Meningkatkan Pemahaman Guru Melalui Supervisi Klinis Kepala Sekolah
MENINGKATKAN PEMAHAMAN GURU
PELAKSANAAN EVALUASI DIRI SEKOLAH (EDS)
MELALUI SUPERVISI KLINIS KEPALA SEKOLAH
DI SMP NEGERI 1 LINTONGNIHUTA TAHUN PELAJARAN 2019/2020
Solindungon Simbolon
SMP Negeri 1 Lintongnihuta
ABSTRAK
Masalah pokok dalam penelitian ini adalah Sejauhmana pengaruh pelaksanaan supervisi klinis oleh Kepala Sekolah terhadap guru untuk meningkatkan pemahaman dalam pelaksanaan evaluasi diri sekolah dan apakah upaya yang dapat dilaksanakan agar guru memiliki kemampuan dalam pelaksanaan evaluasi diri sekolah (EDS) di SMP Negeri 1 Lintongnihuta Tahun Pembelajaran 2019/2020? Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauhmanakah terdapat peningkatkan pemahaman guru dalam pelaksanaan evaluasi diri sekolah dengan adanya pelaksanaan supervisi klinis Kepala Sekolah terhadap guru pada Semester ganjil T.P 2019/2020. Manfaat dari penelitian tindakan sekolah ini, Untuk Guru, untuk membantu meningkatkan kompetensi paedagogik guru dalam pelaksanaan evaluasi diri sekolah (EDS) sehingga mampu meningkatkan kualitas pembelajaran yang akan berdampak pada peningkatan mutu dan hasil raport sekolah. Untuk Sekolah, untuk menambah refrensi tentang penelitian tentang upaya meningkatkan pemahaman dalam pelaksanaan evaluasi diri sekolah (EDS) dan untuk meningkatkan melaksanakan suatu penelitian yang merupakan prasyarat perolehan angka kredit pra syarat kelengkapan administrasi. Subjek penelitian ini adalah Kepala Sekolah dan yang menjadi Objek adalah guru wali kelas VII,VIII dan IX dengan jumlah keseluruhan sampel adalah 22 orang guru. Keseluruhan wali kelas dijadikan sampel dalam penelitian ini. Pelaksanaan penelitian ini pada semester ganjil Tahun pelajaran 2019/2020. Pelaksanaan supervisi klinis suatu cara untuk menciptakan dan mewujudkan penyelenggaraan pendidikan di sekolah menjadi lebih baik menjadi acuan kegiatan fungsi pembinaan, pemantauan, dan penilaian kinerja terhadap guru. Pada Siklus I, nilai rata-rata adalah 47% sedangkan hasil belum baik 53% dimana pemahaman dan pelaksanakan evaluasi diri sekolah (EDS) guru masih jauh di bawah rata-rata yang diharapkan yakni 72% maka kekurangan untuk mencapai nilai yang diharapkan adalah 19%. Pada Siklus II nilai rata-rata dengan hasil baik adalah 76% sedangkan hasil belum baik 24% dimana pemahaman dan pelaksanakan evaluasi diri sekolah (EDS) guru sudah di atas rata-rata yang diharapkan yakni 72% sedangkan dengan ini tindakan pada siklus II mencapai nilai yang diharapkan. Selisih antara siklus I dengan Siklus II adalah 19% dari kondisi yang terjadi dapat disimpulkan bahwa melalui supervisi klinis pada guru kelas dapat meningkatkan kompetensi dalam pelaksanakan evaluasi diri Sekolah (EDS) di SMP Negeri 1 Lintongnihuta Tahun Pelajaran 2019/2020.
Kata Kunci: Supervisi Klinis, EDS
PENDAHULUAN
Pelaksanaan Evaluasi merupakan suatu proses pengumpulan serta pemrosesan data dan informasi yang akan digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan, pengelolaan dan pengembangan sekolah. Evaluasi adalah suatu upaya sistematis untuk mengumpulkan dan memproses informasi yang menghasilkan kesimpulan tentang nilai, manfaat, serta kinerja dari lembaga pendidikan atau unit kerja yang dievaluasi, kemudian menggunakan hasil evaluasi tersebut dalam proses pengambilan keputusan dan perencanaan. Evaluasi diri (self evaluation) menekankan pada proses untuk membangun budaya mutu di tingkat satuan pendidikan yang dilakukan bertahap dan terus-menerus atas seluruh komponen-komponen pendidikan (BPSDMP PMP)
Evaluasi Diri Sekolah (EDS) bersifat internal dengan melibatkan pemangku kepentingan untuk melihat kinerja sekolah. Dalam hal ini standar yang digunakan untuk sekolah di Indonesia adalah Standar Pelayanan Minimal (SPM) dan Standar Nasional Pendidikan (SNP) sesuai Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 yang telah diubah menjadi Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan. Penilaian atas kekuatan dan kelemahan serta kemajuan sekolah ini menjadi tanggung jawab kepala sekolah, pendidik, kependidikan, siswa (peserta didik), komite sekolah, pengawas sekolah (Dinas Pendidikan), institusi pasangan, Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI). Proses evaluasi diri sekolah dimulai dengan pembentukan Tim Pengembang Sekolah (TPS).
Peningkatan mutu sekolah merupakan tanggung seluruh stake holder sekolah,sebagai pimpinan tertinggi pada satuan pendidikan maka Kepala sekolah harus menentukan langkah strategis untuk meninkatkan mutu sekolah secara umum, Super visi kepala sekolah salah satu cara yang baik untuk melakukan pendekatan pelaksanaan evaluasi diri sekolah. Dengan pelaksaan supervisi klinis seorang Kepala Sekolah dapat melakukan pembinaan dengan baik untu guru supaya dapat memahami dan melaksanakan Evaluasi diri sekolah . Tujuan pembinaan Kepala Sekolah dan supervisi klinis suatu cara untuk menciptakan dan mewujudkan penyelenggaraan pendidikan di sekolah menjadi lebih baik. Pendekatan supervisi klinis (Clinical approach) diharapkan menjadi acuan kegiatan fungsi pembinaan, pemantauan, dan penilaian terhadap guru dalam melaksanakan tugas di kelas.
Salah satu program yang dapat dilaksanakanKepala Sekolah dalam rangka pemberdayaan guru adalah supervisi klinis (Clinical approach) maupun supervisi managerial oleh Kepala Sekolah. Supervisi merupakan serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran demi pencapaian tujuan akademik. Supervisi merupakan upaya membantu guru-guru mengembangkan kemampuannya mencapai tujuan akademik. Dengan demikian, berarti, esensial supervisi akademik adalah membantu guru mengembangkan kemampuan profesionalismenya. Mengembangkan kemampuan dalam konteks ini janganlah ditafsirkan secara sempit, semata-mata ditekankan pada peningkatan pengetahuan dan keterampilan mengajar guru, melainkan juga pada peningkatan komitmen (commitmen) atau kemauan (willingness) atau motivasi (motivation) guru, sebab dengan meningkatkan kemampuan dan motivasi kerja guru, kualitas akademik akan meningkat secara signifikan.
Peningkatan mutu pendidikan akan dapat dilaksanakan dengan baik bila sekolah terbiasa melaksanakan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP) dalam implementasi MBSnya. Dan, instrumen utama dalam pelaksanaan SPMP adalah Evaluasi Diri Sekolah (EDS). Dalam implementasinya, EDS akan ditindaklanjuti dengan program Monitoring Sekolah oleh Pemerintah Daerah (MSPD) yang dilaksanakan oleh para Pengawas Pendidikan. MSPD merupakan instrumen utama Evaluasi Diri Kota/Kabupaten (EDK) sebagai dasar penyusunan program peningkatan mutu pendidikan di wilayah tersebut. Dengan demikian, SPMP, yang diimplementasikan dalam kegiatan EDS, akan menjadi komponen utama dalam lingkup implementasi MBS sebagai upaya pembudayaan peningkatan mutu pendidikan di sekolah.
KAJIAN PUSTAKA
Pengertian Kepala Sekolah
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor: 74 tahun 2008 disebutkan bahwa “Kepala Sekolah ” adalah guru pegawai negeri sipil yang diangkat dalam jabatan Kepala Sekolah sekolah. Kemudian di dalam Permen PAN & RB No. 21 Tahun 2010 Pasal 4 disebutkan “Kepala Sekolah ” merupakan Pejabat Karier yang hanya dapat di duduki oleh guru yang berstatus Pegawai Negeri Sipil.
Dari pengertian di atas, sudah jelas yang dimaksud dengan Kepala Sekolah BahwaKepala Sekolah adalah sebuah jabatan karir yang hanya dapat diduduki oleh seorang pegawai negeri sipil dari guru. Kepala Sekolah merupakan guru pegawai negeri yang diangkat oleh pejabat yang berwenang yang nantinya akan melakukan pengamatan dengan melihat baik secara langsung atau tidak terhadap objek yang diawasi yaitu; sekolah yang merupakan lembaga penyelenggara pendidikan.
Kedudukan Kepala Sekolah
Sebagai jabatan karir, Kepala Sekolah merupakan jabatan yang strategis dalam penyelenggaraan pendididikan. Kepala Sekolah berkedudukan sebagai pelaksana teknis fungsional dibidang managemen yang mencakup administrasi pada satuan pendidikan yang telah ditetapkan. Untuk itu Kepala Sekolah dalam melaksanakan tugasnya, merupakan perpanjangan tangan Dinas Pendidikan
Dengan posisi yang sedemikian strategis dalam penyelenggaraan pendidikan, sebenarnya Kepala Sekolah seharusnya memiliki andil yang sangat dominan dalam penyelenggaraan pendidikan disebuah satuan pendididkan. Yang menjadi masalah adalah seberapa besar Dinas Pendidikan dan Kebudayaan memberikan porsi kepada Kepala Sekolah untuk melaksanakan tugas-tugas kepemimpinan sesuai tugas pokok dan fungsi Kepala Sekolah yang diatur dalam peraturan atau perundangan yang berlaku.
Ruang Lingkup Tugas Kepala Sekolah
Sesuai dengan Peraturan Menteri PAN & RB Nomor 21 Tahun 2010 Pasal 5 disebutkan tugas pokok Kepala Sekolah adalah melaksanakan tugas managemen pada satuan pendidkan yang meliputi penyusunan program managemen, pelaksanaan pembinaan, pemantuan pelaksanaan 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan, penilaian, pembimbingan dan pelatihan profesional guru, evaluasi hasil pelaksanaan program managemen dan pelaksanaan tugas kemanagemen di daerah khusus. Tugas pokok kepala sekolah pada semua jenjang mencakup tiga bidang, yaitu: (a) tugas manajerial, (b) supervisi dan (c) kewirausahaan. Uraian tugas pokok tersebut adalah sebagai berikut.
Tugas Manajerial
Tugas kepala sekolah dalam bidang manajerial berkaitan dengan pengelolaan sekolah, sehingga semua sumber daya dapat disediakan dan dimanfaat-kan secara optimal untuk mencapai tujuan sekolah secara efektif dan efisien.
Tugas manajerial ini meliputi aktivitas sebagai berikut: Menyusun perencanaan sekolah, Mengelola program pembelajaran, Mengelola kesiswaan, Mengelola sarana dan prasarana, Mengelola personal sekolah, Mengelola keuangan sekolah, Mengelola hubungan sekolah dan masyarakat,Pelaksanakan evaluasi diri sekolah, Mengelola sistem informasi sekolah, Mengevaluasi program sekolah,Memimpin sekolah
Tugas Supervisi
Selain tugas manajerial, kepala sekolah juga memiliki tugas pokok melakukan supervisi terhadap pelaksanaan kerja guru dan staf. Tujuannya adalah untuk menjamin agar guru dan staf bekerja dengan baik serta menjaga mutu proses maupun hasil pendidikan di sekolah. Dalam tugas supervisi ini tercakup kegiatan-kegiatan:
- Merencanakan program supervisi
- Melaksanakan program supervisi
- Menindaklanjuti program supervisi
Tugas Kewirausahaan
Di samping tugas manajerial dan supervisi, kepala sekolah juga memiliki tugas kewirausahaan. Tugas kewirausahaan ini tujuannya adalah agar sekolah memiliki sumber-sumber daya yang mampu mendukung jalannya sekolah, khususnya dari segi finansial. Selain itu juga agar sekolah membudayakan perilaku wirausaha di kalangan warga sekolah, khususnya para siswa.
Fungsi Kepala Sekolah
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 57, Kepala Sekolah memiliki fungsi ;
- Pembinaan Kepala Sekolah dan Guru
- Pemantauan 8 (dekapan) Standar Nasional Pendidikan
- Penilaian Kinerja Kepala Sekolah dan Guru
Dalam tugasnya sebagai Kepala Sekolah manajerial, Kepala Sekolah memiliki fungsi sebagai:
- Fasilitator dalam proses perencanaan, koordinasi, pengembangan manajemen sekolah mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan serta menganalisis potensi sekolah
- Informan pengembangan mutu sekolah
- Evaluator terhadap hasil managemen.
Supervisi Klinis
Klinis dalam supervisi dapat diartikan sebagai kolegial, kolaboratif memiliki keterampilan pelayanan dan perilaku etis, telah menjadi imperative dalam melaksanakan supervisi klinis (Sahertia, 1990:58). Siklus supervisi yang secara klasikal ada 8 macam tahapan klinis yaitu (1) meletakkan hubungan yang baik; (2) merencanakan bersama guru; (3) merencanakan kegiatan supervisi; (3) megobservasi; (4) menganalisis; (5) menganalisis data hasil observasi; (6) merencanakan percakapan; (7) mengadakan percakapan; dan (8) memperbaiki rencana (Cogan dalam Sahertia, 1990:59).
Dari 8 macam tahapan supervisi klinis tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut.
- Meletakkan hubungan yang baik. Bahwa antara kepala sekolah dan guru terjalin hubungan harmonis, saling menyatu dengan yang lain dan berkomunikasi secara lancar.
- Merencanakan bersama guru. Bahwa sebelum pelaksanaan observasi atau penilaian Pelaksanakan evaluasi diri sekolah (EDS) diadakan pertemuan untuk menyepakati untuk mengidentifikasi permasalahan. Lalu membuat perencanaan observasi (tindakan) bersama-sama tentang alat penilaian administrasi kelas.
- Merencanakan kegiatan observasi. Supervisi klinis membuat perencanaan tindakan yang akan diperbaiki tentang penilaian.
- Supervisi klinis menindaklanjuti rencana menjadi tindakan kegiatan berupa pengamatan dalam hal ini masalah penilaian.
- Menganalisis data dari observasi. Dapat diartikan menyusun refleksi dan lapoaran hasil observasi tentang penilaian.
- Merencanakan percakapan. Merencanakan diskusi, tanya jawab tentang penyunan adminstrasi kelas yang terdapat RPP, silabus, persiapan mengajar, Bank Data Siswa (BDS), program semester, buku perkembangan anak didik, buku keuangan, buku tamu, buku BP, buku kecakapan hidup untuk siswa, dan hasil penilaian untuk siswa.
- Mengadakan percakapan. Tindakan percakapan antara kepala sekolah dan guru tentang penyusunan administrasi kelas.
- Memperbaiki Rencana. Perbaikan rencana tindak tentang permasalahan penyusunan administrasi kelas, pensekoran, dan perbaiakan nilai bagi guru.
METODE PENELITIAN
Perencanaan Tindakan
Tahap ini mencakup semua perencanaan tindakan seperti pembuatan Pelaksanakan evaluasi diri sekolah (EDS) seperti RPP, silabus, persiapan mengajar, Bank Data Siswa (BDS), program semester, buku perkembangan anak didik, buku keuangan, buku tamu, buku BP, buku kecakapan hidup untuk siswa, dan hasil penilaian untuk siswa. Dalam tahap ini penulis menetapkan seluruh rencana tindakan yang akan dilakukan untuk memperbaiki praktik penyusunan Pelaksanakan evaluasi diri sekolah (EDS) yaitu:
- Memberikan pembinaan pada guru.
- Memberikan contoh cara mengisi administrasi.
- Menjelaskan Pelaksanakan evaluasi diri sekolah (EDS) yang akan dikerjakan.
- Memilih prosedur evaluasi penelitian.
- Melaksanakan tindakan.
- Menyiapkan administrasi kelas.
Pelaksanaan Tindakan
Dalam tahap ini langkah-langkah pembelajaran dan tindakan mengacu pada perencanaan yang telah dibuat yaitu: Memahami pelaksanaan evaluasi diri sekolah yang terdiri atas RPP, silabus, persiapan mengajar, Bank Data Siswa (BDS), program semester, buku perkembangan anak didik, buku keuangan, buku tamu,. Adapun prosedur penelitian yang dipilih yaitu dengan menggunakan model spiral dari Kemmis dan Mc Taggart (1998).
Langkah-langkah pada modul siklus Kemmis dan Taggart di atas yaitu sebagai berikut:
- Perencanaan tindakan
- Pelaksanaan tindakan
- Observasi
Observasi
Pada tahap ini terdiri dari pengumpulan data serta mencatat kinerja guru pada saat pelaksanaan tindakan berlangsung. Observer bertugas mengamati kinerja guru pemahaman dan pelaksanakan evaluasi diri sekolah (EDS) dengan mengacu pada lembar observasi. Observasi ini dilakukan oleh peneliti yaitu dengan mengamati kinerja guru pemahaman dan pelaksanakan evaluasi diri sekolah (EDS) . Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah kinerja guru sudah sesuai dengan apa yang tercantum dalam lembar observasi atau tidak. Sehingga hasil observasi dapat diperbaiki pada siklus berikutnya.
Refleksi
Refleksi merupakan pengkajian hasil data yang telah diperoleh saat observasi oleh peneliti, praktikan dan pembimbing. Peneliti akan melakukan refleksi diakhir penilaian kinerja guru dengan merenungkan kembali secara intensif kejadian atau peristiwa yang menyebabkan sesuatu yang diharapkan atau tidak diharapkan. Refleksi merupakan bagian yang sangat penting untuk memahami dan memberikan makna terhadap penyusunan Pelaksanakan evaluasi diri sekolah (EDS)yang terjadi dilakukan dengan cara sebagai berikut:
- Mengecek kelengkapan data pengumpulan data yang terjaring selama proses tindakan.
- Mendiskusikan dan pengumpulan data antara kinerja guru dalam Pelaksanakan evaluasi diri sekolah (EDS
- Penyusunan rencana tindakan berikutnya yang dirumuskan dalam skenario Pelaksanakan evaluasi diri sekolah (EDS) menyusun tindakan yang akan dilakukan pada siklus II.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Indikator keberhasilan penerapan tindakan ini penulis tetapkan ≥ 72%, artinya tindakan ini dinyatakan berhasil bila ≥ 72%, guru sudah dapat menyusun dan menyediakan secara lenkap dan sesuai aturan yang diharapkan. Langkah-langkah kegiatan penyelesaian masalah/kegiatan menghadapi tantangan/kegiatan melakukan tindakan. Langkah-langkah yang diambil penulis dalam melakukan tindakan antara lain adalah melakukan sosialisasi kepada para guru mengenai penelitian yang akan dilaksanakan, serta menyampaikan tujuan dari penerapan tindakan yang dilakukan oleh penulis.
Siklus I
Siklus I yang dilaksanakan pada hari Senin 22 Juli 2019. Pada awal ajaran baru sebelum proses pembelajaran dimulai. Sebelum awal penelitian diadakan rapat dan pembinaan pemahaman dan pelaksanakan evaluasi diri sekolah (EDS). Penelitian yang dilakukan melalui beberapa tahap sebagai berikut:
Perencanaan
Dalam tahap perencanaan ini, peneliti harus mempersiapkan semua pendukung maupun komponen pelaksanaan penelitian seperti:
- Visi dan misi sekolah SMP Negeri 1 Lintongnihuta
- Program strategis sekolah (jangka pendek, menengah dan jangka panjang
- menyiapkan hal yang akan disusun seperti perencanaan program tahunan, program
- Kepala Sekolah melakukan pembinaan melalui supervisi klinis pada guru guru guru di SMP Negeri 1 Lintongnihuta
Pelaksanaan
Kegiatan yang dilakukan dalam pelaksanaan yaitu sebagai berikut:
- Hasil pekerjaan guru tentang administrasi kelas, dikumpulkan di kepala sekolah. Bersama kepala sekolah peneliti menyeleksi, menilai, dan mengevaluasi hasil kinerja guru.
- Peneliti mendata administrasi yang dikerjakan guru. Setelah mendata kepala sekolah mengevaluasi hasil kinerja guru.
- Setelah mengevaluasi kinerja guru, kepala sekolah memasukan penilaian ke lembar instrumen yang sudah dirancang sebelumnya
- Peneliti menganalisis hasil kinerja guru apakah guru tersebut tergolong baik atau masih kurang.
Untuk melakukan penilaian terhadap kondisi kelengkapan Pelaksanakan evaluasi diri sekolah (EDS) pada awal tahun ajaran dapat di amati beberapa kesiapan guru diantaranya
Nilai rata-rata kelengkapan Pelaksanakan evaluasi diri sekolah (EDS) masih rendah berdasarkan jumlah persentase hasil baik adalah 47% sedangkan hasil belum baik 53% dimana pemahaman dan pelaksanakan evaluasi diri sekolah (EDS) guru asih jauh di bawah rata-rata yang diharapkan yakni 72 maka kekurangan untuk mencapai nilai yang diharapkan adalah 19% selisih antara kondisi yang diharapkan dari kondisi yang terjadi, Berdasarkan hasil yang diperoleh masih diperlukan dilaksanakan tindakan pada siklus berikut untuk meningkatkan kesiapan Pelaksanakan evaluasi diri sekolah (EDS) dengan penyempurnaan kelemahan dalam siklus I
Berdasarkan hasil penilaian pada siklus I kelengkapan Pelaksanakan evaluasi diri sekolah (EDS) masih kurang maka pada tindakan selanjutnya harus lebih mengantispasi berbagai kendala dan tantangan dalam siklus berikutnya.
Observasi
Kegiatan observasi berlangsung pada saat yang hampir bersamaan dengan kegiatan implementasi. Pada saat peneliti mengadakan pengamatan terhadap kinerja guru. Hasil pengamatan peneliti terhadap kinerja guru tentang penyusunan Pelaksanakan evaluasi diri sekolah (EDS pada siklus I yaitu sebagai berikut: pada ajaran baru penelitian ini berlangsung melukukan penelitian dan merencanakan Pelaksanakan evaluasi diri sekolah (EDS) yang akan di ajarkan kepada anak didiknya pada tahun pelajaran 2019/2020. Penyusunan Pelaksanakan evaluasi diri sekolah (EDS) disusun sebelum pelaksanaan pembelajaran. Penyusunan program sekolah diikuti oleh kepala sekolah, komite, dan guru melalui forum.
Refleksi
Hasil penelitian/observasi kinerja guru pada siklus I dapat digolongkan dalam kategori kurang. Ketidak berhasilan penyusunan Pelaksanakan evaluasi diri sekolah (EDS) dengan waktu yang singkat pada siklus I disebabkan beberapa hal di bawah ini:
- Guru masih kurang memahami hal hal yang berhubungan dengan Evaluasai diri sekolah
- Waktu yang disediakan terlalu pendek.
- Kendala dialami guru adalah tentang penyusunan program semester, program tahunan, dan RPP
Berdasarkan asumsi di atas, peneliti merancang pada tindakan padaa siklus II dengan tindak lanjut sebagai berikut:
Melakukan pembinaan kepada guru.
Kepala sekolah menjelaskan aspek-aspek penilaian mutu sekolah
Karena capaian keberhasilan tindakan belum optimal maka penulis melakukan refleksi Setelah selesai satu siklus untuk merefleksi kelemahan atau kekurangan dari pelaksanaan tindakan pada siklus pertama. Refleksi dilaksanakan bersama-sama kolaborator untuk menentukan tindakan perbaikan pada siklus berikutnya. Dengan memperbaiki seluruh kelemahan yang terjadi selama pelaksanaan siklus I yang menyebabkan hasil belum tercapai secara optimal.
Siklus II
Perencanaan
Siklus II dilaksanakan pada bulan Agustus 2019. Perbaikan pada sikulus I. Penelitian ini dilakukan dengan acuan hasil siklus sebelumnya yang belum optimal untuk mencapai hasil yang lebih baik, peneliti melakukan berbagai penyempurnaan dalam tahapan pelaksanaan tindakan. Pada tahap perencanaan ini, yaitu,
- Visi dan misi sekolah SMP Negeri 1 Lintongnihuta
- Program strategis sekolah (jangka pendek, menengah dan jangka panjang
- Menyiapkan hal yang akan disusun seperti perencanaan program tahunan, program
- Kepala Sekolah melakukan pembinaan melalui supervisi klinis pada guru guru guru di SMP Negeri 1 Lintongnihuta
Pelaksanaan
Kegiatan yang dilakukan dalam pelaksanaan yaitu sebagai berikut:
- Hasil pekerjaan guru tentang administrasi kelas, dikumpulkan kepala sekolah. menyeleksi, menilai, dan mengevaluasi hasil kinerja guru.
- Peneliti mendata administrasi yang dikerjakan guru. Setelah mendata kepala sekolah mengevaluasi hasil kinerja guru.
- Setelah mengevaluasi kinerja guru, kepala sekolah memasukan penilaian ke lembar instrumen yang sudah dirancang sebelumnya
- Peneliti menganalisis hasil kinerja guru apakah guru tersebut tergolong baik atau masih kurang.
Nilai rata-rata kelengkapan Pelaksanakan evaluasi diri sekolah (EDS) mengalami peningkatan jumlah persentase hasil baik adalah 76% sedangkan hasil belum baik 24% dimana pemahaman dan pelaksanakan evaluasi diri sekolah (EDS) guru sudah di atas rata-rata yang diharapkan yakni 72% sedangkan nilai rata-rata capaian adalah 76% dengan ini tindakan pada siklus II mencapai nilai yang diharapkan. Selisih antara siklus I dengan Siklus II adalah 19% selisih antara kondisi yang diharapkan dari kondisi yang terjadi,
Berdasarkan hasil yang diperoleh memiliki makna bahwa pelaksanaan tindakan pada siklus II sudah baik dan berhasil dimana persentase kelengkapan Pelaksanakan evaluasi diri sekolah (EDS) telah mencapai 76% dan belum selesai 24% maka selisih peningkatan persentase antara siklus I dengan siklus II adalah 29% dengan hasil capaian diatas rata-rata yang diharapkan 4%. Dengan hasil ini penerapan supervisi klinis berhasil ditandai dengan adanya peningkatan nilai rapor mutu sekolah terjadi secara signifikan.
Observasi
Kegiatan observasi pada siklus II yaitu mengadakan pengamatan kinerja guru selama pelaksanakan evaluasi diri sekolah (EDS). Hasil pengamatan selama pelaksanakan evaluasi diri sekolah (EDS) pada tahun pelajaran 2019/2020 pada siklus kedua, banyak guru dapat menyelesaikan dengan sungguh-sungguh dengan hasil yang memuaskan
Refleksi
Hasil observasi tes pada siklus II dapat digolongkan dalam kategori baik. Oleh karena itu, peneliti menyimpulkan:
- Pelaksanakan evaluasi diri sekolah (EDS) sudah terkonsep oleh guru, guru bisa membayangkan atau membuat rancangan yang akan dikerjakan pada pengajaran di tahun pelajaran 2019/2020.
- Pelaksanaan supervisi klinis oleh Kepala Sekolah sangat berpengaruh terhadap pemahaman guru melaksanakan evaluasi diri sekolah (EDS) di SMP Negeri 1 Lintongnihuta Tahun Pembelajaran 2019/2020.
PEMBAHASAN
Sebelum dilaksanakan tindakan kesiapan Pelaksanakan evaluasi diri sekolah (EDS) guru sangat rendah ditandai dengan nilai rata-rata kelengkapan Pelaksanakan evaluasi diri sekolah (EDS) berdasarkan jumlah persentase hasil baik adalah 47% sedangkan hasil belum baik 53% dimana pemahaman dan pelaksanakan evaluasi diri sekolah (EDS) guru masih jauh di bawah rata-rata yang diharapkan yakni 72 maka kekurangan untuk mencapai nilai yang diharapkan adalah 19% selisih antara kondisi yang diharapkan dari kondisi yang terjadi
Pada siklus II sudah baik dan berhasil dimana persentase kelengkapan Pelaksanakan evaluasi diri sekolah (EDS) guru telah mencapai 76% dan belum selesai 24% maka selisih peningkatan persentase antara siklus I dengan siklus II adalah 29% dengan hasil capaian diatas rata-rata yang diharapkan 4%. Dengan hasil ini penerapan supervisi klinis Kepala Sekolah terhadap kemampuan guru guru pelaksanakan evaluasi diri sekolah berhasil ditandai dengan adanya peningkatan nilai rapor mutu sekolah.secara signifikan.
Pelaksanaan tindakan pada Siklus I, diperoleh nilai rata-rata kelengkapan Pelaksanakan evaluasi diri sekolah (EDS) masih rendah dengan jumlah persentase adalah 47% sedangkan hasil belum baik 53% dimana pemahaman dan pelaksanakan evaluasi diri sekolah (EDS) guru masih jauh di bawah rata-rata yang diharapkan yakni 72% maka kekurangan untuk mencapai nilai yang diharapkan adalah 19%. Selisih antara kondisi yang diharapkan dari kondisi yang terjadi belum tercapai, Berdasarkan hasil yang diperoleh masih diperlukan tindakan berikutnya Sedangkan pada Siklus II nilai rata-rata kelengkapan Pelaksanakan evaluasi diri sekolah (EDS) hasil baik adalah 76% sedangkan hasil belum baik 24% dimana pemahaman dan pelaksanakan evaluasi diri sekolah (EDS) guru sudah di atas rata-rata yang diharapkan yakni 72% sedangkan dengan ini tindakan pada siklus II mencapai nilai yang diharapkan. Selisih antara siklus I dengan Siklus II adalah 19% dari kondisi yang terjadi dapat disimpulkan bahwa melalui supervisi klinis pada guru kelas dapat meningkatkan kompetensi dalam pelaksanakan evaluasi diri di SMP Negeri 1 Lintongnihuta Tahun Pelajaran 2019/2020.
SIMPULAN
- Pelaksanaan supervisi klinis suatu cara untuk menciptakan dan mewujudkan penyelenggaraan pendidikan di sekolah menjadi lebih baik menjadi acuan kegiatan fungsi pembinaan, pemantauan, dan penilaian kinerja terhadap guru
- Pada Siklus I, nilai rata-rata adalah 47% sedangkan hasil belum baik 53% dimana pemahaman dan pelaksanakan evaluasi diri sekolah (EDS) guru masih jauh di bawah rata-rata yang diharapkan yakni 72% maka kekurangan untuk mencapai nilai yang diharapkan adalah 19%.
- Pada Siklus II nilai rata-rata dengan hasil baik adalah 76% sedangkan hasil belum baik 24% dimana pemahaman dan pelaksanakan evaluasi diri sekolah (EDS) guru sudah di atas rata-rata yang diharapkan yakni 72% sedangkan dengan ini tindakan pada siklus II mencapai nilai yang diharapkan. Selisih antara siklus I dengan Siklus II adalah 19% dari kondisi yang terjadi dapat disimpulkan bahwa melalui supervisi klinis pada guru kelas dapat meningkatkan kompetensi dalam pelaksanakan evaluasi diri Sekolah (EDS) di SMP Negeri 1 Lintongnihuta Tahun Pelajaran 2019/2020 .
SARAN
Sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian dan kesimpulan yang diperoleh, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut:
- Hendaknya guru dapat menggunakan media dan metode pembelajaran yang bervariasi sehingga Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan dapat terwujud.
- Kepala sekolah hendaknya berupaya meningkatkan kompetensi dalam pelaksanakan evaluasi diri di SMP Negeri 1 Lintongnihuta Siswa diharapkan dapat membangun pola interaksi dan kerjasama, baik dengan sesama siswa, dengan guru, dan lingkungan demi terlaksananya proses belajar mengajar yang baik
- Bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan jenis penelitian yang sama, hendaknya dapat memperbaiki tahapan-tahapan dalam metode ini serta mengkombinasikannya dengan metode pembelajaran yang lain sehingga dapat menghasilkan data penelitian yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Rahmat Saripudin, Tuesday, 28 October 2008 14:51, Peningkatan Mutu Pembelajaran.
Media Kita. Nurulfikri.sch.id/index.php http://rastodio.com/pendidikan /pengertian-mengajar.html (diakses tanggal 2 September 2010)
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta.Depdiknas.
Dadang Dahlan, In-house Training sebagai Sarana Peningkatan Kualitas Guru Tsanawiyah, file.upi.edu/al.php
Dhony Firmansyah,S.Si.2008.Karya Tulis disampaikan dalam Pelatihan “Sukses Membuat Proposal Penelitian yang Bermutu” K umiko Education Centre.