Meningkatkan Ketrampilan Melalui Kegiatan Finger Painting Dengan Bubur Tepung
UPAYA meningkatkan keTRAMPILAN motorik halus
melalui kegiatan finger painting dengan bubur tepung bagi ANAK Kelompok B TK Teladan Ambarawa
TAHUN PELAJARAN 2015/2016
Haryati Yulita Caecilia
TK Teladan Ambarawa
ABSTRAK
Salah satu masalah pengembangan kemampuan fisik motorik halus di TK Teladan Ambarawa yaitu kurangnya kemampuan kegiatan finger painting anak dalam kegiatan seharÃ-hari. Dari 25 anak Kelompok B yang memiliki kemampuan kegiatan finger painting pada kategori baik baru 5 anak (20%). Berdasarkan hal tersebut, untuk mengatasi hambatan kegiatan kegiatan finger painting, anak-anak memerlukan bimbingan agar mereka dapat memperbaiki kesalahan. Dalam hal ini, peran guru sangat penting untuk memberikan motivasi kepada anak agar anak bisa menyelesaikan pekerjaannya sampai selesai dan tidak berhenti di tengah jalan dengan melatih mereka dengan berbagai macam bubur tepung.Penelitian ini menggunakan jenis PTK (penelitian tindakan kelas), dilaksanakan di TK Teladan Ambarawa pada bulan September 2015. Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah: anak kelompok B TK Teladan Ambarawa yang berjumlah 24 anak. Hasil penelitian berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan siklus I sampai siklus II yang telah dilaksanakan oleh peneliti, maka simpulan penelitian ini sebagai berikut: (1) Kegiatan finger painting dengan bubur tepung dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak di Kelompok B TK Teladan Ambarawa, (2) Kemampuan kegiatan finger painting anak di Kelompok B TK Teladan Ambarawa: (a) TPP pada PraSiklus nilai BSH (20,8%) dan BSB (0%) mencapai 20,8%. Adapun TPP pada Siklus I nilai BSH (41,7%) dan BSB (20,8%) mencapai 62,5%. Peningkatan sebesar 41,7%; (b) TPP pada Siklus II nilai BSH (62,5%) dan BSB (20,8%) mencapai 83,3%. Peningkatan sebesar 20,8%.
Kata kunci: keterampilan motorik halus, kegiatan finger painting, bubur tepung.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Taman Kanak-kanak (TK) Teladan merupakan salah satu Taman Kanak-kanak yang ada di Ambarawa. TK Teladan Ambarawa merupakan salah satu TK di Indonesia yang ikut berperan dalam melaksanakan program pemerintah tersebut. TK Teladan mempunyai visi dan misi serta tujuan yang sama dengan TK lain yaitu terwujudnya sistem dan iklim yang kondusif demokratis dan bermutu untuk membentuk manusia beriman, bertakwa, berakhlak mulia, kreatif, cerdas, sehat, disiplin, bertanggung jawab, terampil, serta menguasai ilmu pengetahun dan teknologi.
|
Dalam kehidupan sehari-hari pengembangan motorik halus sering bersamaan dengan pengembangan. Kreativitas bukan sekedar keberuntungan melainkan sebuah kerja keras yang disadari. Kegagalan bagi orang yang kreatif merupakan sebuah variabel pengganggu untuk keberhasilan. Meningkatkan kreativitas termasuk bagian integral dari kebanyakan program untuk anak berbakat. Jika ditinjau dari program atau sasaran belajar anak, kreativitas biasanya disebut sebagai prioritas, kreativitas memungkinkan penemuan-penemuan baru dalam bidang tertentu. Pengembangan kreativitas lewat kegiatan bermain haruslah diarahkan untuk merangsang kemampuan anak, negara dapat membuat kombinasi baru, sebagai kemampuan untuk memproduksi respon yang tidak biasa, serta merangsang agar anak berfikir.
Perkembangan motorik halus anak taman kanak-kanak ditekankan pada koordinasi gerakan motorik halus dalam hal ini berkaitan dengan kegiatan meletakkan atau memegang suatu objek dengan menggunakan jari tangan. Pada usia 4 tahun koordinasi gerakan motorik halus anak sangat berkembang bahkan hampir sempurna. Walaupun demikian anak usia ini masih mengalami kesulitan dalam menyusun balok-balok menjadi suatu bangunan. Hal ini disebabkan oleh keinginan anak untuk meletakkan balok secara sempurna sehingga kadang-kadang meruntuhkan bangunan itu sendiri. Pada usia 5 atau 6 tahun koordinasi gerakan motorik halus berkembang pesat. Pada masa ini anak telah mampu mengkoordinasikan gerakan visual motorik, seperti mengkoordinasikan gerakan mata dengan tangan, lengan, dan tubuh secara bersamaan,antara lain dapat dilihat pada waktu anak menulis atau kegiatan finger painting (Sumarno, 2013).
Salah satu bentuk permainan motorik halus yang dapat meningkatkan kreativitas anak yaitu melalui permainan finger painting. Permainan finger painting berasal dari kata finger yang artinya jari sedangkan painting artinya lukisan, jadi finger painting merupakan kegiatan melukis dengan menggunakan jari tangan untuk menciptakan seni kreativitas anak dalam hal melukis. Dimana anak diberi kebebasan untuk mengembangkan daya imajinasinya dengan melakukan permainan melukis dengan menggunakan jari tangan. Sehingga anak mampu mengeksplorasi seluruh kemampuannya dalam bentuk lukisan abstrak.
Salah satu jenis kegiatan yang diteliti adalah kegiatan kegiatan finger painting. Dalam kegiatan kegiatan finger painting, anak bermain sambil belajar dengan mengerahkan segala kemampuannya untuk berkreasi. Dalam kegiatan kegiatan finger painting tersebut anak tidak melibatkan anak lain, tetapi melakukan rekayasa sendiri untuk beraktivitas dan mengeksplorasi bubur tepung semaksimal mungkin, misalnya permainan kegiatan finger painting. Kegiatan finger painting adalah kegiatan yang menyenangkan bagi anak-anak. Lewat kegiatan finger painting, mereka bisa menuangkan beragam imajinasi yang ada di kepala mereka. Gambar-gambar yang mereka hasilkan menunjukkan tingkat kreativitas masing-masing anak.
Kegiatan kegiatan finger painting juga untuk pengembangan kemampuan fisik motorik halus. Kemampuan fisik motorik halus tersebut dalam bentuk yang sederhana, tetapi perkembangan kemampuan fisik motorik halus merupakan awal kemampuan anak untuk melakukan aktivitas yang memanfaatkan potensinya secara nyata. Oleh karena itu jika kemampuan fisik motorik halus ini dapat berkembang dengan baik maka anak di kemudian hari setelah dewasa akan memiliki kemampuan, ketrampilan, dan sikap yang baik. Kemampuan ini dapat berkembang dengan baik jika diberi lingkungan yang kondusif.
Kegiatan finger painting memberikan kesempatan bagi anak untuk banyak belajar, di antaranya yang sangat penting adalah meningkatkan kemampuan fisik motorik halus. Dengan kegiatan finger painting, dasar kemampuan fisik motorik halus dapat diletakkan sebelum anak mengembangkan kebiasaan untuk menghadapi lingkungan dengan cara yang tidak kreatif.
Salah satu sumbangan kegiatan kegiatan finger painting dengan bermain bagi anak-anak Taman Kanak-kanak yang terpenting adalah kegembiraan yang ditimbulkan oleh kegiatan kegiatan finger painting. Aktivitas kegiatan finger painting sudah menjadi bagian dari kehidupan anak TK sebagai aktualisasi diri anak dalam bidang seni. Melalui gambar yang dibuatnya, anak dapat terlihat apa yang sedang dirasakannya apakah itu perasaan gembira atau malah perasaan sedih.
Identifikasi Masalah
Gejala yang cukup menonjol di TK Teladan Ambarawa adalah masih kurangnya motivasi anak dalam kegiatan kegiatan finger painting tersebut. Hal ini membuktikan kemampun motorik halus anak masih kurang. Dari 24 anak kelompok B baru 6 anak (25%) yang memiliki hasil karya yang baik dalam berkreasi.
Berdasarkan hal tersebut, untuk mengatasi hambatan kegiatan kegiatan finger painting, anak-anak membutuhkan motivasi dari guru dan kesempatan berlatih. Masalah kurangnya kemampuan motorik halus dalam kegiatan finger painting anak pada kegiatan seharÃ-hari tersebut, dapat diatasi melalui pembelajaran dengan melalui kegiatan finger painting dengan bubur tepung yang bervariasi disertai motivasi atau dorongan dari guru terus menerus sampai kegiatan berakhir.
Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dalam penelitian ini yaitu kurangnya kemampuan motorik halus dan belum optimalnya kegiatan kegiatan finger painting dengan bubur tepung pada anak kelompok B.
Perumusan Masalah
Setelah dilakukan observasi di TK Teladan Ambarawa, maka perbaikan ini berfokus pada: bagaimanakah meningkatkan kemampuan fisik motorik halus melalui kegiatan kegiatan finger painting dengan bubur tepung bagi anak Kelompok B TK Teladan Ambarawa?
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini, secara umum adalah “meningkatkan kemampuan fisik motorik halus melalui kegiatan kegiatan finger painting dengan bubur tepung bagi anak Kelompok B TK Teladan Ambarawaâ€.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat:
1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat teoretis bagi pengembangan khasanan ilmu pendidikan anak usia dini dalam pengembangan motorik anak.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi anak TK, agar dapat meningkat kemampuan fisik motorik halus melalui kegiatan kegiatan finger painting dengan bubur tepung .
b. Bagi guru untuk menambah wawasan tentang stimulasi / motivasi yang tepat dalam merangsang dan meningkatkan kemampuan fisik motorik halus anak sesuai dengan tingkat kematangan usianya.
c. Bagi orang tua agar dapat mendukung anak untuk meningkatkan kemampuan fisik motorik halus dalam mengembangkan kreativitas.
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Landasan Teori
Kemampuan Fisik Motorik Halus
Keterampilan motorik halus (fine motor skills) adalah aktivitas-aktivitas yang memerlukan pemakaian otot-otot kecil pada tangan. Aktivitas ini termasuk memegang benda kecil seperti manik-manik, butiran kalung, memegang sendok, memegang pencil dengan benar, menggunting, melipat kertas, mengikat tali sepatu, mengancing, dan menarik ritsleting. Aktivitas tersebut terlihat mudah namun memerlukan latihan dan bimbingan agar anak dapat melakukannya secara baik dan benar (Hamdani, 2010).
Ketika bayi di motivasi untuk melakukan sesuatu, mereka dapat menciptakan kemampuan motorik yang baru, kemampuan baru tersebut merupakan hasil dari banyak faktor, yaitu perkembangan system syaraf, kemampuan fisik yang memungkinkannya untuk bergerak, keinginan anak yang memotivasinya untuk bergerak, dan lingkungan yang mendukung pemerolehan kemampuan motorik. Misalnya, anak akan mulai berjalan jika system syarafnya sudah matang, proposi kaki cukup kuat menopang tubuhnya dan anak sendiri ingin berjalan untuk mengambil mainannya.
Selain berkaitan erat dengan fisik dan intelektual anak, kemampuan motorik pun berhubungan dengan aspek psikologis anak. Damon & Hart (dalam Hamdani, 2010) menyatakan bahwa kemampuan fisik berkaitan erat dengan self-image anak. Anak yang memiliki kemampuan fisik yang lebih baik di bidang olah raga akan menyebabkan dia dihargai teman-temannya. Hal tersebut juga seiring dengan hasil penelitian yang dilakukan Ellerman (Hamdani, 2010) bahwa kemampuan motorik yang baik berhubungan erat dengan self-esteem.
Pengertian Finger Painting
Finger Painting berasal dari bahasa Ingris, Finger artinya jari sedangkan Painting artinya melukis. Jadi Finger Painting adalah melukis dengan jari. Menurut Gazali Solahudin ( 2008), Finger painting adalah teknik melukis dengan mengoleskan kanji pada kertas atau karton dengan jari atau telapak tangan.dalam aktifitas ini dapat digunakan berbagai media dan warna, dapat menggunakan tepung kanji, adonan kue, pasir dan sebagainya. Aktifitas ini penting dilakukan sebab akan memberikan sensasi pada jari sehingga dapat merasakan kontrol jarinya dan membentuk konsep gerak membuat huruf. Menurut Wtarsono ( 2009), Finger Painting adalah melukis dengan jari, melatih pengembangan imajinasi, memperhalus kemampuan motorik halus, dan mengasah bakat seni, khususnya seni rupa. Dalam aktifitas Finger Painting ini dapat digunakan berbagai media dan warna, dapat menggunakan tepung kanji, adonan kue, pasi dan sebagainya. Menurut LIM Imandala (2007 : 11) Aktifitas ini penting dilakukan sebab akan memberikan sensasi pada jari sehingga dapat merasakan kontrol gerakan jarinya dan membentuk konsep gerak membuat huruf. Untuk melatih koordinasi tangan dan matanya, selain kesempatan berlatih menggambar, anda juga dapat melatih si kecil melalui kegiatan-kegiatan sederhana seperti Finger Painting atau menulis dengan jari diatas karton. Jari jemari anak menggoreskan cairan warna-warni di atas selembar kertas. Goresan jari- jemari mungil itu akhirnya menghasilkan sebuah karya lukisan abstrakyang penuh warna. Bahan yang digunakan ini adalah tepung kanji yang dicampur dengan pewarna. Kegiatan ini merupakan salah satu metode yang bermanfaat untuk merangsang atau menstimulan motorik anak (Sri Sulis Setiawati, 2014).
Kerangka Berpikir Penelitian
Kondisi awal anak Kelompok B TK Teladan Ambarawa dalam pengembangan kemampuan motorik halus masih banyak hambatan, terutama dalam menggunakan jari-jari untuk kegiatan finger painting/ mencetak. Hal ini diketahui dari fenomena aktivitas dan kemampuan motorik halus anak dalam mencetak antara lain anak yang malas untuk menyelesaikan gambarnya sehingga hasil kegiatan finger painting anak masih kurang rapi dan tidak selesai. Hal ini membuktikan kemampun motorik halus anak masih kurang.
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan landasan teori di atas maka dapat diambil suatu hipotesis tindakan sebagai berikut: keterampilan motorik halus bagi anak Kelompok B TK Teladan Ambarawa dapat ditingkatkan melalui kegiatan kegiatan finger painting menggunakan bubur tepung.
METODOLOGI PENELITIAN
Setting Penelitian
1. Lokasi
Lokasi penelitian dilakukan di Kelompok B TK Teladan Ambarawa
2. Waktu
Waktu penelitian ini adalah.
Survey kondisi awal : Hari Senin, 7 September 2015
Siklus ke -1 Ã Hari Rabu, 9 September 2015
Siklus ke -2 à Hari Jum’at, 11 September 2015
Subjek Penelitian
1. Tema : Kebutuhanku
2. Kelompok dan Karakteristik Anak
Penelitian ini dilakukan pada anak kelompok B TK Teladan Ambarawa berjumlah 24 anak, dengan usia antara 5 – 6 tahun.
Sumber Data
Sumber data penelitian tindakan kelas ini yaitu:
Sumber data primer.
|
Data primer merupakan sumber data yang diperoleh langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara). Data primer dapat berupa opini subjek (orang) secara individual atau kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda (fisik), kejadian atau kegiatan, dan hasil pengujian. Metode yang digunakan untuk mendapatkan data primer yaitu : metode observasi. Sumber data primer yaitu anak berupa aktivitas dalam pembelajaran dan guru berupa kinerja dalam pembelajaran.
Sumber data sekunder
Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder berupa dokumentasi sekolah, foto, dan literatur yang berkaitan dengan kegiatan finger painting dan motorik halus.
Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Teknik Pengumpulan Data
Di dalam penelitian ini, pengumpulan data menggunakan observasi dilakukan sebanyak dua kali yaitu siklus I dan siklus II. Adapun data tentang proses belajar mengajar pada saat dilaksanakan tindakan kelas diambil dengan lembar observasi. Observasi dilakukan untuk mengamati hasil belajar anak dalam melakukan kegiatan finger painting. Adapun wawancara dilakukan untuk mengetahui persiapan guru dalam pembelajaran dan kemajuan anak dalam kegiatan finger painting berdasarkan pendapat guru.
Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian ini adalah lembar observasi. Adapun dalam penelitian ini digunakan observasi untuk mengumpulkan data tentang kemampuan anak. Lembar observasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang aktivitas guru dalam melakukan pembelajaran dan anak proses pelaksanaan tindakan kelas.
Validasi Data
Untuk menguji keabsahan atau kebenaran data hasil wawancara, observasi dan dokumentasi digunakan trianggulasi data, dengan memanfaatkan penggunaan metode dan sumber data. Untuk menguji kebenaran dengan trianggulasi data ada beberapa strategi, yaitu sebagai berikut :
1. Trianggulasi dengan sumber data berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi melalui waktu dan alat yang berbeda.
2. Pengecekan derajat kepercayaan hasil penelitian dengan beberapa teknik pengumpulan data dengan cara membandingkan hasil wawancara, observasi dan dokumentasi.
3. Membandingkan apa yang dikatakan orang dalam situasi penelitian dengan dikatakan di luar penelitian.
4. Pengecekan derajat kepercayaan dengan beberapa sumber data dengan metode yang sama (Moleong, 2011: 145).
Pelaksanaannya dengan melakukan cek silang antara hasil wawancara, observasi dan dokumentasi.
Analisis Data
Data yang dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Analisis deskriptif kualitatif adalah suatu analisis yang menggambarkan suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu peristiwa pada masa sekarang berdasarkan kualitasnya. Tujuan analisis deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematif, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antarfenomena yang diselidiki (Nazir, 2009:63).
Prosedur Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini direncanakan dua siklus masing-masing, siklus terdiri dari 4 tahap yaitu perencanaan, implementasi tindakan, pengamatan, dan refleksi.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Kondisi Awal
Setelah kegiatan finger painting gambar dengan bubur tepung anak Kelompok B TK Teladan Ambarawa, hasil evaluasi menunjukkan kemampuan motorik halus anak dalam kegiatan finger painting gambar dengan bubur tepung masih belum optimal. Ini terlihat dari Tingkat Pencapaian Perkembangan (TPP) kemampuan fisik motorik halus dengan kegiatan finger painting gambar dengan bubur tepung, dari 24 anak yang menunjukkan BB (Belum Berkembang) ada 8 anak (33,3%); MB (Mulai Berkembang) ada 11 anak (45,8%); BSH (Berkembang Sesuai Harapan) ada 5 anak (20,8%); dan BSB (Berkembang Sangat Baik) baru ada 0 anak (0%). Dengan demikian, TPP untuk kegiatan finger painting gambar dengan bubur tepung belum sesuai harapan, yaitu minimal anak yang mencapai nilai BSH dan BSB adalah 80% dari jumlah anak satu kelompok. TPP pada Kondisi Awal nilai BSH (20,8%) dan BSB (0%) mencapai 20,8%.
Berdasarkan temuan tersebut, tingkat kemampuan awal motorik halus dalam kegiatan finger painting gambar dengan bubur tepung yang mencapai BSH dan BSB ada 20,8% belum mencapai 80% secara klasikal, sehingga perlu ditingkatkan dan dilakukan tindakan kelas siklus I.
Deskripsi Tiap Siklus
Data hasil observasi kemampuan kegiatan finger painting oleh anak Kelompok B TK Teladan siklus I dan II adalah sebagai berikut.
Siklus I
a. Perencanaan
Pada tahap perencanaan pembelajaran siklus I guru menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran, menyediakan alat peraga, membuat soal evaluasi, menyiapkan instrumen pengamatan kemampuan guru.
b. Pelaksanaan
Kegiatan pembelajaran dimulai dengan apersepsi oleh guru dengan memberikan pertanyaan yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Pada kegiatan inti, guru: (1) menjelaskan tentang gambar dan alat-alat kegiatan finger painting, (2) menjelaskan cara finger painting, (3) membimbing anak melakukan kegiatan.
c. Observasi
Selama proses pembelajaran, observer mengamati aktivitas anak dan kemampuan guru dalam pembelajaran. Observasi dilakukan untuk mengetahui aktivitas anak dan kemampuan guru dalam pembelajaran dengan menggunakan lembar pengamatan. Adapun untuk mengetahui hasil belajar anak menggunakan tes perbuatan.
d. Refleksi
Hasil observasi tahapan implementasi dan evaluasi, hasilnya dapat dianalisis bahwa siklus berikutnya perlu dilaksanakan. Setelah kegiatan finger painting gambar dengan bubur tepung kanji anak Kelompok B TK Teladan Ambarawa, hasil evaluasi menunjukkan kemampuan motorik halus anak dalam kegiatan finger painting gambar dengan bubur tepung kanji sudah meningkat tetapi masih belum optimal. Ini terlihat dari Tingkat Pencapaian Perkembangan (TPP) kemampuan fisik motorik halus dengan kegiatan finger painting gambar dengan bubur tepung kanji, dari 24 anak yang menunjukkan BB (Belum Berkembang) ada 1 anak (4,2%); MB (Mulai Berkembang) ada 8 anak (33,3%); BSH (Berkembang Sesuai Harapan) ada 10 anak (41,7%); dan BSB (Berkembang Sangat Baik) baru ada 5 anak (20,8%). Dengan demikian, TPP untuk kegiatan finger painting gambar dengan bubur tepung kanji belum sesuai harapan, yaitu minimal anak yang mencapai nilai BSH dan BSB adalah 80% dari jumlah anak satu kelompok. TPP pada Siklus I nilai BSH (41,7%) dan BSB (20,8%) mencapai 62,5%.
Berdasarkan temuan tersebut, tingkat kemampuan motorik halus dalam kegiatan finger painting gambar dengan bubur tepung kanji yang mencapai BSH dan BSB ada 62,5% belum mencapai 80% secara klasikal, sehingga perlu ditingkatkan dan dilakukan tindakan kelas siklus II.
Siklus II
a. Perencanaan
Pada tahap perencanaan pembelajaran siklus I guru menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran, menyediakan alat peraga, membuat soal evaluasi, menyiapkan instrumen pengamatan kemampuan guru.
b. Pelaksanaan
Kegiatan pembelajaran dimulai dengan apersepsi oleh guru dengan memberikan pertanyaan yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Pada kegiatan inti, guru: (1) menjelaskan tentang finger painting dengan gambar sederhana, (2) menjelaskan cara kegiatan finger painting, (3) membimbing anak melakukan kegiatan.
c. Observasi
Selama proses pembelajaran, observer mengamati aktivitas anak dan kemampuan guru dalam pembelajaran. Observasi dilakukan untuk mengetahui aktivitas anak dalam pembelajaran dengan menggunakan lembar pengamatan. Adapun untuk mengetahui hasil belajar anak menggunakan tes perbuatan.
d. Refleksi
Hasil observasi tahapan implementasi dan evaluasi, hasilnya dapat dianalisis bahwa siklus berikutnya perlu dilaksanakan. Setelah kegiatan finger painting gambar dengan bubur tepung terigu anak Kelompok B TK Teladan Ambarawa, hasil evaluasi menunjukkan kemampuan motorik halus anak dalam kegiatan finger painting gambar dengan bubur tepung terigu sudah meningkat dan telah optimal. Ini terlihat dari Tingkat Pencapaian Perkembangan (TPP) kemampuan fisik motorik halus dengan kegiatan finger painting gambar dengan bubur tepung terigu, dari 24 anak yang menunjukkan BB (Belum Berkembang) ada 0 anak (0%); MB (Mulai Berkembang) ada 4 anak (16,7%); BSH (Berkembang Sesuai Harapan) ada 15 anak (62,5%); dan BSB (Berkembang Sangat Baik) baru ada 5 anak (20,8%). Dengan demikian, TPP untuk kegiatan finger painting gambar dengan bubur tepung terigu sudah sesuai harapan, yaitu minimal anak yang mencapai nilai BSH dan BSB adalah 80% dari jumlah anak satu kelompok. TPP pada Siklus II nilai BSH (62,5%) dan BSB (20,8%) mencapai 83,3%.
Berdasarkan temuan tersebut, tingkat kemampuan motorik halus dalam kegiatan finger painting gambar dengan bubur tepung terigu yang mencapai BSH dan BSB ada 83,3% sudah mencapai 80% secara klasikal, sehingga tindakan kelas siklus II dinyatakan telah berhasil.
Pembahasan Tiap Siklus dan Antar Siklus
1. Siklus I
Dari hasil perolehan data Kemampuan motorik halus dalam kegiatan finger painting pada anak Kelompok B TK Teladan setelah tindakan kelas telah terjadi peningkatan. Kemampuan motorik halus dalam kegiatan finger painting hasil TPP pada PraSiklus nilai BSH (20,8%) dan BSB (0%) mencapai 20,8%. Adapun TPP pada Siklus I nilai BSH (41,7%) dan BSB (20,8%) mencapai 62,5%. Peningkatan sebesar 41,7%.
2. Siklus II
Kemampuan kegiatan finger painting anak Kelompok B TK Teladan Ambarawa terjadi peningkatan. Pada akhir tindakan kelas Kemampuan fisik motorik halus melalui kegiatan finger painting dengan bubur tepung. Kemampuan motorik halus dalam kegiatan finger painting hasil TPP pada Siklus I nilai BSH (41,7%) dan BSB (20,8%) mencapai 62,5%. Adapun TPP pada Siklus II nilai BSH (62,5%) dan BSB (20,8%) mencapai 83,3%. Peningkatan sebesar 20,8%.
3. Peningkatan Kemampuan
Perbaikan Kemampuan fisik motorik halus melalui kegiatan finger painting dengan bubur tepung pada anak Kelompok B TK Teladan Ambarawa, telah berhasil baik dalam dua siklus. Hal ini terbukti setelah pada akhir siklus II sudah 83,3% > 80% anak yang memiliki kemampuan fisik motorik halus.
Hasil Penelitian
Berdasarkan refleksi dan data penemuan, dikatakan bahwa dengan melalui kegiatan finger painting dengan bubur tepung, dapat meningkatkan kemampuan fisik motorik halus anak TK Teladan. Peningkatan kemampuan fisik motorik halus anak terhadap dapat dilihat pada perubahan kemampuan kegiatan finger painting anak pada setiap pertemuan.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan seluruh kegiatan penelitian tindakan kelas dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Kegiatan finger painting dengan bubur tepung dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak di Kelompok B TK Teladan Ambarawa.
2. Kemampuan kegiatan finger painting anak di Kelompok B TK Teladan Ambarawa: (a) TPP pada PraSiklus nilai BSH (20,8%) dan BSB (0%) mencapai 20,8%. Adapun TPP pada Siklus I nilai BSH (41,7%) dan BSB (20,8%) mencapai 62,5%. Peningkatan sebesar 41,7%; (b) TPP pada Siklus II nilai BSH (62,5%) dan BSB (20,8%) mencapai 83,3%. Peningkatan sebesar 20,8%.
Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh kesimpulan bahwa proses belajar mengajar motorik halus dalam kegiatan finger painting perlu adanya pelatihan berkesinambungan hingga anak menguasai secara baik media untuk finger painting. Implikasi dalam pembelajaran adalah guru bisa menggunakan bubur tepung dari berbagai bahan, seperti tepung beras, tepung gandum, tepung tapioca, tepung maisena, bahkan pasir.
Saran-saran
Berdasarkan pengalaman selama melaksanakan penelitian di Kelompok B TK Teladan Ambarawa, dapat dajukan saran-saran sebagai berikut :
1. Guru perlu memperhatikan anak-anak yang lemah dalam kemampuan kegiatan finger painting, karena mereka perlu mendapatkan banyak perhatian agar bisa berkembang kemampuan fisik motorik halusnya seperti teman-temannya.
2. Guru perlu bervairasi dalam menggunakan media kegiatan finger painting dengan menggunakan bubur tepung dari berbagai bahan, seperti tepung beras, tepung gandum, tepung tapioca, tepung maisena, bahkan pasir.
3. Dalam pelaksanaan kegiatan kegiatan finger painting melalui kegiatan finger painting dengan bubur tepung bisa melibatkan orangtua untuk menyediakan bahannya.
DAFTAR PUSTAKA
Bunda. 2010. Finger Painting Asyiknya Melukis Dengan Jari.
Hamdani, Agus. 2010. Melatih Motorik Halus dengan Menggambar. https://arinet66.wordpress.com/2010/03/09/artikel-melatih-motorik-halus-dengan-menggambar/
http://www.rumahbunda.com/games-creativities/finger-painting-asyiknya-melukis-dengan-jari/
Hurlock, Elizabeth, B. 2006. Perkembangan Anak. Jakarta : Erlangga..
Keke Nai. 2012. Finger Painting Recipe. http://emak2blogger.web.id/2012/02/09/
Melinda, None. 2013. Pengaruh Melukis Teknik Finger Painting Terhadap Keterampilan Motorik Halus Pada Anak Taman Kanak-Kanak: Penelitian Kuasi Eksperimen di TK Kristen BPK Penabur Guntur Kota Bandung. Universitas Pendidikan Indonesia.
Natawijaya, Rochman.2005. Aktivitas Belajar. Jakarta: Depdiknas
Purwanto. 2009. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ridan. 2013. Upaya Meningkatkan Kreatifitas Motorik Halus melalui Kegiatan Finger Painting di TK Negeri Pembina Air Jiman, Asahan, Sumatera Utara. http://ridanst08.blogspot.com/2013/
Rifa’i, Achmad & Catharina Tri Anni. 2009. Psikologi Pendidikan. Semarang: UNNES.
Sardiman, Arief S. 2011. Media Pendidikan. Jakarta: Rajawali
Setiawan. Melatih Fisik motorik halus, 4 Juli 2010, http://edukasi.kompasiana.com/2010/07/04/ diakses tanggal 9 November 2013.
Sri Sulis Setiawati. 2014. Finger Painting. https://srisulissetiawati.wordpress.com/ 2014/03/25/finger-painting/
Sumarno, Alim 2013. Tindakan Pencegahan Gangguan Perkembangan Motorik Anak. http://elearning.unesa.ac.id/myblog/alim-sumarno/tindakan-pencegahan-gangguan-perkembangan-motorik-anak
Tabrani, Rusyan, et.al. 2008. Penerapan Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: CV Remaja Karya.