UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR

MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW

PADA SISWA KELAS IX C SMP NEGERI 3 SURUH

 

Muhammad Hisyam

SMP Negeri 3 Suruh Kabupaten Semarang

 

ABSTRAK

Tujuan Penelitian ini adalah(1) Untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar siswa pada pokok bahasan bangun ruang sisi lengkung, (2) Untuk mengetahui peningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan bangun ruang sisi lengkung,(3) Untuk mengetahui seberapa besar peningkatan motivasi dan hasil belajar matematika pada pokok bahasan bangun ruang sisi lengkung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK), yang dilaksanakan melalui dua siklus penelitian dilaksanakan mulai bulan Agustus sampai Desember 2018. Setiap siklus terdiri atas empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Data motivasi belajar siswa berbentuk data kualitatif dan data hasil belajar siswa berupa data kuantitatif dengan teknik deskriptif komparatif yaitu menghitung jumlah, rata-rata, dan persentase ketercapaian. Subyek penelitian adalah siswa kelas IX C yang berjumlah 32 siswa terdiri dari 13 siswa perempuan dan 19 siswa siswa laki-laki. Hasil Penelitian menunjukan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw mampu meningkatkan motivasi siswa dan hasil belajar siswa pada materi bangun ruang sisi lengkung, dari kondisi awal (Siklus 1) persentase rata-rata motivasi siswa sebesar 66,67% dengan kategori sangat tinggi, pada siklus II meningkat menjadi 93,8% dengan sangat tinggi, Peningkatan motivasi siswa berpengaruh terhadap hasil ketuntasan belajar siswa baik secara individu maupun klasikal. Pada kondisi awal siswa yang tuntas hanya 13 siswa (40,6%) meningkat menjadi 21 siswa (65,6%) pada siklus I dan pada siklus II meningkat menjadi 28 orang (87,5%).

 Kata Kunci: Motivasi belajar, Hasil Belajar, Model Pembelajaran Jigsaw

 

Latar Belakang Masalah

Proses pembelajaran merupakan inti dari pendidikan. Dalam proses belajar mengajar terdapat unsur yang tak terpisahkan yaitu siswa sebagai pembelajar dan guru sebagai pengajar. Belajar melahirkan perubahan perilaku individu sebagai akibat interaksi individu dengan individu lainnya maupun lingkungannya. Mengajar merupakan kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk membimbing siswa dalam kegiatan belajar. Dalam hal ini guru berperan untuk mengorganisasikan lingkungan yang berhubungan dengan anak didik dan bahan pelajaran dalam rangka pencapaian tujuan belajar.

Tujuan belajar dapat tercapai, jika proses pembelajaran dapat berjalan secara efektif yang artinya proses belajar dapat berjalan lancar, terarah, dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Proses kegiatan belajar mengajar akan efektif tercapai manakala sang pembelajar mengalami proses belajar dalam keadaan yang menyenangkan. Keadaan menyenangkan yang dimaksud adalah kondisi psikologis yang dialami sang pembelajar ketika proses belajar berlangsung terhindar dari tekanan/stress. Tekanan/stress itu berupa materi ajar yang menjenuhkan, situasi kelas yang monoton, dan lain sebagainya. Oleh karena itu keadaan yang menyenangkan merupakan prasyarat bagi keberhasilan proses pembelajaran yang optimal. Kegiatan proses pembelajaran yang menyenangkan akan dapat meningkatkan motivasi dalam belajar.

Timbulnya motivasi belajar siswa dapat terbentuk dari dalam diri anak (intrinsik) dan motivasi yang timbul dari luar diri anak (ekstrinsik). Motivasi intrinsik dapat dilakukan dengan cara menggairahkan rasa ingin tahu anak, keinginan untuk mencoba dan hasrat untuk sukses. Motivasi ekstrinsik dapat dilakukan dengan memberi ganjaran atau hukuman, dan memberikan reward bagi peserta didik yang berprestasi.

Pembelajaran matematika yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan baik Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA) tidak sepenuhnya sama dengan matematika sebagai ilmu. Oleh karena itu pada pembelajaran matematika di sekolah, siswa memerlukan tahapan belajar sesuai dengan perkembangan jiwa dan kognitifnya. Potensi yang ada pada diri anak pun berkembang dari tingkat rendah ke tingkat tinggi, dari sederhana ke kompleks. Salah satu tujuan mata pelajaran matematika di Sekolah Menengah Pertama dan Tsanawiyah adalah agar siswa memiliki kemampuan memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. (Wardhani,2008: 8)

Salah satu materi Matematika kelas IX adalah pokok bahasan Bangun ruang sisi lengkung. Materi ini biasanya disajikan dalam bentuk benda kongkrit berbentuk bangun ruang, gambar-gambar atau foto autentik dengan bantuan media LCD. Kemudian guru menjelaskan materi dan memberikan penugasan penerapan rumus yang ada. Biasanya penugasan dilakukan secara kompetitif individual. Metode ini seringkali membuat siswa yang kurang aktif dan kurang memahami, seringkali terkalahkan oleh siswa yang aktif dan cepat paham. Hal ini mempengaruhi motivasi bagi sebagian siswa kelas IX C dalam belajar menjadi rendah, yang menyebabkan hasil belajar siswa tersebut juga rendah, yang ditunjukkan dari hasil pretest yang telah dilakukan pada materi bangun ruang sisi lengkung sebelum proses belajar mengajar materi bangun ruang sisi lengkung pada kompetensi dasar menghitung luas dan volum tabung, kerucut dan bola. Hal ini ditunjukan nilai rata-rata penguasaan materi luas dan volume tabung, kerucut dan bola adalah 68 dan masih di bawah nilai KKM, ada 17 siswa atau 52% yang mendapat nilai di bawah KKM dan 16 siswa atau 48% telah mencapai KKM. Nilai KKM Matematika Kelas IX di SMP Negeri 3 Suruh adalah 76.

Rendahnya hasil belajar sebagian siswa Kelas IX C kemungkinan dipengaruhi rendahnya motivasi belajar siswa, rendahnya pemahaman siswa pada materi tersebut,,pembelajaran yang masih bersifat pada guru, metode pembelajaran yang bersifat kompetitif individual, sehingga tidak bisa mengejar yang lain, proses pembelajaran yang monoton serta kurang menyenangkan, menyebabkan minat anak rendah untuk mempelajari matematika.

Kondisi demikian harus segera diatasi. Sesuai dengan peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 (PP 32/2013) tantang Standar Nasional Pendidikan dan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013 (Permendikbud 65/2013) tentang Standar Proses, maka proses pembelajaran harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis siswa. Hal ini dapat tercipta jika guru menguasai beberapa model pembelajaran baik teoritis maupun praktis. Pembelajaran yang bervariasi diharapkan lebih membangkitkan semangat, motivasi dan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran, sehingga kompetensi dasar (KD) yang telah ditetapkan dapat tercapai.

Bangun ruang sisi lengkung merupakan materi Matematika yang terdapat dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 yang diajarkan di kelas IX semester satu. Berdasarkan silabus kurikulum 2006 untuk mata pelajaran Matematika SMP kelas IX untuk materi Bangun Ruang Sisi Lengkung memiliki Standar Kompetensi (SK) memahami sifat-sifat tabung, kerucut, kerucut dan bola, serta menentukan ukurannya dan mempunyai Kompetensi Dasar (KD) Menghitung luas selimut dan volume tabung, kerucut dan bola. Materi ini bisa diamati langsung dalam kehidupan sehari – hari dengan menerapkan alam tak ambang, bisa juga dibantu dengan alat peraga, gambar dan foto.

Proses pembelajaran akan berlangsung secara efektif apabila didukung oleh motivasi belajar yang kuat dari siswa. Teori – teori belajar apapun apabila didukung oleh motivasi yang tinggi dalam proses pembelajaran, maka akan memperoleh hasil yang maksimal.

Untuk mengatasi hal tersebut peneliti mencoba melakukan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan pembelajaran kooperatif model Jigsaw (Tim Ahli) pada pokok bahasan bangun ruang sisi lengkung pada siswa kelas IX C SMP Negeri 3 Suruh.

Jigsaw adalah tipe pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Elliot Aronson’s, (Aronson, Blaney, Stephen, Sikes, and SNAPP, 1978). Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw membagi satuan informasi yang besar menjadi komponen-komponen yang lebih kecil. Selanjutnya guru membagi peserta didik ke dalam kelompok yang terdiri dari 4 orang siswa sehingga setiap siswa bertanggung jawab terhadap penguasaan setiap komponen yang ditugaskan guru. Siswa dari masing-masing kelompok membentuk lagi kelompok yang terdiri atas kurang lebih 4 orang siswa sebagai tim ahli (Rusman, 2011: 217). Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini dilandasi oleh teori belajar humanistic, karena teori belajar humanistic menjelaskan bahwa pada hakekatnya setiap manusia adalah unik, memiliki potensi individual dan dorongan internal untuk berkembang dan

menentukan perilakunya.

Menurut Lie (1999:73) model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif, siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 orang siswa dengan memperhatikan keheterogenan, bekerjasama positif dan setiap anggota bertanggung jawab untuk mempelajari masalah tertentu dari materi yang diberikan dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain secara mandiri (Rusman, 2011:218).

Kajian Teori

Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar dalam pandangan Sudjana (1993: 49) adalah kemampuan yang telah dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya,perubahan sikap dan tingkah laku yang akan terlihat dalam perubahan kebiasaan, ketrampilan pengamatan, sikap dan kemampuan. Menurut Hudoyo (1988: 144), dalam terjadi proses berfikir, yaitu melakukan kegiatan mental dan dalam kegiatan itu tersusun hubungan-hubungan antara bagian-bagian informasi yang diperoleh sebagai pengertian untuk dipahami kemudian menguasai hubungan-hubungan itu, menampilkan penguasaan bahan pelajaran yang dipelajari.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil yang diperoleh seseorang dalam proses kegiatan belajar yang biasanya dinyatakan dengan angka dan huruf yang menggambarkan seberapa besar penguasaan peserta didik terhadap mata pelajaran yang telah diperlajarinya. Dari beberapa pendapat di atas peneliti mengambil kesimpulan bahwa Hasil belajar matematika adalah hasil yang dicapai setelah peserta didik belajar mata pelajaran matematika. Hasil belajar dalam penelitian ini adalah kemampuan kognitif siswa kelas IX C SMP Negeri 3 Suruh Tahun Pelajaran 2018 / 2019 dalam menyelesaikan ulangan harian pokok bahasan bangun ruang sisi lengkung dengan KD menghitung luas dan volum tabung, kerucut dan bola dengan melihat perolehan nilai tes pada setiap akhir siklus.

Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Jigsaw adalah tipe pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Elliot Aronson’s, (Aronson, Blaney, Stephen, Sikes, and SNAPP, 1978). Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw membagi satuan informasi yang besar menjadi komponen-komponen yang lebih kecil. Selanjutnya guru membagi peserta didik ke dalam kelompok yang terdiri dari 4 orang peserta didik sehingga setiap orang bertanggung jawab terhadap penguasaan setiap komponen yang ditugaskan guru. Peserta didik dari masing-masing kelompok membentuk lagi kelompok yang terdiri atas kurang lebih 4 orang peserta didik sebagai tim ahli (Rusman, 2011: 217). Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini dilandasi oleh teori belajar humanistic, karena teori belajar humanistic menjelaskan bahwa pada hakekatnya setiap manusia adalah unik, memiliki potensi individual dan dorongan internal untuk berkembang dan menentukan perilakunya.

Menurut Lie (1999:73) model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif, siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang dengan memperhatikan keheterogenan, bekerjasama positif dan setiap anggota bertanggung jawab untuk mempelajari masalah tertentu dari materi yang diberikan dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain secara mandiri (Rusman, 2011:218).

 Model pembelajaran Jigsaw merupakan salah satu variasi model Collaborative Learning yaitu proses belajar kelompok dimana setiap anggota kelompok menyumbangkan informasi, pengalaman, ide, sikap, pendapat, kemampuan, dan keterampilan yang dimilikinya, untuk secara bersama-sama saling meningkatkan pemahaman seluruh anggota dalam kelompoknya (Sudrajat, 2008:1)

Dari beberapa pendapat diatas maka model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah kegiatan belajar kelompok kecil yang terdiri dari tim ahli yang mempunyai tanggung jawab untuk memahami dan menguasai sub materi yang menjadi tanggung jawabnya dan disumbangkan secara bersama-sama untuk meningkatkan pemahaman seluruh anggota kelompoknya terhadap materi keseluruhan.

 

 

METODE PENELITIAN

Setting / Subyek Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 3 Suruh, Kabupaten Semarang. Penelitian ini dilakukan pada semester 1 Tahun Pelajaran 2018/2019 pada mata pelajaran pokok bahasan bangun ruang sisi lengkung dengan KD menghitung luas dan volum tabung, kerucut dan bola melalui 2 siklus. Siklus I pertemuan pertama dilakukan pada hari Kamis, tanggal 25 Oktober 2018, pertemuan kedua dilakukan pada hari Jumat, tanggal 26 Oktober 2018 dan tes siklus I dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 1 Nopember 2018. Dan siklus II pertemuan pertama dilakukan pada hari Jumat, tanggal 2 November 2018, pertemuan kedua dilakukan pada hari Kamis, tanggal 8 November 2018 dan tes siklus II dilaksanakan pada hari Jumat,tanggal 9 November 2018.

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas IXc SMP Negeri 3 Suruh sebanyak 32 siswa yang terdiri dari 19 siswa laki-laki dan 13 siswi perempuan.

Desain Penelitian

Adapun penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas, yaitu penelitian yang berusaha merefleksi dan mencari solusi berupa tindakan untuk mengatasi masalah yang ada dalam pembelajaran di kelas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperbaiki strategi pembelajaran matematika khususnya materi bangun ruang sisi lengkung dengan menggunakan model pembelajaan kooperatif tipe Jigsaw untuk meningkatkan hasil belajar Matematika pada pokok bahasan bangun ruang sisi lengkung dengan KD menghitung luas dan volum tabung, kerucut dan bola. Melalui pendekatan pembelajaran tersebut diharapkan motivasi dan hasil belajar siswa meningkat.

Tahap kedua dalam kegiatan penelitian ini adalah tindakan, tahapan ini merupakan realisasi dari langkah-langkah yang telah direncanakan. Pada tahap ini diperlukan adanya peran aktif siswa dan guru, siswa diharapkan

mengetahui kaidah materi pembelajaran. Berhasil tidaknya penelitian ini tergantung ada atau tidaknya peningkatan hasil belajar dan peningkatan perilaku siswa.

Tahap ketiga adalah observasi pada tahap ini kegiatan observasi dilakukan oleh kolabor atau rekan guru satu rumpun mata pelajaran. Pada kegiatan ini kolabor melakukan observasi terhadap keseluruhan kegiatan pembelajaran, yaitu suasana kelas, respon siswa, perilaku-perilaku tertentu siswa, motivasi, dan keaktifan siswa selama pembelajaran.

Langkah berikutnya setelah kegiatan observasi adalah refleksi, pada kegiatan ini peneliti melakukan diskusi dengan teman kolabor dan siswa berkaitan dengan hal-hal selama pelaksanaan penelitian dikelas. Hasil dari refleksi ini digunakan sebagai acuan untuk langkah perbaikan berikutnya.

Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini berupa tes dan nontes. Instrumen tes digunakan untuk mengetahui kemampuan kompetensi pada pokok bahasan bangun ruang sisi lengkung. Sedangkan instrumen nontes terdiri dari lembar angket, catatan harian guru dan siswa, serta dokumentasi digunakan untuk mengetahui perubahan-perubahan perilaku siswa selama proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini berlangsung.

 

Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Data motivasi belajar siswa diperoleh dari hasil angket yang diperoleh secara sistematik selama pelaksanaan siklus pertama sampai siklus kedua dan data hasil belajar siswa diperoleh dari tes tertulis. Alat pengumpulan data motivasi belajar siswa dengan Data hasil belajar kognitif siswa yang diperoleh melalui tes tertulis obyektif dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif dengan menentukan mean atau rerata terhadap skor yang diperoleh siswa. Data hasil pengumpulan lembar angket siswa, dalam penerapan model pembelajaran tipe Jigsaw dianalisis dengan analisis diskriptip persentase.

Prosedur Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yaitu upaya guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran Matematika. Menurut Arikunto (2006:91), PTK merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan, dan terjadi dalam sebuah kelas. Kurt Lewis (dalam Arikunto 2006: 92) Pelaksanaan penelitian tindakan kelas mengikuti tahap–tahap penelitian tindakan kelas yang pelaksanaan tindakannya terdiri atas beberapa siklus. Setiap siklus terdiri atas 4 tahap dalam sebuah daur ulang yaitu perencanaan tindakan (planning). Penerapan tindakan (action) dilaksanakan untuk memperbaiki masalah. Mengobservasi dan mengevaluasi proses dan hasil tindakan (observation and evaluation) yaitu kegiatan pengamatan untuk melihat sejauh mana efektivitas kepemimpinan atas tindakan telah mencapai sasaran. Melakukan refleksi (reflecting) yaitu mengulas secara kritis tentang perubahan yang terjadi.

PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Proses Pembelajaran

Pada semester satu tahun pelajaran 2018/2019 di SMP Negeri 3 Suruh Kabupaten Semarang dalam proses belajar mengajar di kelas IXC pada kompetensi dasar menggunakan konsep kesebangunan segitiga dalam pemecahan masalah yang didesain dan dikemas guru belum mengimplementasikan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan masih menggunakan metode konvensial atau ceramah, berakibat siswa kurang aktif dan tidak menarik dalam proses pembelajaran sehingga siswa bosan, mengantuk saat proses belajar mengajar sehingga hasil prestasi belajar siswa rendah dan banyak yang belum tuntas atau terpenuhi nilai KKM.

Dengan menggunakan metode ceramah siswa hanya mendengarkan dan menerima contoh dari guru, sehingga siswa masih banyak yang pasif dan sebagian mengantuk dalam mengikuti pelajaran tersebut. Siswa dalam mengikuti pelajaran kelihatan pasif dikarenakan guru dalam memberikan pelajaran kepada siswa kurang kreatif dan tidak menggunakan metode yang lain. Pada kondisi awal dengan model pembelajaran ceramah dan belum menggunakan medel pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ternyata siswa banyak yang pasif, mengantuk dan tidak kreatifitas serta motivasi siswa rendah, sehingga siswa kurang memahami materi pokok bahasan kesebangunan kompetensi dasar menggunakan konsep kesebangunan segitiga dalam pemecahan masalah yang disampaikan oleh guru.

Deskripsi Hasil Belajar

Sebelum penelitian dilakukan motivasi dan hasil belajar pokok bahasan kesebangunan pada siswa kelas IX C SMP Negeri 3 Suruh masih rendah, karena saat pelajaran berlangsung siswa kurang motivasi dan kurang perhatian terhadap pelajaran yang diberikan oleh guru. Disamping itu masih banyak siswa yang pasif, karena tidak menarik dan kurang motivasi, sehingga hasil belajar pokok bahasan kesebangunan masih rendah. Bukti kurangnya motivasi dan rendahnya hasil belajar siswa dapat dilihat dari hasil ulangan harian.

Hasil belajar mata pelajaran matematika kompetensi dasar menggunakan konsep kesebangunan segitiga dalam pemecahan masalah pada siswa menggunakan metode pembelajaran konvensial atau ceramah dapat dilihat dari hasil nilai ulangan harian (tes formatif) yang diperoleh siswa. Jumlah siswa Kelas IX C SMP Negeri 3 Suruh Kabupaten Semarang semester satu tahun pelajaran 2018/2019 adalah 32 siswa, nilai tertinggi 92 dan terendah 35 dan nilai rata-rata 68. Padahal KKM mata pelajaran matematika untuk SMP Negeri 3 Suruh adalah 76, maka nilai rata-rata siswa tersebut belum mencapai KKM yang telah ditetapkan oleh sekolah.

Ketuntasan hasil belajar secara klasikal dengan metode ceramah sebesar 39,4% yang berarti hasil belajar siswa dibawah kriteria ketuntasan klasikal yang ditetapkan sebesar 85% dari jumlah siswa dikelas tersebut yang mencapai nilai hasil belajar individual ≥ 76. Oleh karena itu terjadi kesenjangan ketuntasan hasil belajar antara kondisi awal dengan kondisi ideal 13 siswa = 40,6% maka hal ini yang menjadi perhatian peneliti untuk menemukan solusi pemecahannya dalam pembelajaran matematika pokok bahasan kompetensi dasar menghitung luas selimut dan volume tabung, kerucut, dan bola.

Deskripsi Hasil Siklus 1

Daya serap perorangan siswa yang telah tuntas diatas nilai KKM sebesar 21 siswa atau 65,6%. Dengan nilai rata-rata kelas 78,5 yang berarti sudah melampui ketuntasan individu sebesar 76%.

Daya serap klasikal pada siklus I, siswa yang telah tuntas 65,6% yang berarti masih di bawah ketuntasan klasikal yang ditetapkan yaitu sebesar 85%. Dari hasil belajar pada siklus I ini, ternyata proses pembelajarannya perlu ditingkatkan lagi pada siklus berikutnya dengan berpedoman pada hasil observasi dan refleksi siklus I.

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan oleh peneliti melalui pengamatan dalam melaksanakan proses pembelajaran antara kondisi awal yaitu guru dalam pembelajaran menggunakan metode ceramah dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada siklus 1 diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1) Proses pembelajaran pada kondisi awal banyak siswa yang kurang motivasi dalam mengikuti pelajaran, sedangkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada siklus I motivasi siswa meningkat terlihat banyak siswa yang aktif dan sangat aktif dalam pembelajaran kelompok dan aktif dalam menanggapi pertanyaan teman. 2) Dalam proses pembelajaran pada kondisi awal banyak siswa yang mengantuk dan jenuh, sedangkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada siklus I hanya ada 2 siswa yang motivasi rendah. 3) Hasil belajar pada kondisi awal nilai terendah adalah 35, sedangkan pada siklus 1 nilai terendah 45. Dengan demikian nilai terendah antara kondisi awal dan siklus 1 meningkat. 4) Nilai rata-rata kelas pada kondisi awal adalah 68 sedangkan pada siklus I nilai rata-rata kelas adalah 78,5. Dengan demikian nilai rata-rata kelas antara kondisi awal dan siklus I meningkat. 5) Persentase jumlah siswa yang tuntas (telah memenuhi KKM) pada kondisi awal adalah 34,4%, sedangkan pada siklus I persentase siswa yang telah tuntas atau diatas KKM adalah 65,6%, sehingga siswa yang telah tuntas atau memenuhi KKM mengalami kenaikan sebesar 65,6% – 34,4% = 31,2%.

Deskripsi Hasil Siklus 2

Pada kondisi siklus II ini diperoleh data lebih dari 85% siswa mempunyai motivasi tnggi dan sangat tinggi dalam diskusi kelompok walaupun masih ada 2 siswa yang motivasi sedang. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya siswa yang berani mengemukakan pendapatnya dan memberikan tanggapan dari pendapat temannya. Motivasi siswa dalam siklus II ini telah mengalami peningkatan dibandingkan dengan kondisi pada siklus I, lebih dari 85% siswa mempunyai motivasi tinggi dan sangat tinggi sehingga sudah sesuai dengan indikator keberhasilan. Kondisi siklus II ini menunjukan peran siswa dan motivasi dalam proses pembelajaran sudah optimal sehingga kegiatan siklus II dihentikan.

Hasil belajar pada Siklus II adalah: Daya serap siswa yang telah tuntas di atas nilai KKM sebesar 28 siswa atau 87,5%. Dengan nilai rata-rata kelas 85,76 yang berarti sudah memenuhi ketuntasan individu 76%. Daya serap klasikal pada siklus II, siswa yang telah tuntas 87,5% yang berarti sudah memenuhi ketuntasan klasikal yang ditetapkan yaitu sebesar 85%.

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan oleh peneliti dan observer melalui observasi dan pengamatan dalam melaksanakan proses pembelajaran antara siklus 1 dan siklus 2, atas kelebihan dan kelemahan serta sudah tercapainya indikator keberhasilan maka penelitian diakhiri pada siklus II ini.

Pembahasan Hasil Penelitian

Kondisi awal dalam pelaksanaan pembelajaran matematika pokok bahasan kesebangunan dengan kompetensi dasar menggunakan konsep kesebangunan segitiga dalam pemecahan masalah yang dilakukan oleh guru masih menggunakan model pembelajaran langsung dan metode ceramah belum menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw siswa masih rendah motivasi dan hasil belajarnya. Untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar matematika pokok bahasan bangun ruang sisi lengkung pada siklus I, guru menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw namun masih ada beberapa siswa yang masih pasif, motivasi masih rendah dan sedang serta hasil belajar belum tuntas sesuai kriteria ketuntasan minimal klasikal yaitu 85% siswa nilai diatas KKM. Dalam pembelajaran siklus II yang dilakukan oleh guru menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw guru lebih intensif dalam memberikan motivasi belajar siswa dari kelompok ke kelompok, menggunakan contoh benda kongkrit dan media gambar dengan media LCD,serta lebih perhatian dan intensif dalam pengamatan pada siswa yang kurang dalam motivasi dan membentuk kelompok heterogen dengan memperhatikan kemampuan siswa sehingga ada kegiatan tutor sebaya pada siswa yang mengalami kesulitan dalam pemahaman pokok bahasan bagun ruang sisi lengkung serta mengatur waktu perpindahan dari kelompok ahli ke kelompok asal.

Perbandingan nilai rata-rata kelas dari kondidi awal, siklus I dan siklus II, mengalami peningkatan yaitu dari kondisi awal 68, sedangkan pada siklus I nilai rata-rata 78 dan nilai rata-rata pada siklus II sebesar 85,67, berarti telah mengalami peningkatan. Ketuntasan hasil belajar siswa dari kondisi awal dibandingkan dengan siklus I dan siklus II, dari jumlah siswa yang telah tuntas (memenuhi KKM) meningkat dari 68% menjadi 78% pada siklus I sedangkan pada siklus II telah meningkat menjadi 87,88%. Dengan demikian dari kondisi awal, siklus I sampai kondisi akhir siklus II telah terdapat peningkatan hasil belajar dari jumlah siswa yang tuntas sebesar: 87,5% – 1% = 35,88%. Adapun motivasi belajar siklus I dan siklus II dapat disajikan pada tabel 12 berikut ini.

Tabel. 12 Perbandingan Tingkat Motivasi Belajar Siswa Antar Siklus

No % Skor Perolehan Siklus 1 Siklus 2
% Skor Frekuensi Kriteria % Skor Frekuensi Kriteria
1 76 – 100 9 28,15 Sangat Tinggi 18 56.3 Sangat Tinggi
2 51 – 75 12 37,5 Tinggi 12 37,5 Tinggi
3 26 – 50 9 28,15 Sedang 2 6,2 Sedang
4 11 – 25 2 6,2 Rendah 0 0 Rendah

 

Sedangkan hasil tes atau nilai tes dari kondisi awal, siklus I dan siklus II dapat disajikan pada tabel 13 berikut ini.

Tabel: 13 Perbandingan Hasil Kondisi Awal dan Post Test Pada Siklus 1 Dan Siklus 2

Kriteria Hasil Belajar Siklus 1 Siklus 2
Hasil Kondisi Awal Hasil Post Test Hasil Post Test
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
N. rata-rata 68 78,5 85,76
Tuntas Belajar 13 40,6 21 65,6 28 87,5
Belum Tuntas 19 59,4 11 34,4 4 12,5

Sumber: Diolah dari data primer

Dari data tersebut di atas menunjukan dalam proses belajar dan hasil belajar pada tes pada kondisi awal, siklus I dan siklus II, telah terjadi peningkatan, baik motivasi, persentase ketuntasan kelas maupun nilai rata-rata kelas. Dengan demikian penggunaan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pokok bahasan bangun ruang sisi lengkung pada siswa kelas IXC SMP Negeri 3 Suruh Kabupaten Semarang semester satu tahun pelajaran 2018/2019 dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.

P E N U T U P

Simpulan

 Berdasarkan atas hasil penelitian yang telah dilaksanakan dalam proses pembelajaran matematika pokok bahasan bangun ruang sisi lengkung dengan implementasi model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, maka dapat disimpulkan:

  1. Meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Matematika Pokok Bahasan Matematika Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi Lengkung dengan KD menghitung luas dan volum tabung, kerucut dan bola pada siswa kelas IX C SMP Negeri 3 Suruh Kabupaten Semarang semester satu tahun pelajaran 2018/2019. Hal ini ditunjukkan dari hasil penelitian diperoleh rata-rata nilai motivasi belajar siklus I yaitu 65,65% dan masuk kategori tinggi dan meningkat lagi pada siklus II yaitu mempunyai nilai rata-rata motivasi belajar 93,8% dan masuk kategori sangat tinggi.
  2. Meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika Pokok Bahasan Matematika Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi Lengkung dengan KD menghitung luas dan volum tabung, kerucut dan bola pada siswa kelas IXC SMP Negeri 3 Suruh Kabupaten Semarang semester satu tahun pelajaran 2018/2019. Hal ini ditunjukkan dari hasil penelitian diperoleh rata-rata hasil belajar siklus I mencapai 78,5% dan meningkat lagi pada siklus II mencapai 85,76% serta ketuntasan belajar siklus pertama mencapai 65,6% dan meningkat lagi pada siklus kedua yaitu 87,5%.
  3. Meningkatnya motivasi belajar sebesar 28,15% (9 siswa) dan hasil ketuntasan belajar sebesar 21,6% (7 siswa) dan rata-rata hasil belajar sebesar 7,26 pada mata pelajaran Matematika Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi Lengkung dengan KD menghitung luas dan volum tabung, kerucut dan bola pada siswa kelas IXC SMP Negeri 3 Suruh Kabupaten Semarang semester satu tahun pelajaran 2018/2019.

Saran

Berdasarkan atas simpulan tersebut di atas maka peneliti dapat memberikan saran sebagai berikut:

Untuk Guru.

  • Pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw hendaknya ditindak lanjuti oleh guru dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran sehingga hasil belajar dapat tuntas terutama mata pelajaran matematika maupun mata pelajaran yang lain.
  • Setiap guru perlu meningkatkan kemampuan dalam mengembangkan gagasan baru yang konstruktif dengan menggunakan model pembelajaran secara kreatif setiap mata pelajaran.
  • Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw hendaknya dapat diterapkan pada semua jenjang tingkat atau kelas karena terbukti mampu meningkatkan daya kreativitas, motivasi dan hasil belajar siswa.

Untuk Sekolah

  • Memberikan motivasi kepada guru untuk dapat melakukan inovasi pembelajaran dengan berbagai macam model pembelajaran guna meningkatkan prestasi belajar siswa.
  • Mendorong dan memberikan kesempatan kepada guru untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas (action research) dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran dan hasil belajar siswa hingga dapat meningkatkan ketuntasan belajarnya.
  • Memberikan kesempatan kepada guru untuk meningkatkan kompetensi dirinya sebagai guru yang profesional melalui seminar, karya ilmiah, program pelatihan atau penataran.

DAFTAR PUSTAKA

Agus Supriyono. 2009. Cooperative Learning. Teori dan Aplikasi Paikem. Jakarta: Pustaka Pelajar.

Anitah, Sri, dkk. 2009. Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas Terbuka

Akhmad Sudrajat. 2008. Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik dan. Model Pembelajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Depdiknas. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Biro Hukum dan Organisasi Sekjen Depdiknas.