Meningkatkan Prestasi Belajar Dengan Cooperative Learning Dan Metode Pemecahan Masalah
UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS DENGAN MODEL COOPERATIVE LEARNING DAN METODE PEMECAHAN MASALAH (PROBLEM SOLVING) PADA POKOK BAHASAN INDONESIA
PADA ERA GLOBALISASI PADA SISWA KELAS VI SEMESTER 2 SD
NEGERI 2 KARANGLANGU KECAMATAN KEDUNGJATI
KABUPATEN GROBOGAN TAHUN PELAJARAN 2016/2017
Sumarsono
SD Negeri 2 Karanglangu Kecamatan Kedungjati
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah Untuk Meningkatkan kemampuan belajar siswa materi IPS pokok bahasan Indonesia dalam era globalisasi pada siswa kelas V1 SD Negeri 2 Karanglangu. Bentuk penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas yang terdiri dari 4 tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Sebagai subyek adalah siswa kelas VI SD Negeri 2 Karanglangu Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan yang berjumlah 20 siswa. Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: Berdasarkan hasil di atas dapat disimpulkan bahwa perbaikan belajar pada materi IPS pokok bahasan Indonesia pada era globalisasi dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning dan Problem Solving berhasil. Pelaksanaan dari siklus ke siklus selalu mengalami kenaikan. Pada siklus II banyak siswa yang mendapat nilai di atas KKM.
Kata Kunci: Cooperative Learning dan Problem Solving, IPS, Indonesia dalam era globalisasi
PENDAHULUAN
Pembelajaran merupakan aktivitas pendidik atau guru secara terprogram melalui desain instruksional agar peserta didik dapat belajar secara aktif dan lebih menekankan pada sumber belajar yang disediakan.
Pembelajaran IPS di sekolah dasar hendaknya menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar, terutama yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari anak. Dalam proses pembelajaran diupayakan mengaitkan bahan pelajaran IPS dengan pelajaran-pelajaran lain. Disamping itu perlu digunakan kejadian yang actual untuk mendukung atau memperkuat pembelajaran IPS yang sudah ada.
Mata pelajaran IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang hampir sama dengan mata pelajaran yang lain, yang memerlukan ingatan dan hafalan, namun prestasi hasil belajarnya IPS masih rendah belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Mengajar. Rendahnya prestasi belajar IPS dipengaruhi oleh rendahnya motivasi belajar siswa.
Oleh karena itu, agar siswa dapat pembelajaran IPS dengan senang maka guru harus dapat menciptakan proses pembelajaran yang dapat mendorong motivasi belajar siswa, agar prestasi belajar meningkat. Sehingga penulis mengambil judul “ Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar IPS dengan Model Cooperative Learning dan Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving) Pada Pokok Bahasan Indonesia Pada Era Globalisasi Pada Siswa Kelas VI Semester 2 SD Negeri 2 Karanglangu Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran 2016/2017â€
Berdasarkan Latar Belakang di atas, dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut: Apakah model pembelajaran Cooperative Learing dan metode pemecahan masalah (Problem Solving) dapat meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa kelas VI Semester 2 SD N 2 Karanglangu?
KAJIAN PUSTAKA
Belajar dapat diartikan sebagai suatu perubahan tingkah laku pada diri individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya (Moh. Uzer Usman, dkk. 1993: 4).
Prestasi belajar adalah merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yaitu faktor yang berasal dari dirinya sendiri maupun dari luar dirinya (Moh. Uzer Usman, 1993: 9).
Pengertian IPS yaitu suatu ilmu yang mempelajari berbagai kenyataan sosial dalam kehidupan sehari-hari yang bersumber dari ilmu bumi, ekonomi, sejarah, antropologi, sosiologi, dan tata negara (Depdikbud, 1994: 67).
Pengajaran pengetahuan social di SD berfungsi mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dasar untuk melihat kenyataan sosial yang dihadapi oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari.
Pengertian model Cooperative Learning menurut Anita Lie (2005: 18) bahwa model Cooperative Learning diartikan sebagai “sistem kerja atau belajar kelompok yang terstrukturâ€. Model Cooperative Learning menyediakan suatu kerangka bagi guru untuk dapat membantu kepentingan pengembangan pembelajaran dan tujuan hubungan manusia.
Pembelajaran model Cooperative Learning dapat menarik perhatian siswa dan juga memberi motivasi yang berasal dari dalam dirinya lebih kuat dibanding motivasi dari luar dirinya. Pembelajaran model ini dapat meningkatkan ingatan dan kemampuan atau keterampilan yang pada akhirnya dapat menghasilkan proses pembelajaran yang lebih baik.
Model Cooperative Learning sudah membuktikan efektifitas dalam meningkatkan motivasi belajar dan pengakuan diri , atribut langsung untuk sukses atau gagal, pengembangan perasaan ke arah positif terhadap teman sekelas, dan capaian terus meningkat pada tes pengertian , pemikiran, dan pemecahan masalah. Pola belajar kelompok dengan cara kerja sama antar siswa, selain dapat mendorong tumbuhnya gagasan yang lebih bermutu dan meningkatkan motivasi dan keterlibatan siswa, juga merupakan nilai sosial bangsa Indonesia yang perlu di pertahankan.
Problem Solving adalah cara mengajar yang dilakukan dengan cara melatih para murid menghadapi berbagai masalah untuk dipecahkan sendiri atau bersama-sama (Alipandie, 1984:105).
Selain itu model pembelajaran Problem Solving juga dapat diartikan sebagai cara penyajian bahan pelajaran dengan menjadikan masalah sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisis dan disintesis dalam usaha untuk mencari pemecahan atau jawabannya oleh siswa.
Pada saat ini, teknologi transportasi dan komunikasi sudah sangat maju. Sekarang banyak dijumpai alat transportasi modern, antara lain: 1) Transportasi darat: kereta api tebaga diesel dan listrik, sepeda motor, mobil/ truk, 2) Transportasi laut: kapal bermesin diesel/nuklir, speedboat, 3) Transportasi udara: pesawat terbang, pesawat luar angkasa.
Globalisasi berasal dari Bahasa Inggris yaitu, “globeâ€. Globe berarti bulat. Dapat diartikan juga menyeluruh. Globalisasi berarti keadaan dimana seluruh manusia dimuka bumi dapat saling berhubungan (berinteraksi) dengan cepat. Keadaan ini seolah -olah dunia adalah satu kesatuan yang “tiada berjarakâ€. Mengapa seluruh tempat dikatakan bersatu? Karena solah-olah “tidak ada jarakâ€. Jarak tidak lagi menjadi persoalan karena adanya alat transportasi dan komunikasi yang modern. Melalui siaran radio dan televisi, apa yang terjadi di tempat lain bisa didengar dan disaksikan oleh penduduk dunia pada waktu yang sama.
Globalisai memberikan peluang dan juga tantangan bagi suatu Negara. Dalam era globalisasi, persaingan ekonomi antarnegara semakin ketat. Keadaan ini menimbulkan peluang bagi sumber daya manusianya yang bagus. Sebaliknya menjadi tantangan atau “kekalahan†bagi Negara yang sumber manusianya sedikit. Dampaknya ada diberbagai bidang kehidupan, yaitu di bidang ekonomi, social dan budaya dan juga keamanan.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian tindakan kelas ini perencanaannya dilaksanakan di SD Negeri 2 Karanglangu Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan.
Waktu pelaksanaan direncanakan pada semester 2 tahun pelajaran 2016/2017 yaitu bulan Juli sampai bulan Desember 2016.
Subyek penelitian adalah siswa kelas VI SD Negeri 2 Karanglangu Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan Kualitatif yaitu menggambarkan masalah sebenarnya yang ada di lapangan, kemudian direfleksikan dan dianalisis berdasarkan teori menunjang dilanjutkan dengan pelaksanaan tindakan di lapangan. Pendekataan Kualitatif dalam penelitian ini digunakan untuk menelusuri dan mendapatkan gambaran secara jelas tentang situasi kelas dan tingkah laku siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan secara bersiklus. Pembelajaran dilakukan di kelas VI SD Negeri 2 Karanglangu Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan.
Sumber data dalam penelitian ini, barasal siswa kelas VI SD Negeri 2 Karanglangu Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan tahun Ajaran 2016 – 2017 yang berjumlah 20 siswa terdiri dari 9 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan.
Prosedur pengumpulan data dilakukan berdasarkan bentuk data yang diperoleh. Untuk memperoleh data yang diinginkan dalam pembelajaran IPS khususnya materi Indonesia dalam era Globalisasi dilakukan dengan teknik Observasi, diskusi dan evaluasi hasil belajar yang hasilnya akan dilaksanakan dalam bentuk skor. Sebelum dilaksanakan pelaksanaan tindakan kelas peneliti mengidentifikasi masalah pembelajaran IPS Kelas VI dilanjutkan dengan upaya pemecahan masalah yang dihadapi Guru dan siswa.
Data hasil penelitian yang terkumpul berasal dari data observasi, diskusi dan evaluasi. Tehnik analisis yang digunakan dalam penelitian mengikuti langkah Hopkins (1993:151) dengan tiga tahap analisis yaitu tahap kategorisasi, validasi dan intepretasi data.
Penelitian tindakan kelas dilakukan dalam dua siklus. setiap siklus diawali dengan perencanaan penerapan tindakan dan observasi, serta diakhiri dengan refleksi.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Nilai hasil tes pada pra siklus, siklus I, dan siklus II
Tabel 1 Nilai Tes Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II
No |
Nama Siswa |
Hasil Pelaksanaan Siklus Pembelajaran |
||
Pra Siklus |
Siklus I |
Siklus II |
||
1 |
Aliatul Rofiah |
60 |
65 |
70 |
2 |
Diyah Rahayu |
50 |
70 |
80 |
3 |
Riko Indra Lesmana |
55 |
60 |
65 |
4 |
Ginanjar Prayoga |
65 |
65 |
70 |
5 |
Melya Azizah |
50 |
55 |
60 |
6 |
Hanita Puspitasari |
70 |
80 |
80 |
7 |
Eka Lestari |
50 |
60 |
65 |
8 |
Agil Saputra |
55 |
60 |
75 |
9 |
Ahmad Setiawan |
50 |
55 |
75 |
10 |
Eka Diyan |
60 |
70 |
80 |
11 |
Ahmad Nur Ali |
60 |
65 |
65 |
12 |
Syahil Saputra |
65 |
65 |
80 |
13 |
Rianita Rahayu |
55 |
75 |
90 |
14 |
Sendi Kuswantoro |
50 |
60 |
65 |
15 |
Irvan Saputra |
55 |
60 |
80 |
16 |
Anis Fatur Azmi |
70 |
75 |
85 |
17 |
Bagus Setiawan |
50 |
55 |
70 |
18 |
Yuda Saputra |
65 |
75 |
80 |
19 |
Arya Kurniasari |
75 |
80 |
85 |
20 |
Anita Ria Utami |
60 |
75 |
80 |
Jumlah |
1.170 |
1.325 |
1.500 |
|
Rata-rata |
58,5 |
66,25 |
75 |
Rekap hasil tes pada pra siklus, siklus I, dan siklus II
Tabel 2 Rekap Hasil Tes Pra Siklus, Siklus I, Siklus II
No |
Nilai |
Pra Siklus |
Siklus I |
Siklus II |
|||
Jumlah siswa |
Jumlah Nilai |
Jumlah siswa |
Jumlah Nilai |
Jumlah Siswa |
Jumlah Nilai |
||
1 |
50 |
6 |
300 |
0 |
0 |
0 |
0 |
2 |
55 |
4 |
220 |
3 |
165 |
0 |
0 |
3 |
60 |
4 |
240 |
5 |
300 |
1 |
60 |
4 |
65 |
3 |
195 |
4 |
260 |
4 |
260 |
5 |
70 |
2 |
140 |
2 |
140 |
3 |
210 |
6 |
75 |
1 |
75 |
4 |
300 |
2 |
150 |
7 |
80 |
0 |
0 |
2 |
160 |
7 |
560 |
8 |
85 |
0 |
0 |
0 |
0 |
2 |
170 |
9 |
90 |
0 |
0 |
0 |
0 |
1 |
90 |
Jumlah nilai |
20 |
1.170 |
20 |
1.325 |
20 |
1.500 |
|
Rata-rata |
|
58,5 |
|
66,25 |
|
75 |
Deskripsi hasil tes tiap siklus
Berdasarkan hasil penelitian pada siswa kelas VI SD Negeri 2 Karanglangu mata pelajaran IPS pokok bahasan Indonesia di era globalisasi dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning dan Problem Solving, dapat disimpulkan pada pelaksanaan pra siklus dari jumlah siswa terdapat 1 siswa (5%) mendapat nilai 75, 2 siswa (10%) mendapat nilai 70, 3 siswa (15%) mendapat nilai 65, 4 siswa (20%) mendapat nilai 60, 4 siswa (20%) mendapat nilai 55, dan 6 siswa (30%) mendapat nilai 50. Dalam pembelajaran pada kondisi awal dari 20 siswa tersebut ternyata 3 anak (15%) tuntas dan 17 anak (85%) belum tuntas
Pada pelaksanaan siklus I dari 20 siswa, terdapat 2 siswa (10%) yang mendapat nilai 80, 4 siswa (20%) mendapat nilai 75, 2 siswa (10%) mendapat nilai 70, 4 siswa (20%) mendapat nilai 65, 5 siswa (25%) mendapat nilai 60, dan 3 siswa (15%) mendapat nilai 55. Dalam pembelajaran siklus I tersebut dari 20 siswa ternyata 8 anak (40%) tuntas dan 12 anak (60%) belum tuntas.
Pada pelaksanaan siklus II dari 20 siswa terdapat 1 siswa (5%) yang mendapat nilai 90, 2 siswa (10%) mendapat nilai 85, 7 siswa (35%) mendapat nilai 80, 2 siswa (10%) mendapat nilai 75, 3 siswa (15%) mendapat nilai 70, 4 siswa (20%) mendapat nilai 65, dan 1 siswa (5%) mendapat nilai 60. Dalam pembelajaran siklus II tersebut dari 20 siswa ternyata 15 anak (75%) tuntas dan 5 anak (25%) belum tuntas.
Berdasarkan hasil di atas dapat disimpulkan bahwa perbaikan belajar pada materi IPS pokok bahasan Indonesia di era globalisasi dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning dan Problem Solving berhasil. Pelaksanaan dari siklus ke siklus selalu mengalami kenaikan. Pada siklus II banyak siswa yang mendapat nilai di atas KKM.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan sebanyak tiga siklus dapat disimpulkan bahwa:
1. Melalui penerapan model pembelajaran Cooperative Learning dan Problem Solving dapat meningkatkan proses pembelajaran IPS pokok bahasan Indonesia di era globalisasi pada siswa kelas V1 SD Negeri 2 Karanglangu Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan tahun pelajaran 2016/2017.
2. Melalui penerapan model pembelajaran Cooperative Learning dan Problem Solving dapat meningkatkan kemampuan memahami pelajaran pada siswa kelas V1 SD Negeri 2 Karanglangu Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan tahun pelajaran 2016/2017.
Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai rata-rata hasil observasi terhadap aktivitas siswa pada pra siklus yang tuntas sebesar 15% pada siklus I yang tuntas sebesar 40% dan pada siklus II yang tuntas sebesar 75%.
Dari keseluruhan tindakan pada penelitian tindakan kelas dapat dikatakan berhasil apabila hasil dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan rata-rata, sehingga dapat membawa ke arah peningkatan proses pembelajaran IPS pada siswa kelas VI SD Negeri 2 Karanglangu Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan tahun pelajaran 2016/2017.
Saran
Dalam rangka meningkatkan kemampuan membaca permulaan siswa sewaktu pembelajaran bahasa Indonesia, maka peneliti menyampaikan saran sebagai berikut:
Untuk Guru
1. Memberikan motivasi kepada siswa untuk aktif mengikuti proses pembelajaran dengan model Cooperative Learning dan Problem Solving dalam meningkatkan hasil belajar IPS
2. Mengevaluasi efisien dan efektivitas penerapan model pembelajaran Cooperative Learning dan Problem Solving untuk meningkatkan hasil belajar IPS.
3. Memberikan motivasi kepada siswa dan memberikan penguatan kepada siswa sehingga siswa dapat menunjukkan kinerja yang lebih baik.
Untuk Siswa
1. Kepada siswa hendaknya aktif dalam mengikuti proses pembelajaran dan berusaha meningkatkan kemampuan belajar sehingga memperoleh hasil belajar yang optimal
2. Memiliki rasa senang untuk berbicara melalui pembelajaran kooperatif maupun penggunaan alat peraga yang tersedia.
3. Kepada siswa yang sudah lancar berbicara jangan merasa bosan untuk memberi contoh dengan cara belajar bersama (kelompok) dengan teman yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Anita Lie. 2002. Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta:Grasindo.
Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah Untuk Mata Pelajaran IPS. Jakarta: Depdiknas.
Hidayati, dkk.. 2008. Pengembangan Pendidikan IPS SD. Jakarta: Depdiknas.
Pranowo, 2004. Metode Pembelajaran dalam Proses Belajar Mengajar di Kelas. Loka karya Nasional USD. Yogyakarta: Lembaga penelitian.
Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:Rineka Cipta.
Uzer Usman Moh. 2002. Menjadi Guru Profesiona,. Bandung: PT Remaja.
Wardani, I.G.K 2004. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.