,0%). Dengan demikian, TPP pada Siklus I nilai BSH (25,0%) dan BSB (25,0%) mencapai 50,0% belum mencapai 80% secara klasikal. Peningkatan kemampuan motorik kasar 25%; (4) Pada siklus II, Tingkat TPP kemampuan fisik motorik kasar dengan kegiatan melompat kardus rintangan formasi radial (lingkaran), dari 16 anak yang menunjukkan BB ada 0 anak (0,0%); MB ada 3 anak (18,8%); BSH ada 7 anak (43,8%); dan BSB baru ada 6 anak (37,5%). Dengan demikian, TPP pada Siklus II nilai BSH (43,8%) dan BSB (37,5%) mencapai 81,3% sudah mencapai 80% secara klasikal, sehingga tindakan kelas siklus II telah berhasil. Peningkatan motorik kasar dari siklus I ke siklus II 31,3%.

Kata kunci: kegiatan melompat, kardus rintangan, motorik kasar

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Usia dini merupakan kesempatan emas bagi anak untuk belajar, sehingga disebut usia emas (golden age). Pada usia ini anak memiliki kemampuan untuk belajar yang luar biasa khususnya pada masa kanak-kanak awal. Mengingat usia dini merupakan usia emas maka pada masa itu perkembangan anak harus dioptimalkan. Perkembangan anak usia dini sifatnya holistik, yaitu dapat berkembang optimal apabila sehat badannya, cukup gizinya dan didik secara baik dan benar. Anak berkembang dari berbagai aspek yaitu berkembang fisiknya, baik motorik kasar maupun halus, berkembang aspek kognitif, aspek sosial dan emosional (Endang Rini Sukamti, 2015).

Perkembangan motorik kasar merupakan hal yang sangat penting bagi anak usia dini khususnya anak kelompok bermain/KB dan taman kanak-kanak/ TK. Sebenarnya anggapan bahwa perkembangan motorik kasar akan berkembang dengan secara otomatis dengan bertambahnya usia anak, merupakan anggapan yang keliru. Perkembangan motorik kasar pada anak perlu adanya bantuan dari para pendidik di lembaga pendidikan usia dini yaitu dari sisi apa yang dibantu, bagaimana membantu yang tepat/ appropriate, bagaimana jenis latihan yang aman bagi anak sesuai dengan tahapan usia dan bagaimana kegiatan fisik motorik kasar yang menyenangkan anak. Kemampuan melakukan gerakan dan tindakan fisik untuk seorang anak terkait dengan rasa percaya diri dan pembentukan konsep diri. Oleh karena itu perkembangan motorik kasar sama pentingnya dengan aspek perkembangan yang lain untuk anak usia dini (Endang Rini Sukamti, 2015).

Kurikulum Pendidikan Taman Kanak-kanak meliputi enam aspek perkembangan yakni moral dan nilai-nilai agama, sosial – emosional dan kemandirian, kemampuan berbahasa, kognitif, fisik/motorik dan seni. Taman kanak-kanak merupakan salah satu bentuk program pendidikan anak usia dini. TK bukanlah jenjang pendidikan wajib diikuti, namun memberikan manfaat bagi penyiapan anak untuk masuk SD.

Pada umumnya pembelajaran di TK untuk aspek perkembangan fisik/motoriknya lebih banyak difokuskan ke perkembangan motorik halus, sedangkan motorik kasar kurang diperhatikan. Padahal pengembangan motoric kasar anak usia dini juga memerlukan bimbingan dari pendidik. Perkembangan motorik kasar untuk anak usia TK antara lain melempar dan menangkap bola, berjalan di atas papan titian (keseimbangan tubuh), berjalan dengan berbagai variasi (maju mundur di atas satu garis), memanjat dan bergelantungan (berayun), melompati parit atau guling, dan sebagainya. Seyogyanya gerakan-gerakan motorik kasar ini dipraktekkan oleh anak-anak TK di bawah bimbingan dan pengawasan pendidik/guru, sehingga diharapkan semua aspek perkembangan dapat berkembang secara optimal. Pengembangan motorik kasar sama pentingnya dengan aspek-aspek perkembangan lainnya, karena ketidakmampuan anak melakukan kegiatan fisik akan membuat anak kurang percaya diri, bahkan menimbulkan konsep diri negatif dalam kegiatan fisik. Padahal jika anak dibantu oleh pendidik, besar peluangnya dapat mengatasi ketidakmampuan tersebut dan menjadi lebih percaya diri (Endang Rini Sukamti, 2015).

Guru TK Pancasila Kupang sebagai tenaga pendidik PAUD professional diharapkan dapat mengembangkan program PAUD dan membuat inovasi-inovasi. Salah satu kegiatan pembelajaran yang perlu dikembangkan adalah bidang motorik kasar. Motorik kasar adalah bagian dari aktivitas motorik yang mencakup keterampilan otot-otot besar, gerakan ini lebih menuntut kekuatan fisik dan keseimbangan, gerakan motorik kasar melibat kan aktivitas otot tangan, kaki, dan seluruh tubuh anak, gerakan ini mengandal kan kematangan dalam koordinasi, berbagai gerakan motorik kasar yang di capai anak sangat berguna bagi kehidupannya kelak, seperti, merangkak, berjalan, berlari, melompat atau berenang (Ami Sisilia Sari, 2012).

Keterampilan motorik kasar tersebut dalam bentuk yang sederhana, tetapi perkembangan keterampilan motorik kasar merupakan awal kemampuan anak untuk melakukan aktivitas yang memanfaatkan potensinya secara nyata. Salah satu perkembangan motorik kasar yaitu keterampilan lokomotor meliputi gerak tubuh yang berpindah tempat yaitu: berjalan, berlari, melompat, meluncur, berguling, menderap, menjatuhkan diri, dan bersepeda. Keterampilan lokomotor membantu mengembangkan kesadaran anak akan tubuhnya dalam ruang. Kesadaran ini disebut kesadaran persepsi motorik yang meliputi kesadaran akan tubuh sendiri, waktu, hubungan ruang (spasial), konsep arah, visual dan pendengaran. Kesadaran ini akan terlihat dari usaha anak meniru gerakan-gerakan anak lain atau gurunya (Risky Setiawan, 2013).

Kegiatan melompat merupakan kegiatan yang sangat digemari anak-anak. Saat ini kegiatan melompat yang sudah dilakukan adalah lompat katak. Anak-anak telah berulang-ulang melakukan kegiatan tersebut sejak kelas A. Ketika mereka naik ke kelompok B, keterampilan melompat ini perlu dikembangkan. Peneliti di TK Pancasila Kupang menerapkan satu tindakan untuk anak kelompok A dengan melompat kardus rintangan. Dengan harapan kemampuan motorik kasar anak dapat berkembang lebih baik.

Identifikasi Masalah

Setelah dilakukan observasi di TK Pancasila Kupang Ambarawa, terdapat beberapa kelemahan dalam pembelajaran motorik kasar melalui kegiatan melompat. Selama ini kegiatan tersebut menggunakan teknik lompat katak. Namun ketika melakukan lompatan dengan rintangan ada keterampilan yang perlu ditingkatkan. Dari 16 anak, baru 4 anak yang mendapatkan nilai BSH dan 2 anak mendapatkan BSB dengan jumlah 7 (43,75%).

Pembatasan Masalah

            Agar masalah tidak terlalu luas, maka masalah dalam penelitian ini dibatasi pada keterampilan motorik kasar bagi anak dan kegiatan melompati kardus rintangan.

Rumusan Masalah

Maka penelitian ini berfokus pada masalah: apakah keterampilan motorik kasar bagi anak Kelompok A di TK Pancasila Kupang Ambarawa pada semester I tahun pelajaran 2015/2016 dapat ditingkatkan melalui kegiatan melompati kardus rintangan?

Manfaat Penelitian

1.    Bagi Guru

Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan guru dalam proses pembelajaran masa kini dan yang akan datang, memberdayakan guru dalam mengambil prakarsa profesionalisme, pengetahuan dan pengalaman menjadi suatu teori dalam praktek tindakan kelas, memanfaatkan lingkungan dalam menyusun program pembelajaran.

2.    Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini menjadi pendorong untuk selalu mengadakan pembaharuan untuk mengembangkan proses pembelajaran ke arah yang lebih baik.

3.    Bagi Anak

Bila guru dapat menggunakan metode yang tepat, anak dapat meningkat belajarnya, sehingga anak berkembang daya kreatifitasnya, meningkatkan kemampuan dalam keterampilan motorik kasar. Hal ini penting karena anak usia dini mempunyai kemampuan belajar dan rasa ingin tahu yang sangat tinggi. Pada usia ini anak mengalami perkembangan yang pesat dari semua aspek, baik kognitif, afektif maupun fisik.

LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

Keterampilan Motorik kasar

            Keterampilan artinya (1) kemampuan untuk melakukan sesuatu dengan baik, biasanya diperoleh melalui pelatihan atau pengalaman, (2) sesuatu yang membutuhkan pelatihan untuk melakukannya dengan baik, misalnya seni, kerajinan tangan, atau perdagangan. Keterampilan motorik kasar ialah aktivitas yang melibatkan gerakan yang diatur secara halus. Menggenggam mainan, mengancingkan baju, atau melakukan apapun yang memerlukan keterampilan tangan menunjukkan keterampilan motorik kasar (Santrock, 2008: 216).

Motorik kasar adalah bagian dari aktivitas motorik yang mencakup keterampilan otot-otot besar, gerakan ini lebih menuntut kekuatan fisik dan keseimbangan, gerakan motorik kasar melibat kan aktivitas otot tangan, kaki, dan seluruh tubuh anak, gerakan ini mengandal kan kematangan dalam koordinasi, berbagai gerakan motorik kasar yang dicapai anak sangat beguna bagi kehidupannya kelak, seperti, merangkak, berjalan, berlari, melompat atau berenang (Ami Sisilia Sari, 2012).

Melompati Kardus Rintangan

Sebutan Taman pada Taman Kanak-Kanak mengandung makna tempat yang nyaman untuk bermain. Berdasarkan makna dimaksud, maka pelaksanaan program kegiatan belajar harus menciptakan suasana nyaman bagi pertumbuhan dan perkembangan anak, sehingga pembelajaran tidak seperti di Sekolah Dasar. Oleh karena itu guru TK harus memperhatikan kematangan atau tahap perkembangan anak didik, kesesuaian alat bermain serta metode yang digunakan. Selain itu, guru juga harus mempertimbangkan waktu, tempat serta teman bermain.

Kerangka Berpikir Penelitian

Melompat kardus rintangan merupakan salah satu kegiatan fisik motorik yang menggunakan alat. Alat permainan terbuat dari kardus snack dan sejenisnya yang dibungkus dengan kain flannel berwarna-warni, digunakan untuk mengembangkan kemampuan motorik kasar.

Kondisi awal kemampuan melompati kardus rintangan anak Kelompok A di TK Pancasila Kupang Ambarawa pada semester I tahun 2015/2016 dari 16 anak, baru 2 anak yang mendapatkan nilai BSH , 2 anak mendapatkan BSB dan yang mendapat MB ada 7 anak (43,75%). Salah satu penyebab terjadinya perkembangan motorik kasar tidak maksimal, berawal dari kemampuan motorik kasar yang belum berkembang secara optimal. Mengarah pada alternatif pemecahan masalah, maka dilakukan penelitian ilmiah yang berbentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan melompati kardus rintangan.

Penelitian tindakan kelas dilakukan dalam dua siklus dengan memberikan kesempatan lebih luas kepada anak dalam melompati kardus rintangan. Tindakan kelas ini dengan melatih secara intensif anak menggunakan kardus bekas yang dibungkus kain flannel. Setelah anak melakukan lompatan secara garis lurus, akan dilakukan tindakan melakukan lompatan secara silang dan radial.

 

 

METODE PENELITIAN

Setting Penelitian

     Penelitian tindakan kelas dilaksanakan di TK Pancasila Kupang Ambarawa pada bulan Agustus – September 2015.

Subjek Penelitian

Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah:

1.     Guru TK Pancasila Kupang Ambarawa

2.     Anak Kelompok A TK Pancasila Kupang Ambarawa yang berjumlah 16 orang anak.

Sumber Data

Sumber data penelitian tindakan kelas ini adalah anak Kelompok A TK Pancasila Kupang Ambarawa yang berjumlah 16 orang anak, guru Kelompok A, dan kepala sekolah.

Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan Data

Di dalam penelitian ini, pengumpulan data menggunakan tes dilakukan sebanyak dua kali yaitu siklus I dan siklus II. Adapun data tentang proses belajar mengajar pada saat dilaksanakan tindakan kelas diambil dengan lembar observasi.

Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian ini adalah lembar observasi. Adapun dalam penelitian ini digunakan tes perbuatan untuk mengumpulkan data tentang kemampuan melompati kardus rintangan. Lembar observasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang proses pelaksanaan tindakan kelas.

Validasi Data

Validasi data dimaksudkan untuk menguji keabsahan atau kebenaran data. Validasi data hasil wawancara, observasi dan dokumentasi digunakan trianggulasi data, dengan memanfaatkan penggunaan metode dan sumber data. Untuk menguji kebenaran dengan trianggulasi data ada beberapa strategi, yaitu sebagai berikut: (1) Membandingkan hasil wawancara, observasi dan dokumentasi, (2) Membandingkan keadaan dan perspektif orang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang, (3) Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara, (4) Trianggulasi dengan sumber data berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi melalui waktu dan alat yang berbeda, (5) Pengecekan derajat kepercayaan hasil penelitian dengan beberapa teknik pengumpulan data.

Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian tindakan kelas ini menggunakan persentase sederhana. Hal ini untuk mengetahui persentase penguasaan konsep-konsep pada penelitian ini. Perhitungan persentase dalam penelitian ini dibuat dari tiap tes sebelum penelitian tindakan kelas, tindakan kelas siklus I, dan tindakan kelas siklus II, selanjutnya dibuat simpulan secara umum.

Teknik analisis data dalam penelitian tindakan kelas ini menggunakan persentase sederhana. Hal ini untuk mengetahui persentase kemampuan melompati kardus rintangan pada penelitian ini. Perhitungan persentase dalam penelitian ini dibuat dari tiap tes sebelum tindakan kelas, tindakan kelas siklus I, dan tindakan kelas siklus II, selanjutnya dibuat simpulan secara umum.

Prosedur Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini direncanakan tiga siklus masing-masing, siklus terdiri dari 4 tahap yaitu perencanaan, implementasi tindakan, pengamatan, evaluasi, dan refleksi.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Kondisi Awal

Kondisi awal kemampuan motorik kasar dalam penelitian ini dilakukan 26 Agustus 2015 dengan menggunakan kardus bekas yang ditata sepanjang jalur lompatan pada garis lurus. Kardus rintangan ditata dalam garis lurus sebanyak sepuluh titik. Anak-anak melakukan gerakan lompat katak hingga titik terakhir. Lompatan yang mendarat dengan tepat dinilai baik, jika mendarat menjatuhkan kardus dinilai cukup, dan jika menabrak kardus gagal melompat dinilai kurang.

Setelah melalui kegiatan Melompat kardus rintangan formasi garis lurus, hasil evaluasi menunjukkan kemampuan motorik kasar anak dalam melompat kardus rintangan formasi garis lurus masih belum optimal. Ini terlihat dari Tingkat Pencapaian Perkembangan (TPP) kemampuan fisik motorik kasar dengan kegiatan melompat kardus rintangan formasi garis lurus, dari 16 anak yang menunjukkan BB (Belum Berkembang) ada 5 anak (31,3%); MB (Mulai Berkembang) ada 7 anak (43,8%); BSH (Berkembang Sesuai Harapan) ada 2 anak (12,5%); dan BSB (Berkembang Sangat Baik) baru ada 2 anak (12,5%). Dengan demikian, TPP untuk kegiatan melompat kardus rintangan formasi garis lurus belum sesuai harapan, yaitu minimal anak yang mencapai nilai BSH dan BSB adalah 80% dari jumlah anak satu kelompok. TPP pada Kondisi Awal nilai BSH (12,5%) dan BSB (12,5%) mencapai 50,0%.

Berdasarkan temuan tersebut, tingkat kemampuan awal motorik kasar dalam Melompat kardus rintangan formasi garis lurus yang mencapai BSH dan BSB ada 25,0% belum mencapai 80% secara klasikal, sehingga perlu dilakukan tindakan kelas siklus I.

Deskripsi Tiap Siklus

Siklus 1

1.     Rencana Tindakan kelas

Pada tahap ini penulis merancang tindakan kelas pembelajaran siklus I. Penulis juga menyiapkan alat peraga yang sesuai dengan materi “melompati kardus rintangan” yaitu bermain dengan menggunakan sejumlah bahan kardus bekas yang dibungkus kain flanel menjadi bentuk kubus yang berwarna-warni.

2.     Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan kelas pembelajarna siklus I dilaksanakan pada tanggal 30-31 Agustus 2015. Pengembangan kemampuan yang menjadi objek tindakan kelas adalah Motorik kasar dengan kompetensi dasar melompati kardus rintangan formasi zig-zag.

Dari hasil analisis pelaksanaan tindakan kelas pembelajaran siklus I menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar anak dibandingkan sebelum ada proses tindakan kelas. Namun harus diakui hasil ini belum sesuai dengan harapan atau target, yaitu ketuntasan minimal klasikal baru 50,0%.

Setelah melalui kegiatan Melompati kardus rintangan formasi zig-zag, hasil evaluasi menunjukkan kemampuan motorik kasar anak dalam melompat kardus rintangan formasi zig-zag masih belum optimal. Ini terlihat dari Tingkat Pencapaian Perkembangan (TPP) kemampuan fisik motorik kasar dengan kegiatan melompat kardus rintangan formasi zig-zag, dari 16 anak yang menunjukkan BB (Belum Berkembang) ada 2 anak (12,5%); MB (Mulai Berkembang) ada 6 anak (37,5%); BSH (Berkembang Sesuai Harapan) ada 4 anak (25,0%); dan BSB (Berkembang Sangat Baik) baru ada 4 anak (25,0%). Dengan demikian, TPP untuk kegiatan melompat kardus rintangan formasi zig-zag belum sesuai harapan, yaitu minimal anak yang mencapai nilai BSH dan BSB adalah 80% dari jumlah anak satu kelompok. TPP pada Siklus I nilai BSH (25,0%) dan BSB (25,0%) mencapai 50,0%.

Berdasarkan temuan tersebut, tingkat kemampuan motorik kasar dalam melompat yang mencapai BSH dan BSB ada 50,0% belum mencapai 80% secara klasikal, sehingga perlu dilakukan tindakan kelas siklus II.

3.     Pengamatan

Dari pengamatan terhadap kemampuan guru dalam mengelola kelas diperoleh temuan sebagai berikut:

a.     Dalam menyampaikan materi pengembangan kemampuan motorik kasar, waktu yang digunakan kurang efisien karena melebihi waktu yang ditentukan. Hal ini disebabkan pada awal pembelajaran, anak-anak menjadi ribut karena tertarik dengan kardus bekas yang dibungkus kain flanel.

b.     Dalam mendemonstrasikan bahan pengembangan kemampuan motorik kasar belum mengaitkan dengan pengetahuan lain yang relevan.

c.     Alat bantu pembelajaran berupa kardus bekas yang dibungkus kain flanel disediakan guru, namun tidak semua anak dapat menggunakannya karena jumlahnya terbatas, sehingga anak-anak harus bergiliran menggunakannya.

4.     Refleksi

Dalam kegiatan pada siklus I, dihasilkan refleksi sebagai berikut:

a.     Waktu yang digunakan dalam menyampaikan materi pengembangan kemampuan kurang efisien melebihi waktu yang ditentukan, waktu pembelajaran menjadi kurang dan tidak mencukupi bagi anak karena ribut terlebih dahulu ketika kardus bekas yang dibungkus kain flanel tidak mencukupi anak, guru perlu mengatur waktu dengan sebaik-baiknya.

b.     Bahan kardus bekas yang dibungkus kain flanel ada yang kurang mencukupi sehingga anak harus bergantian.

c.     Pengembangan motorik kasar bagi anak dalam bermain melompati kardus bekas yang dibungkus kain flanel dalam formasi zig-zag cukup menyulitkan anak.

d.     Anak mendapatkan nilai BSH dan BSB ada 8 anak (50,0%). Berdasarkan temuan tersebut, tingkat kemampuan melompati kardus bekas yang dibungkus kain flanel baru mencapai 50,0% belum mencapai 80% secara klasikal, sehingga perlu dilakukan tindakan kelas siklus II.

Siklus II

a.     Rencana Tindakan kelas

Pada tahap ini penulis merancang tindakan kelas pembelajaran siklus II. Penulis juga menyiapkan alat peraga kardus bekas yang dibungkus kain flanel. Rencana tindakan kelas lebih difokuskan pada pendayagunaan bahan kardus bekas yang dibungkus kain flanel.

b.     Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan kelas pembelajarna siklus II dilaksanakan pada tanggal 6-7 September 2015. Pengembangan kemampuan yang menjadi objek tindakan kelas adalah Motorik kasar dengan kompetensi dasar melompati kardus rintangan formasi radial (lingkaran).

Dari hasil analisis pelaksanaan perbaika pembelajaran siklus II menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar anak dibandingkan tindakan kelas siklus I. Hasil evaluasi sudah sesuai dengan harapan atau target, yaitu ketuntasan minimal individu 81,3%.

Setelah melalui kegiatan Melompati kardus rintangan formasi radial (lingkaran), hasil evaluasi menunjukkan kemampuan motorik kasar anak dalam melompat kardus rintangan formasi radial (lingkaran) sudah optimal. Ini terlihat dari Tingkat Pencapaian Perkembangan (TPP) kemampuan fisik motorik kasar dengan kegiatan melompat kardus rintangan formasi radial (lingkaran), dari 16 anak yang menunjukkan BB (Belum Berkembang) ada 0 anak (0,0%); MB (Mulai Berkembang) ada 3 anak (18,8%); BSH (Berkembang Sesuai Harapan) ada 7 anak (43,8%); dan BSB (Berkembang Sangat Baik) baru ada 6 anak (37,5%). Dengan demikian, TPP untuk kegiatan melompat kardus rintangan formasi radial (lingkaran) sudah sesuai harapan, yaitu minimal anak yang mencapai nilai BSH dan BSB adalah 80% dari jumlah anak satu kelompok. TPP pada Siklus II nilai BSH (43,8%) dan BSB (37,5%) mencapai 81,3%.

Berdasarkan temuan tersebut, tingkat kemampuan awal motorik kasar dalam melompat yang mencapai BSH dan BSB ada 81,3% sudah mencapai 80% secara klasikal, sehingga tindakan kelas siklus II telah berhasil.

c.     Proses Pengamatan

1)    Dari pengamatan terhadap kemampuan guru dalan mengelola kelas dan kelompok diperoleh temuan sebagai berikut:

a)    Guru dalam menyampiakan materi pengembangan kemampuan waktu yang dilakukan sudah efisien, sesuai dengan alokasi waktu yang ditentukan.

b)    Alat bantu pembelajaran sudah cukup jelas, sehingga setiap anak sudah tampak bersemangat dalam mengikuti pengembangan kemampuan.

c)     Guru dalam mendemontrasikan bahan pengembangan kemampuan sudah melibatkan anak menggunakan bahan kardus bekas yang dibungkus kain flanel.

2)    Dari pengamatan terhadap kemampuan anak dalam kegiatan belajar mengajar di dalam kelas diperoleh temuan sebagai berikut:

a)    Semua anak sudah siap mengikuti pengembangan kemampuan motorik kasar melompati kardus bekas yang dibungkus kain flanel.

b)    Semua anak sudah berani melompati kardus bekas yang dibungkus kain flanel.

c)     Suasana kelas tertib dan terkendali. Dengan demikian, proses pembelajaran ketika anak melompati kardus rintangan berlangsung dengan baik.

d.     Proses Refleksi

Sebagaimana dalam siklus sebelumnya, maka setelah melaksanakan pengamatan atas dasar pembelajaran di depan kelas, selanjutnya diadakan refleksi atas segala kegiatan yang telah dilakukan. Dalam kegiatan pada siklus II dihasilkan refleksi sebagai berikut:

1)    Guru dalam menyampaikan materi pengembangan kemampuan sudah efisien karena sudah sesuai dengan alokasi waktu yang ditentukan.

2)    Guru dalam menyampaikan Kompetensi Dasar melompati kardus rintangan sepenuhnya melibatkan anak.

3)    Kesiapan anak dalam mengikuti pengembangan kemampuan lebih meningkat dibanding dengan sikuls sebelumnya. Keberanian anak untuk melompati kardus rintangan sudah meningkat.

Berdasarkan temuan hasil pengamatan dan refleksi serta evaluasi dalam siklus I maupun II ini secara keseluruhan pembelajaran dengan motorik kasar pada Kompetensi Dasar melompati kardus rintangan berlangsung baik. Kemampuan anak Kelompok A TK Pancasila Kupang dalam bermain bahan kardus bekas yang dibungkus kain flanel dapat ditingkatkan secara potensi anak dapat ditumbuhkembangkan.

Pembahasan Tiap Siklus dan Antarsiklus

Pembahasan yang diuraikan di sini lebih banyak didasarkan atas hasil pengamatan yang diteruskan dengan kegiatan refleksi.

Siklus I

Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, dihasilkan antara lain pembelajaran kurang kondusif karena anak masih kurang aktif dan masih ada beberapa anak yang belum berani melompati kardus rintangan.

Pada prasiklus (kondisi awal) Tingkat Pencapaian Perkembangan (TPP) kemampuan fisik motorik kasar dengan kegiatan melompat kardus rintangan formasi garis lurus, dari 16 anak yang menunjukkan BB (Belum Berkembang) ada 5 anak (31,3%); MB (Mulai Berkembang) ada 7 anak (43,8%); BSH (Berkembang Sesuai Harapan) ada 2 anak (12,5%); dan BSB (Berkembang Sangat Baik) baru ada 2 anak (12,5%). Dengan demikian, TPP untuk kegiatan melompat kardus rintangan formasi garis lurus belum sesuai harapan, yaitu minimal anak yang mencapai nilai BSH dan BSB adalah 80% dari jumlah anak satu kelompok. TPP pada Kondisi Awal nilai BSH (12,5%) dan BSB (12,5%) mencapai 25,0% belum mencapai 80% secara klasikal, sehingga perlu dilakukan tindakan kelas siklus I.

Pada tindakan siklus I, Tingkat Pencapaian Perkembangan (TPP) kemampuan fisik motorik kasar dengan kegiatan melompat kardus rintangan formasi zig-zag, dari 16 anak yang menunjukkan BB (Belum Berkembang) ada 2 anak (12,5%); MB (Mulai Berkembang) ada 6 anak (37,5%); BSH (Berkembang Sesuai Harapan) ada 4 anak (25,0%); dan BSB (Berkembang Sangat Baik) baru ada 4 anak (25,0%). Dengan demikian, TPP untuk kegiatan melompat kardus rintangan formasi zig-zag belum sesuai harapan, yaitu minimal anak yang mencapai nilai BSH dan BSB adalah 80% dari jumlah anak satu kelompok. TPP pada Siklus I nilai BSH (25,0%) dan BSB (25,0%) mencapai 50,0% belum mencapai 80% secara klasikal.

Hasil evaluasi kemampuan motorik kasar dalam kegiatan melompati kardus rintangan Kelompok A TK Pancasila Kupang Ambarawa Siklus I setelah tindakan kelas telah terjadi peningkatan. Kemampuan motorik kasar dalam kegiatan melompati kardus rintangan terjadi peningkatan sebesar 25%.

Siklus II

Pada tindakan siklus I, TPP untuk kegiatan melompat kardus rintangan formasi zig-zag belum sesuai harapan, yaitu minimal anak yang mencapai nilai BSH dan BSB adalah 80% dari jumlah anak satu kelompok. TPP pada Siklus I nilai BSH (25,0%) dan BSB (25,0%) mencapai 50,0% belum mencapai 80% secara klasikal.

Pada siklus II, Tingkat Pencapaian Perkembangan (TPP) kemampuan fisik motorik kasar dengan kegiatan melompat kardus rintangan formasi radial (lingkaran), dari 16 anak yang menunjukkan BB (Belum Berkembang) ada 0 anak (0,0%); MB (Mulai Berkembang) ada 3 anak (18,8%); BSH (Berkembang Sesuai Harapan) ada 7 anak (43,8%); dan BSB (Berkembang Sangat Baik) baru ada 6 anak (37,5%). Dengan demikian, TPP untuk kegiatan melompat kardus rintangan formasi radial (lingkaran) sudah sesuai harapan, yaitu minimal anak yang mencapai nilai BSH dan BSB adalah 80% dari jumlah anak satu kelompok. TPP pada Siklus II nilai BSH (43,8%) dan BSB (37,5%) mencapai 81,3% sudah mencapai 80% secara klasikal, sehingga tindakan kelas siklus II telah berhasil.

Berdasarkan temuan, tingkat kemampuan melompat anak yang baik sudah mencapai 81,3% sudah melebihi mencapai 80% secara klasikal, sehingga tindakan kelas siklus II dinyatakan sudah berhasil. Kemampuan motorik kasar dalam kegiatan melompati kardus rintangan terjadi peningkatan sebesar 31,3%.

Hasil refleksi siklus II menunjukkan bahwa sebagian besar anak sudah paham dengan penjelasan guru tentang materi pengembangan kemampuan. Hal ini dibuktikan dengan anak yang mampu melompati kardus rintangan semakin bertambah banyak. Kemampuan bermain melompati kardus rintangan semakin baik. Kemampuan bermain bahan dari kardus bekas yang dibungkus kain flanel masih perlu ditingkatkan.

Peningkatan Motorik kasar Dalam Melompati kardus rintangan

Berdasarkan atas pelaksananaan siklus I dan siklus II dihasilkan hal-hal sebagai berikut:

1.     Keaktifan anak dalam pembelajaran meningkat sehingga anak cepat merespon perintah dari guru.

2.     Penggunaan alat peraga dan metode bermain bahan kardus bekas yang dibungkus kain flanel dalam proses belajar mengajar dapat merangsang keterlibatan anak secara psikomotor.

Siklus II dipandang sudah cukup, karena belajar anak dalam bermain bahan kardus bekas yang dibungkus kain flanel meningkat.

Berdasarkan hasil observasi kemampuan motorik kasar dalam melompati kardus rintangan, Tingkat Pencapaian Perkembangan (TPP) kemampuan fisik motorik kasar dengan kegiatan Melompat Kardus Rintangan yang ditetapkan sudah mencapai nilai BSH dan BSB sesuai dengan harapan, yaitu 81,3%. Jumlah tersebut sudah memenuhi target keberhasilan jumlah minimal yaitu sudah mencapai lebih dari 80%. Dengan demikian, maka penelitian ini, yaitu peningkatan kemampuan fisik motorik kasar melalui kegiatan Melompat Kardus Rintangan dinyatakan sudah berhasil.

Hasil Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, tinjauan pustaka, dan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa hipotesis tindakan dapat dicapai berdasarkan temuan hasil refleksi / evaluasi dalam siklus I-II yaitu kemampuan motorik kasar anak Kelompok A TK Pancasila Kupang Ambarawa semester I tahun 2015/2016 dapat ditingkatkan melalui kegiatan melompati kardus rintangan.

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan seluruh kegiatan penelitian tindakan kelas dapat disimpulkan sebagai berikut:

1.     Kemampuan motorik kasar anak Kelompok A TK Pancasila Kupang Ambarawa semester I tahun 2015/2016 dapat ditingkatkan melalui kegiatan melompati kardus rintangan.

2.     Pada prasiklus (kondisi awal) Tingkat Pencapaian Perkembangan (TPP) kemampuan fisik motorik kasar dengan kegiatan melompat kardus rintangan formasi garis lurus, dari 16 anak yang menunjukkan BB (Belum Berkembang) ada 5 anak (31,3%); MB (Mulai Berkembang) ada 7 anak (43,8%); BSH (Berkembang Sesuai Harapan) ada 2 anak (12,5%); dan BSB (Berkembang Sangat Baik) baru ada 2 anak (12,5%). Dengan demikian, TPP untuk kegiatan melompat kardus rintangan formasi garis lurus belum sesuai harapan, yaitu minimal anak yang mencapai nilai BSH dan BSB adalah 80% dari jumlah anak satu kelompok. TPP pada Kondisi Awal nilai BSH (12,5%) dan BSB (12,5%) mencapai 25,0% belum mencapai 80% secara klasikal, sehingga perlu dilakukan tindakan kelas siklus I.

3.     Pada tindakan siklus I, Tingkat Pencapaian Perkembangan (TPP) kemampuan fisik motorik kasar dengan kegiatan melompat kardus rintangan formasi zig-zag, dari 16 anak yang menunjukkan BB (Belum Berkembang) ada 2 anak (12,5%); MB (Mulai Berkembang) ada 6 anak (37,5%); BSH (Berkembang Sesuai Harapan) ada 4 anak (25,0%); dan BSB (Berkembang Sangat Baik) baru ada 4 anak (25,0%). Dengan demikian, TPP untuk kegiatan melompat kardus rintangan formasi zig-zag belum sesuai harapan, yaitu minimal anak yang mencapai nilai BSH dan BSB adalah 80% dari jumlah anak satu kelompok. TPP pada Siklus I nilai BSH (25,0%) dan BSB (25,0%) mencapai 50,0% belum mencapai 80% secara klasikal. Peningkatan kemampuan motorik kasar 25%.

4.     Pada siklus II, Tingkat Pencapaian Perkembangan (TPP) kemampuan fisik motorik kasar dengan kegiatan melompat kardus rintangan formasi radial (lingkaran), dari 16 anak yang menunjukkan BB (Belum Berkembang) ada 0 anak (0,0%); MB (Mulai Berkembang) ada 3 anak (18,8%); BSH (Berkembang Sesuai Harapan) ada 7 anak (43,8%); dan BSB (Berkembang Sangat Baik) baru ada 6 anak (37,5%). Dengan demikian, TPP untuk kegiatan melompat kardus rintangan formasi radial (lingkaran) sudah sesuai harapan, yaitu minimal anak yang mencapai nilai BSH dan BSB adalah 80% dari jumlah anak satu kelompok. TPP pada Siklus II nilai BSH (43,8%) dan BSB (37,5%) mencapai 81,3% sudah mencapai 80% secara klasikal, sehingga tindakan kelas siklus II telah berhasil. Peningkatan motorik kasar dari siklus I ke siklus II 31,3%.

Implikasi

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh kesimpulan bahwa proses belajar mengajar motorik kasar lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi anak dengan bermain melompati kardus rintangan. Implikasi dalam pembelajaran adalah guru bisa menerapkan teknik bermain bahan bekas dalam pembelajaran Motorik kasar. Hal ini dapat dilakukan pula terhadap pengembangan kemampuan lain, misalnya pengembangan kreativitas dan seni. Dengan bermain bahan kardus bekas sebagai implikasinya anak bisa menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep lingkungan dan keterampilan, sehingga anak berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.

Saran

Berdasarkan pengalaman selama melaksanakan penelitian tindakan kelas di TK Pancasila Kupang Kota Ambarawa, dapat dajukan saran-saran sebagai berikut:

1.     Hendaknya pengembangan kemampuan Motorik kasar dengan pendayagunaan kardus bekas mendorong kreativitas guru dalam berkreasi dalam pembelajaran.

2.     Hendaknya pendayagunaan barang bekas dalam bermain dan belajar seperti yang digunakan pada penelitian tindakan kelas ini dapat pula digunakan pada materi lain.

Daftar Pustaka

 Aqib, Zainal. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widiya.

Herwanti, Fadillah dan Halida. 2014. Peningkatan Kemampun Melompat Melalui Permainan Engklek Pada Anak Usia 4-5 Tahun. Prodi PG PAUD FKIP Universitas Tanjungpura, Pontianak

Hurlock, Elizabeth B.2007. Perkembangan Anak, Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Santrock. 2008. Perkembangan Anak. Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Sari, Ami Sisilia. 2012. Perkembangan Motorik Kasar Anak TK. http://amisisiliasari.blogspot.com/

Setiawan, Risky. 2013. Pengembangan Fisik Motorik Anak Usia Dini. http://animeholic-animeforall.blogspot.com/

Sukamti, Endang Rini. 2015. Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia Dini Sebagai Dasar Menuju Prestasi Olahraga. Yogyakarta: FIK-UNY