UPAYA meningkatkan keTRAMPILAN motorik halus

melalui mengecap dengan berbagai media

bagi ANAK Kelompok A2 TK Kartika Siwi Ambarawa

TAHUN PELAJARAN 2015/2016

 

Enny Yunani Ancillia Maria

Unit Kerja TK Kartika Siwi Ambarawa

 

ABSTRAK

Salah satu masalah pengembangan kemampuan fisik motorik halus di TK Kartika Siwi Ambarawa. Beberapa masalah yang diidentifikasi, kurangnya kemampuan mengecap anak dalam kegiatan seharí-hari. Dari 16 anak Kelompok A, TPP pada PraSiklus nilai BSH (18,8%) dan BSB (18,8%) mencapai 37,6%. Kegagalan mengecap berarti anak harus mengulang dari awal sehingga banyak anak yang malas menyelesaikan karyanya. Dalam hal ini, peran guru sangat penting untuk memberikan motivasi kepada anak agar anak bisa menyelesaikan pekerjaannya sampai selesai dan tidak berhenti di tengah jalan dengan melatih mereka dengan berbagai media cap yang diperoleh dari lingkungan. Hasil penelitian berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan siklus I sampai siklus II yang telah dilaksanakan oleh peneliti, maka simpulan penelitian ini sebagai berikut: (1) Penggunaan mengecap dengan berbagai media dapat meningkatkan kemampuan mengecap anak di TK Kartika Siwi Ambarawa, (2) Peningkatan kemampuan motorik halus dalam kegiatan mengecap anak TK Kartika Siwi Ambarawa: (a) TPP pada PraSiklus nilai BSH (18,8%) dan BSB (18,8%) mencapai 37,6%, (b) TPP pada Siklus I nilai BSH (31,3%) dan BSB (37,5%) mencapai 68,8%. Peningkatan sebesar 31,2%; (c) TPP pada Siklus II nilai BSH (37,5%) dan BSB (50,0%) mencapai 87,5%. Peningkatan sebesar 18,7%

Kata kunci: keterampilan motorik halus, mengecap

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Pengajaran seni rupa dewasa ini sudah menjadi bagian dari program pendidikan umum di sekolah-sekolah. Dasar landasan dan sasaran pengajaran melalui kegiatan seni rupa adalah membantu anak untuk dapat mengungkapkan gagasan, sikap, perasaan, nilai dan imajinasi yang melibatkan pertumbuhan pribadinya. Selain itu dalam perkembangan anak dapat memperoleh pemahaman mengenai warisan budaya dan peranan seniman serta perajin pada anak usia dini. Anak-anak kecil belajar dengan menciptakan kembali pengalaman mereka sendiri.

Seni rupa dapat membuat mereka mampu mengekspresikan pengalaman-pengalaman individu bahkan ketika mereka tidak mampu mengungkapkan berbagai peristiwa lewat kata-kata. Anak-anak suka melakukan kontak fisik langsung dengan alam mereka. Materi pembelajaran mereka muncul dari pengalaman-pengalaman mereka sendiri, masalah pribadi mereka dan imajinasi-imajinasi mereka yang kaya. Untuk menyampaikan suatu gagasan, mereka menggambarkannya, melukiskannya, atau membuat model tanah liat.

Bahan-bahan seni rupa yang fleksibel menawarkan kesempatan yang tidak terbatas pada anak-anak untuk mengekspresikan dirinya. Mereka bebas untuk memilih, melakukannya dengan cara sendiri, untuk mengembangkan pilihan-pilihan mereka.

Taman Kanak-kanak (TK) Kartika Siwi merupakan salah satu Taman Kanak-kanak yang ada di Ambarawa. TK Kartika Siwi Ambarawa merupakan salah satu TK di Indonesia yang ikut berperan dalam melaksanakan program pemerintah tersebut. TK Kartika Siwi mempunyai visi dan misi serta tujuan yang sama dengan TK lain yaitu terwujudnya sistem dan iklim yang kondusif demokratis dan bermutu untuk membentuk manusia beriman, bertakwa, berakhlak mulia, kreatif, cerdas, sehat, disiplin, bertanggung jawab, terampil, serta menguasai ilmu pengetahun dan teknologi.

TK Kartika Siwi Ambarawa berlokasi di Jl Yudistira 1 Ambarawa. Pendirian TK Kartika Siwi merupakan realisasi dari program Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini yang menggalakkan TK sebagai salah satu bentuk pelayanan pendidikan anak usia dini pada masyarakat. Untuk itu Direktorat PAUD telah mengeluarkan aturan-aturan mendirikan TK dan menu generic sebagai panduan penyusunan rencana kegiatan di lembaga PAUD, termasuk Taman Kanak-kanak. Kegiatan-kegiatan dalam Taman Kanak-kanak ini, selain didasari oleh menu generik, juga diwarnai oleh pengetahuan dan keinginan para pendiri/ pimpinan dan pendidik yang berkecimpung dalam Taman Kanak-kanak tersebut.

Salah satu jenis kegiatan yang diteliti adalah kegiatan mengecap. Dalam kegiatan mengecap, anak bermain sambil belajar dengan mengerahkan segala kemampuannya untuk berkreasi. Dalam kegiatan mengecap tersebut anak tidak melibatkan anak lain, tetapi melakukan rekayasa sendiri untuk beraktivitas dan mengeksplorasi berbagai media semaksimal mungkin, misalnya permainan mengecap. Mengecap adalah kegiatan yang menyenangkan bagi anak-anak. Lewat mengecap, mereka bisa menuangkan beragam imajinasi yang ada di kepala mereka. Gambar-gambar yang mereka hasilkan menunjukkan tingkat kreativitas masing-masing anak.

Kegiatan mengecap juga untuk pengembangan kemampuan fisik motorik halus. Kemampuan fisik motorik halus tersebut dalam bentuk yang sederhana, tetapi perkembangan kemampuan fisik motorik halus merupakan awal kemampuan anak untuk melakukan aktivitas yang memanfaatkan potensinya secara nyata. Oleh karena itu jika kemampuan fisik motorik halus ini dapat berkembang dengan baik maka anak di kemudian hari setelah dewasa akan memiliki kemampuan, ketrampilan, dan sikap yang baik. Kemampuan ini dapat berkembang dengan baik jika diberi lingkungan yang kondusif.

Mengecap memberikan kesempatan bagi anak untuk banyak belajar, di antaranya yang sangat penting adalah meningkatkan kemampuan fisik motorik halus. Dengan mengecap, dasar kemampuan fisik motorik halus dapat diletakkan sebelum anak mengembangkan kebiasaan untuk menghadapi lingkungan dengan cara yang tidak kreatif.

Salah satu sumbangan kegiatan mengecap dengan bermain bagi anak-anak Taman Kanak-kanak yang terpenting adalah kegembiraan yang ditimbulkan oleh kegiatan mengecap. Aktivitas mengecap sudah menjadi bagian dari kehidupan anak TK sebagai aktualisasi diri anak dalam bidang seni. Melalui gambar yang dibuatnya, anak dapat terlihat apa yang sedang dirasakannya apakah itu perasaan gembira atau malah perasaan sedih.

 

Identifikasi Masalah

Gejala yang cukup menonjol di TK Kartika Siwi Ambarawa adalah masih kurangnya motivasi anak dalam kegiatan mengecap tersebut. Banyak anak-anak yang malas untuk menyelesaikan gambarnya sehingga hasil mengecap anak masih kurang rapi dan tidak selesai. Hal ini membuktikan kemampun motorik halus anak masih kurang.

TK Kartika Siwi Ambarawa merupakan salah satu tempat pendidikan anak usia dini yang memperhatikan kegiatan bermain anak untuk pengembangan kemampuan fisik motorik halus. Dari beberapa masalah yang diidentifikasi, masalah yang akan dipecahkan adalah kurangnya kemampuan mengecap anak dalam kegiatan seharí-hari karena merupakan masalah yang penting untuk perkembangan anak TK. Kurangnya kemampuan mengecap tersebut biasanya kurangnya motivasi dari guru dalam merencanakan kegiatan bermain dan belajar anak. Akibatnya, anak-anak merasa kurang dorongan untuk melakukan suatu kegiatan. Selain itu, guru kadang-kadang kesulitan dalam melakukan kegiatan mengecap karena kurangnya tenaga guru sedangkan jumlah anak lebih banyak dari jumlah ideal.

Berdasarkan hal tersebut, untuk mengatasi hambatan kegiatan mengecap, anak-anak membutuhkan motivasi dari guru dan kesempatan berlatih. Anak memerlukan model untuk ditiru, agar anak dapat meniru model dengan benar. Selain itu, anak memerlukan bimbingan agar mereka dapat memperbaiki kesalahan. Dalam hal ini, peran guru sangat penting untuk memberikan motivasi kepada anak agar anak bisa menyelesaikan pekerjaannya sampai selesai dan tidak berhenti di tengah jalan.

Masalah kurangnya kemampuan motorik halus dalam mengecap anak pada kegiatan seharí-hari tersebut, dapat diatasi melalui pembelajaran dengan melalui mengecap dengan berbagai media disertai motivasi atau dorongan dari guru terus menerus sampai kegiatan berakhir.

Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah dalam penelitian ini yaitu kurangnya kemampuan motorik halus dan belum optimalnya kegiatan mengecap dengan berbagai media pada anak kelompok A2.

Perumusan Masalah

Setelah dilakukan observasi di TK Kartika Siwi Ambarawa, maka perbaikan ini berfokus pada: bagaimanakah meningkatkan kemampuan fisik motorik halus melalui kegiatan mengecap dengan berbagai media bagi anak Kelompok A2 TK Kartika Siwi Ambarawa?

Tujuan Penelitian

      Tujuan penelitian ini, secara umum adalah “meningkatkan kemampuan fisik motorik halus melalui kegiatan mengecap dengan berbagai media bagi anak Kelompok A2 TK Kartika Siwi Ambarawa”.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat:

1.     Bagi anak TK, agar dapat meningkat kemampuan fisik motorik halus melalui kegiatan mengecap dengan berbagai media.

2.     Bagi guru untuk menambah wawasan tentang stimulasi / motivasi yang tepat dalam merangasang dan meningkatkan kemampuan fisik motorik halus anak sesuai dengan tingkat kematangan usianya.

3.     Bagi orang tua agar dapat mendukung anak untuk meningkatkan kemampuan fisik motorik halus dalam mengembangkan kreativitas.

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

Kemampuan Fisik Motorik Halus

Keterampilan motorik halus (fine motor skills) adalah aktivitas-aktivitas yang memerlukan pemakaian otot-otot kecil pada tangan. Aktivitas ini termasuk memegang benda kecil seperti manik-manik, butiran kalung, memegang sendok, memegang pencil dengan benar, menggunting, nelipat kertas, mengikat tali sepatu, mengancing, dan menarik ritsleting. Aktivitas tersebut terlihat mudah namun memerlukan latihan dan bimbingan agar anak dapat melakukannya secara baik dan benar (Hamdani, 2010).

Ketika bayi di motivasi untuk melakukan sesuatu, mereka dapat menciptakan kemampuan motorik yang baru, kemampuan baru tersebut merupakan hasil dari banyak faktor, yaitu perkembangan system syaraf, kemampuan fisik yang memungkinkannya untuk bergerak, keinginan anak yang memotivasinya untuk bergerak, dan lingkungan yang mendukung pemerolehan kemampuan motorik. Misalnya, anak akan mulai berjalan jika system syarafnya sudah matang, proposi kaki cukup kuat menopang tubuhnya dan anak sendiri ingin berjalan untuk mengambil mainannya.

Selain berkaitan erat dengan fisik dan intelektual anak, kemampuan motorik pun berhubungan dengan aspek psikologis anak. Damon & Hart (dalam Hamdani, 2010) menyatakan bahwa kemampuan fisik berkaitan erat dengan self-image anak. Anak yang memiliki kemampuan fisik yang lebih baik di bidang olah raga akan menyebabkan dia dihargai teman-temannya. Hal tersebut juga seiring dengan hasil penelitian yang dilakukan Ellerman (Hamdani, 2010) bahwa kemampuan motorik yang baik berhubungan erat dengan self-esteem.

Vertical Surfaces (permukaan vertikal)

Melalui latihan pada permukaan vertikal akan membantu mengembangkan otot-otot kecil pada tangan dan pergelangan, sekaligus otot-otot yang lebih besar (motorik kasar) pada lengan dan punggung. Otot-otot yang besar diperlukan untuk membantu kestabilan sementara melakukan tugas motorik halus. Mengecap dan mengecap pada papan tulis atau sepotong kertas yang ditempel di dinding adalah cara yang paling mudah untuk menggunakan permukaan vertikal. Aktivitas lain misalnya mengecap dan bermain dengan odol/krim cukur pada ubin di kamar mandi pada saat mandi, ‘mengecap’ pagar rumah dengan air dan kuas, atau mencopot dan memasang magnet pada kulkas.

Merobek dan Meremas

Melalui latihan merobek dan meremas kertas dapat membantu mengembangkan otot halus pada tangan, yang juga digunakan untuk menulis. Buatlah anak merobek kertas koran atau kertas bekas dengan jari-jarinya dan meremasnya menjadi bola-bola untuk membuat prakarya (misalnya orang-orangan, boneka beruang), atau sekedar melemparnya masuk ke dalam kaleng sampah. Setelah mereka bisa membuatnya, perintahkan mereka untuk meremas kertas hanya dengan satu tangan. Terakhir, buatlah anak meremas kertas tisu menjadi bola kecil hanya dengan menggunakan ujung jari. Tempelkan bola-bola tisu ini pada papan untuk membuat suatu gambar. Anda bisa juga melakukan dengan permainan yang berbeda, misalnya suruh anak-anak tersebut merobek kertas berwarna atau kertas tisu, lalu minta mereka menempelkan potongan kertas tersebut menggunakan lem pada berbagai material untuk membuat gambar mosaik (gambar yang terbentuk dari potongan-potongan kertas berwarna-warni) (Setiawan, 2010).

Mengecap / Mencetak

Seni grafis identik dengan kegiatan cetak-mencetak, oleh karena itu istilah seni grafis dikenal juga dengan seni mencetak atau mencetak atau mengecap. Istilah ini lebih sesuai dengan istilah yang digunakan dalam pelajaran mencetak yang dilakukan di Taman Kanak-kanak. Mencetak merupakan kegiatan seni rupa yang termasuk seni dua dimensi. Sebenarnya kegiatan encetak ini tidak asing bagi anak-anak. Mereka sering melakukannya di atas trotoar atau dinding dengan menjejakkan alas sepatu atau tangannya ke atas trotoar an dinding tersebut. Kadang-kadang mereka menjejakkan kakinya di atas lumpur atau pasir pantai hingga terdapat bekas jejak-jejak kaki tersebut. Kreasi lain sering juga dilakukan dengan membuat goresan dari tongkat ke atas pasir laut, atau tanah. Tanpa disadari kegiatan tersebuat merupakan kegiatan mendesain yang dilakukan berulang-ulang yang merupakan kegiatan mencetak (Farida, 2009). Kegiatan mengecap meliputi: mencetak dan menjiplak.

Kerangka Berpikir Penelitian

Kondisi awal anak Kelompok A TK Kartika Siwi Ambarawa dalam pengembangan kemampuan motorik halus masih banyak hambatan, terutama dalam menggunakan jari-jari untuk mengecap/ mencetak. Hal ini diketahui dari fenomena aktivitas dan kemampuan motorik halus anak dalam mencetak antara lain anak yang malas untuk menyelesaikan gambarnya sehingga hasil mengecap anak masih kurang rapi dan tidak selesai. Hal ini membuktikan kemampun motorik halus anak masih kurang.

Pembelajaran motorik halus dalam mengecap yang akan dilakukan yaitu guru menggunakan berbagai media berupa. Dengan berbagai variasi media diharapkan anak-anak lebih tertarik mengikuti pembelajaran mengecap. Kondisi akhir dari proses pembelajaran mengecap ini yaitu kemampuan motorik halus anak dalam mengecap akan meningkat, dengan perubahan yang nyata antara lain: (1) anak-anak kreatif dalam mengecap, (2) anak mandiri dalam mengecap tanpa dibantu oleh guru, (3) memiliki kemampuan mengecap yang baik dan benar.

Hipotesis Tindakan

  Berdasarkan landasan teori di atas maka dapat diambil suatu hipotesis tindakan sebagai berikut: keterampilan motorik halus bagi anak Kelompok A TK Kartika Siwi Ambarawa dapat ditingkatkan melalui kegiatan mengecap menggunakan berbagai media.

METODOLOGI PENELITIAN

Setting Penelitian

Lokasi

Lokasi penelitian dilakukan di Kelompok A2 TK Kartika Siwi Ambarawa

Waktu

Waktu penelitian ini adalah.

Survey kondisi awal: Hari Senin, 31 Agustus 2015

Siklus ke -1 à   Hari Rabu, 2 September 2015

Siklus ke -2 à   Hari Jum’at, 4 September 2015

Subjek Penelitian

1.    Tema: Kebutuhanku

2.    Kelompok dan Karakteristik Anak

Penelitian ini dilakukan pada anak kelompok A2 TK Kartika Siwi Ambarawa berjumlah 16 anak, dengan usia antara 4 – 5 tahun.

Sumber Data

Sumber data penelitian tindakan kelas ini yaitu:

Sumber data primer.

Data primer merupakan sumber data yang diperoleh langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara). Data primer dapat berupa opini subjek (orang) secara individual atau kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda (fisik), kejadian atau kegiatan, dan hasil pengujian. Metode yang digunakan untuk mendapatkan data primer yaitu: metode observasi. Sumber data primer yaitu anak berupa aktivitas dalam pembelajaran dan guru berupa kinerja dalam pembelajaran.

Sumber data sekunder

Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder berupa dokumentasi sekolah, foto, dan literatur yang berkaitan dengan mengecap dan motorik halus.

Teknik dan Alat Pengumpulan Data

1.   Teknik Pengumpulan Data

Di dalam penelitian ini, pengumpulan data menggunakan observasi dilakukan sebanyak dua kali yaitu siklus I dan siklus II. Adapun data tentang proses belajar mengajar pada saat dilaksanakan tindakan kelas diambil dengan lembar observasi. Observasi dilakukan untuk mengamati kinerja guru dan aktivitas anak serta kemampuan membaca anak melalui kegiatan. Adapun wawancara dilakukan untuk mengetahui persiapan guru dalam pembelajaran dan kemajuan anak dalam membaca awal berdasarkan pendapat guru.

2. Alat Pengumpulan Data

            Alat pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian ini adalah lembar observasi. Adapun dalam penelitian ini digunakan observasi untuk mengumpulkan data tentang kemampuan anak. Lembar observasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang aktivitas guru dalam melakukan pembelajaran dan anak proses pelaksanaan tindakan kelas.

Validasi Data

Untuk menguji keabsahan atau kebenaran data hasil wawancara, observasi dan dokumentasi digunakan trianggulasi data, dengan memanfaatkan penggunaan metode dan sumber data. Untuk menguji kebenaran dengan trianggulasi data ada beberapa strategi, yaitu sebagai berikut:

1.    Trianggulasi dengan sumber data berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi melalui waktu dan alat yang berbeda.

2.    Pengecekan derajat kepercayaan hasil penelitian dengan beberapa teknik pengumpulan data dengan cara membandingkan hasil wawancara, observasi dan dokumentasi.

3.    Membandingkan apa yang dikatakan orang dalam situasi penelitian dengan dikatakan di luar penelitian.

4.    Pengecekan derajat kepercayaan dengan beberapa sumber data dengan metode yang sama (Moleong, 2011: 145).

Pelaksanaannya dengan melakukan cek silang antara hasil wawancara, observasi dan dokumentasi.

Analisis Data

       Data yang dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Analisis deskriptif kualitatif adalah suatu analisis yang menggambarkan suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu peristiwa pada masa sekarang berdasarkan kualitasnya. Tujuan analisis deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematif, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antarfenomena yang diselidiki (Nazir, 2009:63).

Indikator Kinerja

      Indikator Keberhasilan penelitian tindakan kelas ini yaitu: sekurang-kurangnya 75% dari seluruh anak memperoleh nilai BSH.

Prosedur Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini direncanakan dua siklus masing-masing, siklus terdiri dari 4 tahap yaitu perencanaan, implementasi tindakan, pengamatan, evaluasi, dan refleksi. Hal ini disebabkan alokasi waktu pada pokok pembahasan kemampuan mengecap dengan berbagai media cukup lama.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Kondisi Awal

Setelah melalui kegiatan mengecap gambar buah-buahan menggunakan tangkai daun pepaya, hasil evaluasi menunjukkan kemampuan motorik halus anak dalam mengecap gambar buah-buahan menggunakan tangkai daun papaya masih belum optimal. Ini terlihat dari Tingkat Pencapaian Perkembangan (TPP) kemampuan fisik motorik halus dengan kegiatan mengecap gambar buah-buahan menggunakan tangkai daun pepaya, dari 16 anak yang menunjukkan BB (Belum Berkembang) ada 3 anak (18,8%); MB (Mulai Berkembang) ada 7 anak (43,8%); BSH (Berkembang Sesuai Harapan) ada 3 anak (18,8%); dan BSB (Berkembang Sangat Baik) baru ada 8 anak (18,8%). Dengan demikian, TPP untuk kegiatan mengecap gambar buah-buahan menggunakan tangkai daun pepaya belum sesuai harapan, yaitu minimal anak yang mencapai nilai BSH dan BSB adalah 80% dari jumlah anak satu kelompok. TPP pada Kondisi Awal nilai BSH (18,8%) dan BSB (18,8%) mencapai 37,6%.

Berdasarkan temuan tersebut, tingkat kemampuan awal motorik halus dalam mengecap gambar buah-buahan menggunakan tangkai daun pepaya yang mencapai BSH dan BSB ada 37,6% belum mencapai 80% secara klasikal, sehingga perlu dilakukan tindakan kelas siklus I.

Deskripsi Tiap Siklus

Data hasil observasi kemampuan mengecap oleh anak Kelompok A2 TK Kartika Siwi siklus I dan II adalah sebagai berikut.

Siklus I

Perencanaan

      Pada tahap perencanaan pembelajaran siklus I guru menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran, menyediakan alat peraga, membuat soal evaluasi, menyiapkan instrumen pengamatan kemampuan guru, dan membagi kelompok-kelompok kecil sebanyak 4 kelompok dengan tiap kelompok beranggotakan 4 anak, dengan pemerataan kemampuan anak dalam beberapa hal, berdasarkan kecerdasan, jenis kelamin, dan umur. Dalam hal ini guru membantu pembagian kelompok, sebab guru kelas lebih tahu kemampuan anak.

Pelaksanaan

      Kegiatan pembelajaran melalui pendekatan kontekstual dimulai dengan apersepsi oleh guru dengan memberikan pertanyaan yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Pada kegiatan inti, guru: (1) menjelaskan tentang gambar dan alat-alat mencetak / mengecap sederhana, (2) menjelaskan cara mengecap, (3) membimbing anak melakukan kegiatan.

Observasi

Selama proses pembelajaran, observer mengamati aktivitas anak dan kemampuan guru dalam pembelajaran. Observasi dilakukan untuk mengetahui aktivitas anak dan kemampuan guru dalam pembelajaran dengan menggunakan lembar pengamatan. Adapun untuk mengetahui hasil belajar anak menggunakan tes perbuatan.

Refleksi

Setelah melalui kegiatan mengecap gambar buah-buahan menggunakan pelepah daun pisang, hasil evaluasi menunjukkan kemampuan motorik halus anak dalam mengecap gambar buah-buahan menggunakan pelepah daun pisang masih belum optimal. Ini terlihat dari Tingkat Pencapaian Perkembangan (TPP) kemampuan fisik motorik halus dengan kegiatan mengecap gambar buah-buahan menggunakan pelepah daun pisang, dari 16 anak yang menunjukkan BB (Belum Berkembang) ada 1 anak (6,3%); MB (Mulai Berkembang) ada 4 anak (25,0%); BSH (Berkembang Sesuai Harapan) ada 5 anak (31,3%); dan BSB (Berkembang Sangat Baik) baru ada 6 anak (37,5%). Dengan demikian, TPP untuk kegiatan mengecap gambar buah-buahan menggunakan pelepah daun pisang belum sesuai harapan, yaitu minimal anak yang mencapai nilai BSH dan BSB adalah 80% dari jumlah anak satu kelompok. TPP pada Siklus I nilai BSH (31,3%) dan BSB (37,5%) mencapai 68,8%.

Berdasarkan temuan tersebut, tingkat kemampuan awal motorik halus dalam mengecap gambar buah-buahan menggunakan pelepah daun pisang yang mencapai BSH dan BSB ada 68,8% belum mencapai 80% secara klasikal, sehingga perlu dilakukan tindakan kelas siklus II.

Siklus II

Perencanaan

      Pada tahap perencanaan pembelajaran siklus I guru menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran, menyediakan alat peraga, membuat soal evaluasi, menyiapkan instrumen pengamatan kemampuan guru, dan membagi kelompok-kelompok kecil sebanyak 4 kelompok dengan tiap kelompok beranggotakan 4 anak, dengan pemerataan kemampuan anak dalam beberapa hal, berdasarkan kecerdasan, jenis kelamin, dan umur. Dalam hal ini guru membantu pembagian kelompok, sebab guru kelas lebih tahu kemampuan anak.

Pelaksanaan

      Kegiatan pembelajaran melalui pendekatan kontekstual dimulai dengan apersepsi oleh guru dengan memberikan pertanyaan yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Pada kegiatan inti, guru: (1) menjelaskan tentang gambar sederhana, (2) menjelaskan cara mengecap, (3) membimbing anak melakukan kegiatan.

Observasi

Selama proses pembelajaran, observer mengamati aktivitas anak dan kemampuan guru dalam pembelajaran. Observasi dilakukan untuk mengetahui aktivitas anak dan kemampuan guru dalam pembelajaran dengan menggunakan lembar pengamatan. Adapun untuk mengetahui hasil belajar anak menggunakan tes perbuatan.

Refleksi

Setelah melalui kegiatan mengecap gambar buah-buahan menggunakan karet busa, hasil evaluasi menunjukkan kemampuan motorik halus anak dalam mengecap gambar buah-buahan menggunakan karet busa sudah optimal. Ini terlihat dari Tingkat Pencapaian Perkembangan (TPP) kemampuan fisik motorik halus dengan kegiatan mengecap gambar buah-buahan menggunakan karet busa, dari 16 anak yang menunjukkan BB (Belum Berkembang) ada 0 anak (0,0%); MB (Mulai Berkembang) ada 2 anak (12,5%); BSH (Berkembang Sesuai Harapan) ada 6 anak (37,5%); dan BSB (Berkembang Sangat Baik) baru ada 8 anak (50,0%). Dengan demikian, TPP untuk kegiatan mengecap gambar buah-buahan menggunakan karet busa sudah sesuai harapan, yaitu minimal anak yang mencapai nilai BSH dan BSB adalah 80% dari jumlah anak satu kelompok. TPP pada Siklus II nilai BSH (37,5%) dan BSB (50,0%) mencapai 87,5%.

Berdasarkan temuan tersebut, tingkat kemampuan awal motorik halus dalam mengecap gambar buah-buahan menggunakan karet busa yang mencapai BSH dan BSB ada 87,5% sudah mencapai 80% secara klasikal. Berdasarkan temuan tersebut, maka pembelajaran siklus II sudah berhasil.

 

 

Pembahasan Tiap Siklus dan Antar Siklus

Siklus I

Dari tabel hasil perolehan data Kemampuan motorik halus dalam mengecap pada anak Kelompok A2 TK Kartika Siwi setelah tindakan kelas telah terjadi peningkatan. Kemampuan motoric halus dalam kegiatan mengecap hasil TPP pada PraSiklus nilai BSH (18,8%) dan BSB (18,8%) mencapai 37,6%. Adapun TPP pada Siklus I nilai BSH (31,3%) dan BSB (37,5%) mencapai 68,8%. Peningkatan sebesar 31,2%.

Peningkatan kemampuan mengecap ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain motivasi dari guru dan penggunaan media cap dengan media baru. Meskipun sederhana, karena variasi penggunaannya menjadikan mengecap dengan berbagai media ini menjadi menarik.

Hampir setiap anak gemar mengecap dan mengecap. Menurut Pakde Sofa (2010):

1.      Sebagai guru Taman Kanak-kanak Anda penting memperhatikan bahwa bagi anak-anak TK bukan hasil karya yang diutamakan namun pengalaman belajar yang menyenangkan dan kaya eksplorasi yang dibutuhkan anak.

2.      Pengalaman ini akan menimbulkan kesan yang mendalam dan memberikan kesenangan, kepuasan dan kenyamanan. Hal ini dimungkinkan karena program kegiatan seni bersifat fleksibel.

3.      Rasa percaya diri adalah faktor utama dalam mencapai kesenangan dan kesuksesan dalam pengalaman seni anak.

4.      Berbagai stimulus yang dapat diberikan untuk anak-anak agar mereka termotivasi berkreasi seni antara lain: menyediakan material seni yang mudah dikuasai, menyediakan ruang yang nyaman untuk berkarya, dan memberi kebebasan anak untuk mengeksplorasi materi seni sesuai keinginannya.

5.      Tema yang disenangi anak-anak TK dalam berkarya seni rupa biasanya bersumber dari realitas dunia anak, misalnya anggota keluarga, lingkungan bermain, alat permainan, hewan peliharaan atau kesayangan, dongeng yang diceritakan guru, sirkus, kebun binatang, kolam renang, taman bermain dan sebagainya.

Kegiatan motorik halus sebaiknya sudah diperkenalkan kepada anak-anak usia prasekolah. Tentu saja hal ini seiring dengan kegiatan motorik kasarnya. Hal ini perlu dilakukan sebab kegiatan motorik halus merupakan langkah awal bagi pematangan dalam hal menulis dan mengecap. Anak-anak memerlukan persiapan yang matang sebelum mereka bersekolah, sehingga kelak diharapkan mereka mampu menguasai gerakan-gerakan yang akan dilakukan nantinya pada saat bersekolah.

Sudah menjadi ciri khas, hampir semua anak memiliki sifat ingin tahu yang tinggi, memiliki imajinasi yang alami, serta kreatif. Anak-anak akan beradaptasi dan merespon dengan cepat ketika mereka berinteraksi dengan orang-orang atau benda yang ada dilingkungannya. Mereka sangat tertarik dengan berbagai hal, seperti bagaimana sesuatu bekerja atau mengapa sesuatu terjadi sebagaimana sesuatu itu terjadi.

Siklus II

Kemampuan mengecap anak Kelompok A2 TK Kartika Siwi Ambarawa terjadi peningkatan. Pada akhir tindakan kelas Kemampuan fisik motorik halus melalui mengecap dengan berbagai media, TPP pada Siklus I nilai BSH (31,3%) dan BSB (37,5%) mencapai 68,8%. Adapun TPP pada Siklus II nilai BSH (37,5%) dan BSB (50,0%) mencapai 87,5%. Peningkatan sebesar 18,7%.

Perbaikan Kemampuan fisik motorik halus melalui mengecap dengan berbagai media yang dilakukan guru pada anak Kelompok A TK Kartika Siwi Ambarawa, telah berhasil baik dalam dua siklus. Hal ini terbukti setelah pada hasil TPP pada Siklus II nilai BSH (37,5%) dan BSB (50,0%) mencapai 87,5%.

Hasil Penelitian

Berdasarkan refleksi dan data penemuan, dikatakan bahwa dengan melalui mengecap dengan berbagai media, dapat meningkatkan kemampuan fisik motorik halus anak TK Kartika Siwi. Peningkatan kemampuan fisik motorik halus anak terhadap dapat dilihat pada perubahan kemampuan mengecap anak pada setiap pertemuan.

Pada kegiatan ini terjadi kegembiraan dan kesibukan yang penting bagi perkembangan motorik halus anak sekaligus pengembangan kemampuan seni rupa yang dapat menimbulkan kegembiraan. Kegembiraan anak nampak dan terlihat disebabkan oleh keaktifan atau kesempatan bergerak, bereksperimen, berlomba dan berkomunikasi. Dapat pula dilihat betapa senangnya anak-anak berkarya melalui seni rupa mengecap, mereka akan bergerak-gerak dengan sadar atau tidak, mencoba-coba sesuatu yang diinginkan. Dalam kelompok mereka selalu berlomba untuk menyelesaikan karyanya sesuai dengan gagasannya. Apabila anak berhasil berkarya, dengan spontan ia akan berteriak dan bergerak, menandakan kegembiraannya. Anak berkarya sesuai dengan daya fantasinya dan apa yang dicapainya perlu mendapat pemahaman/ pengertian orang lain.

Waktu berkarya seni rupa mengecap selain mendapat kegembiraan, anak-anak akan mendapatkan kebahagiaan dan kepuasan batin. Hal tersebut dapat diperhatikan dari tingkah laku dan dorongan-dorongan anak, usaha untuk mendapatkan pujian, keinginan untuk bertanggung jawab dan hadiah dari jerih payahnya.

Berkarya seni rupa dapat membantu anak untuk menghilangkan tekanan jiwa sebagai akibat kegagalan dan ketidakpuasan yang dihadapi sehari-hari. Anak-anak yang merasa dirinya tidak berdaya, pesimis dan takut dapat dibantu pemulihannya melalui kegiatan berkarya seni rupa. Lambat laun mereka akan berubah sifatnya dan akhirnya akan menjadi periang, berani dan aktif kembali.

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan seluruh kegiatan penelitian tindakan kelas dapat disimpulkan sebagai berikut:

1.      Penggunaan mengecap dengan berbagai media dapat meningkatkan kemampuan mengecap anak di TK Kartika Siwi Ambarawa

2.      Peningkatan kemampuan motorik halus dalam kegiatan mengecap anak TK Kartika Siwi Ambarawa: (a) TPP pada PraSiklus nilai BSH (18,8%) dan BSB (18,8%) mencapai 37,6%, (b) TPP pada Siklus I nilai BSH (31,3%) dan BSB (37,5%) mencapai 68,8%. Peningkatan sebesar 31,2%; (c) TPP pada Siklus II nilai BSH (37,5%) dan BSB (50,0%) mencapai 87,5%. Peningkatan sebesar 18,7%.

Implikasi

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh kesimpulan bahwa proses belajar mengajar motorik halus dalam mengecap perlu adanya variasi media. Implikasi dalam pembelajaran adalah guru bisa menggunakan berbagai media dari lingkungan alam, seperti pelepah pisang, tangkai daun papaya, daun singkong, dan sebagainya.

Saran-saran

47

 

Berdasarkan pengalaman selama melaksanakan penelitian di Kelompok A TK Kartika Siwi Ambarawa, dapat dajukan saran-saran sebagai berikut:

1.    Guru perlu memperhatikan anak-anak yang lemah dalam kemampuan mengecapnya, karena mereka harus mendapatkan banyak perhatian agar bisa berkembang kemampuan fisik motorik halusnya seperti teman-temannya.

2.    Guru harus memiliki kemampuan berpikir dan merasa memiliki kemampuan menggunakan indera, fantasi, imajinasi dan mimpinya. Seluruh penampilan anak menyajikan sumber-sumber untuk motivasi. Guru harus menyelami pengalaman indera anak dan menyelidiki sampai pada tingkat yang disebut sebagai “inner landscape” yaitu dunia mimpi, ketakutan, keinginan-keinginan dan angan-angan, serta hayalan. Suatu peranan yang nyata pengajaran seni rupa menyajikan objek-objek dari pengalaman internal dan eksternal bagi anak.

3.    Dalam pelaksanaan kegiatan mengecap melalui mengecap permulaan dengan berbagai media bisa melibatkan orangtua untuk menyediakan bahannya.

DAFTAR PUSTAKA

Farida. 2009. Manfaat Mengecap bagi Si Kecil, tanggal 07 Jul 2009, http://mommygadget.com/2009/07/07/manfaat-mengecap-bagi-si-kecil/ diakses tanggal 9 November 2013.

Hamdani, Agus. 2010. Melatih Motorik Halus dengan Mengecap. http://arinet66.wordpress.com/2010/03/09/artikel-melatih-motorik-halus-dengan-mengecap/ diakses tanggal 10 November 2013.

Hurlock, Elizabeth, B. 2006. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga..

Khoiriah, Ning Endah. 2006. Variasi Seni Rupa Dalam Pembelajaran Anak Usia Dini. Semarang: PGTK Unnes.

Moeslichatoen R. 1999. Metode Pengajaran di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dan PT Rineka Cipta.

Pakde Sofa. 2008. Perencanaan Pembelajaran Seni Rupa di Taman-Kanak-kanak http://massofa.wordpress.com/ diakses tanggal 10 November 2013.

Setiawan. Melatih Fisik motorik halus, 4 Juli 2010, http://edukasi.kompasiana.com/2010/07/04/ diakses tanggal 9 November 2013.