UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPS MATERI KEHIDUPAN MANUSIA PADA MASA PRAAKSARA SAMPAI MASUKNYA HINDU-BUDDHA DAN ISLAM DI INDONESIA

MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS VII G

SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2019/2020

 

  1. Mungkas Iswandi

SMP Negeri 1 Lebaksiu

 

ABSTRAK

Tujuan Penelitian ini adalah (1) meningkatkan motivasi belajar siswa, (2) meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII G SMP Negeri l Lebaksiu tahun pelajaran 2019/2020 dengan digunakannya model pembelajaran Make A Match pada siswa kelas VII G SMP Negeri l Lebaksiu semester genap tahun pelajaran 2019/2020.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian ini dilaksanakan 2 siklus yang terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas VII G SMP Negeri l Lebaksiu Kabupaten Tegal Tahun Pelajaran 2019/2020 yang berjumlah 33 siswa, terdiri dari 13 siswa putra dan 20 siswa putri. Kesimpulan dari hasil penelitian menunjukkan data motivasi siswa mengalami peningkatan yaitu pada siklus I jumlah siswa kurang 8 siswa atau 23%, siswa kriteria cukup 21 siswa atau 66%, siswa kriteria baik 4 siswa atau 11%. Pada siklus II meningkat menjadi siswa kriteria kurang 2 siswa atau 6%, siswa kriteria cukup 26 siswa atau 80%, kriteria baik 5 siswa atau 14%. Hasil belajar siswa siklus I tuntas 22 siswa atau 68,57% dan belum tuntas 11 siswa atau 31,43%. Pada siklus II mengalami peningkatan yaitu tuntas 28 siswa atau 85,71% dan belum tuntas 5 siswa atau 14,29%.

Kata Kunci: Kooperatif, Make A Match, IPS, Motivasi, Hasil Belajar

 

PENDAHULUAN

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Seiring berkembangnya zaman, pendidikan di masa sekarang ini dituntut untuk dapat menciptakan siswa yang mempunyai kompetensi tinggi.

Kenyataan yang terjadi, pembelajaran di kelas belum sepenuhnya melibatkan siswa secara langsung, seperti yang terjadi di kelas VII-G SMP Negeri 1 Lebaksiu.. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di SMP Negeri 1 Lebaksiu, peneliti menemukan permasalahan di kelas VII G dimana proses pembelajaran masih dilakukan dengan metode ceramah (konvensional). Guru belum menguasai keterampilan bertanya secara optimal.

Disisi lain interaksi antarsiswa dalam proses pembelajaran juga sangat kurang sehingga kerjasama siswa dalam membangun pengetahuannya juga kurang. Sehingga motivasi belajar siswa dan hasil belajar siswa masih rendah. Motivasi belajar IPS siswa kelas VII G adalah dapat dilihat dengan rincian 2 siswa berkategori baik (6,%), 4 siswa berkategori cukup (12,%), 27 siswa berkategori kurang (81%) dari keseluruhan siswa yang berjumlah 33 siswa.

Permasalahan tersebut menimbulkan perolehan prestasi belajar siswa menjadi kurang maksimal. Berdasarkan data prestasi siswa kelas VII G semester genap tahun pelajaran 2019/2020 diperoleh hasil bahwa nilai mata pelajaran IPS lebih rendah dari pada nilai Bahasa Indonesia, Matematika, dan IPA. Nilai rata-rata mata pelajaran Bahasa Indonesia sebesar 80, Matematika 78, IPA 78, dan IPS Dari data tersebut terlihat bahwa prestasi belajar IPS masih belum mencapai KKM yang ditetapkan yaitu 72.

Dari sejumlah 33 siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM atau belum tuntas sebanyak 27 siswa atau 83,00% dan yang memperoleh nilai diatas KKM atau tuntas 6 siswa atau 18,00%. Rendahnya prestasi belajar IPS dan jumlah siswa yang masih banyak memperoleh nilai dibawah KKM maka perlu dilakukan pemecahan masalah untuk meningkatkan prestasi belajar IPS pada siswa kelas VII G.

Model pembelajaran yang dapat diterapkan pada proses pembelajaran IPS salah satunya dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match. Pembelajaran kooperatif membawa siswa untuk saling bekerja kelompok dalam mengikuti proses pembelajaran. Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses belajar dan kegiatan pembelajaran (Trianto, 2009: 56).

Berdasarkan latar belakang sebagaimana dipaparkan di atas, maka peneliti mengajukan rumusan masalah sebagai berikut: (1) Bagaimanakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match dapat meningkatkan motivasi belajar IPS,? (2) Bagaimanakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match dapat meningkatkan hasil belajar IPS? (3) Bagaimanakah proses pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match berlangsung?

Tujuan Penelitian ini adalah: (1) Meningkatkan motivasi belajar IPS. (2) Meningkatkan hasil belajar IPS melalui model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match. (3) Memperoleh gambaran proses pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match.

KAJIAN PUSTAKA

Hakekat Belajar

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan (Rumini,1991: 60-63). Sedangkan berdasarkan Slameto (2010: 2), belajar diartikan sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannnya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Dalam kegiatan belajar perlu diciptakan suasana kegiatan pembelajaran yang memungkinkan siswa memperoleh pengalaman belajar sehingga terjadi perubahan dalam dirinya dari segi kognitif, psikomotorik maupun afektif. Persoalannya bagaimana mengaktifkan siswa agar secara sukarela tumbuh kesadaran untuk mau dan senang belajar. Siswa akan senang belajar apabila pembelajaran dirancang agar siswa baik secara sukarela maupun terpaksa aktif melakukan kegiatan belajar.

Motivasi Belajar

Huitt, W. (2001: 32) mengatakan motivasi adalah suatu kondisi atau status internal (kadang-kadang diartikan sebagai kebutuhan, keinginan, atau hasrat) yang mengarahkan perilaku seseorang untuk aktif bertindak dalam rangka mencapai tujuan. Jadi ada tiga kata kunci tentang pengertian motivasi menurut Huitt, yaitu: (1) Kondisi atau status internal itu mengaktifkan dan memberi arah pada perilaku seseoarang. (2) Keinginan yang memberi tenaga dan mengarahkan perilaku seseorang untuk mencapai suatu tujuan.Tingkat kebutuhan dan keinginan akan berpengaruh terhadap intensitas perilaku seseorang.

Thursan Hakim (2000: 26) mengemukakan pengertian motivasi adalah suatu dorongan kehendak yang menyebabkan seseorang melakukan perbuatan untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam belajar, tingkat ketekunan siswa sangat ditentukan oleh adanya motif dan kuat lemahnya motivasi belajar yang ditimbulkan motif tersebut.

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah kesanggupan untuk melakukan kegiatan belajar karena didorong oleh keinginannya untuk memenuhi kebutuhan dari dalam dirinya ataupun yang datang dari luar. Kegiatan itu dilakukan dengan kesungguhan hati dan terus menerus dalam rangka mencapai tujuan.

Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa selama belajar. Purwanto (2010: 46) menjelaskan bahwa hasil belajar merupakan pencapaian tujuan pendidikan siswa yang mengikuti proses belajar mengajar. Hasil belajar merupakan realisasi tercapainya tujuan pendidikan, sehingga hasil belajar yang diukur sangat tergantung pada tujuan pendidikannya. Sedangkan menurut kamus besar Bahasa Indonesia, hasil adalah sesuatu yang diadakan/dibuat oleh usaha (KBI: 343) dan belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu: atau berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman (KBI: 14).

Berdasarkan semua pendapat di atas, maka yang dimaksud hasil belajar dalam penelitian ini adalah nilai yang diukur melalui ranah kognitif yang dinyatakan dengan skor hasil tes atau angka yang diberikan oleh guru setelah siswa menyelesaikan suatu kompetensi tertentu.

Hakikat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Dalam pembelajaran aktif ditekankan pada bagaimana siswa mampu belajar cara belajar (learning to learn) sehingga dengan berbagai strategi guru, pembelajaran dijadikan suatu aktifitas yang menyenangkan (joinfull learning). Guru tidak boleh dipandang sebagai yang tahu segalanya, melainkan sebagai katalisator dan fasilitator.

Model Pembelajaran

Menurut Joyce (1970) dalam Trianto (2007: 1) model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, computer, kurikulum dan lain-lain. Fungsi model pembelajaran adalah sebagai pedoman guru untuk melaksanakan pembelajaran agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan.

Salah satu model pembelajaran yang banyak di terapkan adalah model pembelajaran kooperatif. Menurut Trianto (2007: 42) model pembelajaran kooperatif adalah sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja dengan berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama. Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya.

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match

Make A Match (mencari pasangan) merupakan model yang dikembangkan pertama kali oleh Lorna Curran pada tahun 1994. Make A Match ini merupakan model yang mengajarkan siswa untuk dapat aktif dalam mencari/mencocokkan soal dan jawaban serta disiplin terhadap waktu yang telah ditentukan. Huda (2014: 251) menyatakan bahwa Make A Match saat ini merupakan salah satu strategi penting dalam ruang kelas. Tujuan dari strategi ini antara lain, pendalaman materi, penggalian materi, dan edutainment.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match merupakan model pembelajaran kelompok yang mengajak siswa memahami suatu konsep atau topik melalui permainan kartu pasangan. Permainan tersebut dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan sehingga siswa menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran.

Kerangka Berpikir

Kegiatan awal penelitian ini adalah dengan melakukan observasi. Kegiatan observasi dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas VII G Semester Genap SMP Negeri 1 Lebaksiu. Hasil observasi tersebut adalah rendahnya hasil belajar IPS kelas VII G Semester Genap SMP Negeri 1 Lebaksiu yang diperoleh dari data mid Semester Genap.

Model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match yang diterapkan saat proses pembelajaran berlangsung dapat membuat siswa lebih mudah menguasai dan memahami materi pelajaran karena siswa ikut berperan aktif dalam proses pembelajaran. Siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan.

METODE PENELITIAN

Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 1 Lebaksiu, yang berlokasi di jalan Kauman no.2 Lebaksiu Lor. kecamatan Lebaksiu kabupaten Tegal dengan alasan, saat ini peneliti bertugas di sekolah tersebut, sehingga akan memudahkan dalam mengkoordinasi siswa dan juga lebih mengenal karakteristik beserta potensi yang dimiliki

Waktu penelitian

Penelitian dilakukan pada tanggal 3 Januari sampai 30 Juni 2020, Tahun pelajaran 2019/2020.

Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII G SMP Negeri 1 Lebaksiu Semester 2 Tahun Pelajaran 2019/2020 yang berjumlah 33 siswa terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan.

Metode Pengumpulan Data

Data yang diperoleh selama melakukan penelitian tindakan kelas ini berbentuk data kuantitatif dan data kualitatif. Model pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut: (1) Model Dokumentasi, (2) Model Observasi, (3) Model Tes.

Sumber Data

Penelitian ini menggunakan beberapa instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data yang valid. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah: (1) Soal Tes Hasil Belajar, (2) Lembar Observasi.

Cara Pengambilan Simpulan

Pengambilan simpulan dalam penelitian tindakan kelas ini ditetapkan peneliti dengan menentukan indikator kinerja sebagai berikut: (1) Motivasi siswa dalam pembelajaran ditetapkan indikator kinerja yaitu jika motivasi siswa telah mencapai atau di atas 75% pada kategori baik. (2) Hasil belajar siswa pada penelitian ini mencakup ketuntasan belajar perorangan dan klasikal. Indikator kinerja pada ketuntasan perorangan ditetapkan jika siswa memperoleh nilai hasil belajar sama atau di atas nilai Kriteria Ketuntasan Minimal IPS sebesar 72, sedangkan ketuntasan belajar klasikal ditetapkan jika jumlah siswa yang telah tuntas belajar perorangan dalam satu kelas telah mencapai sama atau di atas 75%.

Prosedur Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) merupakan suatu penelitian yang mencermati kegiatan belajar siswa dengan memberikan sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan. Kegiatan mengamati suatu objek untuk memperoleh data yang bermanfaat bagi kepentingan bersama. Pelaksanaan tindakan PTK dilaksanakan dalam beberapa periode atau siklus.

Dengan melaksanakan tahapan-tahapan PTK, guru mampu memperbaiki proses pembelajaran melalui suatu kajian yang terjadi di kelas. Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS materi kehidupan manusia pada masa Praaksara sampai masuknya Hindu-Budha dan Islam di Indonesia menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Kondisi Awal

Penelitian ini telah dilaksanakan pada siswa kelas VII G SMP Negeri 1 Lebaksiu yang berjumlah 33 siswa terdiri dari 13 siswa laki -laki dan 20 siswa perempuan. Sebagai gambaran awal pada pembelajaran IPS di kelas VII G SMP Negeri 1 Lebaksiu, guru masih menggunakan model pembelajaran konvensional yaitu metode ceramah. Pembelajaran dilakukan dengan cara satu arah dengan berpusat pada guru (teacher centered). Motivasi belajar IPS siswa kelas VII G adalah dapat dilihat dengan rincian 2 siswa berkategori baik (6,%), 4 siswa berkategori cukup (12,%), 27 siswa berkategori kurang (81%), dari keseluruhan siswa yang berjumlah 33, Sedangkan hasil belajar IPS siswa di SMP Negeri 1 Lebaksiu juga masih rendah. Sebagai gambaran, berdasarkan analisis penilaian harian ke 1, siswa kelas VII G menunjukkan bahwa rata-rata nilai siswa adalah 50, jauh dari KKM yang ditentukan yaitu 72. Siswa yang tuntas hanya 6 siswa dari 33 siswa atau hanya 17% sedangkan yang belum tuntas sebanyak 27 siswa atau 83%

Deskripsi Hasil Peneltian Siklus I

Pada pertemuan pertama beberapa siswa masih bingung dengan model pembelajaran Make A Match. Disini guru (peneliti) menjelaskan model pembelajaran Make A Match masih banyak siswa yang ketika diminta berdiskusi hanya diam, tidak mau berinteraksi, mereka masih malu bertanya atau terkadang bingung dengan penjelasan temannya sendiri. Ketika ketua kelompok dan pasangan kelompoknya diminta mempresentasikan hasil diskusinya, ada beberapa pasangan kelompok lain yang malu atau enggan maju. Ada juga siswa yang berbicara dengan temannya ketika ketua kolompok dan pasangan kelompoknya sedang mempresentasikan hasil diskusinya.

Motivasi Siswa Dalam Pembelajaran

Sebelum kegiatan inti berakhir, peneliti membagikan angket motivasi belajar IPS ke semua siswa untuk diisi. Hasil penyebaran angket motivasi belajar siklus I dan setelah dihitung skor motivasi belajar siswa kelas VII G SMP Negeri 1 Lebaksiu maka didapat dan bisa dilihat pada laporan berikut ini: Menurut tabel di atas, persentase motivasi belajar siswa terbesar di tunjukan pada kategori cukup sebesar 64%.

Dari laporan diatas menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa pada siklus I sudah kategori cukup baik walaupun prosentasenya masih 64% belum mencapai KKM 80%.Hal ini disebabkan siswa masih terlihat individualis sehingga mereka kurang bekerja sama dengan kelompoknya, selain itu masih banyak siswa malu untuk bertanya baik kepada guru maupun kepada siswa lain dalam kelompoknya. Disamping itu guru kurang merata dalam memberi bimbingan kepada siswa dari kelompok yang ada. Guru belum mampu mengelola waktu dengan baik, akibatnya ada tahapan-tahapan dalam RPP yang tidak terlaksana karena kehabisan waktu.

Hasil Belajar Siswa

Seperti pada perencanaan pembelajaran yang telah disusun sebelumnya ada dua aspek hasil belajar yang diperoleh siswa dalam pembelajaran yaitu hasil belajar tuntas dan belum tuntas. Hasil belajar tuntas dan belum tuntas siswa pada pembelajaran siklus I ditunjukkan pada laporan berikut ini:

Dari tabel di atas dapat diperoleh data bahwa nilai tertinggi adalah 90, nilai terendah 30, nilai rata-rata ketuntasan klasikan 72,87, terjadi peningkatan nilai rata-rata jika dibandingkan dengan kondisi awal yaitu 50. Walaupun hasil tes siklus I menunjukkan peningkatan, tapi karena belum mencapai indikator keberhasilan maka penelitian dilanjukan pada siklus II. Sedangkan siswa tuntas belajar tuntas sebanyak 22 siswa (66,67%), sedangkan 11 siswa (33,33%) belum tuntas.

 

 

Refleksi (Reflektion)

Dari hasil penelitian tindakan kelas di atas dengan materi kehidupan manusia pada Masa Praaksara dan hasil budayanya pada siklus I, dapat diperoleh data bahwa sebenarnya siswa sudah cukup tertarik dengan kegiatan pembelajaran melalui model kooperatif tipe Make A Match walaupun hasil yang diperoleh belum sesuai harapan dan belum memuaskan peneliti. Pada siklus I persentase motivasi belajar siswa yang termasuk kategori baik yaitu 12%. Pada motivasi belajar siswa kategori tinggi ada peningkatan sebesar 6% dari kondisi awal semula persentase motivasi belajar siswa kategori baik 6% menjadi 12% tapi masih belum memenuhi indikator keberhasilan yaitu paling sedikit 75%  siswa memiliki skor motivasi belajar IPS kategori baik. Sedangkan hasil belajar siswa juga belum memenuhi kriteria ketuntasan klasikal, yaitu baru mencapai 66,67% dari mininal 80% yang harus dicapai.

Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II

Motivasi Belajar

Motivasi Siswa dalam Pembelajaran angket siswa dalam diskusi kelompok menggunakan model pembelajaran Make A Match diperoleh hasil pengamatan seperti yang ditunjukkan pada laporan berikut ini.

Dari laporan pengamatan menunjukkan pembelajaran dengan menggunakan model Make A Match dapat membuat siswa menjadi termotivasi. Ini dapat dilihat dari 5 siswa atau 15% memiliki ketegori baik, 26 siswa atau 79% memiliki kategori cukup, dan 2 siswa atau 6% memiliki kategori kurang. Dari laporan di atas menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa siklus II sudah kategori cukup dengan persentasenya 79% sudah mencapai indikator keberhasilan yang sudah ditetapkan yaitu 75%.

Hasil Belajar Siswa

Hasil belajar siswa yang berupa aspek tuntas dan belum tuntas pada pembelajaran siklus II seperti ditunjukan pada laporan berikut ini: bahwa nilai tertinggi adalah 90, nilai terendah 60, nilai rata-rata kelas 79,24, nilai kurang dari KKM sebanyak 5 siswa atau 15% sedang nilai di atas KKM sebanyak 28 siswa atau 84,84%. Ini berarti bahwa ada peningkatan ketuntasan belajar dari siklus I yaitu 22 siswa atau 66,67% menjadi 28 siswa atau 84,84% pada siklus II. Ada peningkatan sekitar 17,14%. Hal ini berarti dengan diterapkannya strategi belajar model Make A Match berhasil meningkatkan kemampuan hasil belajar sesuai indikator keberhasilan.

Refleksi (Reflection)

Berdasarkan analisis dari hasil pengamatan dan nilai tes hasil belajar pada siklus II serta pertimbangan dari teman sejawat maka diperoleh refleksi berikut: (1) Siswa lebih berani untuk bertanya kepada temannya dalam satu kelompok. (2) Siswa punya minat lebih untuk bisa tampil didepan mempresentasikan hasil diskusi, (3) Indikator keberhasilan untuk rata – rata hasil belajar siswa mencapai lebih dari 72 yaitu disini nilai rata – ratanya mencapai 79,24. (4) Indikator keberhasilan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran siklus II telah tercapai yaitu ada 84% siswa motivasi belajarnya masuk kategori baik. (5) Indikator kriteria ketuntasan klasikal pada hasil belajar siswa dalam pembelajaran siklus II telah tercapai sebagaimana analisis nilai tes hasil belajar yang peroleh dari data bahwa siswa yang tuntas belajar sebanyak 28 siswa atau 84%.

PENUTUP

Simpulan

  1. Penerapan model pembelajaran Make A Match dapat meningkatkan motivasi belajar siswa pada kelas VII G SMP Negeri 1 Lebaksiu tahun pelajaran 2019/2020.
  2. Penerapan model pembelajaran Make A Match dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada kelas VII G SMP Negeri 1 Lebaksiu tahun pelajaran 2019/2020.
  3. Proses pembelajaran Make A Match dapat menigkatkan kerja-sama dan kreativitas semua siswa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran

Saran-Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia pada umumnya dan di Sekolah Menengah Pertama pada khususnya, peneliti menganjurkan:

  1. Guru dalam mengajar diharapkan menerapkan berbagai model pembelajaran sehingga tidak monoton.
  2. Guru mampu merancang pembelajaran dengan menggunakan strategi yang tepat sesuai dengan kondisi dan situasi

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Aziz Wahab. 2009. Metode dan Model-Model Mengajar.: Alfabeta Bandung:

Anita Lie. 2004. Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning diRuang-Ruang Kelas: GrasindoJakarta:

Daryanto dan Mulyo Raharjo.2012.Model Pembelajaran Inovatif: Gava Media Jakarta.

Dimyati dan Mudjiono.1999.Belajar dan Pembelajaran: Rineka Cipta.Jakarta.

Huda, Miftahul. 2014. Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur, dan ModelTerapan.: Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Isjoni. 2007. Cooperatif Learning Efektifitas pembelajaran Kelompok. Alfabeta. Bandung..

Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi: Refika Aditama.Bandung.

Nana Syaodih Sukmadinata. 2012. Metode Penelitian Pendidikan: Remaja Rosdakarya. Bandung

Oemar Hamalik.2010. Proses Belajar Mengajar: PT.Bumi Aksara. Jakarta.

Purwanto.2010 Evaluasi Belajar: Pustaka Pelajar.Yogyakarta

Ridwan A Sani.2014.Pembelajaran Saintifik Untuk Kurikulum 2013: Bumi Aksara Jakarta’

Rita Eka Izzaty. 2008. Perkembangan Perserta Didik: UNY Press.Yogyakarta

Rumini.1991.Psikologi Pendidikan: UPP UNY.Yogyakarta

Rusman. 2014. Model-Model Pembelajaran. PT. Rajagrafindo Persada. Jakarta.

Slameto.2020.Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya: Rineka Cipta  Jakarta

Sugihartono. 2012. Psikologi pendidikan: UNY Press: Yogyakarta.

Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta. Bandung.

Suprijono, Agus. 2013. Cooperative Learning. Pustaka Pelajar. Yogyakarta

SuharsiniArikunto. 1998. Prosedur Penelitian.: PT Rineka Cipta.Jakarta

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif.: Kencana