MENINGKATKAN KOMPETENSI MENYUSUN RPP TEMATIK

MELALUI SUPERVISI KELOMPOK PENDEKATAN KOLABORATIF

BAGI GURU KELAS RENDAH SDN 3 SEMBUNGHARJO

 

Ngasini

Kepala SDN 3 Sembungharjo Kecamatan Pulokulon

 

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah terjadinya peningkatan kompetensi guru dalam penyusunan RPP Tematik, yang akan berimplikasi pada terjadinya peningkatan kualitas pembelajaran tematik di kelas I , II , dan III di SDN 3 Sembungharjo. Metode penelitian ini adalah dengan penelitian tindakan sekolah (action research) yang dilaksanakan dalam dua siklus.Berdasarkan hasil penelitian tindakan di atas dapat disimpulkan bahwa Supervisi kelompok dengan pendekatan kolaboratif dapat meningkatkan kompetensi guru kelas rendah SDN 3 Sembungharjo dalam menyusun RPP Tematik. Selanjutnya peneliti merekomendasikan:(1)Supervisi kelompok dengan pendekatan kolaboratif dapat dilakukan oleh kepala sekolah terhadap guru kelas rendah dalam menyusun RPP Tematik. (2)Dalam pembelajaran guru perlu diarahkan untuk mempersiapkan perangkat pembelajaran dengan baik, sehingga pelaksanakan pembelajaran dapat efektif dan efisien.(3) Kesulitan-kesulitan guru dalam mempersiapkan perangkat pembelajaran perlu didukung oleh sekolah dalam hal pendanaan dan pembiayaannya, sehingga penyusunan RPP oleh guru kelas rendah dapat optimal.

Kata Kunci: supervisi kelompok kolaboratif, peningkatan kompetensi guru

 

PENDAHULUAN

Berdasarkan hasil supervisi akademik yang dilakukan kepala sekolah, terhadap guru kelas rendah di SDN 3 Sembungharjo pada semester II Tahun Pelajaran 2015/2016, terdapat kenyataan bahwa 3 orang guru kelas rendah di dalam pembelajaran, baik di dalam penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran maupun kegiatan belajar mengajar di kelas masih menggunakan pola lama yaitu menyusun RPP dan melaksanakan pembelajaran dengan mata pelajaran terpisah, belum menggunakan pembelajaran tematik. Alasan guru masih menggunakan mata pelajaran terpisah karena guru kelas rendah belum memahami bagaimana menyusun RPP Tematik dengan baik dan benar.

Atas dasar pemikiran tersebut maka diperlukan adanya bimbingan oleh kepala sekolah kepada guru kelas rendah, yaitu guru kelas I, II dan guru kelas III agar dapat menyusun RPP Tematik dengan baik dan benar yang pada gilirannya dapat melaksanakan pembelajaran tematik sesuai tuntutan Standar Proses.

 Upaya kepala sekolah, untuk meningkatkan kompetensi guru dalam menyusun RPP tematik, dengan harapan guru kelas rendah dapat menyusun RPP tematik, maka dilaksanakan supervisi kelompok pendekatan kolaburatif dengan tindak lanjut memberikan tindakan bimbingan penyusunan RPP tematik terhadap guru kelas rendah di SDN 3 Sembungharjo dalam bentuk penelitian tindakan sekolah, dengan judul Meningkatkan Kompetensi Menyusun RPP Tematik Melalui Supervisi Kelompok Pendekatan Kolaburatif Bagi Guru Kelas Rendah SDN 3 Sembungharjo Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan.

Dari latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah pada penelitian tindakan sekolah ini adalah Apakah supervisi kelompok pendekatan kolaboratif dapat meningkatkan kompetensi menyusun RPP tematik bagi guru kelas rendah SDN 3 Sembungharjo Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan ?

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat:

1.      Bagi Kepala Sekolah

Dengan adanya penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan bagi Kepala Sekolah untuk melakukan supervisi akademik, yang ditindaklanjuti dengan bimbingan dalam rangka meningkatkan kompetensi guru dalam membuat RPP Tematik.

2.      Bagi Guru

Melalui bimbingan ini, Guru dapat termotivasi untuk selalu meningkatkan kompetensinya dalam menyusun RPP Tematik, sehingga pelaksanaan pembelajaran dapat berlangsung sesuai dengan standar proses pembelajaran.

3.      Bagi Sekolah

Dengan adanya peningkatan kompetensi guru dalam menyusun RPP Tematik, diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, yang pada akhirnya dapat meningkatkan mutu pendidikan di sekolah

Kompetensi bagi seorang guru adalah seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggung jawab yang harus dimiliki seorang guru sebagai syarat untuk dianggap mampu dalam melaksanakan tugas di bidang pendidikan (PP No 19 Th.2005)

Kinerja guru ditunjukkan dalam aktifitas kerjanya. Aktifitas secara langsung dapat dikaitkan dengan tugas dan tanggung jawab yang dilaksanakan guru dalam melaksanakan tugasnya. Tugas dan kegiatan pokok guru adalah melaksanakan pengajaran. Tugas ini dapat dicapai dengan baik apabila seorang guru memahami maksud dan tujuan pengajaran yang akan dilaksanakan, dan trampil dalam mengelola pengajaran. Pengelolaan pengajaran yang menjadi tugas guru meliputi: (1) Menyusun rencana program pengajaran; (2) Menyajikan dan melaksanakan program pengajaran; (3) Melakukan evaluasi belajar; (4) Melakukan analisis hasil evaluasi belajar; dan (5) Menyusun program perbaikan (Sukari, 1999: 51).

Gagne da Berliner yang dikutip Ibrahim Bafadal (1992: 26) menjelaskan ada tiga fase pengajaran, yaitu (1) fase sebelum pengajaran, (2) fase saat pengajaran, dan (3) fase sesudah pengajaran. Tugas guru sebelum mengajar adalah merencanakan suatu sistem pengajaran yang baik. Tugas guru saat mengajar adalah menciptakan suatu kondisi pengajaran yang sesuai dengan yang direncanakan. Sedangakan tugas guru setelah mengajar adalah mengadakan evaluasi untuk menentukan keberhasilan pengajaran yang telah dilakukan dan mengadakan tindak lanjut. Ketiga tugas pokok ini saling berhubungan satu dengan yang lainnya sehingga efektifitas dan efisien pengajaran dapat tercapai

Sesuai dengan tahapan perkembangan anak, karakteristik cara anak belajar, konsep belajar dan pembelajaran bermakna, maka kegiatan pembelajaran bagi anak kelas awal di Sekolah Dasar sebaiknya dilakukan dengan Pembelajaran tematik. Pembelajaan tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan (Depdikbud,1990).tema diharapkan akan memberikan banyak keuntungan, di antaranya:

1.         Siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu,

2.         Siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar matapelajaran dalam tema yang sama;

3.         pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan;

4.         kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan matapelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa;

5.         Siswa mampu lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas;

6.         Siswa lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam satu mata pelajaran sekaligus mempelajari matapelajaran lain;

7.         guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara tematik dapat dipersiapkaan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga pertemuan, waktu selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan remedial, pemantapan, atau pengayaan.

Sebagai suatu model pembelajaran di Sekolah Dasar, pembelajaran tematik memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut:

a)      Berpusat pada siswa

Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student centered), hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar.

b)      Memberikan pengalaman langsung

Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa (direct experiences). Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkrit) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.

c)      Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas

Dalam pembelajaran tematik pemisahan antarmata pelajaran menjadi tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.

d)      Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran

Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, Siswa mampu memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

e)      Bersifat fleksibel

Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan di mana sekolah dan siswa berada.

f)       Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa

Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sesuai dengan minat dan kebutuhannya.

g)    Prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan

Pembelajaran dapat dilangsungkan dengan berbagai cara diantaranya bermain tebak-tebakan, bermain peran, diskusi, dan lain-lain. Semua konsep pembelajaran dirancang bertujuan agar anak senang dalam belajar.

Pembelajaran tematik memerlukan perencanaan dan pengorganisasian agar dapat berhasil dengan baik. Ada enam hal yang perlu diperhatikan dalam merancang pembelajaran tematik, yaitu pemetaan, membuat jaringan tema, penyusunan silabus, membuat rencana pembelajaran, dan mengimplementasikan satuan pelajaran. Rencana pembelajaran ini merupakan realisasi dari pengalaman belajar siswa yang telah ditetapkan dalam silabus pembelajaran. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan rancangan pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar yang akan direalisasikan di dalam kelas dan merupakan penjabaran lebih rinci dari silabus (penjabaran skenario pembelajaran, wujud media, wujud alat penilaian yang sudah siap digunakan)

Ada bermacam–macam konsep supervisi. Good Cartel dalam Sahertian (2000: 17) memberi pengertian bahwa supervisi adalah usaha dan petugas–petugas sekolah dalam memimpin guru-guru dan petugas-petugas lainnya dalam memperbaiki pengajaran, termasuk menstimulasi, menyelesaikan pertumbuhan jabatan dan perkembangan guru-guru serta merevisi tujuan-tujuan pendidikan.

  Yang dimaksud dengan supervisi pendekatan kolaboratif adalah pendekatan supervisi yang memadukan cara pendekatan direktif dan non–direktif menjadi pendekatan baru. Pada pendekatan ini baik supervisor maupun guru bersama-sama, bersepakat untuk menetapkan struktur, proses dan kriteria dalam melaksanakan proses percakapan terhadap masalah yang dihadapi guru. Pendekatan ini didasarkan pada psikologi kognitif. Psikologi kognitif beranggapan bahwa belajar adalah hasil paduan antara kegiatan individu dengan lingkungan pada gilirannya nanti berpengaruh dalam pembentukan aktivitas individu. Dengan demikian pendekatan dalam supervisi berhubungan pada dua arah. Dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas. Perilaku supervisor adalah sebagai berikut: menyajikan, menjelaskan, mendengarkan, memecahkan masalah, dan negosiasi. (Sahertian, 2000:44-52).

Permasalahan yang ada di SDN 3 Sembungharjo Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan adalah guru kelas rendah belum dapat menyusun RPP tematik dengan baik, bahkan di dalam pembelajaran di kelas masih menggunakan RPP hasil karya orang lain , sehingga dalam pembelajaran, guru mempersiapkan RPP yang tidak sesuai dengan kenyataan pelaksanaan pembelajaran di kelas. Hal ini disebabkan karena guru kelas rendah belum memperoleh bimbingan menyusun RPP tematik.

Berdasarkan kenyataan tersebut maka peneliti melaksanakan supervisi akademik dengan tindak lanjut memberikan tindakan bimbingan penyusunan RPP tematik dalam dua siklus terhadap guru kelas rendah di SDN 3 Sembungharjo sebagai upaya untuk meningkatkan kompetensi guru dalam menyusun RPP tematik, dengan harapan guru kelas rendah dapat menyusun RPP tematik.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan mulai dari perencanaan sampai dengan pelaporan kurang lebih tiga bulan. Sedangkan palaksanaan Siklus I dilaksanakan minggu ketiga bulan Februari dan Siklus II minggu IV bulan Februari 2015.

Penelitian dilaksanakan di SDN 3 Sembungharjo Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan.Alasan peneliti memilih SDN 3 Sembungharjo sebagai subjek penelitian ini karena peneliti sebagai Kepala Sekolah yang mempunyai tugas pokok dan fungsi supervisi di sekolah.

Prosedur pelaksanaan dalam penelitian tindakan sekolah (PTS) ini meliputi penetapan fokus permasalahan pra siklus, perencanaan tindakan, dan pelaksanaan tindakan yang diikuti dengan kegiatan observasi, interpretasi, dan analisis, serta refleksi. Upaya tersebut dilakukan secara berdaur dengan dua siklus. Langkah-langkah pokok yang ditempuh pada siklus pertama dan siklus-siklus berikutnya adalah sebagai berikut.

1.          Penetapan fokus permasalahan

2.          Perencanaan tindakan (planning)

3.          Pelaksanaan tindakan (acting)

4.          Pengumpulan data (pengamatan/observing)

5.          Refleksi, analisis, dan interpretasi (reflecting)

6.           Perencanaan tindak lanjut.

Proses penelitian tindakan Sekolah menggunakan 2 siklus terdiri atas empat tahap pokok,yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan , dan refleksi. Proses penelitian tersebut meliputi: penetapan fokus masalah, perencaanaan tindakan (planning), pelaksanaan, pengamatan (observing), refleksi (reflecting), dan rencana tindak lanjut.

Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer didapat dari hasil observasi dengan instrumen monitoring dan evaluasi yang dilakukan oleh peneliti.

Teknik dan alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah monitoring dan evaluasi. Pedoman yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar instrumen monitoring dan evaluasi terhadap Rencana Pelaksanaan Pembelajaran bagi guru.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Kondisi awal merupakan kondisi sebelum tindakan dilakukan. Sebelum melaksanakan tindakan siklus I, peneliti melakukan supervisi akademik, dari hasil supervisi tersebut semua guru kelas rendah belum menggunakan pembelajaran tematik. Guru masih menggunakan mata pelajaran terpisah, hal ini disebabkan guru kelas rendah belum mampu menyusun RPP sendiri. Pada setting awal Kepala Sekolah juga belum pernah melakukan bimbingan penyusunan RPP terhadap guru kelas rendah.

Dalam rangka melaksanakan fungsi supervisi, peneliti melaksanakan supervisi akademik dengan melaksanakan kunjungan kelas, dengan fokus mengadakan monitoring dan evaluasi dokumen rencana pembelajaran kepada guru kelas rendah. Dari data tersebut menunjukan bahwa guru kelas rendah di SDN 3 Sembungharjo pada semester II tahun pelajaran 2015/2016, perangkat rencana pembelajaran berupa silabus dan promes menggunakan hasil workshop KKG, sedangkan RPP menggunakan hasil karya orang lain, guru belum melaksanakan pembelajaran tematik di kelas.

Setelah dilaksanakan supervisi selanjutnya peneliti berupaya membantu guru menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang dihadapi guru dalam menyusun RPP Tematik. Dari hasil supervisi akademik setelah dilaksanakan tindakan pada Siklus I terdapat data kompetensi guru kelas rendah dalam menyusun RPP tematik sebagai berikut:

Tabel 1: hasil monitoring dan evaluasi terhadap RPP pada tindakan siklus I

No

Guru

Perolehan Skor

Sebelum tindakan

Siklus I

Peningkatan

1

Kelas I

13 / TB

18 / KB

5 skor

2

Kelas II

15 / KB

24 / B

9 skor

3

Kelas III

13 / TB

20 / KB

7 skor

 

Dari data perolehan skor monitoring dan evaluasi terhadap RPP tersebut dapat dijelaskan bahwa setelah diberikan bimbingan oleh peneliti terdapat peningkatan.

1.    Guru Kelas I terdapat kenaikan 5 skor , dari sebelum tindakan perolehan skor 13 dalam kategori Tidak Baik, pada indakan siklus I dapat meningkat menjadi skor 18 dalam kategori Kurang Baik. Hal ini menunjukkan bahwa setelah diberi tindakan pada siklus I kemampuan guru kelas I dalam menyusun RPP tematik terdapat peningkatan.

2.   Skor Guru Kelas II terdapat kenaikan 9 skor , dari sebelum tindakan perolehan skor 15 dalam kategori Kurang Baik, pada tindakan siklus I meningkat menjadi skor 24 dalam kategori Baik. Hal ini menunjukkan bahwa setelah diberi tindakan siklus I, kemampuan guru kelas II dalam menyusun RPP tematik terdapat peningkatan.

3.   Skor Guru Kelas III terdapat kenaikan 7 skor , dari sebelum tindakan perolehan skor 13 dalam kategori Tidak Baik, pada tindakan siklus I meningkat menjadi skor 20 dalam kategori Kurang Baik. Hal ini menunjukkan bahwa setelah diberi tindakan siklus I, kemampuan guru kelas III dalam menyusun RPP tematik terdapat peningkatan.

Hasil Tindakan Pada Siklus II

Tindakan Siklus II dilaksanakan karena pada siklus I kompetensi guru kelas rendah dalam menyusun RPP tematik masih dirasa perlu ditingkatkan, karena hasil penyusunan RPP belum sesuai dengan standar yang baku. Refleksi dari hasil tindakan pada Siklus I selanjutnya dijadikan sebagai dasar untuk melakukan supervisi kelompok dengan pendekatan kolaboratif terhadap guru kelas rendah SDN 3 Sembungharjo pada tahap selanjutnya, supervisi yang dilakukan dalam upaya untuk membantu guru mengidentifikasi kekurangan-kekurangan dari RPP tematik yang telah disusun guru. Selanjutnya diberikan arahan-arahan yang lebih operasional dan mudah dilaksanakan oleh guru dengan upaya lebih memberikan kemudahan dalam meningkatkan kemampuan menyusun RPP Tematik.

Dari hasil supervisi akademik setelah dilaksanakan tindakan pada Siklus II terdapat data kompetensi guru kelas rendah di dalam menyusun RPP tematik sebagai berikut:

Tabel 2: Hasil monitoring dan evaluasi terhadap RPP pada tindakan siklus II

No

Guru

Perolehan Skor

Siklus I

Siklus II

Peningkatan

 1

Kelas I

18 / KB

22 / B

4 skor

 2

Kelas II

24 / B

27 / B

3 Skor

 3

Kelas III

20 / KB

24 / B

4 skor

 

Dari data perolehan skor monitoring dan evaluasi terhadap RPP tersebut dapat dijelaskan bahwa setelah diberikan bimbingan oleh peneliti terdapat peningkatan.

1.    Guru Kelas I terdapat kenaikan 4 skor , pada hasil siklus I memperoleh skor 18 dalam kategori Kurang Baik, pada tindakan siklus II dapat meningkat menjadi skor 22 dalam kategori Baik. Hal ini menunjukkan bahwa setelah diberi tindakan pada siklus II kemampuan guru kelas I dalam menyusun RPP tematik terdapat peningkatan.

2.   Guru Kelas II terdapat kenaikan 3 skor, pada siklus I memperoleh skor 24 dalam kategori Kurang Baik, pada tindakan siklus II dapat meningkat menjadi skor 27 dalam kategori Baik.Hal ini menunjukkan bahwa setelah diberi tindakan pada siklus II, kemampuan guru kelas II dalam menyusun RPP tematik terdapat peningkatan.

3.   Guru Kelas III terdapat kenaikan 4 skor, pada siklus I memperoleh skor 20 dalam kategori Kurang Baik, pada tindakan siklus II dapat meningkat menjadi skor 24 dalam kategori Baik. Hal ini menunjukkan bahwa setelah diberi tindakan pada siklus II, kemampuan guru kelas III dalam menyusun RPP tematik terdapat peningkatan.

Hasil refleksi akhir penelitian tindakan sekolah, didapatkan bahwa kompetensi guru kelas rendah SDN 3 Sembungharjo Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan dalam menyusun RPP Tematik dari mulai kondisi awal sebelum tindakan, hasil siklus I, dan hasil siklus II terdapat peningkatan yang signifikan, seperti pada tabel berikut:

Tabel 3: Hasil monitoring dan evaluasi terhadap RPP sebelum tindakan Siklus I, Siklus , dan Tindakan Siklus II

No

 Guru

Perolehan Skor

Sebelum tindakan

Siklus I

Siklus II

 1

Kelas I

13 / TB

18 / KB

22 / B

 2

Kelas II

15 / KB

24 / B

27 / B

 3

Kelas III

13 / TB

20 / KB

24 / B

 

Dari tabel tersebut terlihat peningkatan kompetensi guru dalam menyusun RPP tematik dari awal sebelum dilaksanakan tindakan sampai dengan tindakan pada siklus II pada guru Kelas rendah SDN 3 Sembungharjo, sebagai berikut:

1.   Guru Kelas I terdapat kenaikan 9 skor , dari sebelum tindakan memperoleh skor 13 dalam kategori Tidak Baik, setelah diberi tindakan pada siklus II mendapatkan skor 22 dalam kategori Baik.Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan guru kelas I dalam menyusun RPP tematik terdapat peningkatan.

2.   Guru Kelas II terdapat kenaikan 12 skor , dari sebelum tindakan memperoleh skor 15 dalam kategori Kurang Baik, setelah diberi tindakan pada siklus II mendapatkan skor 27 dalam kategori Baik Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan gurukelas II dalam menyusun RPP tematik terdapat peningkatan.

3.   Guru Kelas III terdapat kenaikan 11 skor , dari sebelum tindakan memperoleh skor 13 dalam katagori Tidak Baik, setelah diberi tindakan pada siklus II mendapatkan skor 24 dalam kategori Baik. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan guru kelas III dalam menyusun RPP tematik terdapat peningkatan.

SIMPULAN DAN SARAN

Hasil penelitian tindakan di atas dapat disimpulkan bahwa Supervisi kelompok dengan pendekatan kolaboratif dapat meningkatkan kompetensi guru kelas rendah SDN 3 Sembungharjo Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran tematik

Selanjutnya peneliti merekomendasikan hal-hal sebagai berikut:

1.     Supervisi kelompok dengan pendekatan kolaboratif dapat dilakukan oleh Kepala Sekolah terhadap guru kelas rendah dalam upaya meningkatkan kompetensi menyusun RPP tematik.

2.     Dalam pembelajaran,guru harus diarahkan dan dibina secara terus menerus untuk mempersiapkan perangkat pembelajaran dengan baik, sehingga pelaksanakan pembelajaran dapat efektif dan efisien.

3.     Kesulitan-kesulitan guru dalam mempersiapkan perangkat pembelajaran perlu didukung oleh sekolah dalam hal pendanaan dan pembiayaannya, sehingga penyusunan RPP dapat optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Bafadal, Ibrahim. 1992. Supervisi Pengajaran: Teori dan Aplikasinya dalam Membina Profesional Guru. Jakarta: Bumi Aksara.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1998. Alat Penilaian Kemampuan Guru. Jakarta: Dirjen Pendidikan dasar dan Menengah.

Depdikbud. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Kemendiknas. 2010, Materi Diklat Penguatan Kepala Sekolah. Dirjen PMPTK, LPPKS.

 PP Nomor 19 Tahun 2005 Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan.

Sahertian, Piet. 1994. Profil Pendidik Profesional. Yogyakarta: Andi Offset 2000.

Undang-undang RI Nomor 20 Th 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.