MENINGKATKAN KETRAMPILAN BERBICARA

MELALUI METODE DEMONTRASI SISWA KELAS II SEMESTER II

DI SD N BRADAG KECAMATAN NGAWEN KABUPATEN BLORA

TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Mubi Hartati

SDN Bradag Kecamatan Ngawen Kabupaten Blora

ABSTRAK

Ketrampilan berbicara siswa kelas II di SD Bradag, Berdasarkan hasil observasi, hanya (25%) dari 24 siswa yang dinilai sudah terampil berbicara dalam situasi formal di depan kelas. Indikator yang digunakan untuk mengukur keterampilan siswa dalam berbicara, di antaranya kelancaran berbicara, ketepatan pilihan kata (diksi), struktur kalimat, kelogisan (penalaran), dan kontak mata. Paling tidak, ada dua faktor yang menyebabkan rendahnya tingkat keterampilan siswa dalam berbicara, yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Pada siklus I, siswa yang diajak membaca bersama dan disuruh membaca nyaring membuat siswa mempunyai kepercayaan yang lebih. Walaupun perlu disadari itu terjadi tidak pada seluruh siswa, namun paling tidak siswa diajak untuk berani membaca. Pengamatan lain dari peneliti adalah keaktifan ketika disuruh diskusi dalam menentukan pokok pikiran dari teks bacaan, walaupun lingkupnya masih sederhana. Secara keseluruhan, dari hasil tes siklus I terdapat kenaikan dibandingkan dengan keadaan pra siklus. Jika pada pra siklus didapatkan nilai rata-rata sebesar 59,79 dengan tingkat ketuntasan sebesar 25% meningkat nilai rata-ratanya menjadi 77,91 dengan tingkat ketuntasan siswa sebesar 50%. Pada siklus II, Hasil pengamatan menunjukkan, dengan bantuan gambar siswa lebih mudah dalam membaca. Hal ini dikarenakan siswa dibantu gambar untuk memudahkan membaca. Menarik untuk diamati ketika diselenggarakan permainan, siswa begitu antusias. Indikasinya adalah banyak siswa yang angkat tangan untuk menjawab teks bacaan yang kosong. Logikanya adalah ketika siswa berani angkat tangan, maka siswa sudah paham mengenai materi yang diberikan. Sebelum siswa memahami teks bacaan, secara tidak sadar siswa telah membaca tek tersebut. Dengan demikian, kelancaran siswa dalam membaca secara keseluruhan, bisa dikatakan lebih baik dari sebelumnya. Hal ini ditunjukkan dengan rata-rata nilai siswa sebesar 79,79 dengan tingkat ketuntasan sebesar 87,50% Pendapatan tersebut jelas meningkat dibandingkan dengan nilai dan tingkat ketuntasan pada kondisi pra siklus , siklus Idan siklus II.

Kata Kunci: Hasil Belajar, Metode Demontrasi


PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Dalam beberapa penelitian ditemu-kan bahwa pengajaran bahasa Indonesia telah menyimpang jauh dari misi sebenar-nya. Guru lebih banyak berbicara tentang bahasa (talk about the language) daripada melatih menggunakan bahasa (using la-nguage). Dengan kata lain, yang dite-kankan adalah penguasaan tentang bahasa (form-focus). Guru bahasa Indonesia lebih banyak berkutat dengan pengajaran tata bahasa, dibandingkan mengajarkan ke-mampuan berbahasa Indonesia secara nyata (Nurhadi, 2000). Jika kondisi pembe-lajaran semacam itu dibiarkan berlarut-larut, bukan tidak mungkin keterampilan berbicara di kalangan siswa SD akan terus berada pada aras yang rendah. Para siswa akan terus-menerus mengalami kesulitan dalam mengekspresikan pikiran dan perasaannya secara lancar, memilih kata (diksi) yang tepat, menyusun struktur kalimat yang efektif, membangun pola penalaran yang masuk akal, dan menjalin kontak mata dengan pihak lain secara komunikatif dan interaktif pada saat berbicara.

Dalam konteks demikian, diperlu-kan pendekatan pembelajaran keterampil-an berbicara yang inovatif dan kreatif, sehingga proses pembelajaran bisa ber-langsung aktif, efektif, dan menyenangkan. Siswa tidak hanya diajak untuk belajar tentang bahasa secara rasional dan kognitif, tetapi juga diajak untuk belajar dan berlatih dalam konteks dan situasi tutur yang sesungguhnya dalam suasana yang dialogis, interaktif, menarik, dan menyenangkan. Dengan cara demikian, siswa tidak akan terpasung dalam suasana pembelajaran yang kaku, monoton, dan membosankan. Pembelajaran keterampilan berbicara pun menjadi sajian materi yang selalu dirindukan dan dinantikan oleh siswa. Penelitian ini akan difokuskan pada upaya untuk mengatasi faktor internal yang diduga menjadi penyebab rendahnya ting-kat kemampuan siswa Kelas I SDN Bradag, dalam berbicara yaitu kurangnya inovasi dan kreativitas guru dalam menggunakan pendekatan pembelajaran sehingga kegiat-an pembelajaran keterampilan berbicara berlangsung monoton dan membosankan. Salah satu pendekatan pembelajaran yang diduga mampu mewujudkan situasi pembelajaran yang kondusif; aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan adalah pende-katan pragmatik. Melalui pendekatan prag-matik, siswa diajak untuk berbicara dalam konteks dan situasi tutur yang nyata de-ngan menerapkan prinsip pemakaian bahasa secara komprehensif. Dalam pendekatan pragmatik, guru berusaha memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan ber-bahasa di dalam konteks nyata dan situasi yang kompleks. Guru juga memberikan pengalaman kepada siswa melalui pembe-lajaran terpadu dengan menggunakan proses yang saling berkaitan dalam situasi dan konteks komunikasi alamiah senyata-nya.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat disusunrumusan masalah sebagai berikut:1

1 Apakah metode demontrasi dapat meningkatkan ketrampilan berbicara siswa kelas II semester II di SDN Bradag tahun pelaajaran 2014/2015?

2. Apakah metode demontrasi dapat meningkatkan hahil belajar siswa kelas II semester II di SDN Bradag tahun pelajaran 2014/2015?

Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengatasi kesulitan membaca lancer pada pelajaran bahasa Indo-nesia bagi kelas I SDN Bradag.

2. Untuk mengetahui langkah yang di-upayakan oleh guru untuk mengatasi kesulitan membaca lancar pada pela-jaran bahasa Indonesia melalui metode bermain jawaban.

3. Untuk meningkatkan ketrampilan guru dalam menerapkan proses belajar.

Manfaat Penelitian

1. Manfaat praktis

Hasil dari kegiatan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang berarti bagi:

  1. Siswa: dapat mengatasi kesulitan membaca lancer sehubungan de-ngan penerapan strategi penginte-grasian permainan dalam pelajaran bahasa Indonesia
  2. Guru: dapat meningkatkan ketram-pilan dalam proses belajar meng-ajar di kelas dengan strategi pengintegrasian permainan
  3. Sekolah: dapat memberikan sum-bangan dalam meningkatkan pres-tasi belajar sekaligus menjadi mo-dal bagi kelas berikutnya dalam hal upaya peningkatan mutu pendi-dikan.
  4. Perpustakaan: bisa menambah atau memperkaya koleksi buku-buku perpustakaan sekolah, di bidang pengembanganprofesi

2. Manfaat Teoritis

  1. Dapat dipakai sebagai acuan bagi para peneliti dan pengamat pen-didikan dalam mengembangkan atau meningkatkan mutu pen-didikan dimasa yang akan datang, sehingga lebih berhasil guna.
  2. Dapat memberikan informasi yang lebih terinci dalam mengembang-kan teori-teori yang berkaitan dengan model-model pembelajaran guna meningkatkan pendidikan berdasarkan Kurikulum Tingkat Sa-tuan Pendidikan (KTSP)
  3. Dapat mengembangkan ilmu pe-ngetahuan dan tehnolgi yang se-suai dengan perkembangan jaman.
  4. Pengembangan karya inovatif yang berguna untuk penilaian angka kri-dit jabatatan fungsional guru.

KAJIAN PUSTAKA

Pembelajaran berbicara

a) Hakikat Berbicara

Berbicara sesungguhnya merupa-kan kemampuan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan. Lebih jauh dijelaskan: Oral expression involves non only [… ] the use of the right sounds in the right pa/ern of rhythm an intonation, but also the choice of words and inflections in the right order convey the right meaning. (Ung-kapan lisan tidak hanya meliputi… peng-guna bunyi yang benar dalam pola irama dan intonasi yang benar, tetapi juga mencakup pilihan kata-kata dan infleksi (perubahan nada suara) untuk menyam-paikan pengertian yang benar pada tatan-an yang benar. (W.F. Mackey, dalam Martin Bygate, 2000:5).

Henry Guntur Tarigan (1984:5) mengatakan bahwa berbicara merupakan suatu bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktor fisik, psikologis, neu-rologis, semantik, dan linguistik sedemikian ekstensif secara luas, schingga dapat dianggap sebagai alat manusia yang paling penting bagi kontrol sosial. Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pesan, pikiran, gagasan, dan perasaan (Arsjad dan Mukti U.S, 1991:17).

Dalam interaksi berbicara, penutur dan pendengar tidak hanya harus menjadi pengolah kata-kata atau ucapan yang baik, dapat menghasilkan bahasa yang erat dan padu dalam keadaan komplikasi lisan yang sulit, akan tetapi dapat bermanfaat jika mereka harus menjadi komunikator yang baik, yaitu pada saat mengatakan apa yang ingin mereka katakan dengan cara yang dapat dipahami oleh pendengar (Bygate, 2000:22).

b) Tujuan pembelajaran berbicara

Tujuan utama berbicara adalah untuk berkomunikasi agar dapat menyam-paikan informasi dengan efekti£ Sebaiknya pembieara hams benar-benar paham isi dari pembicaraan, jelasnya pembicara harns dapat mengevalulasi efek komunika-sinya terhadap pendengar. Tujuan kete-rampilan berbicara adalah untuk mengem-bangkan kemampuan berbicara siswa.

c) Metode pembelajaran berbicara

Metode pembelajaran berhubung-an erat dengan tujuan berbicara, bahan pembelajaran dan ketrampilan proses. Metode yang baik selalu memenuhi bcrbagai kriteria. Kriteria itu dengan tujuan, bahan, pembinaan ketrampilan proses dan pengalaman belajar. Ada beberapa contoh metode misalnya ulang-ucap, lihat-ucapkan, memerikan, menjawab pertanyaan dan sebagainya.

Metode ulang-ucap, metode ucap-an atau rekaman suara guru, model ucapan yang diperdengarkan kepada siswa harus dipersiapkan dengan teliti. Metode lihat-ucapkan, guru memperlihatkan kepada siswa benda tertentu kemudian siswa menyebutkan nama benda tersebut. Benda-benda yang diperlihatkan dipilih dengan cermat oleh guru disesuaikan dengan lingkungan siswa. Metode memerikan, siswa disuruh memperhatikan suatu benda atau gambar, kesibukan lalu lintas, melihat pemandangan, kemudian diminta menjelaskan atau memeriksa apa yang dilihatnya secara lisan. Metode menjawab pertanyaan, siswa yang susah atau malu berbicara dapat dipancing untuk berbicara dengan pertanyaan mengenai dirinya misalnya: usia, tempat tinggal dan lain sebagainya.

Pelaksanaan Pembelajaran

Pendekatan pembelajaran pada tingkat pendidikan Sekolah Dasar dilakukan dengan berpedoman pada suatu program kegiatan yang telah disusun sehingga seluruh perilaku dan kemampuan dasar yang ada pada anak dapat dikembangkan dengan sebaik-baiknya. Pendekatan pembelajaran pada anak Sekolah Dasar hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:

a. Pembelajaran berorientasi pada prin-sip-prinsip perkembangan anak yaitu: 1) Anak belajar dengan baik apabila kebutuhan fisiknya terpenuhi serta merasa aman dan tentram secara psikologis, 2) Siklus belajar selalu berulang, 3) Anak belajar melalui interaksi sosial dengan orang dewasa dan anak-anak lainnya, 4) Minat dan keingintahuan anak akan memotivasi belajarnya, 5) Perkembangan dan belajar anak harus memperhatikan perbedaan individu.

b. Menggunakan Pendekatan Tematik. Kegiatan pembelajaran hendaknya di-rancang dengan menggunakan pende-katan tematik dan beranjak dari tema yang menarik minat anak. Tema sebagai alat atau sarana atau wadah untuk mengenalkan berbagai konsep pada anak. Tema diberikan dengan tujuan menyatukan isi kurikulum dalam satu kesatuan yang utuh dan memperkaya perbendaharaan kata anak. Jika pembelajaran dilakukan dengan memanfaatkan tema, maka pemilihan tema dalam kegiatan pembe-lajaran hendaknya dikembangkan dari hal-hal yang paling dekat dengan anak, sederhana serta menarik minat anak. Pengguanaan tema dimaksudkan agar anak mampu mengenal berbagai konsep secara mudah dan jelas. Pemilihan tema yang tepat dan mena-rik akan berpengaruh pada proses pembelajaran, oleh karena itu guru tidak boleh sembarangan dalam menentukan tema yang akan dipakai dalam pembelajaran. Metode pembela-jaran tematik di atas merupakan salah satu strategi belajar-pembelajaran un-tuk mengenalkan sesuatu yang baru terutama pada anak. Banyak strategi belajar yang yang bisa diterapkan untuk peserta didik yang berada pada tingkat kelas II.

Bermain Jawaban

Bermain jawaban adalah pembela-jaran yang menggunakan permainan seba-gai model pembelajaran, yang diharapkan dengan model pembelajaran tersebut dapat membantu anak didik dalam menguasai materi pelajaran dengan baik dan menyenangkan. Karena usia anak-anak sekolah dasar kelas kecil masih membutuhkan banyak waktu untuk bermain. Oleh karena itu sangat tepat jika pembelajaran dengan menggunakan permainan dalam hal jawaban, karena permainan adalah bagian tak terpisahkan dengan dunia anak-anak.

Bermain jawaban pada pelajaran bahasa indonesia bisa diartikan sebagai belajar sambil bermain dengan jawaban. Dengan kata lain dapat didefinisikan sebagai pembelajaran yang menggunakan teknik-teknik bermain atau pembelajaran membaca dengan menggunakan permain-an. Permainan merupakan alat bagi anak untuk menjelajahi dunianya, dari yang tidak dikenali sampai pada yang diketahui, dan dari yang tidak dapat diperbuatnya sampai mampu melakukannya. Bermain bagi anak memiliki nilai dan ciri yang penting dalam kemajuan perkembangan kehidupan sehari-hari. Pada permulaan setiap pengalaman bermain memiliki resiko. Ada resiko bagi anak untuk belajar misalnya naik sepeda sendiri, belajar meloncat. Unsur lain adalah pengulangan. Anak mengkonsolidasikan ketrampilannya yang harus diwujudkannya dalam berbagai permainan dengan nuansa yang berbeda

PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELA-JARAN

Subjek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Pada penelitian ini dilakukan siswa kelas II semester II di SDN Bradag kecamatan Ngawen kabupaten Blora

2. Waktu Penelitian

Waktu pelaksanaan perbaikan pembelajaran dilakukan pada bulan Janu-ari 2015 sampai bulan April 2015.

Pelaksanaan Perbaikan

1. Pra Siklus

Membaca mempunyai peran yang penting dalam belajar, baik terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia maupun terhadap mata pelajaran yang lain. Maka dari itu pembekalan terhadap siswa untuk lancer membaca merupakan sesuatu yang mesti diberikan guru terhadap siswa. Dalam upayanya mengatasi kesulitan membaca lancar terhadap siswa di SDN Bradag Kelas II, peneliti akan menerapkan metode pengintegrasian permainan kepada siswa. Dengan diajak bermain siswa akan merasa senang dalam belajar. Sehingga, apabila dilandasi peasaan senang belajarpun akan lebih mudah dipahami. Namun, sebelum peneltian kelas ini dilaksanakan, berikut akan dipaparkan hasil belajar siswa ketika sebelum penelitian. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran terhadap guru tentang sejauh mana kualitas siswa dalam membaca lancar

2. Siklus I

a. Tindakan Perencanaan

Perencanaan merupakan proses yang dipakai sebagai dasar bagi kegiatan di masa datang dalam rangka mencapai tujuan. Proses ini memerlukan pemikiran tentang apa yang akan dikerjakan, mengapa, bagaimana, dan di mana suatu kegiatan dilakukan serta siapa yang terlibat dan bertanggung jawab dalam pekerjaan tersebut atau yang dikenal dengan 5W dan 1H. Perencanaan yang dibuat berguna untuk: mengurangi ketidakpastian dan perubahan pada waktu mendatang, mengarahkan perhatian pada tujuan, penghematan biaya, merupakan sarana pengendalian. Kemudian diteruskan dengan menyiapkan tema pembelajaran, sebagai langkah untuk melakukan pembelajaran siswa. Selanjutnya menyiapkan lembar evaluasi, yang digunakan untuk memberikan penilaian sementara, sehingga mengetahui perkembangan siswa dalam mengikuti penelitian tindakan kelas.

b. Pelaksanaan Tindakan

Dari perencanaan yang sudah di buat kemudian diaplikasikan ke dalam pelaksanaan tindakan. Tindakan ini di mulai dengan menjelaskan KBM secara umum dan langkah-langkah yang mesti dilakukan siswa dalam mengikuti kegiatan penelitian tindakan kelas. Selanjutnya guru menjelaskan cara membaca yang benar dan ditirukan oleh seluruh siswa. Kemudian siswa disuruh membaca dengan nyaring, tujuannya adalah agar siswa mempunyai kepercayaan diri dalam membaca nyaring, sekaligus mengetahui sejauh mana kualitas siswa dalam membaca lancar. Setelah itu siswa disuruh diskusi mengenai apa yang dibaca dan menentukan pokok pikirann dari teks bacaan. Dalam kegiatan ini siswa mempunyai pembelajaran ganda, yang pertama siswa secara tidak langsung dituntut untuk membaca sebelum menentukan pokok pikiran dari teks bacaan dan yang kedua siswa dapat memahami teks bacaan dengan cara menyusun pokok pikiran dari teks bacaan. Selanjutnya untuk bahan evaluasi. Siswa diberikan tes siklusI.

c. Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pada siklus I, siswa yang diajak membaca bersama dan disuruh membaca nyaring membuat siswa mempunyai kepercayaan yang lebih. Walaupun perlu disadari itu terjadi tidak pada seluruh siswa, namun paling tidak siswa diajak untuk berani membaca. Pengamatan lain dari peneliti adalah keaktifan ketika disuruh diskusi dalam menentukan pokok pikiran dari teks bacaan, walaupun lingkupnya masih sederhana. Secara keseluruhan, dari hasil tes siklus I terdapat kenaikan.

d. Refleksi

Dari hasil pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan, didapatkan suatu hasil yang meningkat. Peningkatan ini dapat di lihat dari dua aspek, yaitu pertama, penilaian tentang aktivitas siswa di kelas dan yang kedua, penilaian siswa yang didasarkan pada tes siklus I. Jika di lihat dari penilaian aktivitas siswa, secara keseluruan siswa antusias dalam mengikuti pelajaran. Sedangkan jika di lihat dari segi penilaian tes siklus satu, data statistik menunjukkan adanya peningkatan.

3. Siklus II

a. Perencanaan Tindakan

Seperti halnya pada siklus I pada siklus II, diawali dengan menyusun rencana perbaikan yang nantinya akan diimplementasikan dalam pelaksanaan. Dengan memadukan hasil refleksi daur I dan rencana daur II, diharapkan terjadi peningkatan lagi dalam mengatasi kesulitan membaca lancar bagi siswa. Selanjutnya menyiapkan lembar observasi dan evaluasi sebagai wujud analisis dalam mengetahui perkembangan siswa.

b. Pelaksanaan Tindakan

Pada pelaksanaan tindakan siklus II, siswa dijelaskan mengenai pembelajaran yang akan dilaksanakan dan memberikan informasi tentang hasil evaluasi siklus II. Jika pada siklus I siswa ditekankan pada pembelajaran individu, maka untuk lebih mengaktifkan siswa dalam belajar, pada siklus II siswa dibimbing untuk secara kelompok. Sesuai dengan metode yang diterapkan yaitu pengintegrasian permainan. Pada siklus II ini siswa diajak belajar sambil bermain. Caranya adalah, guru membagikan cerita bergambar kepada seluruh siswa. Dicerita bergambar tersebut, pada teks bacaannya kata kuncinya tidak ditampilkan semua. Kemudian siswa disuruh melengkapi teks tersebut. Setelah itu guru, menjelaskan sambil menanyakan teks bacaan yang kata uncinya masih kosong. Kemudian siswa yang bisa melengkapi, siswa disuruh angkat tangan dan menyebutkan kata kunci tersebut. Sebagai bahan evaluasi guru memberikan tes siklus II.

c. Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan menunjukkan, dengan bantuan gambar siswa lebih mudah dalam membaca. Hal ini dikarenakan siswa dibantu gambar untuk memudahkan membaca. Menarik untuk diamati ketika diselenggarakan permainan, siswa begitu antusias. Indikasinya adalah banyak siswa yang angkat tangan untuk menjawab teks bacaan yang kosong. Logikanya adalah ketika siswa berani angkat tangan, maka siswa sudah paham mengenai materi yang diberikan. Sebelum siswa memahami teks bacaan, secara tidak sadar siswa telah membaca tek tersebut. Dengan demikian, kelancaran siswa dalam membaca secara keseluruhan, bisa dikatakan lebih baik dari sebelumnya.

d. Refleksi

Setelah dilakukan penelitian ini terlihat perkembangan siswa mengalami peningkatan. Hal ini dipengaruhi oleh, variasi kegiatan selama pembelajaran pada siklus II. Namun demikian peningkatan hasil dari siklus II ini bukan tanpa kelemahan, beberapa kelemahan yang masih terlihat pada siklus II adalah siswa masih belum optimal dalam melaksanakan agenda pembelajaran. Hal ini terlihat masih terdapat beberapa siswa yang enggan angkat tangan. Namun secara keseluruhan siswa bisa mengikuti pembelajaran dengan baik. Ternyata metode permainan telah bisa menghidupkan suasana kelas.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHAS-AN

Deskripsi Per Siklus

1. Pra Siklus

Tabel 4.1 Prestasi Belajar Matematika Pra Siklus

Nilai

0

10

20

30

40

50

60

75

80

90

100

Banyak Siswa

3

5

10

3

3

Jumlah Siswa

Tuntas

Belum Tuntas

Rata-rata

Tingkat Ketuntasan

24

6

18

59,79

25%

2. Siklus I

Proses pembelajaran yang kreatif dan inovatif dapat dilakukan oleh pendidik melalui kegiatan-kegiatan yang menarik, membangkitkan rasa ingin tahu anak, memotivasi anak untuk berfikir kritis dan menemukan hal-hal baru. Selain itu dalam pengelolaan pembelajaran hendaknya dilakukan secara dinamis, artinya anak tidak hanya sebagai obyek tetapi juga sebagai subyek dalam proses pembelajaran. Kreatifitas anak dapat dibangkitkan dan dimunculkan melalui kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh sekolah. Kegiatan yang positif dan menarik dapat memancing anak untuk berkreasi.

Tabel 4.2 Prestasi Belajar Matematika Siklus I

Nilai

0

10

20

30

40

50

60

75

80

90

100

Banyak Siswa

4

8

6

6

Jumlah Siswa

Tuntas

Belum Tuntas

Rata-rata

Tingkat Ketuntasan

24

12

12

77,91

50%

3. Siklus II

Metode pembelajaran berhubungan erat dengan tujuan berbicara, bahan pembelajaran dan ketrampilan proses. Metode yang baik selalu memenuhi berba-gai kriteria. Kriteria itu dengan tujuan, bahan, pembinaan ketrampilan proses dan pengalaman belajar. Ada beberapa contoh metode misalnya ulang-ucap, lihat-ucap-kan, memerikan, menjawab pertanyaan dan sebagainya.

Tabel 4.3 Prestasi Belajar Siklus II

Nilai

0

10

20

30

40

50

60

75

80

90

100

Banyak Siswa

3

5

8

8

Jumlah Siswa

Tuntas

Belum Tuntas

Rata-rata

Tingkat Ketuntasan

31

21

3

79,79

87,50

Pembahasan

Keterampilan berbahasa Indonesia yang meliputi menyimak, berbicara, menulis, dan membaca. Sejalan dengan peryataan ini bahwa berbicara masalah pembelajaran bahasa akan selalu berkaitan erat dengan apa yang disebut “empat keterampilan berbahasa” yaitu: listening (menyimak), speaking (berbicara), reading (membaca), dan writing (menulisNilai-nilai keluarga hendaknya tetap dilestarikan dalam berbagai lingkungan pendidikan; (5) Asas belajar sepanjang hayat harus menja-di landasan utama dalam mewujudkan pendidikan untuk mengimbangi tantangan perkembangan jaman; (6) Penggunaan berbagai inovasi Iptek terutama media elektronik, informatika, dan komunikasi dalam berbagai kegiatan pendidikan, (7) Penyediaan perpustakaan dan sumber-sumber belajar sangat diperlukan dalam menunjang upaya pendidikan dalam pendi-dikan; (8) Publikasi dan penelitian dalam bidang pendidikan dan bidang lain yang terkait, merupakan suatu kebutuhan nyata bagi pendidikan di abad pengetahuan.

Pada siklus I, siswa yang diajak membaca bersama dan disuruh membaca nyaring membuat siswa mempunyai kepercayaan yang lebih. Walaupun perlu disadari itu terjadi tidak pada seluruh siswa, namun paling tidak siswa diajak untuk berani membaca. Pengamatan lain dari peneliti adalah keaktifan ketika disuruh diskusi dalam menentukan pokok pikiran dari teks bacaan, walaupun lingkupnya masih sederhana. Secara keseluruhan, dari hasil tes siklus I terdapat kenaikan dibandingkan dengan keadaan pra siklus. Jika pada pra siklus didapatkan nilai rata-rata sebesar 59,79 dengan tingkat ketuntasan sebesar 251% meningkat nilai rata-ratanya menjadi 79,91 dengan tingkat ketuntasan siswa sebesar 50%.

Pada siklus II, Hasil pengamatan menunjukkan, dengan bantuan gambar siswa lebih mudah dalam membaca. Hal ini dikarenakan siswa dibantu gambar untuk memudahkan membaca. Menarik untuk diamati ketika diselenggarakan permainan, siswa begitu antusias. Indikasinya adalah banyak siswa yang angkat tangan untuk menjawab teks bacaan yang kosong. Logikanya adalah ketika siswa berani angkat tangan, maka siswa sudah paham mengenai materi yang diberikan. Sebelum siswa memahami teks bacaan, secara tidak sadar siswa telah membaca tek tersebut. Dengan demikian, kelancaran siswa dalam membaca secara keseluruhan, bisa dikatakan lebih baik dari sebelumnya. Hal ini ditunjukkan dengan rata-rata nilai siswa sebesar 79,79 dengan tingkat ketuntasan sebesar 87,50% Pendapatan tersebut jelas meningkat dibandingkan dengan nilai dan tingkat ketuntasan pada kondisi pra siklus dan siklus I.

PENUTUP

Kesimpulan

Pada guru yang efektif tidak hanya tahu sains namun mereka juga tahu bagaimana mengajarkannya. Guru yang efektif dapat memahami bagaimana siswa mempelajari konsep-konsep yang penting, konsep-konsep apa yang mampu dipahami siswa pada tahap-tahap pengembangan, profesi yang berbeda, dan pengalaman, contoh dan representasi apa yang bisa membantu siswa belajar

Penelitian Tindakan kelas pembela-jaran bahasa Indonesia kelas II semester II dengan menggunakan metode demontras, hasil penilain terlihat selalu mengalami peningkatan dari para siklus nilai rata-rata 59,79, dengan ketuntasan baru mencapai 25%. Pada siklus I didapat nilai rata-rata 77,91 dengan ketuntasan mencapai 50% jadi ada kenaikan sebesar 25% namun kenaikan itu masih dibawah ketuntasan yang diingikan.Pada siklus II diperoleh nilai rata-rata 79,79 dengan tingkat ketuntasan mencapai 87,50%.Dengan demikian peneli-tian yang dilaksanakan hasilnya menggem-birakan dan dapat dikembangkan pada kegiatan pembelajara yang akan datang untuk tercapainya tujuan pendidikan yang diingikan.i

Aspek-aspek berbahasa meliputi menyimak, berbicara, membaca, dan me-núlis. Keempat aspek itu berbeda tetapi dalam proses komunikasi, keterpaduan keempat aspek tersebut tidak bisa dilepaskan. Hal ini merupakan suatu proses berbahasa secara alamiah yakni adanya keterpaduan dari semua aspek. Dalam hal penggabungan keempat aspek keterampil-an berbahasa tersebut, tidaklah menghe-rankan jika para perencana kurikulum pembelajaran bahasa mcmiliki kecende-rungan terhadap penggabungan aspek-aspek itu.

Para perancang kurikulum sudah memperhitungkan bahwa dalam mcmbela-jarkan salah satu aspek misalnya membaca akan digunakan pula seluruh pendekatan yang lain. Pada awalnya diarahkan untuk mengukur kemampuan membaca tetapi pada akhirnya juga akan melibatkan dengan aspek yang lain misalnya menyi-mak, berbicara, dan menulis. Keterpaduan antara aspek ini memberikan rambu-rambu dalam proses pembclajaran. Rambu-rambu yang dimaksud adalah proses pembelajar-an. Sebagaimana halnya dalam proses berbahasa dalam kehidupan sehari-hari untuk berkomunikasi.

Saran

1. Hendaknya guru dapat mengoptimal-kan pembelajaran Bahasa Indonesia pada satuas pendidikan dasar melalui penanaman metode demontrasi, dan pembinaan keterampilan, agar siswa dapat lebih memahami konsep kebaha-saan.

2. Hendaknya guru lebih maksimal dalam pelaksanaan pembelajaran Bahasa In-donesia, sehingga siswa dapat menerapkannya di dalam sekolah di rumah dan masyarakat dalam berkomunikasi.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta

Dinas P dan K, Materi Pendidikan dan Pelatihan Kepala/ Guru TK Jawa Tengah Tahun 2004. Semarang

Hubberman. 2004. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI Press

Lasa, Hs., 2007. Manajemen Perpustakaan Sekolah. Yogyakarta. Pinus

Majid, Abdul, 2006. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Maister, DH. 1997. True Professionalism. New York: The Free Press.

Makagiansar, M. 1996. Shift in Global paradigma and The Teacher of Tomorrow, 17th. Convention of the Asean Council of Teachers (ACT); 5-8 Desember, 1996, Republic of Singapore.

Naisbitt, J. 1995. Megatrend Asia: Delapan Megatrend Asia yang Mengubah Dunia, (Alih bahasa oleh Danan Triyatmoko dan Wandi S. Brata): Jakarta: Gramedia.