Meningkatkan Keterampilan Melalui Model Pembelajaran Kooperatif
MENINGKATKAN KETERAMPILAN PASSING SEPAKBOLA
DENGAN KAKI BAGIAN DALAM
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF SISWA KELAS VI SD NEGERI MUKIRAN 03 KECAMATAN KALIWUNGU
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
Endang Setyowati
SD Negeri Mukiran 03 Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang
ABSTRAK
Penelitian tindakan kelas ini dilatarbelakangi oleh nilai keterampilan siswa, khususnya mata pelajaran penjasorkes pada materi passing sepakbola dengan kaki bagian dalam. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan passing siswa denngan kaki bagian dalam. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Agustus 2017 dengan subjek siswa kelas VI SD Negeri Mukiran 03. Jenis Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas dengan dua siklus yang terdiri dari satu kali pertemuan dalam satu siklus, setiap siklus terdiri dari: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Teknik dan alat pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik analisis kuantitatif dan kualitatif terhadap data berupa dokumen hasil pekerjaan siswa, daftar nilai, dan lembar observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui model pembelajaran kooperatif keterampilan siswa meningkat. Pada pembelajaran awal, ketuntasan hanya 17,65%. Setelah menerapkan model pembelajaran kooperatif, persentase ketuntasan siklus I meningkat menjadi 52,94% , sedangnkan persentase ketuntasan siklus II menjadi 94,11%. Disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan keterampilan passing sepakbola dengan kaki bagian dalam.
Kata Kunci: Keterampilan, Passing Sepakbola, Model Pembelajaran Kooperatif
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Pendidikan jasmani (phisycal education) mempunyai unsur bermain dan olahraga, tetapi tidak semata-mata hanya bermain dan olahraga saja melainkan kombinasi dari keduanya. Pendidikan jasmani aktivitas fisik berorientasi pada tujuan pendidikan, yaitu mencoba melakukan kegiatan mendidik melalui aktifitas fisik. Oleh karena itu, pelaksanaan pendidikan jasmani harus diarahkan pada pencapaian tujuan tersebut. Olahraga yang dilaksanakan di sekolah-sekolah di Indonesia dikemas dalam mata pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan (penjasorkes).
|
Sepakbola merupakan salah satu olahraga yang diajarkan di sekolah. Olahraga ini tergolong olahraga yang sederhana dan murah. Namun bila pertandingan yang professional, olahraga ini biayanya bisa terbesar dari aneka cabang olah raga lainnya. Untuk mengelola dan menghidupi sebuah klub sepak bola bisa memakan biaya milyaran rupiah. Di satu pihak sepakbola dikatakan hampir tidak memerlukan biaya, karena alat dan sarana yang dibutuhkan hanya satu benda bulat dan tanah lapang. Benda bulat yang disebut bola itu bisa bola yang mahal, ataupun bola karet, bola plastik, jerami, kertas, serabut kelapa, yang murah harganya. Tapi di sisi lain olahraga sepak bola membutuhkan biaya yang mahal untuk mengadakan studi banding dan melatih pemain sepak bola untuk menjadi pemain yang lebih profesional. Bila dikaji bersama pola permainan sepakbola itu sederhana, pola permainan hanya menyerang (attacktion), mempertahankan (defention) dan menyusun posisi strategi. Salah satu yang manarik dari permainan sepakbola adalah kolektivitas team melalui umpan pendek dan diakhiri dengan tendangan yang indah. Sebaik apapun kemampuan individu, bila tidak disertai dengan kerjasama team, maka mustahil untuk mendatangkan kemenangan. Kerjasama dalam team sepakbola dapat dilakukan jika tiap pemain memiliki kemampuan passing yang baik. Passing disebut juga dengan umpan. Passing adalah teknik menendang bola yang bertujuan untuk mengoperkan bola kepada teman sendiri dalam permainan sepakbola. Menurut Mielke (2003:19) passing adalah seni memindahkan momentum bola dari satu pemain ke pemain yang lain. Passing membutuhkan banyak teknik dasar untuk dapat menguasai bola dengan baik. Penguasaan teknik passing yang baik memudahkan pemain dalam berlari ke ruang terbuka dan mengendalikan permainan saat menyusun strategi.
Seperti observasi yang dilakukan oleh peneliti, pada pembelajaran sepakbola di kelas VI SD Negeri Mukiran 03 secara umum masih mengalami beberapa permasalahan. Permasalahan tersebut antara lain (1) kurangnya penguasaan keterampilan passing sepakbola dengan kaki bagian dalam, (2) sebagian besar siswa masih terlihat belum terlibat aktif dalam pembelajaran, (3) kurangnya motivasi siswa dalam pembelajaran, (4) pembelajaran masih kurang menarik.
Berdasarkan permasalahan tersebut peneliti merencanakan perbaikan permasalahan dengan menerapkan pembelajaran inovatif pada pembelajaran sepak bola. Diterapkannya metode pembelajaran inovatif dalam mengatasi masalah ini dengan pertimbangan bahwa metode inovatif adalah
Berdasarkan uraian di atas, maka yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah “Meningkatkan Keterampilan Passing Sepakbola dengan Kaki Bagian Dalam melalui Model Pembelajaran Kooperatif Siswa Kelas VI SD Negeri Mukiran 03 Kecamatan Kaliwungu Tahun Pelajaran 2017/2018.â€
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah seperti diatas, maka rumusan masalah Penelitian Tindakan Kelas ini adalah “Apakah Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif dapat Meningkatkan Keterampilan Passing Sepakbola dengan Kaki Bagian Dalam Siswa Kelas VI SD Negeri Mukiran 03 Kecamatan Kaliwungu Tahun Pelajaran 2017/2018? “
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah
1. Untuk mengetahui bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif meningkatkan keterampilan passing sepakbola dengan kaki bagian dalam siswa kelas VI di SD Negeri Mukiran 03.
2. Untuk meningkatkan keterampilan passing sepakbola dengan kaki bagian dalam siswa kelas VI di SD Negeri Mukiran 03.
3. Untuk meningkatkan aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran teknik dasar passing kaki bagian dalam melalui model pembelajaaran kooperatif di kelas IV di SD Negeri Mukiran 03.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam dunia pendidikan. Manfaat yang diharapkan peneliti adalah sebagai berikut.
1. Bagi Siswa
a. Menciptakan suasana pembelajaran yang lebih menyenangkan dan dapat meningkatkan semangat siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
b. Meningkatkan hasil belajar kemampuan passing sepakbola dengan kaki bagian dan meningkatkan peran aktif siswa dalam mengikuti proses pembelajaran sepakbola.
2. Bagi Guru
a. Sebagai sumbangan bagi guru pendidikan jasmani dan olahraga dalam menerapkan strategi pembelajaran yang efektif untuk mencapai keberhasilan dalam pembelajaran passing sepakbola dengan kaki bagian dalam.
b. Memberikan gambaran bagi guru sebagai sumber informasi tentang strategi pembelajaran kooperatif dalam kaitannya dengan kemampuan passing sepak bola dengan kaki bagian dalam, sehingga dapat digunakan dalam pertimbangan untuk pembinaan dan pembelajaran selanjutnya
c. Untuk meningkatkan kinerja guru dalam menjalankan tugasnya secara profesional.
3. Bagi Peneliti
Meningkatkan kemampuan dalam menciptakan pembelajaran penjaskes yang inovatif, kreatif, dan menyenangkan melalui penerapan model pembelajaran kooperatif.
4. Bagi Sekolah
Adanya peningkatan kualitas pembelajaran dan pembelajaran yang berakibat terhadap peningkatan kualitas siswa dan guru sehingga pada akhirnya akan mampu meningkatkan kualitas secara keseluruhan. Selain itu Penelitian Tindakan Kelas ini dapat dijadikan acuan jika ada penelitian yang sejenis.
5. Bagi pembaca
a. Dapat dijadikan sebagai bahan rujukan atau referensi bagi pembaca untuk mengatasi masalah dalam pembelajaran,
b. Dapat memberikan kritik atau saran terhadap penelitian yang telah dilakukan oleh penulis.
KAJIAN PUSTAKA
Pengertian Penjasorkes
Penjasorkes merupakan bagian dari mata pelajaran yang diselenggarakan di Sekolah Dasar dan dalam penyajiaanya memerlukan keterampilan, prosedur, perlengkapan dan karakteristik tertentu sehingga wajar bila pelajaran Penjasorkes harus diajarkan oleh seorang guru yang khusus dalam kegiatan pembelajarannya. Penjasorkes banyak melibatkan peran aktif siswa karena didalamnya akan berhubungan dengan kondisi fisik siswa seperti kelompok otot besar, kecil, alat pernafasan, peredaran darah, daya pikir sehingga menghasilkan suatu gerak yang dapat mencapai kesegaran jasmani optimal bagi siswa, dengan melalui Penjasorkes diharapkan akan terjadi perubahan perilaku pada peserta didik.
Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003, bab I pasal I berbunyi “ Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negaraâ€.
Menurut Sukintaka (2004:12) pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan mempunyai tujuan mengembangkan tiga aspek yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Termasuk aspek psikomotorik yang ingin dicapai setelah pelajaran selesai adalah kekuatan otot, daya tahan otot, daya tahan kardiovaskuler, kelentukan, persepsi gerak, gerak dasar dan keterampilan.
Penjasorkes sebagai proses pendidikan via gerak insani (human movement) yang dapat berupa aktivitas jasmani, permainan atau olahraga untuk mencapai tujuan pendidikan. Sejalan dengan upaya tujuan pendidikan maka dalam penjasorkes dikembangkan potensi individu, kemampuan fisik, intelektual, emosional, sosial dan moral spiritual.
Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan (Penjasorkes) merupakan bagian integral dari pendidikan dan melaksanakan kegiatan untuk menjamin seluruh perkembangan kualitas fisik dan moral anak-anak disekolah dalam menyiapkan kehidupannya, bekerja dan mempertahankan negaranya. Secara khusus pendidikan jasmani dapat meningkatkan kesehatan, perkembangan keterampilan fisik, potensi organ-organ tubuh, keterampilan fungsional dan menanamkan kualitas moral seperti patriotism, kerjasama, keberanian, ketekunan dan keyakinan diri.
Proses pembelajaran penjasorkes tidak terlepas dari peran aktif seorang guru. Tujuan guru penjas dalam proses belajar adalah pemahaman tentang konsep kebugaran jasmani dan aktivitas jasmani untuk mencapai keadaan sehat. Di sekolah-sekolah sudah mulai memperhatikan tujuan tersebut seperti melalui pengalaman praktik pembinaan kebugaran jasmani.
Model Pembelajaran Kooperatif
Erman Suherman dkk. (2001: 218) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif mencakup suatu kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan suatu tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama. Menurut Anita Lie (2004:12), sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas terstruktur disebut sebagai sistem “pembelajaran gotong-royong†atau pembelajaran kooperatif.
Kerangka Berfikir
Pembelajaran passing sepak bola dengan kaki bagian dalam, masih mengalami beberapa permasalahan. Permasalahan tersebut antara lain adalah: Permasalahan tersebut antara lain (1) kurangnya penguasaan keterampilan passing sepakbola dengan kaki bagian dalam, (2) sebagian besar siswa masih terlihat belum terlibat aktif dalam pembelajaran, (3) kurangnya motivasi siswa dalam pembelajaran, (4) pembelajaran masih kurang menarik.
Berdasarkan permasalahan tersebut peneliti merencanakan perbaikan permasalahan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif pada pembelajaran passing sepakbola bagian dalam. Untuk mengatasi masalah diterapkan model pembelajaran kooperatif dengan pertimbangan bahwa model pembelajaaran kooperatif adalah model pembelajaran yang memungkinkan siswa belajar dalam kelompok kecil atau tim untuk saling membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi dalam menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan suatu tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama dalam pembelajaran. Dengan demikian diharapkan penerapan model pembelajaran kooperatif dapat mengatasi permasalahan di kelas VI SD Negeri Mukiran 03.
Bertitik tolak dari pandangan di atas, maka dapat diduga bahwa model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan keterampilan passing sepakbola dengan kaki bagian dalam siswa kelas VI SD Negeri Mukiran 03 tahun pelajaran 2017/2018.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Arikunto (2010: 58) mengatakan bahwa penelitian tindakan kelas (Clasroom Action Research) yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelas atau di sekolah tempat dia mengajar dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelasnya. Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti melaksanakan melalui dua siklus yaitu siklus I dan siklus II. Setiap siklus terdiri atas empat tahap, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.
Setting Penelitian
Waktu Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan pada tanggal hari Rabu, 9 Agustus sampai hari Rabu, 23 Agustus 2017. Alasannya pada semester ganjil ini menyesuaikan dengan materi yang ada dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Penjasorkes kelas VI.
Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SD Negeri Mukiran 03 Desa Mukiran Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang.
Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Mukiran 03, UPTD Pendidikan Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2017/2018 yang berjumlah 17 siswa terdiri dari 11 putra dan 7 putri.
Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan model siklus yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart (1998). Proses penelitian merupakan proses daur ulang atau siklus yang dimulai aspek, mengembangakan perencanaan, melakukan observasi terhadap tindakan dan melakukan refleksi terhadap perencanaan kegiatan tindakan dan kesuksesan hasil yan diperoleh.
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan desain penelitian tindakan Kelas yang dirancang melalui 2 siklus yang mana masing-masing siklus melalui tahapan (1) planning, (2) action, (3) observation, (4) reflection.
Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tes dan observasi.
1. Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 1989: 32). Hasil tes I dianalisis, dari analisis tersebut dapat diketahui kelemahan siswa yang selanjutanya digunakan sebagai dasar untuk menghadapi siklus II. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes passing bawah voli.
2. Observasi (Pengamatan)
Teknik pengamatan atau observasi adalah teknik penilaian dengan cara mengadakan pengamatan terhadap suatu hal secara langsung, teliti dan sistematis (Nurgiyantoro, 2001: 57). Observasi dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung, bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Observasi pada penelitian ini yaitu pada observasi siswa yang digunakan untuk mengamati aktivitas siswa pada saat pembelajaran berlangsung.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian yaitu pada (1) deskripsi persiklus (2) pembahasan. Penelitian ini dilakukan sebanyak 2 siklus dengan lama 1 siklus sama dengan 1 kali pertemuan dengan waktu 2 jam pelajaran yang telah dilakukan pada siswa kelas VI SD Negeri Mukiran 03. Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut.
Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Deskripsi Kondisi Awal Siswa
Kondisi awal siswa kelas VI SD Negeri Mukiran 03 semester I tahun pelajaran 2017/2018 adalah siswa kurang termotivasi dalam mengikuti pembelajaran passing sepakbola dengan kaki bagian dalam. Keterampilan passing sepakbola dengan kaki bagian dalam sangat rendah. Penyebab rendahnya hasil belajar siswa adalah siswa kurang menguasai materi yang telah disampaikan guru. Hal ini karena guru dalam pembelajaran masih masih belum menarik.
Dari data dapat dikemukakan bahwa siswa yang mendapat nilai pengetahuan maupun keterampilan ≥ 70 hanya 3 siswa atau 17,65% dari jumlah siswa seluruhnya 17. Sedangkan nilai yang kurang dari 70 sebanyak 14 siswa atau 82,35% dari 17 siswa.
Deskripsi Siklus 1
Kegiatan yang peneliti lakukan pada tahap perencanaan di siklus 1 adalah sebagai berikut: pertama adalah kegiatan pra pembelajaran, pada kegiatan ini guru melakukan menyiapkan rencana proses pembelajaran yang akan diselenggarakan kemudian guru menyiapkan alat-alat yang akan digunakan dalam pembelajaran dalam hal ini adalah alat yang digunakan untuk passing sepakbola. Selanjutnya, yang kedua pada tahap perencanaan yaitu kegiatan pendahuluan pembelajaran, pada kegiatan ini diawali dengan siswa dibariskan yang dipimpin oleh jadwal siswa yang bertugas kemudian guru dan siswa berdoa yang kemudian dilanjutkan dengan, mengecek kehadiran siswa, melakukan gerakan pemanasan yang berorientasi pada kegiatan inti, mendemonstrasikan materi inti yang akan dilakukan/dipelajari.
Siswa yang mendapat nilai pengetahuan ≥ 70 hanya 10 siswa atau 58,82% dari jumlah siswa seluruhnya 18. Sedangkan siswa yang mendapat nilai keterampilan ≥ 70 hanya 9 siswa atau 52,94% dari jumlah siswa seluruhnya 18. Berdasarkan Hasil Tes Passing Kaki Bagian Dalam siklus 1 yang ditunjukkan pada tabel di atas tersebut menunjukkan persentase ketuntasan <70% dengan kategori belum berhasil.
Ketidakberhasilan pada siklus 1 disebabkan pembelajaran yang telah dilaksanakan belum dilaksanakan dengan optimal. Hal ini dapat dilihat pada hasil pengamatan aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran yang telah diuraikan di bagian deskripsi hasil pengamatan. Proses pembelajaran yang belum berjalan dengan baik kemungkinan berakibat pada rendahnya keterampilan siswa dalam melakukan passing sepak bola dengan kaki bagian dalam.
Kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan pada siklus 1 menunjukkan bahwa pembelajaran Penjaskes pada siswa setelah diberi tindakan yang berupa penerapan penggunaan model pembelajaran kooperatif belum dikatakan berhasil. Belum berhasilnya pembelajaran tersebut dikarenakan masih banyak hal yang perlu diperbaiki baik dari segi aktivitas guru maupun hasil belajar siswa.
Hasil dari observasi/pengamatan dikumpulkan dan dianalisis. Dari hasil observasi, guru mengadakan refleksi untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan, hambatan, dan kendala yang terjadi pada proses pembelajaran.
Kelemahan pada siklus I adalah 1) dalam mendemonstrasikan passing kaki bagian dalam, guru kurang menguasai peserta didik, 2) beberapa siswa yang kurang aktif dalam kegiatan berpasangan maupun kelompok, 3) ketuntasan siswa belum sesuai harapan, siswa yang mendapat nilai pengetahuan ≥ 70 hanya 10 siswa atau 58,82% dari jumlah siswa seluruhnya 18. Sedangkan siswa yang mendapat nilai keterampilan ≥ 70 hanya 9 siswa atau 52,94% dari jumlah siswa seluruhnya 18.
Kelebihan pada siklus I adalah adanya peningkatan motivasi belajar siswa sehingga siswa meningkatkan hasil belajar siswa, yaitu dari rata-rata kelas 56,25 menjadi 68,76 untuk nilai pengetahuan dan 56,29 menjadi 69,47 untuk nilai keterampilan. Hal ini berarti ada peningkatan sebesar 12,41 untuk nilai pengetahuan dan 13,18 untuk nilai keterampilan. Peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran passing kaki bagian dalam karena penerapan model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran ini perlu ditingkatkan karena indikator kinerja yang belum tercapai yaitu rata-rata kelas 70 belum tercapai dan tingkat pencapaian KKM belum mencapai 70% dari jumlah peserta didik.
Dengan dasar tes formatif yang belum mencapai ketuntasan 70%, peneliti mengadakan perbaikan pembelajaran tahap berikutnya. Yang menjadi fokus perbaikan adalah: 1) menggunakan model pembelajaran kooperatif dengan persiapan yang lebih matang, 2) meningkatkan pengkondisian siswa dalam melakukan passing saat berpasangan, berkelompok, maupun bermain sepak bola.
Deskripsi Siklus II
Kegiatan yang peneliti lakukan pada tahap perencanaan di siklus 2 adalah sebagai berikut: pertama adalah kegiatan pra pembelajaran, pada kegiatan ini guru melakukan menyiapkan rencana proses pembelajaran yang akan diselenggarakan kemudian guru menyiapkan alat-alat yang akan digunakan dalam pembelajaran dalam hal ini adalah alat yang digunakan untuk passing sepakbola. Selanjutnya, yang kedua pada tahap perencanaan yaitu kegiatan pendahuluan pembelajaran, pada kegiatan ini diawali dengan siswa dibariskan yang dipimpin oleh jadwal siswa yang bertugas kemudian guru dan siswa berdoa yang kemudian dilanjutkan dengan, mengecek kehadiran siswa, melakukan gerakan pemanasan yang berorientasi pada kegiatan inti, mendemonstrasikan materi inti yang akan dilakukan/dipelajari.
Observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat. Kegiatan observasi ini dilakukan secara bersamaan dengan pelaksanaan tindakan dan dilakukan sejak awal hingga akhir penelitian guna mengumpulkan data yang diperlukan sehingga kekurangan atau kesalahan yang dilakukan sebelumnya dapat diperbaiki, sedangkan kelebihan dapat dipertahankan di siklus berikutnya. Kegiatan observasi yang dilakukan pada siklus 2 yaitu (1) observasi aktivitas guru (2) observasi aktivitas siswa (3) tes keterampilan passing kaki bagian dalam.
Siswa yang mendapat nilai pengetahuan dan keterampilan ≥ 70 hanya 16 siswa atau 94,11% dari jumlah siswa seluruhnya 17. Sedangkan siswa yang mendapat nilai ,70 sebanyak 1 siswa atau 5,88% dari 17 siswa.
Hasil Tes passing kaki bagian dalam siklus 2 yang ditunjukkan pada tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah nilai pengetahuan yang diperoleh adalah 1.370 dengan rata-rata nilai sebesar 80,58 dan jumlah nilai keterampilan 1.359 dengan rata-rata 79,94. Dari 17 siswa yang mengikuti tes, ada 16 siswa yang nilainya sudah tergolong tuntas, dan 1 orang siswa yang belum tuntas baik nilai pengetahuan maupun nilai keterampilan, persentase ketuntasan nilai pengetahuan sebesar 80,58% dan 79,94% nilai keterampilan dengan kategori berhasil.
Refleksi Siklus 2
Setelah melakukan perbaikan siklus II, peneliti melakukan refleksi untuk mengetahui kelebihan, kekurangan, kendala dan hambatan yang terjadi pada proses pembelajaran siklus II.
Mengunakan model pembelajaran kooperatif dapat pada materi passing sepak bola menggunakan kaki bagian dalam menunjukkan pembelajaran telah mencapai tujuan dan ketuntasan mencapai 94,11%.
Peningkatan nilai pengetahuan dan keterampilan passing sepakbola dengan kaki bagian dalam pra tindakan, siklus I, dan siklus II siswa kelas VI di Sekolah Dasar Negeri Mukiran 03, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2017/208. Dari tabel dapat dilihat peningkatan nilai rata-rata nilai pengetahuan siswa yaitu 56,29, 69,47 dan 80,58 serta perbandingan persentase pencapaian KKM siswa dari sebelum siklus 17,65% menjadi 58,82% dan siklus II naik 94,11%. Sedangkan peningkatan nilai keterampilan siswa dari 56,29, 69,47, dan 79,94 dan presentase pencapaian KKM dari sebelum siklus 17,65%, 52,94%, dan sikklus 2 naik 94,11%. Dapat ditentukan bahwa pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif dapat dijadikan sarana efekif untuk meningkatkan keterampilan passing sepakbola dengan kaki bagian dalam siswa kelas VI SD Negeri Mukiran 03 tahun pelajaran 2017/2018.
Hasil pengamatan yang dilakukan dari siklus I dan siklus 2 menunjukkan adanya peningkatan keterampilan passing sepakbola dengan kaki bagian dalam dengan model pembelajaran kooperatif. Berdasarkan kenyataan dan bukti di atas, data yang diperoleh selama penelitian berlangsung keterampilan siswa benar-benar meningkat. Dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan keterampilan passing sepakbola dengan kaki bagian dalam.
Penggunaan model pembelajaran kooperatif bermanfaat bagi peningkatan keterampilan passing sepakbola dengan kaki bagian dalam, sehingga hipotesis yang dikemukakan diterima, yakni model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan keterampilan passing sepakbola dengan kaki bagian dalam siswa kelas VI SD Negeri Mukiran 03 tahun pelajaran 2017/2018.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas yang telah dilaksanakan dalam 3 siklus, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Penerapan model pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran penjaskes dapat meningkatkan keterampilan siswa kelas VI SD Negeri Mukiran 03 dalam melakukan passing sepakboa dengan kaki bagian dalam.
2. Penerapan model pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran penjaskes dapat meningkatkan aktivitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran di kelas VI SD Negeri Mukiran 03.
Saran
Berdasarkan kesimpulan penelitian yang telah dilakukan, apabila guru lainnya ingin menerapkan model pembelajaran kooperatif ini, maka disarankan untuk memperhatikan hal-hal sebagai berikut.
1. Guru harus mengarahkan siswa agar berkonsentrasi pada kebenaran pelaksanaan gerakan serta ketepatan penggunaannya. Apabila siswa tidak meningkat penguasaan geraknya, situasinya perlu dianalisis untuk menemukan penyebabnya dan kemudian membuat perbaikan pelaksanaannya.
2. Guru harus memperhatikan dan mensiasati jumlah siswa yang ikut dalam pembelajaran, karena salah satu kendala pelaksanaan model pembelajaran kooperatif adalah banyaknya jumlah peserta yang ikut dalam pembelajaran.
3. Selama pelaksanaan model pembelajaran kooperatif perlu selalu mengoreksi agar perhatian tetap tertuju pada kebenaran gerak. Kemudian guru harus mampu menyusun tugas-tugas ajar secara baik, dapat membelajarkan siswa secara aktif sehingga pelaksanaan proses belajar mengajar berjalan secara kondusif.
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan.
Abdullah, Arma & Manadji. 1994. Dasar-Dasar Pendidikan Jasmani. Jakarta: Dirjen Pendidikan Tinggi Depdikbud.
Anita Lie. 2004. Cooperative Learning: Mempraktekkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: PT. Grasindo.
Aqib, Zainal. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: CV. Yarma Widya
Arief S. Sadiman. 2003. Media Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Arikunto, dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Arikunto, Suharsimi. 1989. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, Suharsimi. 1997. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi IV. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Bahagia, Yoyo, dkk. 2000. Atletik. Jakarta: Depdiknas.
BSNP. 2006. Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Satuan dasar dan Menengah. Jakarta: BSNP.
Danny Mielke. 2007. Dasar-dasar Sepakbola. Bandung: Pakar Raya.