Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Melalui Konseling Eklektif Dengan Perilaku Attending
MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS VII
MELALUI KONSELING EKLEKTIF DENGAN PERILAKU ATTENDING
DI SMP NEGERI 4 BALIGE TAHUN AJARAN 2018/2019
Purada Hutagalung
SMP Negeri 4 Balige
ABSTRAK
Jenis penelitian ini adalah Penelitian tindakan Kelas (PTK) di SMP Negeri 4 Balige yang terletak di Jl. Kartini Soposurung Balige, kecamatan Balige Kabupaten Tobasamosir Provinsi Sumatera Utara pada semester ganjil Tahun Ajaran 2018/2019 pada semester ganjil Tahun Ajaran 2018/2019. Subjek dalam penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas VII-b SMP Negeri 4 Balige berjumlah 32 siswa dengan rincian 12 laki-laki dan 20 perempuan dalampenelitian ini berfokus terhadap siswa yang bermasalah, Pelaksanaan kegiatan ini pada semester ganjil Tahun Ajaran 2018/2019. Berdasarkan data-data yang didapat pada siklus I, II, dan III setelah dibandingkan, diungkapkan dalam bentuk kata-kata. Penjelasan perbandingan sebagai fenomena yang dapat dipergunakan untuk membandingkan tolak ukur dan merefleksikan peneliti dan guru selaku konselor atas kelemahan yang terekam, data yang disajikan, berupa tabel yang memuat secara nominal dan setelah ditentukannya diskripsi kearah kecenderungan tindakan guru selaku konselor dan reaksinya dalam bentuk partisifasi aktif, bekerja sama, berani bertanya, tidak berbicara kotor, tidak bertengkar, berani berpendapat, membuka diri, berterus terang, ceria, gembira, menerima nasehat, dan merencanakan tindakan.Konseling terhadap tiga siswa X, Y, dan Z yang bermasalah tidak berhenti pada siklus III, tetapi masih berkelanjutan melalui upaya attending konselor selaku guru, juga peneliti sekaligus sebagai kepala sekolah memantau terus perkembangan tingkah laku klien agar klien lebih mantap untuk bertindak positif.
Kata Kunci: Motivasi Belajar, Konseling Eklektif Dengan Perilaku Attending
PENDAHULUAN
Persoalan dan dinamika yang terjadi pada lingkungan sekolah acap kali menciptakan suasana yang dilematis, dalam kondisi ini bersamaan pula dengan tingkat kematangan emosi siswa yang pada tahap labil, sehingga sering terjadi permasalahan berupa penyimpangan dan dan pelanggaran aturan dan disiplin sekolah. Banyak siswa yang mampu mengatasi berbagai persoalan yang terjadi di sekolah namun masih banyak pula yang masih harus mendapat bantuan dari orang lain dalam hal ini itulah perananan bimbingan dan konseling. Setiap orang sepakat bahwa pendidikan adalah investasi hidup yang paling berharga. Melalui pendidikanlah upaya mencetak Sumber Daya Manusia yang berkualitas, beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur dan berkemampuan tinggi akan dapat dicapai.
Seperti halnya yang terjadi di SMP Negeri 4 Balige berbagai persoalan dan permasalah yang dihadapi dalam mendidik dan mengajar siswa/i dan permalahan senantiasa juga berkembang, namun karena jumlah guru bimbingan dan konseling yang sangat terbatas maka pelayanan terhadap anak belum bisa dilakukan secara optimal, sebahagian besar guru tidak sempat waktunya untuk membina dan membimbing siswa setiap saat bahkan ada guru yang kurang peduli terhadap sikap dan tindak tanduk anaknya yang kurang disipin dalam bersikap terhadap sesamanya dan terhadap aturan sekolah. Seorang guru harus memiliki pemahaman psikologis yang baik untuk anak.
Dalam praktiknya penanganan masalah-masalah siswa di atas dalam kerangka bimbingan dan konseling diselesaikan melalui konseling individu maupun konseling kelompok. Berbagai teori dikemukakan oleh para ahli mengenai pendekatan atau teknik yang digunakan oleh konselor ketika proses konseling berlangsung. Pada dasarnya pendekatan/teknik konseling itu dibagi tiga (Moh. Surya: 1988). yaitu: teknik konseling direktif, non-direktif dan Eklektif. Teknik Konseling Eklektif merupakan penggabungan dua teknik Konseling Direktif dan Non Direktif Peneliti memadukan kebaikan dua teknik konseling tersebut, mengembangkan dan menerapkan dalam praktek sesuai dengan permasalahan belajar siswa dengan berorientasi pada teknik hubungan antara konselor dengan klien yaitu Teknik Eklektif dengan Perilaku Attending
KAJIAN PUSTAKA
Belajar adalah suatu perubahan tingkah laku atau pengalaman sebagai akibat dari perhatian terhadap tujuan atas kegiatannya, atau hasil berpikir dan disertai dengan dorongan dan reaksi emosi, sebagai akibat dari kepuasan yang memadai dari kondosi dorongannya. Abin Syamsudin (2003: 134) merangkumkan pengertian belajar dari beberapa ahli dalam satu pernyataan yakni suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang.
Prestasi belajar (achevoment) dapat diketahui dengan mengevaluasi mereka dengan mempergunakan tes tertentu. Dengan demikian, bagan tadi menunjukan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa di sekolah. Pelayanan Bimbingan dan Konseling memfasilitasi pengembangan peserta didik, secara individual, kelompok dan atau klasikal, sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, perkembangan, kondisi, serta peluang-peluang yang dimiliki. Pelayanan ini juga membantu mengatasi kelemahan dan hambatan serta masalah yang dihadapi peserta didik.
Bimbingan dan Konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok, agar mampu mandiri dan berkembang secara optimal, dalam bidang pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kemampuan belajar, dan perencanaan karir, melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung, berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Konseling Eklektif, Teknik Konseling Eklektif merupakan penggabungan dua pendekatan Direktif dan Non-Direktif. Konseling Eklektif yang mengambil berbagai kebaikan dari dua kebaikan dari dua pendekatan atau dari berbagai teori konseling, mengembangkan dan menerapkan dalam praktek sesuai dengan permasalahan klien. Konseling Eklektif lebih tepat dan sesuai dengan filsafat tujuan bimbingan dan konseling dari pada sikap yang hanya mengandalkan satu pendekatan satu pendekatan atau satu dua teori tertentu saja (Moh. Surya: 1988).
Konseling Direktif, Dalam konseling direktif klien bersifat pasif, dan yang aktif adalah konselor. Dengan demikian inisiatif dan peranan utama pemecahan masalah lebih banyak ditentukan oleh konselor. Klien bersifat menerima perlakuan dan lebih banyak ditentukan oleh konselor
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah Penelitian tindakan Kelas (PTK) di SMP Negeri 4 Balige yang terletak di Jl. Kartini Soposurung Balige, kecamatan Balige Kabupaten Tobasamosir Provinsi Sumatera Utara pada semester ganjil Tahun Ajaran 2018/2019 pada semester ganjil Tahun Ajaran 2018/2019. Subjek dalam penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas VII-b SMP Negeri 4 Balige berjumlah 32 siswa dengan rincian 12 laki-laki dan 20 perempuan, Pelaksanaan kegiatan ini pada semester ganjil Tahun Ajaran 2018/2019. Pengumpulan data dilakukan melalui, yaitu: wawancara untuk sumber dataresponden, observasi untuk sumber data perietiwa dan analisis dokumen untuk sumber data dokumen. Informasi tersebut digali dari empat sumber yaitu: peristiwa/kegiatan, pelaku peristiwa, tempat, dokumen/artifak (Sutopo, 1996: 49-51).
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah model Sprandley, dalam pelaksanaan analisis data tidak silakukan secara linier berurutan setelah semua data yang terkumpul, melainkan akan dilakukan secara stimulat pada saat dan setelah data terkumpul. Dengan demikian terjadi interaksi antara proses pengumpulan data dan analisis data serta elemen-elemen lain seperti pencatatan data, penulisan laporan sementara, dan mengajukan pertanyaan penelitian. Interaksi berbagai elemen tersebut membentuk pola siklikal. Selanjutnya data-data yang didapat pada siklus I, II, dan III dibandingkan kemudian diungkapkan dalam bentuk kata-kata
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada implementasi guru kelas selaku konselor melaksanakan bimbingan konseling mengadakan Pendekatan Eklektif Attending di ruang guru, selanjutnya peneliti mengamati penanganan permasalahan belajar siswa yang terdiri dari:
Tahap awal (10 menit) pukul 11.00 – 11.10
Tindakan I
Konselor bertanya untuk membuka percakapan dengan klien raut dengan wajah yang menunjukan keramahan.
Tindakan 2
Dalam siklus II Konselor melakukan kegiatan Attending cukup baik kepala mengangguk jika setuju dan konselor melakukan kontak pandang dengan siswa/klien. Ekspresi wajah guru/konselor tenang, ceria, tersenyum. Posisi tubuh konselor condong kearah klien, konselor mendengarkan penjelasan dari siswa dengan cukup perhatian, sabar menunggu penjelasan klien.
Tindakan 3
Empati konselor (berusaha ikut merasakan apa yang dirasakan klien)
Tindakan 4
Konselor meminta klien untuk menjelaskan lebih lanjut jauh tentang perasaan X berupa pertanyaan terbuka.
Tindakan 5
Karena klien masih diam saja, maka konselor mencoba untuk merefleksikan memantulkan kembali perasaan, pikiran, pengalaman klien
Tindakan 6
Konselor menggali perasan, pengalaman, dan pikiran klien karena kebanyakan tertutup/menyimpan rahasia, tidak mau bahkan tidak dapat berterus terang
Tahap Pertengahan (45 menit) pukul 11.10 – 11.55
konselor belajar dengan definisi masalah bersama-sama klien; tujuan untuk mengolah maalah klien yang sudah didefinisikan maka konselor melakukan:
Tindakan 1
Guru selaku konselor bertindak sebagai leading / memimpin agar klien tidak melantur
Tindakan 2
Konselor melaksanakan paraphrasing / menangkap pesan utama / fokus klien, konselor mengatakan inti pesan utama klien yang berbelit-belit
Tindakan 3
Konselor melakukan directing / mengarahkan agar klien bermain peran; berbuat sesuatu, menghayal sebagaimana kejadian yang dituturkan kepada konselor
Tindakan 4
Konselor mencoba menaksir keinginan X
Tindakan 5
Konselor membantu klien untuk memperjelas perubahan sikap yang mestinya dapat mereka lakukan
Tindakan 6
Saat klien mengatakan hal yang tidak sama dengan perasaan, sorot mata, kegelisahan yang bertentangan dengan apa yang dikemukakan maka konselor mengadakan
Tindakan 7
Guru selaku konselor mengadakan Minimal Encouragement atau memberikan dorongan langsung terhadap apa yang dikatakan klien. Oh …ya…, terus…lalu…Dan …kemudian…. Wah …..mmmhh…..
Tindakan 8
Konselor memberikan informasi, merencanakan tindakan selanjutnya
Tindakan 9
Konselor memberikan manfaat
Tindakan 10
Konselor memberikan manfaat pada klien untuk feed back/ mengambil kilah balik dari hal-hal yang telah dibicarakan
Tahap akhir / tahap Action (5 menit) pukul 11.55 – 12.00
Tindakan 1aa
Konseling menyampaikan hasil secara bertahap guna meningkatkan kualitas diskusi, memperjeles fokus pada wawancara konseling
Tindakan 2
Konselor perlu mendorong klien untuk mengatakan hal yang sebenarnya melalui attending yang baik
Tindakan 3
Menjelang akhir konseling konselor membantu klien untuk merencanakan / memprogram untuk action, perbuatan nyata yang produktif bagi kemajuan dirinya
Tindakan 4
Menilai / evaluasi (“Bagaimanakah perasaan nanda sekarang?â€)
Tindakan 5
Mengakhiri proses konseling
Siklus III
1. Perencanaan
Konselor dan peneliti mendiagnosis kembali permasalahan belajar siswa penyebab permasalahan dirumuskan
1. Guru mengupayakan penanganan permasalahan belajar siswa menggunakan tahapan-tahapan atau langkah-langkah Eklektif Attending
2. Guru kelas VII melaksanakan sintesis data untuk mengenal kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan klien
3. Diagnosis masalah prognosis atau prediksi tentang perkembangan masalah selanjutnya pemecahan masalahan, tindak lanjut dan peninjauan hasil-hasil konseling.
Implementasi
Pada prinsipnya implementasi siklus III seperti pada siklus II ; konselor lebih mengoptimalkan penanganan masalah melalui Teknik Eklektif dan Perilaku Attending pada: Tahap awal, tahap pertengahan dan tahap akhir ; yaitu konselor bertanya untuk membuka percakapan dengan raut wajah yang sudah menunjukan keramahan, penampilan guru juga baik; kepala mengangguk jika setuju dan konselor melakukan kontak pandang dengan siswa cukup santai, tenang, dan ramah. Posisi tubuh konselor agak condong kearah klien, tangan digerakan sesuai kebutuhan untuk lebih menyakinkan klien. Konselor berusaha ikut merasakan apa yang dirasakan klien sehingga X, Y, dan Z terbuka untuk mengemukakan isi hatinya. Juga kesedihannya. Konselor memuji ide X, guru selaku konselor mengadakan Minimal Encouragment atau memberikan dorongan langsung terhadap apa yang dikatakan klien. Oh …..ya….., terus…. Dan …..kemudian ….. Wah…. Mmmhh….konselor memberi kesempatan pada klien untuk feed back/ mengambil alih balik dari hal-hal yang telah dibicarakan.
Perkembangan Kepribadian Siswa Kelas VII yang Diminati
NO |
NAMA SISWA |
SIKLUS |
RATA-RATA |
KET |
||
I |
II |
III |
||||
1 |
2 |
3 |
4 |
5 |
6 |
7 |
1 |
KS |
25 |
25 |
50 |
33,33 |
Kurang |
2 |
AR |
25 |
25 |
50 |
33,33 |
Kurang |
3 |
TT |
42,5 |
75 |
85 |
67,50 |
Baik |
Jumlah |
92,5 |
125 |
185 |
134,16 |
||
Rata_rata |
30,80 |
41,66 |
81,66 |
44,72 |
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Pendekatan Eklektif Attending merupakan langkah efektif untuk mengatasi permasalahan siswa.
2. Pendekatan Eklektif Attending memberi kemudahan perubahan sikap pada siswa yang bermasalah karena permasalahan belajar dapat diatasi melalui komunikasi dengan bahasa anak sendiri
3. Teknik Eklektif dan Perilaku Attending layak dipergunakan dan dikembangkan oleh guru, serta perlu diadakan penelitian kelanjutan
Saran
Peneliti mengajak rekan-rekan guru selaku pembimbing siswa:
1. Gunakanlah Pendekatan Eklektif Attending guna mengatasi permasalahan siswa
2. Tingkatkanlah partisifasi siswa dalam Proses Belajar Mengajar melalui proses motivasi guru kepada siswa secara selektif
3. Perlu pengembangan dan tindak lanjut penelitian tindakan kelas
Daftar Pustaka
Prayitno, dkk (1999). Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Rhineka Cipta
Sadirman, A.M (1998). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar; Pedoman Bagi Guru dan Calon Guru. Bandung: Rajawali
Suharjono (1995). Direktorat Pendidikan Guru dan tenaga Teknis. Jakarta: Dikdasmen
Sugiharto.(2005). Pendekatan dalam Konseling (Makalah). Jakarta: PPPG
Sutopo (1996). Metode Pengumpulan Data. Surabaya: Usaha Nasional
Wakiri H, dkk (1990). Materi Pokok Penilaian Pencapaian Hasil Belajar. UT: PMAK 817 Karunia Jakarta