Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Melalui Kegiatan Bermain Bola Besar
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN Motorik KASAR
melalui KEGIATAN BERMAIN BOLA BESAR
DI KELOMPOK B TK Keluarga Panjang 03 AMBARAWA
TAHUN PELAJARAN 2015/2016
Endang Sri Sumarsih
TK Keluarga Panjang 03 Ambarawa
ABSTRAK
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar anak Kelompok B TK Keluarga Panjang 03 Ambarawa. Tujuan khusus penelitian ini adalah: untuk meningkatkan aktivitas anak TK Keluarga Panjang 03 Ambarawa dalam pengembangan motorik kasar bagi anak usia dini melalui kegiatan bermain bola besar. Penelitian ini menggunakan jenis PTK (penelitian tindakan kelas), dilaksanakan di TK Keluarga Panjang 03 Ambarawa pada bulan Maret 2016 Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah: siswa Kelompok B TK Keluarga Panjang 03 Ambarawa yang berjumlah 23 anak. Hasil penelitian ini yaitu: (1) Pada prasiklus (kondisi awal), Tingkat Pencapaian Perkembangan (TPP) kemampuan fisik motorik kasar dengan kegiatan Bermain bola besar, nilai BSH (13,0%) dan BSB (17,4%) mencapai 28,4% belum mencapai 80% secara klasikal, sehingga perlu dilakukan tindakan kelas siklus I; (2) Pada tindakan siklus I, Tingkat Pencapaian Perkembangan (TPP) kemampuan fisik motorik kasar dengan kegiatan Bermain bola besar, nilai BSH (17,4%) dan BSB (30,4%) mencapai 47,8% belum mencapai 80% secara klasikal, sehingga perlu dilakukan tindakan kelas siklus II. Hasil evaluasi kemampuan motorik kasar dalam kegiatan bermain bola besar setelah tindakan kelas telah terjadi peningkatan sebesar 19,4%, (3) Pada siklus II, Tingkat Pencapaian Perkembangan (TPP) kemampuan fisik motorik kasar dengan kegiatan Bermain bola besar, nilai BSH (39,1%) dan BSB (43,5%) mencapai 82,6% sudah melebihi mencapai 80% secara klasikal, sehingga tindakan kelas siklus II dinyatakan sudah berhasil. Kemampuan motorik kasar dalam kegiatan bermain bola besar terjadi peningkatan sebesar 34,8%. Kesimpulan penelitian ini, berdasarkan analisis hasil penelitian terbukti kemampuan motorik kasar anak Kelompok B TK Keluarga Panjang 03 Ambarawa dapat ditingkatkan melalui kegiatan bermain bola besar.
Kata kunci: kemampuan motorik kasar, kegiatan bermain, bola besar
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Anak Usia Dini adalah anak yang berada pada usia 0-8 tahun menurut National association for the education young children (Takdirotun Musfiroh 2008: 1). Pada masa kanak-kanak dunia anak identik dengan keceriaan, kesenangan dan kegembiraan, sering kita dengar bahwa pada masa ini anak mengalami masa golden age atau masa keemasan dimana 80% dari otak anak
sudah bekerja yang ditandai dengan perubahan pada prekembangan anak secara cepat baik fisik, kognitif, sosial emosional, nilai moral agama, bahasa. Anak-anak tidak bisa lepas dari aktifitas-aktifitas yang membuat dirinya bisa merasakan dirinya senang, mereka bisa meluapkan keceriaan, kegembiraan dan senang melalui bermain, karena dunia anak memang dunia bermain. Namun tidak sedikit orang tua mengetahui manfaat sebenarnya dari sebuah bermain, beberapa orang tua ada yang kurang bahkan tidak menyukai anaknya bermain karena bermain menurut beberapa orang tua hanya menghabiskan waktu anak sia-sia, anaknya dituntut untuk belajar dan belajar. Padahal sejatinya anak usia dini diberikan waktu yang banyak untuk bermain, karena dunia anak adalah dunia bermain sambil belajar.
Melalui permainan dalam pembelajaran, anak tumbuh dan berkembang mempelajari hal-hal baru disekelilingnya. Anak menggunakan gerakan fisik dan motoriknya untuk melatih kreatifitasnya. Dengan bermain bersama teman-temannya, anak juga meningkatkan kemampuan bahasanya dengan berinteraksi dengan teman sebayanya.
Bermain dalam pembelajaran bagi anak sangatlah perlu untuk meningkatkan kemampuan motorik anak. Selain itu, dengan bermain dalam pembelajaran anak juga dapat belajar tentang banyak hal, terutama dapat menggunakan fisiknya. Anak yang kreatif cenderung dapat bersosialisasi bersama teman sebayanya dengan baik, karena dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Sementara anak yang tidak kreatif lebih banyak berdiam diri tidak percaya diri.
Dunia anak-anak adalah dunia bermain. Bagi anak-anak, setiap saat adalah bermain. Segala benda yang berada di sekitarnya dapat dijadikan alat permainan bagi anak, termasuk bola. Bola dapat menjadi permainan yang sangat mengasyikkan bagi anak yang masih berusia dini. Selain untuk mendapatkan kegembiraan, permainan bola ini bahkan dapat menjadi ajang belajar yang menyenangkan.
Salah satu kegiatan pembelajaran yang perlu dikembangkan di TK adalah bidang motorik anak yaitu kegiatan bermain bola besar. Kegiatan bermain bola besar adalah kegiatan melempar dan menerima lemparan bola. Para guru di TK sering memberikan keterampilan ini kepada anak‑anak didiknya karena adanya berbagai unsur positif di dalamnya, antara lain unsur pengembangan motorik kasar.
Melalui keterampilan motorik, anak dapat menghibur dirinya dan memperoleh perasaan senang. Seperti anak merasa senang dengan memiliki keterampilan memainkan boneka, melempar dan menangkap bola atau memainkan alat-alat mainan. Melalui keterampilan motorik, anak dapat beranjak dari kondisi tidak berdaya pada bulan-bulan pertama dalam kehidupannya, ke kondisi yang independent. Anak dapat bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya dan dapat berbuat sendiri untuk dirinya. Kondisi ini akan menunjang perkembangan rasa percaya diri. Melalui perkembangan motorik, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sekolah.
Dalam kegiatan bermain bola besar, anak bermain sambil belajar dengan mengerahkan segala kemampuannya untuk bergerak. Dalam kegiatan bermain bola besar tersebut anak melakukan gerakan-gerakan. Kegiatan bermain bola besar selain untuk pengembangan keterampilan motorik kasar juga mengembangkan kreativitas.
Di TK Keluarga Panjang 03 Ambarawa, bermain bola besar merupakan aktivitas yang sangat disukai anak dan dimaksudkan untuk mengembangkan motorik kasar anak. Dalam kenyataan sehari- hari terjadi kesenjangan atau perbedaan kemampuan motorik kasar antara anak-anak tersebut meskipun dengan disediakan media bermain yang sama. Ada anak yang mampu melakukan lemparan bola dengan tepat dan baik. Namun banyak anak yang lemparanya tidak terarah dan gagal memasuki keranjang yang menjadi target. Biasanya anak-anak kurang kosentrasi atau lemahnya koordinasi otot tangan dan otot lengan, sehingga lemparan melenceng atau tidak sampai ke keranjang. Guru melakukan pelatihan bagi anak-anak agar kemampuan bermain bola semakin baik dan perkembangan motorik kasar anak semakin baik pula.
Identifikasi Masalah
Setelah dilakukan observasi di TK Keluarga Panjang 03 Ambarawa, terdapat beberapa kelemahan dalam pembelajaran kegiatan melempar dan menangkap bola.
1. Kurangnya koordinasi antara mata dan tangan waktu bermain bola besar, sehingga lempar tidak masuk sasaran.
2. Pada lemparan bola sambil berjalan, anak-anak masih belum lincah melangkahkan kakinya.
3. Anak-anak kurang kosentrasi waktu bermain bola besar maupun menangkap bola. Biasanya mereka lebih mementingkan meluapkan kegembiraan waktu bermain bola besar sehingga lemparan yang tak terarah tidak jadi masalah bagi anak.
4. Lemahnya koordinasi otot tangan dan otot lengan, sehingga lemparan melenceng atau tidak sampai ke keranjang. Lemparan yang tepat dan terkoordinasi harus dilatih secara kontinyu.
Pembatasan Masalah
Masalah dalam penelitian ini pada upaya peningkatan kemampuan motorik kasar bagi anak melalui kegiatan bermain bola besar.
Rumusan Masalah
Setelah dilakukan observasi di TK Keluarga Panjang 03 Ambarawa, maka perbaikan ini berfokus pada masalah: apakah kegiatan bermain bola besar dapat meningkatkan kemampuan motorik kasar anak Kelompok B TK Keluarga Panjang 03 Ambarawa?
Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar anak Kelompok B TK Keluarga Panjang 03 Ambarawa.
Tujuan khusus penelitian ini adalah: untuk meningkatkan aktivitas anak TK Keluarga Panjang 03 Ambarawa dalam pengembangan motorik kasar bagi anak usia dini melalui kegiatan bermain bola besar
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat:
1. Manfaat teoretis: untuk menambah referensi bahan pustaka tentang TK dan khususnya meningkatkan motorik kasar anak melalui kegiatan bermain bola besar.
2. Manfaat praktis
a. Bagi guru, sebagai masukan guru / wali kelas dalam pengembangan motorik kasar anak.
b. Bagi orang tua anak, sebagai bahan masukan agar mereka ikut dalam pengembangan motorik kasar anak.
c. Bagi anak, sebagai sarana pelatihan dan praktik langsung untuk mengembangkan motorik kasar.
LANDASAN Teori DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Kemampuan Motorik Kasar
Kemampuan motorik kasar merupakan kemampuan yang meliputi aktivitas otot yang besar, seperti menggerakkan lengan dan berjalan (Santrock, 2008: 210). Menurut Arya (2011:1) kemampuan motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri, contohnya kemampuan duduk, menendang, berlari, naik-turun tangga dan sebagainya. Menurut Laode, (2012:1) kemampuan motorik kasar merupakan gerakan yang terjadi karena adanya koordinasi otot-otot besar, seperti: berjalan, melompat, berlari, melempar dan menaiki.
Perkembangan motorik berarti perkembangan pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang terkoordinasi. Pengendalian tersebut berasal dari perkembangan refleksi dan kegiatan massa yang ada pada waktu lahir. Sebelum perkembangan tersebut terjadi, anak akan tetap tidak berdaya (Hurlock, 2006: 150).
Kondisi ketidakberdayaan tersebut berubah secara cepat. Selama 4 atau 5 tahun pertama kehidupan pascalahir, anak dapat mengendalikan gerakan yang kasar. Gerakan tersebut melibatkan bagian badan yang luas yang digunakan dalam berjalan, berlari, melompat, berenang dan sebagainya. Setelah berumur 5 tahun, terjadi perkembangan yang besar dalam pengendalian koordinasi yang lebih baik yang melibatkan kelompok otot yang lebih kecil yang digunakan untuk mengenggam, melempar, menangkap bola, menulis, dan menggunakan alat.
Dalam kondisi tidak ada gangguan lingkungan atau fisik atau hambatan mental yang mengganggu perkembangan motorik, secara normal anak yang berumur 6 tahun akan siap menyesuaikan diri dengan tuntutan sekolah dan berperanserta dalam kegiatan bermain teman sebaya. Masyarakat mengharapkan yang seperti itu dari anak. Sebagian tugas perkembangan anak yang paling penting dalam masa pra sekolah dan dalam tahun-tahun permulaan sekolah, terdiri atas perkembangan motorik yang didasarkan atas penggunaan kumpulan otot yang berbeda secara terkoordinasi.
Demikian pula jika tidak ada gangguan kepribadian yang menghambat, anak yang memiliki sifat yang sesuai dengan harapan masyarakat akan melakukan penyesuaian sosial dan pribadi yang baik. Sebaliknya, dalam diri anak yang tidak dapat menyesuaikan diri dengan harapan masyarakat, akan berkembang perasaan tidak mampu yang akan melemahkan semangat mereka untuk mencoba mempelajari apa yang telah dipelajari oleh teman sebaya mereka. Kemampuan mengendalikan tubuh, kalau tidak lebih baik monimal sama baiknya dengan kemampuan dengan sebaya. Sangat penting bagi anak karena berbagai alasan (Hurlock, 2006: 151).
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut di atas, kemampuan motorik kasar merupakan gerakan hasil koordinasi otot-otot besar.
Meningkatkan Motorik Kasar Melalui Kegiatan Melempar Bola
Perkembangan motorik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam perkembangan individu secara keseluruhan. Beberapa pengaruh perkembangan motorik kasar terhadap konstelasi perkembangan individu menurut Hurlock (2007) adalah sebagai berikut: (1) melalui keterampilan motorik, anak dapat menghibur dirinya dan memperoleh perasaan senang. Seperti anak merasa senang dengan memiliki keterampilan memainkan boneka, melempar dan menangkap bola atau memainkan alat-alat mainan, (2) melalui keterampilan motorik, anak dapat beranjak dari kondisi tidak berdaya pada bulan-bulan pertama dalam kehidupannya, ke kondisi yang independent. Anak dapat bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya dan dapat berbuat sendiri untuk dirinya. Kondisi ini akan menunjang perkembangan rasa percaya diri, (3) melalui perkembangan motorik, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sekolah. Pada usia prasekolah atau usia kelas-kelas awal Sekolah Dasar, anak sudah dapat dilatih menulis, menggambar, melukis, dan baris-berbaris, (4) melalui perkembangan motorik yang normal memungkinkan anak dapat bermain atau bergaul dengan teman sebayannya, sedangkan yang tidak normal akan menghambat anak untuk dapat bergaul dengan teman sebayanya bahkan dia akan terkucilkankan atau menjadi anak yang fringer (terpinggirkan).
Salah satu upaya meningkatkan motorik kasar adalah melalui kegiatan bermain bola besar. Permainan bola besar dimaknai sebagai bentuk permainan yang menggunakan media bola yang ukurannya besar. Permainan ini umumnya dimainkan tanpa alat bantu lain melainkan hanya dengan kaki atau tangan dan anggota badan lainnya. Materi permainan bola besar yang umum diberikan dan mudah untuk dilaksanakan oleh peserta didik dalam situasi dan kondisi apapun.
Beberapa jenis permainan bola besar adalah sebagai berikut: (1) sepak bola, (2) bola voli, (3) bola tangan, dan (4) bola basket. Anak-anak TK belum sepenuhnya melakukan permainan tersebut, tetapi mengenal bola besar sebagai sarana meningkatkan motorik kasar. Meskipun banyak anak TK yang melakukan kegiatan bermain bola besar di rumah, seperti sepak bola atau basket, pada dasarnya permainan tersebut masih memperkenalkan anak dengan kegiatan bermain bola besar, belum bermain dengan aturan yang sesungguhnya.
Beberapa keterampilan bermain bola besar yang dilakukan anak TK antara lain permainan bola tangan. Permainan bola tangan merupakan hasil rekayasa dari permainan sepak bola dan bola basket. Aturan mainnyapun memiliki kemiripan dengan menetapkan pemenang adalah regu yang berhasil memasukkan bola ke gawang sebanyak mungkin. Di TK, permainan ini dengan cara memasukkan bola ke dalam keranjang.
Keterampilan bola tangan sangat ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut: (1) Keterampilan berlari dan melompat, (2) Keterampilan menangkap bola, (3) Keterampilan melempar bola. Ketiga jenis keterampilan ini dapat diajarkan kepada anak TK dengan pendekatan yang membuat anak tertarik untuk bergerak dan skillnya meningkat. Pendekatan taktis sangat sesuai dengan menjadikan guru sebagai fasilitator sementara anak menjadi pelaku utama untuk bergerak bebas bereksplorasi sesuai dengan potensinya masing-masing. Jadi, guru mengarahkan anak tanpa mengikat potensinya dalam berekspresi selama bergerak dan beraktivitas dalam bermain bola tangan.
Kerangka Berpikir
Penelitian ini bertolak pada menurunnya kemampuan motorik kasar anak pada anak Taman Kanak-kanak yang belum maksimal, sehingga perlu adanya latihan khusus dengan bermain yang bertujuan meningkatkan perkembangan motorik anak. Hal tersebut diduga karena metode yang digunakan belum maksimal.
Berdasarkan pemikiran tersebut penulis merancang pelaksanaan kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar sebagai pengamatan untuk mengetahui keberhasilan dari kegiatan bermain yang diterapkan. Diwujudkan melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang penulis lakukan dalam rangka peningkatan motorik kasar melalui pendekatan bermain lempar tangkap bola besar kelompok B Taman Kanak-kanak.
Kondisi awal anak Kelompok B TK Keluarga Panjang 03 Ambarawa dalam pengembangan kemampuan motorik kasar rata-rata cukup baik. Beberapa anak diketahui kurang kosentrasi waktu melempar bola besar maupun menangkap bola. Kondisi akhir dari proses pembelajaran pengembangan motorik kasar yang diharapkan yaitu kemampuan motorik anak akan meningkat, dengan perubahan yang nyata antara lain: anak kosentrasi waktu bermain bola besar maupun menangkap bola.
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan landasan teori di atas maka dapat diambil suatu hipotesis tindakan sebagai berikut: “kegiatan bermain bola besar dapat meningkatkan kemampuan motorik kasar anak Kelompok B TK Keluarga Panjang 03 Ambarawaâ€.
METODE PELAKSANAAN
Setting Penelitian
Lokasi
Penelitian tindakan kelas dilaksanakan di Kelompok B TK Keluarga Panjang 03 Ambarawa.
Waktu
Penelitian kondisi awal dilakukan tanggal 3-4 Maret 2016. Waktu penelitian tindakan kelas siklus ke-1 yaitu tanggal 10-11 Maret 2016 dan siklus ke-2 tanggal 17-18 Maret 2016.
Subjek Penelitian
Subyek penelitian tindakan kelas ini adalah anak Kelompok B TK Keluarga Panjang 03 Ambarawa yang berjumlah 23 anak. Anak Kelompok B TK Keluarga Panjang 03 Ambarawa rata-rata berumur antara 4-5 tahun. Kelas ini terdiri atas anak yang heterogen baik dari segi intelektual maupun kelas ekonomi sosial.
Sumber Data
Sumber data penelitian tindakan kelas ini adalah anak Kelompok B TK Keluarga Panjang 03 Ambarawa yang berjumlah 23 orang anak, guru Kelompok B, dan kepala sekolah.
Jenis data berupa data kualitatif dan data kuantitatif yang diperoleh dari rencana pelaksanaan pembelajaran, observasi pelaksanaan pembelajaran, dan hasil belajar anak.
Teknik dan Alat Pengambilan Data
1. Teknik Pengumpulan Data
Di dalam penelitian ini, pengumpulan data menggunakan observasi dilakukan sebanyak dua kali yaitu siklus I dan siklus II. Adapun data tentang proses belajar mengajar pada saat dilaksanakan tindakan kelas diambil dengan lembar observasi.
2. Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian ini adalah: lembar observasi untuk mengamati aktivitas belajar anak dan peningkatan kemampuan motorik kasar dalam melempar bola. Adapun alat pengumpulan data dokumentasi berupa foto-foto kegiatan penelitian tindakan kelas.
Validasi Data
Untuk menguji keabsahan atau kebenaran data observasi dan dokumentasi digunakan trianggulasi data, yaitu dengan cara:
1. membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi melalui waktu dan alat yang berbeda.
2. Pengecekan derajat kepercayaan hasil penelitian dengan beberapa teknik pengumpulan data dengan cara membandingkan hasil wawancara, observasi dan dokumentasi.
3. Membandingkan apa yang dikatakan orang dalam situasi penelitian dengan dikatakan di luar penelitian.
4. Pengecekan derajat kepercayaan dengan beberapa sumber data dengan metode yang sama (Moleong, 2011: 145).
Pelaksanaannya dengan melakukan cek silang antara hasil observasi dan dokumentasi.
Analisis Data
Data yang dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif. Penilaian tes perbuatan dilakukan secara kelompok, yaitu dengan memberi skor kemampuan melempar bola ke belakang dan ke atas secara tepat dengan jumlah lemparan 3 kali.
Teknik analisis data dalam penelitian tindakan kelas ini menggunakan persentase sederhana. Hal ini untuk mengetahui persentase penguasaan konsep-konsep pada penelitian ini. Perhitungan persentase dalam penelitian ini dibuat dari pembelajaran siklus I dan siklus II, selanjutnya dibuat simpulan secara umum.
Prosedur Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini direncanakan dua siklus masing-masing, siklus terdiri dari 4 tahap yaitu perencanaan, implementasi tindakan, pengamatan, dan refleksi.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Kondisi Awal
Pelaksanaan pembelajaran prasiklus dilakukan tanggal 3-4 Maret 2016 oleh peneliti dengan dibantu seorang observer. Selama proses pembelajaran, observer mengamati kemampuan motorik kasar anak dalam kegiatan bermain bola besar. Guru memberikan contoh cara membawa bola di atas kepala, melemparkan bola ke belakang, melakukan sikap berdiri tegak sambil memegang bola, melakukan lemparan ke depan kepada teman dan belajar menangkap bola yang dilemparkan kepadanya. Guru terlebih dahulu melakukan pemanasan kegiatan. Selanjutnya anak melakukan kegiatan seperti yang dicontohkan guru. Di antara para anak sudah ada yang terbiasa dengan lempar tangkap bola besar, namun sebagian besar belum bisa.
Setelah melalui kegiatan Bermain bola besar, hasil evaluasi menunjukkan kemampuan motorik kasar anak dalam Bermain bola besar masih belum optimal. Ini terlihat dari Tingkat Pencapaian Perkembangan (TPP) kemampuan fisik motorik kasar dengan kegiatan Bermain bola besar, dari 23 anak yang menunjukkan BB (Belum Berkembang) ada 6 anak (26,1%); MB (Mulai Berkembang) ada 10 anak (43,5%); BSH (Berkembang Sesuai Harapan) ada 3 anak (13,0%); dan BSB (Berkembang Sangat Baik) baru ada 4 anak (17,4%). Dengan demikian, TPP untuk kegiatan Bermain bola besar belum sesuai harapan, yaitu minimal anak yang mencapai nilai BSH dan BSB adalah 80% dari jumlah anak satu kelompok. TPP pada Kondisi Awal nilai BSH (13,0%) dan BSB (17,4%) mencapai 28,4%.
Berdasarkan temuan tersebut, tingkat kemampuan awal motorik kasar dalam Bermain bola besar yang mencapai BSH dan BSB ada 28,4% belum mencapai 80% secara klasikal, sehingga perlu dilakukan tindakan kelas siklus I.
Deskripsi Tiap Siklus
Siklus I
Pelaksanaan pembelajaran siklus I dilakukan tanggal 10-11 Maret 2016 oleh peneliti dengan dibantu seorang observer.
a. Perencanaan
Pada tahap perencanaan pembelajaran siklus I guru menyusun rencana kegiatan harian, menentukan kompetensi dasar yang akan diajarkan, yaitu kemampuan motorik kasar melalui kegiatan bermain bola besar. Pada siklus I ini materi akan diajarkan adalah kemampuan motorik kasar melalui kegiatan bermain bola besar dengan alokasi waktu satu jam pelajaran yaitu melemparkan bola ke belakang dan menangkap bola yang dilempar dari depan teman. Guru menyediakan alat peraga: bola besar, membuat rencana pembelajaran sebagai pedoman kegiatan belajar mengajar, dan membuat pedoman observasi.
b. Pelaksanaan
Kegiatan awal pembelajaran dimulai dengan apersepsi oleh guru dengan memberikan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan kemampuan anak motorik kasar dalam kegiatan bermain bola besar. Pada kegiatan inti guru mengajarkan cara melemparkan bola kepada teman yang ada di belakang dan menangkap bola yang dilemparkan dari depan.
Pada kegiatan penutup guru mengamati keterampilan motorik kasar anak berdasarkan hasil lemparan anak ke depan dan mengulas hasil lemparan anak serta memberikan motivasi kepada anak.
c. Observasi
Selama proses pembelajaran, observer mengamati aktivitas anak dan kemampuan anak motorik kasar dalam kegiatan bermain bola besar anak.
d. Refleksi
Dengan hasil observasi tahapan implementasi dan evaluasi, maka hasilnya dapat dianalisa bahwa siklus berikutnya perlu dilaksanakan. Pada siklus I, hasil evaluasi menunjukkan kemampuan motorik kasar anak dalam Bermain bola besar sudah meningkat, tetapi masih belum optimal. Ini terlihat dari Tingkat Pencapaian Perkembangan (TPP) kemampuan fisik motorik kasar dengan kegiatan Bermain bola besar, dari 23 anak yang menunjukkan BB (Belum Berkembang) ada 3 anak (13,0%); MB (Mulai Berkembang) ada 9 anak (39,1%); BSH (Berkembang Sesuai Harapan) ada 4 anak (17,4%); dan BSB (Berkembang Sangat Baik) ada 7 anak (30,4%). Dengan demikian, TPP untuk kegiatan Bermain bola besar belum sesuai harapan, yaitu minimal anak yang mencapai nilai BSH dan BSB adalah 80% dari jumlah anak satu kelompok. TPP pada Siklus I nilai BSH (17,4%) dan BSB (30,4%) mencapai 47,8%.
Berdasarkan temuan tersebut, tingkat kemampuan awal motorik kasar dalam Bermain bola besar yang mencapai BSH dan BSB ada 47,8% belum mencapai 80% secara klasikal, sehingga perlu dilakukan tindakan kelas siklus II.
Siklus II
Pelaksanaan pembelajaran siklus II dilakukan tanggal 17-18 Maret 2016 oleh peneliti dengan dibantu seorang observer.
a. Perencanaan
Pada tahap perencanaan pembelajaran siklus II guru menyusun rencana kegiatan harian, menyediakan alat peraga berupa bola besar, dan menyiapkan instrumen pengamatan aktivitas anak.
b. Pelaksanaan
Kegiatan awal pembelajaran dimulai dengan apersepsi oleh guru dengan memberikan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan cara melempar bola ke atas dan menangkapnya.
Kegiatan inti: guru menggunakan bola besar mendemonstrasikan cara melempar bola ke atas sambil bergerak dan menangkapnya. Anak diminta menirukan cara melempar bola ke atas sambil bergerak dan menangkapnya. Guru mengamati kemampuan motorik kasar anak dalam kegiatan bermain bola besar.
Pada kegiatan penutup guru mengamati keterampilan motorik kasar anak berdasarkan hasil lemparan bola ke atas sambil berjalan serta menangkapnya.
c. Observasi
Selama proses pembelajaran, observer mengamati aktivitas anak dan kemampuan kemampuan anak motorik kasar dalam kegiatan bermain bola besar.
d. Refleksi
Dengan hasil observasi tahapan implementasi dan evaluasi, maka hasilnya dapat dianalisa bahwa siklus berikutnya perlu dilaksanakan. Pada siklus II, hasil evaluasi menunjukkan kemampuan motorik kasar anak dalam Bermain bola besar sudah meningkat dan sudah optimal. Ini terlihat dari Tingkat Pencapaian Perkembangan (TPP) kemampuan fisik motorik kasar dengan kegiatan Bermain bola besar, dari 23 anak yang menunjukkan BB (Belum Berkembang) ada 0 anak (0%); MB (Mulai Berkembang) ada 4 anak (17,4%); BSH (Berkembang Sesuai Harapan) ada 9 anak (39,1%); dan BSB (Berkembang Sangat Baik) ada 10 anak (43,5%). Dengan demikian, TPP untuk kegiatan Bermain bola besar sudah sesuai harapan, yaitu minimal anak yang mencapai nilai BSH dan BSB adalah 80% dari jumlah anak satu kelompok. TPP pada Siklus II nilai BSH (39,1%) dan BSB (43,5%) mencapai 82,6%.
Berdasarkan temuan tersebut, tingkat kemampuan awal motorik kasar dalam Bermain bola besar yang mencapai BSH dan BSB ada 82,6% sudah mencapai 80% secara klasikal, sehingga pembelajaran siklus II dinyatakan sudah berhasil.
Pembahasan Tiap Siklus dan Antar Siklus
Pembahasan yang diuraikan di sini lebih banyak didasarkan atas hasil pengamatan yang diteruskan dengan kegiatan refleksi.
Siklus I
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, dihasilkan antara lain pembelajaran kurang kondusif karena anak masih kurang aktif dan masih ada beberapa anak yang gagal melempar bola dalam kegiatan bermain bola besar.
Pada prasiklus (kondisi awal), Tingkat Pencapaian Perkembangan (TPP) kemampuan fisik motorik kasar dengan kegiatan Bermain bola besar, dari 23 anak yang menunjukkan BB (Belum Berkembang) ada 6 anak (26,1%); MB (Mulai Berkembang) ada 10 anak (43,5%); BSH (Berkembang Sesuai Harapan) ada 3 anak (13,0%); dan BSB (Berkembang Sangat Baik) baru ada 4 anak (17,4%). Dengan demikian, TPP untuk kegiatan Bermain bola besar belum sesuai harapan, yaitu minimal anak yang mencapai nilai BSH dan BSB adalah 80% dari jumlah anak satu kelompok. TPP pada Kondisi Awal nilai BSH (13,0%) dan BSB (17,4%) mencapai 28,4% belum mencapai 80% secara klasikal, sehingga perlu dilakukan tindakan kelas siklus I.
Pada tindakan siklus I, Tingkat Pencapaian Perkembangan (TPP) kemampuan fisik motorik kasar dengan kegiatan Bermain bola besar, dari 23 anak yang menunjukkan BB (Belum Berkembang) ada 3 anak (13,0%); MB (Mulai Berkembang) ada 9 anak (39,1%); BSH (Berkembang Sesuai Harapan) ada 4 anak (17,4%); dan BSB (Berkembang Sangat Baik) ada 7 anak (30,4%). Dengan demikian, TPP untuk kegiatan Bermain bola besar belum sesuai harapan, yaitu minimal anak yang mencapai nilai BSH dan BSB adalah 80% dari jumlah anak satu kelompok. TPP pada Siklus I nilai BSH (17,4%) dan BSB (30,4%) mencapai 47,8% belum mencapai 80% secara klasikal, sehingga perlu dilakukan tindakan kelas siklus II.
Hasil evaluasi kemampuan motorik kasar dalam kegiatan bermain bola besar setelah tindakan kelas telah terjadi peningkatan sebesar 19,4%.
Siklus II
Pada tindakan siklus I, TPP pada Siklus I nilai BSH (17,4%) dan BSB (30,4%) mencapai 47,8% belum mencapai 80% secara klasikal.
Pada siklus II, Tingkat Pencapaian Perkembangan (TPP) kemampuan fisik motorik kasar dengan kegiatan Bermain bola besar, dari 23 anak yang menunjukkan BB (Belum Berkembang) ada 0 anak (0%); MB (Mulai Berkembang) ada 4 anak (17,4%); BSH (Berkembang Sesuai Harapan) ada 9 anak (39,1%); dan BSB (Berkembang Sangat Baik) ada 10 anak (43,5%). Dengan demikian, TPP untuk kegiatan Bermain bola besar sudah sesuai harapan, yaitu minimal anak yang mencapai nilai BSH dan BSB adalah 80% dari jumlah anak satu kelompok. TPP pada Siklus II nilai BSH (39,1%) dan BSB (43,5%) mencapai 82,6% sudah melebihi mencapai 80% secara klasikal, sehingga tindakan kelas siklus II dinyatakan sudah berhasil. Kemampuan motorik kasar dalam kegiatan bermain bola besar terjadi peningkatan sebesar 34,8%.
Hasil refleksi siklus II menunjukkan bahwa sebagian besar anak sudah meningkat dengan pelatihan guru dalam pengembangan kemampuan motorik kasar. Hal ini dibuktikan dengan anak yang mampu bermain bola besar semakin bertambah banyak. Kemampuan bermain bermain bola besar semakin baik.
Peningkatan Motorik kasar Dalam Bermain bola besar
Berdasarkan atas pelaksananaan siklus I dan siklus II dihasilkan hal-hal sebagai berikut:
1. Keaktifan anak dalam pembelajaran meningkat sehingga anak cepat merespon perintah dari guru.
2. Penggunaan alat peraga dan metode bermain bola besar dalam proses belajar mengajar dapat merangsang keterlibatan anak secara psikomotor.
Siklus II dipandang sudah cukup, karena belajar anak dalam bermain bola besar meningkat.
Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil observasi kemampuan motorik kasar dalam bermain bola besar, Tingkat Pencapaian Perkembangan (TPP) kemampuan fisik motorik kasar dengan kegiatan Bermain bola besar yang ditetapkan sudah mencapai nilai BSH dan BSB sesuai dengan harapan, yaitu 82,6%. Jumlah tersebut sudah memenuhi target keberhasilan jumlah minimal yaitu sudah mencapai lebih dari 80%. Dengan demikian, maka penelitian ini, yaitu peningkatan kemampuan fisik motorik kasar melalui kegiatan Bermain bola besar dinyatakan sudah berhasil.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan seluruh kegiatan penelitian tindakan kelas dapat disimpulkan bahwa kemampuan motorik kasar anak Kelompok B TK Keluarga Panjang 03 Ambarawa dapat ditingkatkan melalui kegiatan bermain bola besar.
Pada prasiklus (kondisi awal), Tingkat Pencapaian Perkembangan (TPP) kemampuan fisik motorik kasar dengan kegiatan Bermain bola besar, nilai BSH (13,0%) dan BSB (17,4%) mencapai 28,4% belum mencapai 80% secara klasikal, sehingga perlu dilakukan tindakan kelas siklus I.
Pada tindakan siklus I, Tingkat Pencapaian Perkembangan (TPP) kemampuan fisik motorik kasar dengan kegiatan Bermain bola besar, nilai BSH (17,4%) dan BSB (30,4%) mencapai 47,8% belum mencapai 80% secara klasikal, sehingga perlu dilakukan tindakan kelas siklus II. Hasil evaluasi kemampuan motorik kasar dalam kegiatan bermain bola besar setelah tindakan kelas telah terjadi peningkatan sebesar 19,4%.
Pada siklus II, Tingkat Pencapaian Perkembangan (TPP) kemampuan fisik motorik kasar dengan kegiatan Bermain bola besar, nilai BSH (39,1%) dan BSB (43,5%) mencapai 82,6% sudah melebihi mencapai 80% secara klasikal, sehingga tindakan kelas siklus II dinyatakan sudah berhasil. Kemampuan motorik kasar dalam kegiatan bermain bola besar terjadi peningkatan sebesar 34,8%.
Implikasi
Temuan dalam penelitian tindakan kelas ini membuktikan kegiatan bermain bola besar dalam pembelajaran berfungsi efisien. Kegiatan bermain bola besar berhasil meningkatkan kemampuan motoric kasar anak dalam melempar dan menangkap. Implikasinya, guru perlu banyak memberikan kegiatan-kegiatan outdoor bagi anak untuk merangsang pekembangan motorik kasar anak, selain menggunakan bola besar, juga bola kecil, serta berbagai kegiatan olah raga agar motorik kasar anak berkembang.
Saran
Berdasarkan pengalaman selama melaksanakan penelitian di Kelompok B TK Keluarga Panjang 03 Ambarawa, dapat dajukan saran-saran sebagai berikut:
2. Bagi sekolah perlu menyediakan tambahan keranjang/ basket untuk lempar bola secara permanent di dinding tembok sekolah untuk bermain anak melempar bola pada saat anak-anak istirahat belajar.
3. Bagi anak diharapkan dapat berlatih secara berpasangan dengan temannya untuk melempar dan menangkap bola, sehingga meningkatkan keterampilan motorik kasar.
Daftar Pustaka
Ahira, Anne 2011. Permainan Bola Bagi Balita. http:// www.anneahira.com/permainan-bola.htm.
Ahira, Anne 2011. Bermain bola besar, Bermain Sambil Belajar. http://www.anneahira.com/permainan-dalam -pembelajaran. htm
Arya, P.K. 2011. Rahasia Mengasah Talenta Anak. Jogjakarta: Think
Hurlock, Elizabeth B.2006. Perkembangan Anak, Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Lukmiati S., Monica. 2012. Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Melalui Kegiatan Bermain Bola Besar Kelas di TK Karangturi Semarang. Semarang: PG-PAUD, FIP, IKIP PGRI Semarang.
Musfiroh, Tadkirotun. 2005. Bermain Sambil Belajar dan Mengasah Kecerdasan. Jakarta: Depdiknas.
Santrock, John. 2008. Perkembangan Anak, Jilid I. Jakarta: Erlangga.
Wijayanti, Hesti. 2014. Peningkatan Kemampuan Motorik Kasar Anak Melalui Bermain Lempar Tangkap Bola Besar Kelompok B TK Al Hidayah Semawung Banjaroyo Kalibawang Kulonprogo. Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta.
Yulia, Wulan. 208, Kegiatan bermain bola besar Melatih EQ Anak, http://wulanyulia.blogspot.com diakses tanggal 8 November 2010.
Zulkifli. 2001. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.