MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA KELAS I

DALAM MENGOPERASIKAN PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN PADA MATEMATIKA DENGAN BANTUAN BENDA KONGKRIT SD NEGERI RAPAH 03 KECAMATAN BANYUBIRU

KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2015/2016

 

Khayatin

SD Negeri Rapah 03

 

ABSTRAK

Pendidikan merupakan usaha manusia untuk menyiapkan diri dalam perananya dimasa akan datang. Pendidikan dilakukan tanpa ada batasan usia, ruang dan waktu yang tidak dimulai atau diakhiri di sekolah, tetapi diawali dalam keluarga dilanjutkan dalam lingkungan sekolah dan diperkaya oleh lingkungan masyarakat, yang hasilnya digunakan untuk membangun kehidupan pribadi agama, masyarakat, keluarga dan negara. Merupakan suatu kenyataan bahwa pemerintah dalam hal ini diwakili lembaga yang bertanggung jawab didalam pelaksanaan pendidikan di Indonesia, akan tetapi pendidikan menjadi tanggung jawab keluarga, sekolah dan masyarakat. Dalam hal ini yang menjadi kambing hitam adalah guru dan lembaga pendidikan tersebut, orang tua tidak memandang aspek keluarga dan kondisi lingkungannya. Pada hal lingkungan keluarga dan masyarakat sekitar sangat menentukan terhadap keberhasilan suatu pendidikan. Peserta didik Kelas I SD Negeri Rapah 03 UPTD Pendidikan Kecamatan Banyubiru berjumlah 15 siswa. Terdiri dari 5 siswa perempuan dan 10 siswa laki – laki. Jumlah peserta didik yang demikian sangat ideal untuk proses pembelajaran, namun kenyataannya nilai mata pelajaran dengan indikator m enyelesaikan soal hitung campuran masih jauh di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 63 yang telah di tetapkan pada awal tahun pelajaran. Nilai dari 15 siswa sebagai berikut: 20% (3 siswa) di atas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), 80% (12 siswa) di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Melalui pengamatan dan refleksi serta tes formatif yang telah dilakukan peneliti, dan konsultasi dengan supervisor diperoleh identifikasi masalah dari pembelajaran Matemetika pada bahan ajar Penjumlahan dan pengurangan dalam bentuk soal cerita di Kelas I SD Negeri Rapah 03 Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang sebagai berikut: Peserta didik hanya mendengarkan dan mencatat danPeserta didik tidak dapat menyelesaikan tugas.Rata-rata hasil eveluasi peserta didik di bawah KKM yaitu: 51,93. Dari uraian diatas, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: dengan menggunakan metode problem solving ( pemecahan masalah) pada mata pelajaran matematika bahan ajar Penjumlahan dan pengurangan dalam bentuk cerita kelas I semester I SD Negeri Rapah 03 Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang telah berhasil meningkatka prestasi belajar peserta didik dengan bukti dengan menerapkan metode problem solving ( pemecahan masalah) dan pemanfatan alat peraga dalam pembelajaran ternyata dapat berhasil. Hal ini dapat diketahui dari tingkat ketuntasan klasikal yang mencapai 93% dengan nilai rata-rata kelas sebesar 79,86 dengan asumsi proses pembelajaran berhasil jika mencapai nilai 63 sesuai dengan KKM. Maka proses perbaikan pembelajaran sudah berhasil dan perbaikan pembelajaran cukup berhenti sampai siklus II.

Kata kunci: penjumlahan dan pengurangan, media benda konkrit

 

 

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan usaha manusia untuk menyiapkan diri dalam perananya dimasa akan datang. Pendidikan dilakukan tanpa ada batasan usia, ruang dan waktu yang tidak dimulai atau diakhiri di sekolah, tetapi diawali dalam keluarga dilanjutkan dalam lingkungan sekolah dan diperkaya oleh lingkungan masyarakat, yang hasilnya digunakan untuk membangun kehidupan pribadi agama, masyarakat, keluarga dan negara. Merupakan suatu kenyataan bahwa pemerintah dalam hal ini diwakili lembaga yang bertanggung jawab didalam pelaksanaan pendidikan di Indonesia, akan tetapi pendidikan menjadi tanggung jawab keluarga, sekolah dan masyarakat. Dalam hal ini yang menjadi kambing hitam adalah guru dan lembaga pendidikan tersebut, orang tua tidak memandang aspek keluarga dan kondisi lingkungannya. Pada hal lingkungan keluarga dan masyarakat sekitar sangat menentukan terhadap keberhasilan suatu pendidikan.

Peserta didik Kelas I SD Negeri Rapah 03 UPTD Pendidikan Kecamatan Banyubiru berjumlah 15 siswa. Terdiri dari 5 siswa perempuan dan 10 siswa laki – laki. Jumlah peserta didik yang demikian sangat ideal untuk proses pembelajaran, namun kenyataannya nilai mata pelajaran dengan indikator m enyelesaikan soal hitung campuran masih jauh di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 63 yang telah di tetapkan pada awal tahun pelajaran. Nilai dari 15 siswa sebagai berikut: 20% (3 siswa) di atas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), 80% (12 siswa) di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

Proses pembelajaran yang diharapkan dalam pembelajaran matematika menuntut pemahaman siswa dan cara berfikir siswa dalm mengerjakan soal-soal. Hal ini sesuai dengan karakteristik mata pelajaran matematika, pembelajaran dapat dilaksanakan dengan menggunakan metode Pemecahan masalah.

Latar Belakang

Melalui pengamatan dan refleksi serta tes formatif yang telah dilakukan peneliti, dan konsultasi dengan supervisor diperoleh identifikasi masalah dari pembelajaran Matemetika pada bahan ajar Penjumlahan dan pengurangan dalam bentuk soal cerita di Kelas I SD Negeri Rapah 03 Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang sebagai berikut:

Dari sisi Peserta didik:

  1. Peserta didik hanya mendengarkan dan mencatat.
  2. Peserta didik tidak dapat menyelesaikan tugas.
  3. Rata-rata hasil eveluasi peserta didik di bawah KKM yaitu: 51,93.

Dari sisi pendidik:

  1. Guru lebih mendominasi proses pembelajaran.
  2. Metode yang digunakan pendidik kurang variatif.
  3. Guru di dalam menjelaskan tergesa-gesa.

Berdasarkan pendapat para ahli yaitu untuk mencapai tujuan proses pembelajaran perlu dirancang secara sistematik dan sistemik, dengan merencanakan Penelitian Tindakan Kelas..

TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan pendapat para ahli yaitu untuk mencapai tujuan proses pembelajaran perlu dirancang secara sistematik dan sistemik, dengan merencanakan Penelitian Tindakan Kelas.

LANDASAN TEORI      

Mengoperasionalkan berasal dari kata “operasi” yang artinya pelaksanaan rencana yang telah dikembangkan, maka apabila mengoperasionalkan berarti melaksanakan suatu kegiatan yang telah direncanakan (Purwodarminto, 1988:627).

Matematika adalah salah satu pengetahuan tertua dan dianggap sebagai induk atau alat dan bahasa dasar banyak ilmu. Matematika terbentuk dari penelitian bilangan dan ruang yang merupakan suatu disiplin ilmu yang berdiri sendiri dan tidak merupakan cabang dari ilmu pengetahuan alam.

Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8) debat, (9) simposium, dan sebagainya.

METODE PENELITIAN

Tempat pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas adalah Kelas I SD Negeri Rapah 03 Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang mata pelajaran Matematika materi Menyelesaikan penjumlahan dan pengurangan dalam bentuk soal cerita. Karakteristik peserta didik dapat dikemukakan sebagai berikut: peserta didik berjumlah 15 peserta didik, yaitu laki-laki sebanyak 10 peserta didik dan perempuan sebanyak 5 peserta didik. Tingkat kemampuan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran sehari-hari dapat peneliti kemukakan yaitu: sebanyak 3 peserta didik mempunyai tingkatan kemampuan di atas rata-rata, sebanyak 10 peserta didik mempunyai tingkat kemampuan di bawah rata-rata

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil ysng diperolh dari pembelajarn sebelum perbaikan perbaikan Siklus I dan Siklus II terbukti bahwa pembalajaran memerlukan kompetensi yang tinggi dari seorang pendidik. Banyak faktor yang mempengaruhi kegagalan dan keberhasilan suatu pembelajaran. Pengelolaan pembelajaran itu meliputi cara memilih strategi, metode dan media yang digunakan dalam pembelajaran. Proses pembelajaran yang harus dilakukan pendidik atau peneliti sebelum mengadakan perbaikan belum menggunakan metode yang bervariatif. Sehingga prestasi belajar peserta didik hasilnya rendah. Peserta didik sebanyak 15 hanya 3 yang tuntas dari KKM 63. Nilai rata-rata kelas 50,13. Dengan demikian diperlukan adanya perbaikan pembelajaran. Pembelajaran pada siklus I masih banyak hal-hal yang belum dilaksanakan oleh pendidik secara optimal seperti penggunaan alat peraga, sehingga tingkat pemahaman dan motivasi terhadap materi ajar masih rendah.Pelaksanaan Problem solving (pemecahan masalah) masih kurang menarik minat peserta didik. Hal ini disebabkan kurang jelasnya penjelasan yang diberikan kepada peserta didik dalam menyelesaikan tugas. Hasil analisis penilaian menunjukkan masih rendahnya pemahaman peserta didik terhadap materi pelajaran. Terbukti dengan nilai yang diperoleh peserta didik baru 10 peserta didik dari 15 peserta didik yang tuntas dari KKM dan masih 5 peserta didik yang belum mencapai ketuntasan. Nilai rata-rata kelas yang diperoleh pada siklus I adalah 62,6. Dengan demikian peneliti merencanakan perbaikan pembelajaran siklus II. Analisis penilaian hasil lebih baik dari pada perbaikan pembelajaran siklus I. Keberhasilan pembelajaran ini disebabkan karena dalam proses pembelajaran pendidik/peneliti menggunakan metode problem solving (pemecahan masalah) dan metode penunjang lainnya berupa Tanya jawab, ceramah, pemberian tugas, sehingga tugas yang dirancang akan memperjelas informasi pendidik/peneliti. Selain itu penggunaan alat peraga lebih dioptimalkan dalam pembelajaran. Keaktifan peserta didik dalam pembelajaran akan meninggatkan pemahaman peserta didik terhadap materi pembelajaran. Bukti bahwa pembelajaran itu berhasil adalah adanya hasil kerja siswa yang mencapai nilai ketuntasan belajar yang telah diterapkan. Hasil perbaikan pembelajaran yang dilakukan peneliti pada mata pelajaran Matematika bahan ajar penjumlahan dan pengurangan dalam bentuk cerita di kelas I semester I peserta didik tuntas mencapai KKM ada 14 dari 15 peserta didik. Nilai rata-rata kelas yang diperoleh mencapai 79,86. Hal ini terbukti dari perolehan hasil tes formatif yang dilaksanakan peneliti setelah proses pembelajaran selesai

SIMPULAN

Dari uraian diatas, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: dengan menggunakan metode problem solving ( pemecahan masalah) pada mata pelajaran matematika bahan ajar Penjumlahan dan pengurangan dalam bentuk cerita kelas I semester I SD Negeri Rapah 03 Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang telah berhasil meningkatka prestasi belajar peserta didik dengan bukti dengan menerapkan metode problem solving ( pemecahan masalah) dan pemanfatan alat peraga dalam pembelajaran ternyata dapat berhasil. Hal ini dapat diketahui dari tingkat ketuntasan klasikal yang mencapai 93% dengan nilai rata-rata kelas sebesar 79,86 dengan asumsi proses pembelajaran berhasil jika mencapai nilai 63 sesuai dengan KKM. Maka proses perbaikan pembelajaran sudah berhasil dan perbaikan pembelajaran cukup berhenti sampai siklus II.

DAFTAR PUSTAKA

Rokim.-. Pembelajaran dengan pendekatan problem Solving.

Aginista.2013. metode pembelajaran pemecahan masalah.

Wardani I.G.A.K, dkk, 2003, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.

Listya, Emy. 2011. Smart Metematika untuk SD MI kelas 2.Boyolali: PT Hamudha Prima Media.

Suripto.2006.Terampil Berhitung Matematika untuk SD Kelas I. Jakarta: Erlangga.