MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU KELAS I, II

DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK

MELALUI SUPERVISI KLINIS DI GUGUS PENTAS

KEC. SELOPAMPANG KAB. TEMANGGUNG

Sumaryo

Dinas Pendidikan Kabupaten Temanggung

ABSTRAK

Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) merupakan salah satu komponen penting yang sangat berpengaruh terhadap mutu pendidikan di Sekolah Dasar (SD). Berhasil tidaknya tujuan pendidikan banyak tergantung kepada bagaimana proses belajar mengajar dirancang dan dilaksanakan. KBM mengandung sejumlah komponen yang antara lain tujuan, bahan pelajaran, proses pembelajaran, metode, alat dan sumber bahan serta evaluasi. Untuk dapat melaksanakan proses pembelajaran tematik diperlukan pengetahuan, sikap, dan ketrampilan yang memadai. Guru harus memahami hakekat pembelajaran tematik, memiliki sikap terbuka menerima pembaharuan dan ketrampilan dalam merancang melaksanakan serta mengevaluasinya. Kemampuan dan kemauan tersebut merupakan kompetensi yang semestinya dimiliki guru SD kelas awal agar dapat melaksanakan proses pembelajaran tematik dengan baik dan benar. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran tematik melalui penerapan supervisi klinis.

Kata Kunci: Pembelajaran tematik, supervise klinis


PENDAHULUAN

Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) merupakan salah satu komponen penting yang sangat berpengaruh terhadap mutu pendidikan di Sekolah Dasar (SD). Berhasil tidaknya tujuan pendidikan banyak tergan-tung kepada bagaimana proses belajar mengajar dirancang dan dilaksanakan. KBM mengandung sejumlah komponen yang antara lain tujuan, bahan pelajaran, proses pembelajaran, metode, alat dan sumber bahan serta evaluasi (Pupuh Faithurroh-man, 2007: 13)

Untuk dapat melaksanakan proses pembelajaran tematik diperlukan pengeta-huan, sikap, dan ketrampilan yang memadai. Guru harus memahami hakekat pembelajaran tematik, memiliki sikap terbuka menerima pembaharuan dan ketrampilan dalam merancang melaksana-kan serta mengevaluasinya. Kemampuan dan kemauan tersebut merupakan kompetensi yang semestinya dimiliki guru SD kelas awal agar dapat melaksanakan proses pembelajaran tematik dengan baik dan benar.

Namun berdasarkan hasil peng-amatan penulis, sebagian guru SD kelas awal kompetensi pembelajaran tematiknya masih rendah. Hal ini terlihat dari rata – rata nilai hasil monitoring pelaksanaan proses pembelajaran tematik pada guru kelas I dan guru kelas II di SDN Plumbon yang hanya 2, 96 dan 3,03. nilai tersebut masih dibawah ketentuan standar minimal kompetensi pembelajaran 3,5. Kurangnya pemahaman tentang hakekat pembelajaran tematik menyebabkan guru kelas I dan II apatis dalam menyikapinya. Kemampuan dalam merancang dengan membuat pemetaan tema, jaringan tema, silabus dan RPP masih perlu ditingkatkan. Ketrampilan dalam proses pembelajaran dan penilaian-nya belum sepenuhnya menggunakan pendekatan tematik.

Berdasarkan permasalahan terse-but maka peneliti memanadang penting untuk melakukan meningkatkan kompe-tensi guru dalam pembelajaran tematik dengan memberikan supervisi klinis. Supervisi klinis dapat untuk mengetahui kekurangan dan permasalahan guru dalam proses pembelajaran untuk dibenahi dan ditingkatkan kompetensinya.

Hasil monitoring kelas I dan II yang menggunakan pembelajaran model tematik masih kurang bagus. Hal ini dikarenakan Kurangnya sosialisasi, pembimbingan dan pembinaan dari pihak – pihak yang terkait. Kepala Sekolah selaku penanggung jawab penyelenggaraan pendidikan disekolahnya juga kurang menguasai akan hal tersebut. Sementara pemerintah dalam hal ini Dinas Pendidikan kurang memberikan sosialisasi secara merata dan menyeluruh. Hal ini juga diperburuk oleh kemampuan sumber daya manusia Guru SD yang heterogen, daya apresiasi dan adaptasinya tehadap perubahan, pembaharuan juga relatif rendah.

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan masalahnya ”Apakah melalui penerapan supervisi klinis dapat meningkatkan kompe-tensi guru dalam pembelajaran tematik pada kelas I dan II di Gugus Pentas Kecamatan Selopampang Kabupaten Temanggung ?

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran tematik melalui penerapan supervisi klinis.

KAJIAN PUSTAKA

Kompetensi guru dalam Pembelajaran Tematik

Menurut Rienhart (1980) dalam Ali Nugroho (2006, 4.3), kompetensi merupa-kan indikator – indikator suatu kinerja yang berhasil dalam aktifitas kehidupan. Sese-orang akan dapat melakukan suatu peker-jaan dengan baik apabila memiliki kompe-tensi di bidang tersebut. Kompetensi sese-orang dapat dibentuk dan ditingkatkan melalui pendidikan dan pelatihan.

Pandangan tentang kompetensui diungkapkan juga oleh Spencer (1993) dalam Pupuh Fathurrohman (2007, 44) dimana kompetensi adalah ciri mendasar dari seseorang yang merupakan hubungan kausal dengan referensi kriteria yang efektif atau penampilan terbaik dalam pekerjaannya pada situasi tertentu. Hubungan kausal berarti suatu kompetensi dapat menyebabkan atau memprediksi perubahan tingkah laku dan kinerja seseorang.

Dari berbagai pandangan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa kompe-tensi merupakan pengetahuan, ketrampil-an, dan nilai – nilai dasar atau sikap yang diwujudkan dalam cara berpikir dan bertindak. Secara sederhana kompetensi adalah kecakapan atau kemampuan (Pupuh Fathurrohman (2007, 44)

Beberapa ciri khas dari pembela-jaran tematik antara lain: 1) Pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan de-ngan tingkat perkembangan dan kebu-tuhan anak usia sekolah dasar; 2) Kegiatan – kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik bertolak dari minat dan kebutuhan siswa; 3) Kegiatan belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi siswa sehingga hasil belajar dapat lebih bermakna dan berkesan bagi siswa sehingga hasil belajar dapat bertahan lebih lama; 4) Membantu mengembangkan ketrampilan berpikir siswa; 5) Menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui siswa dalam lingkungannya; dan 6) Mengembangkan ketrampilan sosial siswa, seperti kerjasama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.

Sebagai suatu model pembelajaran di sekolah dasar, pembelajaran tematik memiliki karakteristik –karakteristik sebagai berikut: (1) Berpusat pada siswa; (2) Memberikan pengalaman langsung; (3) Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas; (4)Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran; (5) Bersifat fleksibel; (6) Hasil pempelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa; dan (7) Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan.

Supervisi Klinis

Supervisi klinis adalah alat untuk memastikan bahwa penyelenggaraan pembelajaran yang dilakukan oleh guru telah efektif dengan perencanaan yang sistematis, pengamatan, dan feedback (Eko Supriyanto, 2006). Sementara itu menurut Surono (2005, 7) supervisi klinis adalah bentuk bimbingan profesional yang diberikan kepada guru kelas II erdasarkan kebutuhannya melalui siklus yang sistematis.

Supervisi klinis sebagai proses, didasarkan pada sejumlah asumsi pokok yaitu (1) bahwa mengajar sesungguhnya adalah seperangkat kegiatan yang komplek dan unik yang memerlukan analisis secara hati – hati. (2) guru kelas I daah figur yang bertanggung jawab pada pembelajaran dan ia adalah profesional yang kompeten yang diharapkan membantu melalui penawaran model – model pembelajaran dalam berbagai cara dan ragam pelaksanaan. (3) tujuan dari supervisi klinis adalah membantu guru untuk menyesuaikan pola mengajarnya.

Penyesuaian yang dimaksud adalah mengajar yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa, karakter mata – pelajarannya, tujuan yang ditargetkan serta kemampuan guru sendiri. Berdasarkan asumsi demikian maka kegiatan utama supervisi klinis adalah memberikan masukan membangun (feedback) untuk memastikan bahwa seluruh aspek pedagogik tercakup dalam pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan karakter siswa.

Mengingat supervisi klinis merupakan kegiatan umpan balik (feedback) maka didalamnya diperlukan kepercayaan penuh antar pihak yang mencerminkan kesefahaman, salinfg mendukung, komitmen bersama serta guru tidak merasa dikontrol. Hubungan profesional antara guru dan supervisor harus terbangun agar tidak saling mencurigai dan merasa diawasi atau dinilai. Aspek ini cukup penting karena setiap kegiatan supervisi klinis selalu akan terjadi intervensi ke dalam proses pembelajaran dalam kelas .

Pilosofi pelaksanaan supervisi klinis menurut Stoltenberg adalah bahwa supervisi harus merupakan kegiatan pembelajaran yang dirancang untuk memperbaiki proses belajar mengajar. Dengan demikian pelaksanaan supervisi diarahkan pada terjadinya proses belajar mengajar yang berguna untuk meningkatkan pembelajaran siswa. Dalam perkembangan lebih lanjut ditegaskan bahwa secara umum layanan penyeleng-garaan supervisi digunakan untuk mem-bantu guru mengarahkan kepada pening-katan mutu pembelajaran serta menfasili-tasi pengembangan profesional guru kelas I gar tercapai lebih maju.

Kerangka Berpikir

Berdasarkan hasil pengamatan penulis, banyak guru SD yang kemampuan dan kemauannya untuk menerapkan pola pembelajaran tematik di kelas awal (I,II dan III) masih rendah. Kompetensi untuk merancang, melaksanakan, dan meng-evaluasinya perlu ditingkatkan.

Untuk meningkatkannya dapat dilakukan dengan supervisi klinis saat guru sedang mengajar dalam kelas. Menurut Eko Supriyoko (2006) peran supervisi klinis adalah untuk membantu menuju pengem-bangan kemampuan guru melalui refleksi atas pengalaman atas praktik pembelajaran dan menerapkan prinsip serta konsep upaya perbaikan secara mandiri. Dengan menerapkan supervisi klinis penulis dapat mengetahui kelemahan guru dalam meng-ajar untuk selanjutnya diberikan pemeca-hannya agar guru dapat memperbaiki diri dan selanjutnya dapat melaksanakan proses pembelajaran tematik dengan baik dan benar.

Hipotesis

Berdasarkan kajian teori dan ke-rangka berpikir dapat dikatakan bahwa penerapan pendekatan supervis klinis dapat meningkatkan kompetensi dalam pembelajaran tematik.

METODE PENELITIAN TINDAKAN

Setting Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan sekolah berdasarkan permasa-lahan riil tentang kemampuan guru kelas I dan guru kelas II SDN Plumbon Kecamatan Selopampang Kabupaten Temanggung dalam melaksanakan proses pembelajaran tematik yang masih rendah dan perlu ditingkatkan.

Desain penelitian tindakan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

Pada pertemuan awal dengan guru kelas I diberikan penjelasan tentang hake-kat dan teknik penerapan pola pembela-jaran tematik. Pada siklus I dilakukan 2 kali simultan pertemuan dengan kegiatan melakukan perencanaan, pengamatan dan refleksi. Dari hasil refleksi tersebut dibuat perencanaan untuk siklus II yang dilaknjutkan dengan tindakan pengamatan dan refleksi. Hasil refleksi siklus II digunakan sebagai dasar untuk menarik kesimpulan, apakah kompetensi guru dalam pembelajaran tematik dapat ditingkatkan melalui supervisi klinis.

Subjek Penelitian

Dalam penelitian tindakan sekolah ini yang menjadi subyek adalah guru kelas 1 & 2 SDN Plumbon. Peneliti sengaja hanya menggunakan 2 orang guru sebagai subyek tindakan karena mengingat terbatasnya waktu penelitian yang efektifnya kurang dari 2 (dua) bulan.

Sementara itu guru kelas II memiliki masa kerja dan pengalaman mengajar di kelas awal masih relatif sedikit. Namun ia mempunyai kemauan yang sangat kuat untuk lebih mengembangkan kompetensi dirinya. Sebagai guru yang baru diangkat menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) pada tahun 2006, ia memiliki idealisme tinggi untuk berusaha mengadopsi dan mengadaptasi setiap ada inovasi pendidikan. Khusus dalam proses pembelajaran tematik, kompetensinya masih perlu ditingkatkan.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SDN Plumbon, Kecamatan Selopampang Kabu-paten Temanggung. Penelitian dilaksana-kan selama + 2 bulan, dari akhir bulan Agustus sampai dengan awal bulan Okto-ber. Untuk sebuah penelitian tindakan waktu tersebut memang relatif sangat terbatas.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Kondisi Awal

Dalam penelitian ini sebelum penulis melakukan Siklus I maupun Siklus II peneliti melakukan monitoring pada guru kelas I dan guru kelas II sebagai kegiatan awal atau Kondisi Awal. Dari hasil monitoring peneliti memperoleh hasil rata – rata sebagai berikut: (1) Pada Guru Kelas I bagaimana cara memulai pelajaran, memotivasi siswa, cara mendorong siswa, cara memperkenalkan materi dan cara mengaitkan materi baru dan diperoleh nilai rata – rata 2,89; pada aspek, memberi pelayanan individual, memberi penilaian proses, mengadakan variasi, memberi pengalaman mengelola kelas, menggunakan media dan menggunakan metode, diperoleh nilai rata – rata 2, 94; dalam hal mendorong siswa untuk menerapkan konsep, memberikan penilaian akhir, melibatkan siswa dalam membuat kesimpulan, menjelaskan kembali bahan pelajaran yang dianggap sulit serta menutup kegiatan pembelajaran diperoleh nilai rata –rata 2,93.

Pada guru Kelas II ; dalam kegiatan awal/pendahuluan, peneliti meng-amati kegiatan belajar mengajar guru yang diteliti tentang bagaimana guru yang di-amati memulai pelajaran, memotivasi sis-wa, cara mendorong siswa, cara memper-kenalkan materi dan cara mengaitkan materi baru dan diperoleh nilai rata – rata 2,89; dalam kegiatan ini, peneliti mengamati kegiatan belajar mengajar guru yang diteliti tentang bagaimana guru tersebut melibatkan siswa secara aktif, mengaitkan materi dengan berbagai aspek, memberi pelayanan individual, memberi penilaian proses, mengadakan variasi, memberi pengalaman nmengelola kelas, menggunakan media dan menggunakan metode, diperoleh nilai rata – rata 2,98; dan dalam kegiatan akhir peneliti mengamati guru yang diteliti tentang bagaimana guru tersebut mendorong siswa untuk menerapkan konsep, memberikan penilaian akhir, melibatkan siswa dalam membuat kesimpulan, menjelaskan kembali bahan pelajaran yang dianggap sulit serta menutup kegiatan pembelajaran diperoleh nilai rata –rata 2,95.

Observasi

Setelah diadakan supervisi klinis peneliti mengadakan observasi pada guru kelas I terlebih dahulu di ruang kelas I SD Plumbon Kecamatan Selopampang Kabupaten Temanggung dan guru kelas II di ruang kelas II SD Plumbon Kecamatan Selopampang Kabupaten Temanggung saat guru melaksanakan proses pembelajaran menggunakan lembar pengamatan dengan 10 komponen sebagai berikut: (1) ; (2) memulai proses pembelajaran dengan menyanyi, bercerita, dan atau pertanyaan yang menantang sesuai dengan tema; (3) Melibatkan siswa dalam menentukan tema(3) Memulai proses pembelajaran dengan hal – hal yang telah diketahui siswa; (4) memotivasi siswa dengan bahan ajar yang menarik dan berguna; (5) Mengaitkan materi baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa; (6) Mengaitkan materi ajar dengan berbagai aspek kehidupan; (7) Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran secara terpadu; (8) Memberikan pengalaman belajar secara langsung pada siswa; (9) Melaksanakan proses pembelajaran yang berpusat pada siswa; (10) Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa.

Dari hasil observasi pada Siklus I untuk guru kelas I yang peneliti lakukan siperoleh hasil rata – rata 3, 27. Perolehan nilai dari Guru kelas II pada komponen 4, 5, 7 dan 10 masih rendah, maka kompetensi guru pada komponen tersebut masih perlu ditingkatkan.

Berdasarkan tindakan pada Siklus I, untuk guru kelas I dapat mencapai peningkatan nilai dari kondisi awal 2, 9 menjadi 3, 4. hal ini berarti ada peningkatan nilai kompetensi dalam pembelajaran tematik dengan ukuran kuantitatif (nilai) = 0, 43. Peningkatan tersebut terutama pada komponen 3, 5 sedangkan untuk komponen 1, 4, 5, 7 dan 8 masih perlu ditingkatkan.

Sementara itu untuk guru kelas II dapat mencapai peningkatan nilai dari kondisi awal 3, 0 menjadi 3, 5 = 0, 5 atau 1, 17 %. Kompetensi yang meningkat adalah komponen 1, 2, 3, 8 dan 9 setingkat yang masih perlu ditingkatkan komponen 4, 5, 7, 8 dan 10.

Dari hasil pengamatan pada siklus ini bisa dibandingkan dengan kondisi awal baik bagi guru kelas I maupun guru kelas II.

Deskripsi Hasil Siklus II

Sebagai instrumen peneliti dalam melakukan supervisi klinis kepada ke dua subyek tersebut sama yaitu lembar supervisi klinis yang komponen komponen terdiri dari: (a) Kegiatan awal/penda-huluan; (b) Pelajaran dimulai dengan hal – hal yang telah diketahui siswa; (c) Memotivasi siswa dengan bahan ajar yang menarik dan berguna; (d) Mendorong siswa agar tertarik untuk mengetahui hal – hal yang baru; (e) Memperkenalkan materi/ketrampilan baru; (f) Mengaitkan materi baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa; (g) Kegiatan Inti: (a) Melibatkan siswa secara aktif dalam menafsirkan dan memahami materi baru; (b) Melibatkan siswa secara aktif dalam pemecahan masalah; (c) Mengaitkan materi baru dalam berbagai aspek kehidupan lingkungan; (d) Memberikan pelayanan individual; (e) Memberikan penilaian proses; (f) Mengadakan variasi; (g) Memberi penguatan; (h) Mengelola kelas; (i) Menggunakan media; (j) Menggunakan metode dengan tepat; (k) Kegiatan akhir Mendorong siswa untuk menerapkan konsep yang dipelajari dalam kehidupan sehari – hari yang meliputi: Memberikan penilaian akhir, Melibatkan siswa dalam membuat kesimpulan, Menjelaskan kembali bahan pelajaran yang dianggap sulit, Menutup kembali kegiatan pembelajaran dengan menyenangkan,

Observasi. Setelah diadakan supervisi klinis peneliti mengadakan observasi pada guru kelas I terlebih dahulu di ruang kelas I SD Plumbon Kecamatan Selopampang Kabupaten Temanggung dan guru kelas II di ruang kelas II SD Plumbon Kecamatan Selopampang Kabupaten Temanggung saat guru melaksanakan proses pembelajaran menggunakan lembar pengamatan dengan 10 komponen sebagai berikut: (1) Memulai proses pembelajaran dengan menyanyi, bercerita, dan atau pertanyaan yang menantang sesuai dengan tema; (2) Melibatkan siswa dalam menentukan tema; (3) Memulai proses pembelajaran dengan hal – hal yang telah diketahui siswa; (4) Memotivasi siswa dengan bahan ajar yang menarik dan berguna; (5) Mengaitkan materi baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa; (6) Mengaitkan materi ajar dengan berbagai aspek kehidupan; (7) Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran secara terpadu; (8) Memberikan pengalaman belajar secara langsung pada siswa; (9) Melaksanakan proses pembelajaran yang berpusat pada siswa.; dan (10) Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa.

Dari hasil observasi pada Siklus I untuk guru kelas I yang peneliti lakukan siperoleh hasil rata – rata 3, 27

Pembahasan Hasil Pengamatan

Dari kondisi awal, siklus I dan siklus I dapat diperoleh hasil refleksi sebagai berikut: Kondisi awal: Guru kelas I             2, 9; Guru kelas II 3,0. Siklus I: Guru kelas I      3, 3; dan Guru kelas II 3, 5 siklus II: Guru kelas I           3, 7; Guru kelas II     3, 9 Sehingga hasil dari penelitian ada peningkatan yaitu hasil rata – rata dari kondisi awal sampai dengan hasil pada siklus II ada peningkatan sebesar 1, 27 % untuk Guru kelas I dan 1, 30 % untuk Guru kelas II .

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan temuan dan hasil dalam penelitian ini dapat ditarik kesim-pulan bahwa: Kompetensi guru dalam pembelajaran tematik dapat ditingkatkan melalui supervisi klinis

Berdasarkan simpulan di atas dapat disarankan kepada:

Saran

1. Guru SD kelas awal selaku pelaksana proses pembelajaran hendaknya dapat mengadaptasi dan mengadopsi setiap ada inovasi pembelajaran khususnya pembelajaran tematik.

2. Kepala SD selaku manajer hendaknya mampu menciptakan suasana yang kondusif atas terselenggaranya proses pembelajaran tematik di sekolahnya

3. Pengawas TK/SD selaku supervisi akademis hendaknya lebih mengoptimalkan perannya untuk membimbing guru dalam KBM

DAFTAR PUSTAKA

Depdikbud. 1996. Petunjuk Peningkatan Mutu Pendidikan di Sekolah Dasar. Jakarta: Dirjen Pendasmen.

_________ 1999. Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar. Jakarta: Dirjen Pendasmen.

Depdiknas. 2003. Kegiatan Belajar Mengajar yang Efektif. Jakarta: Puskur.

_________ 2006. Paket Pelatihan KBM 4. Jakarta: Depdiknas.

Fathurrahman Pupuh. & Sutikno Sobry 2007. StrategiBelajar Mengajar. Bandung: PT Refika Aditama.

Supriyanto Eko. 2006. Prosedur Pelaksanaan Supervisi di Sekolah. Surakarta: UMS.

Sarono. 2006. Supervisi, Monitoring dan Evaluasi Pendidikan. Semarang: BPPP Jawa Tengah

Subroto, Hadi Tisno dkk. Pembelajaran Terpadu. Jakarta: UT