UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MATERI

SISTEM PEMERINTAHAN DESA DAN KECAMATAN DENGAN METODE DEMONSTRASI DAN TANYA JAWAB SISWA KELAS IV

SDN SIWAL 01 SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2015/2016

 

Joko Tri Hascaryo

SD Negeri Siwal 01, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Semarang

 

ABSTRAK

Keberhasilan pembelajaran dapat dibuktikan dengan dikuasainya tujuan pembelajaran oleh siswa. Kegiatan pembelajaran yang efektif tidak dapat muncul dengan sendirinya tetapi guru harus menciptakan pembelajaran yang memungkinkan mencapai tujuan yang ditetapkan secara optimal. Guna mencapai yang diharapkan dalam kompetensi yang harus dimiliki siswa dalam pembelajaran, upaya yang dapat dilakukan di antaranya pemanfaatan media dan sumber pembelajaran yang tepat. Hal ini karena keberhasilan pembelajaran tidak terlepas metode, strategi, serta media pembelajaran yang digunakan. Di samping itu, pengalaman belajar yang diperoleh siswa dari dalam maupun luar kelas. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila siswa mencapai dalam penguasaan materi. Siswa dinyatakan berhasil dalam penguasaan materi apabila siswa mencapai nilai sesuai yang disyaratkan dalam Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Bagaimana Prestasi Siswa siswa kita? Berdasarkan identifikasi dan analisis masalah di atas, jelas sekali bahwa proses pembelajaran tidak berjalan dengan efektif. Maka untuk membantu siswa kelas IV SD N Siwal 01 supaya dapat menguasai materi dnegan baik penulis merumuskan masalah yaitu “Apakah penggunaan metode demonstrasi dan tanya jawab dapat meningkatkan partisipasi dan Prestasi Siswa siswa dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan kompetensi dasar Sistem Pemerintahan Desa dan Kecamatan di kelas IV semester 2 SDN Siwal 01?” Dari hasil penelitian melalui perbaikan pembelajaran di kelas IV SDN Siwal 01, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2015/2016 pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dapat disimpulkan sebagai berikut: Pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan siklus I dari 12 siswa yang tuntas KKM sebanyak 8 siswa dengan prosentasi 60% secara klasikal. dengan nilai rata-rata kelas 64,16 dalam (skala 10-100) sedangkan dalam kualitas pembelajaran 3,6 (skala 1-5) Pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan siklus II dari 12 siswa yang tuntas KKM sebanyak 11 siswa dengan prosentasi 92% secara klasikal dengan nilai rata-rata kelas 78,33 dalam (skala 10-100) sedangkan dalam kualitas pembelajaran 4,4 (skala 1-5)

Kata kunci: prestasi belajar, demonstrasi, tanya jawab

                                              

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG MASALAH

Sebagai pengajar guru bertanggung jawab untuk membantu siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan sehingga siswa memiliki kompetensi dalam pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap terhadap materi yang diajarkan. Oleh karena itu para guru diharapkan untuk menciptakan situasi pembelajaran yang baik guna mencapai hasil tersebut.

Keberhasilan pembelajaran dapat dibuktikan dengan dikuasainya tujuan pembelajaran oleh siswa. Kegiatan pembelajaran yang efektif tidak dapat muncul dengan sendirinya tetapi guru harus menciptakan pembelajaran yang memungkinkan mencapai tujuan yang ditetapkan secara optimal.

Guna mencapai yang diharapkan dalam kompetensi yang harus dimiliki siswa dalam pembelajaran, upaya yang dapat dilakukan di antaranya pemanfaatan media dan sumber pembelajaran yang tepat. Hal ini karena keberhasilan pembelajaran tidak terlepas metode, strategi, serta media pembelajaran yang digunakan. Di samping itu, pengalaman belajar yang diperoleh siswa dari dalam maupun luar kelas.

Pembelajaran dikatakan berhasil apabila siswa mencapai dalam penguasaan materi. Siswa dinyatakan berhasil dalam penguasaan materi apabila siswa mencapai nilai sesuai yang disyaratkan dalam Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Bagaimana Prestasi Siswa siswa kita?

RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan identifikasi dan analisis masalah di atas, jelas sekali bahwa proses pembelajaran tidak berjalan dengan efektif. Maka untuk membantu siswa kelas IV SD N Siwal 01 supaya dapat menguasai materi dnegan baik penulis merumuskan masalah yaitu “Apakah penggunaan metode demonstrasi dan tanya jawab dapat meningkatkan partisipasi dan Prestasi Siswa siswa dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan kompetensi dasar Sistem Pemerintahan Desa dan Kecamatan di kelas IV semester 2 SDN Siwal 01?”

TUJUAN PENELITIAN

Penelitian dilakukan untuk mendeskripsikan upaya yang ditempuh guru untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan kompetensi dasar Sistem Pemerintahan Desa dan Kecamatan di kelas IV SD Negeri Siwal 01 Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang semester 2 tahun pelajaran 2015/2016.

MANFAAT PENELITIAN

Manfaat dari penelitian ini berakibat tidak pada satu orang saja tetapi berbagai orang yang terkait pada pembelajaran antara lain:

Bagi siswa

a)    Memudahkan siswa memahami suatu konsep materi.

b)    Menambah pengalaman atau wawasan siswa.

c)     Membuat siswa berinteraksi secara aktif dan kreatif.

d)    Membuat siswa tertarik dan tidak cepat bosan.

Bagi guru

a)    Tercapainya tugas sebagai pengajar dengan baik.

b)    Menambah wawasan atau pengalaman guru.

c)     Menambah kreatifitas dalam menyampaikan materi.

d)    Membuka wawasan kependidikan para guru di berbagai tempat supaya tergerak mengadakan perbaikan pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas.

e)    Membuat hubungan yang akrab dengan siswa.

Proses pembelajaran

a)    Tercapainya tujuan pembelajaran dengan tuntas.

b)    Meningkatkan mutu pembelajaran sehingga berdampak pada peningkatan mutu pendidikan pada umumnya.

Bagi sekolah

a)    Penelitian dilakukan untuk memajukan sekolah dengan mendorong guru-guru mengembangkan wawasan profesionalnya.

b)    Mendorong guru-guru untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.

KAJIAN PUSTAKA

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang efektif akan membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Pembelajaran adalah suatu proses belajar, mengajar, serta strateginya, termasuk pendekatan yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut. Dalam Bab ini akan dibahas mengenai berbagai landasan yang digunakan peneliti tentang pengertian belajar, pengertian mengajar, proses pembelajaran, pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, tujuan pembelajaran, dan penggunaan media dalam pembelajaran sehingga dalam melaksanakan penelitian peneliti dapat mempunyai referensi yang tepat dari berbagai sumber.

Belajar

Pengertian Belajar

Darsono (2002) mengutip beberapa pendapat para ahli tentang pengertian belajar.

1.     Mirris L. Bigge mendefinisikan belajar sebagai perubahan yang menetap dalam kehidupan seseorang tidak diwariskan secara genetic. Perubahan terjadi pada pemahaman, perilaku, persepsi motivasi, atau campuran dari semuanya secara sistematik sebagai akibat pengalaman dalam situasi-situasi tertentu.

2.     Menurut Whittaker, belajar dapat didefinisikan sebagai proses yang menimbulkan atau pengalaman.

3.     Quinn mengemukakan belajar sebagai suatu perubahan perilaku sebagai hasil pengalaman.

4.     Menurut Windel, belajar diartikan sebagai suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman ketrampilan, dan nilai sikap. Pada umumnya para ahli mempunyai pendapat yang sama bahwa hasil suatu aktivitas belajar adalah “perubahan” bahwa perubahan itu akibat “pengalaman”.

5.     Gagne menerangkan lebih lanjut, belajar bukan terjadi karena adanya warisan genetika, atau respon secara alaamiah kedewasaan atau keadaan organism yang bersifat temporer misalnya kelelahan, pengaruh obat-obatan, rasa takut, persepsi, motivasi dan seterusnya atau gabungan dari kesemuanya.

 

Proses Pembelajaran

Pembelajaran merupakan suatu proses yang mencakup kegiatan belajar dan mengajar. Kegiatan belajar adalah kegiatan aktif siswa untuk suatu peristiwa. Sedangkan kegiatan mengajar merupakan upaya kegiatan menciptakan suasana yang mendorong inisiatif, motifasi dan tanggung jawab pada siswa untuk selalu menerapkan seluruh potensi diri dalam membangun gagasan melalui kegiatan belajar sepanjang hayat (Sudjatmiko, 2003).

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, paradigm pembelajaran dipersekolahan banyak mengalami perubahan, terutamaa dalam pelaksanaan proses pembelajaran dari yang bersifat behavioristik menjadi kontruktifisme, dari yang teacher concered menjadi student concered. Pendekatan tersebut dikenal dengan nama Contextual Teaching and Learning (CTL).

Contextual Teaching and Learning (CTL) mempunyai beberapa pengertian atau konsep, secara konteks CTL adalah keadaan yang mempengaruhi langsung kehidupan siswa dalam pembelajaran. Dilihat dari waktu, CTL meliputi masa yang telah lalu, masa sekarang dan masa yang akan datang. Dari dimensi materi pembelajaran CTL berarti lawan dari text book, sementara itu dari aspek lingkungan CTL berarti meliputi budaya, sosial ekonomi, politik dan hokum. Sedangkan bila dilihat dari ruang CTL berarti mengambil sumber dari keluarga, masyarakat, bangsa/Negara dan dunia. Jadi belajar tidak hanya sebatas menggunakan ruang kelas biasa.

CTL juga mengaitkan isi pembelajaran dengan dunai nyata dan akan memotivasi siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan dengan penerapannya dalam kehidupan mereka. Ada 7 pilar pembelajaran CTL yaitu; Constructivism, Inquiry, Questioning, Learning Community, Modelling; Reflextion; Authentic Assessment. Kata kunci dasar dalam proses pembelajaran CTL meliputi; pembelajaran harus bermakna, baik bagi siswa maupun lingkungannya; proses pembelajaran juga harus dapat mengungkap aspek pemikiran tingkat tinggi siswa; Dalam proses pembelajaran juga harus dapat menggunakan kurikulum standart; siswa dilibatkan untuk bertanggung jawab dan penilaian dengan menggunakan assessment authentic. (www.google.com)

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan Kewarganegaraan sebagai salah satu ilmu dasar ini telah berkembang pesat, baik materi maupun kegunaannya. Dengan kurikulum Pendidikan Kewarganegaraan sekolah perlu selalu mempertimbangkan perkembangan-perkembangan, pengalaman masa lalu serta kemungkinan masa depan.

Pendidikan Kewarganegaraan sekolah adalah Pendidikan Kewarganegaraan yang diajarkan di Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Pendidikan Kewarganegaraan sekolah tersebut terdiri atas bagian-bagian Pendidikan Kewarganegaraan yang dipilih guna menumbuhkankembangkan kemampuan-kemampuan dan membentuk pribadi siswa serta berpandu pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ini berarti bahwa Pendidikan Kewarganegaraan sekolah tidak dapat dipisahkan sama sekali dari ciri-ciri yang dimiliki Pendidikan Kewarganegaraan. Dua ciri penting dari Pendidikan Kewarganegaraan adalah (1) Memiliki objek kejadian yang abstrak dan (2) Berpola pikir deduktif dan konsisten. Dipandang dari segi system proses belajar mengajar Pendidikan Kewarganegaraan merupakan masukan instrumental yang memiliki objek dasar abstrak dan berdasarkan kebenaran konsistensi, untuk mencapai tujuan pendidikan.

Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan berfungsi untuk mengambangkan kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bilangan dan symbol serta ketajaman penalaran yang dapatmembantu memperjelas dan menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Muhsetyo, Gatot. (2003).

Metode Pembelajaran Yang Digunakan

METODE DEMONTRASI (DEMONSTRATION METHOD)

Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan. Muhibbin Syah (2000). Metode demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk memperlihatkan sesuatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran. Syaiful Bahri Djamarah, (2000).

METODE TANYA JAWAB

Bertanya dan menjawab kerap kali dilakukan orang apabila ada ketidak tahuan atau ketidakpahaman akan sesuatu peristiwa atau pemahaman. Dalam proses belajar mengajar Tanya jawab dijadikan salah satu metode untuk menyampaikan materi pelajaran dengan cara guru bertanya kepada peserta didik atau peserta didik bertanya kepada guru. Metode Tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam proses belajar mengajar melalui interaksi dua arah atau “two way traffic” dari guru ke peserta didik atau dari peserta didik kepada guru agar dapat diperoleh jawaban kepastian materi melalui jawaban lisan guru atau peserta didik.

Penggunaan Media dalam Pembelajaran

Media berasal dari bahasa latin medium yang artinya perantara yang membawa pesan dari sumber untuk disampaikan kepada penerima pesan (Anilah W.Sri, 1997:6)

Penggunaan media pembelajaran sangat diperlukan dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan sebagaimana Piaget mengemukakan dalam teorinya bahwa siswa yang tahap berpikirnya masih ada tahap operasi konkret (7-13 tahun), yaitu tahapan umur pada anak usia SD tidak akan memahami operasi (60%) dalam konsep Pendidikan Kewarganegaraan tanpa dibantu oleh benda-benda konkret.

Dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan kompetensi penulisan bilangan romawi, peneliti memperbaiki pembelajaran melalui penyediaan media yang relevan. Sebagaimana Bruner dalam teorinya mengemukakan bahwa “dalam proses belajar siswa sebaiknya diberi kesempatan untuk memanipulasi benda-benda (media)”.

PELAKSANAAN PERBAIKAN

Subjek Penelitian

Perbaikan pembelajaran dilaksanakan di kelas IV SDN Siwal 01 Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang. Siswa kelas IV terdiri dari 12 siswa yang terbagi menjadi 7 siswa laki-laki dan 5 siswa perempuan. Sekolah terletak di pinggir timur kecamatan Kaliwungu.

Penduduknya sebagian hidup sebagai buruh tani dan sebagian besar lainnya sebagai kaum urban di Jakarta. Anak-anak mereka dititipkan kepada nenek dan kakeknya, sehingga kurang perhatian dari orang tua. Di samping itu fasilitas sekolah juga kurang memadai. Hal inilah yang merupakan salah satu penyebab motivasi belajar siswa rendah. Selain itu fasilitas belajar di sekolah juga kurang memadai.

Peneliti adalah guru SD Negeri Siwal 01, kecamatan Kaliwungu, kabupaten Semarang, yaitu saya sendiri Joko Tri Hascaryo, S.Pd NIP 19610902 198012 1 003 dibantu oleh teman sejawat Ibu Partini selaku rekan guru di SD Negeri Siwal 01 Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Semarang.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penulis telah melakukan perbaikan pembelajaran sebanyak dua siklus. Selanjutnya disampaikan hasil perbaikan pada masing-masing siklus. Penyampaian hasil penelitian pada masing-masing siklus akan mencakup penilaian penampilan perbaikan pembelajaran dan Prestasi Siswa siswa.

Dikembangkan dari hasil pengukuran asesmen (Zainul & Mulyana,2003) penilaian penampilan perbaikan pembelajaran menggunakan alat ukur rating skale, dan pengukuran prestasi belajar siswa dengan tes formatif.

DESKRIPSI PER SIKLUS

Pada setiap siklus disajikan data hasil observasi aktivitas-aktivitas perbaikan pembelajaran yang dilakukan, Prestasi Siswa siswa sesuai dengan hasil tes formatif, deskripsi pelaksanaan tiap-tiap aktivitas dan deskripsi Prestasi Siswa siswa.

Siklus I

Pada akhir pelaksanaan perbaikan pembelajaran, guru melakukan tes formatif. Dari hasil tes formatif diketahui bahwa nilai rata-rata kelas adalah 64,16. Hasil ini menunjukkan bahwa perbaikan pembelajaran siswa baru mampu menghantarkan siswa sampai pada prestasi cukup, dan belum memuaskan.

Siklus II

Secara umum dapat dikatakan bahwa pelaksanaan perbaikan pembelajaran berjalan cukup baik, dengan nilai rata-rata 4,4 (dalam skala 1-5) dan prestasi belajar siswa baik dengan nilai rata-rata 73,33 (dalam skala (10-100).

Pada akhir pelaksanaan perbaikan pembelajaran, guru melakukan tes formatif. Dari hasil tes formatif diketahui bahwa nilai rata-rata kelas adalah 78,33. Hasil ini menunjukkan bahwa perbaikan pembelajaran siswa mampu menghantarkan siswa sampai pada prestasi baik, dan cukup memuaskan terbukti dari 12 siswa yang mendapatkan nilai lebih dari KKM yaitu 60, ada 11 siswa sedangkan yang belum tuntas 1 siswa dalam persentase ketuntasan sudah lebih dari 75% secara klasikal sehingga peneliti tidak mengadakan siklus selanjutnya.

PEMBAHASAN DARI SETIAP SIKLUS

Pembahasan menjawab pertanyaan, Mengapa hasil penelitian demikian? Pertanyaan ini mertujuk bagaimana keintensifan pelaksanaan penelitiannya dan mengapa tindakan-tindakan perbaikan tertentu yang diambil. Yang terakhir ini menyangkut ketepatan teori yang dipakai sebagaimana disajikan dalam kajian pustaka yang digunakan.

Berdasarkan hasil tes formatif siswa yang ditemukan dalam penelitian di kelas IV SD Negeri Siwal 01 dapat dikatakan bahwa pelaksanaan perbaikan pembelajaran meningkat dan karena itu prestasi belajar siswa juga meningkat. Pelaksanaan perbaikan pembelajaran dengan cukup baik pada siklus I, meningkat menjadi baik pada siklus II.

Berikut adalah tabel keberhasilan dan ketuntasan siswa berdasarkan hasil tes sampai dengan siklus II.

Ketuntasan Belajar Siswa Hasil Tes Pendidikan Kewarganegaraan Siklus I dan Siklus II

No

Siklus

Jumlah Siswa

Siswa yang Mendapat Nilai

KKM

Ketuntasan

<60

≥ 60

1

Siklus I

12

4

8

60

60%

2

Siklus II

12

1

11

60

92%

 

Berdasarkan tabel di atas dapat dibaca bahwa, terjadi peningkatan hasil tes belajar siswa sampai pada siklus II yaitu:

1.     Pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan siklus I dari 12 siswa yang tuntas KKM sebanyak 8 siswa dengan prosentasi 60% secara klasikal. dengan nilai rata-rata kelas 64,16 dalam (skala 10-100) sedangkan dalam kualitas pembelajaran 3,6 (skala 1-5)

2.     Pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan siklus II dari 12 siswa yang tuntas KKM sebanyak 11 siswa dengan prosentasi 92% secara klasikal dengan nilai rata-rata kelas 78,33 dalam (skala 10-100) sedangkan dalam kualitas pembelajaran 4,4 (skala 1-5)

Jadi selama perbaikan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dari tahap awal, siklus I sampai dengan siklus II terjadi peningkatan 62% secara klasikal.

Peningkatan prestasi belajar siswa kelas IV SD Negeri Siwal 01 terjadi karena dalam perbaikan pembelajaran secara konsekuen penulis melaksanakan aktivitas-aktivitas perbaikan yang telah dipilih dengan tepat.

Aktivitas-aktivitas perbaikan pembelajaran ini mencakup:

1.     Pemberian apersepsi yang menarik sehingga dapat memotivasi siswa ;

Teori yang melandasinya adalah:

Motivasi secara lugas diartikan sebagai dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Sementara Ngalim Purwanto (1990) mengartikan, bahwa motivasi merupakan usaha yang disadari untuk menggerakkan, mengarahkan dan menjaga tingkah laku seseorang agar ia terdorong untuk bertindak (beraktivitas) sehingga dapat mencapai hasil tertentu. Sedangkan Oemar Hamalik (1999) mengartikan motivasi sebagai suatu perubahan energi pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif dan reaksi untuk mencapai tujuan.

2.     Kegiatan demonstrasi oleh guru dan siswa.

Teori yang melandasinya adalah:

Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan. Muhibbin Syah (2000). Metode demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk memperlihatkan sesuatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran. Syaiful Bahri Djamarah, (2000).

3.     Pengaktifan siswa dalam tanya jawab

Teori yang melandasinya adalah

Bertanya dan menjawab kerap kali dilakukan orang apabila ada ketidak tahuan atau ketidakpahaman akan sesuatu peristiwa atau pemahaman. Dalam proses belajar mengajar Tanya jawab dijadikan salah satu metode untuk menyampaikan materi pelajaran dengan cara guru bertanya kepada peserta didik atau peserta didik bertanya kepada guru. Metode Tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam proses belajar mengajar melalui interaksi dua arah atau “two way traffic” dari guru ke peserta didik atau dari peserta didik kepada guru agar dapat diperoleh jawaban kepastian materi melalui jawaban lisan guru atau peserta didik.

4.     Pengaktifan siswa dalam latihan pengerjaan soal;

Teori yang melandasinya adalah:

Hasil belajar adalah hasil yang dicapai sebagai akibat suatu perubahan yang merupakan hasil suatu pengalaman, dalam hal ini siswa. Menurut Kevin(1989), Prestasi Siswa harus meliputi: skill atau keterampilan, potensi mognitif, motivasi dan minat, serta sikap. Sedangkan menurut Bloom (1985) Prestasi Siswa siswa mencerminkan tiga perubahan tingkah laku dan pribadi siswa, yaiti ranah kognitif, afektif dan psikomotori.

Dalam penilaian Prestasi Siswa, patokan atau kriteria adalah sejumlah skor yang ditetapkan sebagai syarat untuk dianggap mencapai keberhasilan belajar. Sedangkan norma adalah skor rata-rata dari semua siswa yang menempuh ujian yang sama. Digunakan sebagai pembanding untuk menilai kelebihan, kesamaan atau kekurangan dari skor yang diperoleh dari siswa.

5.     Pemanfaatan media pembelajaran dalam aktifitas-aktifitas perbaikan.

Teori yang melandasinya adalah:

Penggunaan media pembelajaran sangat diperlukan dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan sebagaimana Piaget mengemukakan dalam teorinya bahwa siswa yang tahap berpikirnya masih ada tahap operasi konkret (7-13 tahun), yaitu tahapan umur pada anak usia SD tidak akan memahami operasi (60%) dalam konsep Pendidikan Kewarganegaraan tanpa dibantu oleh benda-benda konkret.

Dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan kompetensi penulisan bilangan romawi, peneliti memperbaiki pembelajaran melalui penyediaan media yang relevan. Sebagaimana Bruner dalam teorinya mengemukakan bahwa “dalam proses belajar siswa sebaiknya diberi kesempatan untuk memanipulasi benda-benda (media)”.

Ketepatan pemikiran aktifitas-aktifitas perbaikan pembelajaran tampak dalam kesesuaian antara pelaksanaan masing-masing aktifitas dengan teori yang melandasinya.

 

 

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian melalui perbaikan pembelajaran di kelas IV SDN Siwal 01, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2015/2016 pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1.     Pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan siklus I dari 12 siswa yang tuntas KKM sebanyak 8 siswa dengan prosentasi 60% secara klasikal. dengan nilai rata-rata kelas 64,16 dalam (skala 10-100) sedangkan dalam kualitas pembelajaran 3,6 (skala 1-5)

2.     Pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan siklus II dari 12 siswa yang tuntas KKM sebanyak 11 siswa dengan prosentasi 92% secara klasikal dengan nilai rata-rata kelas 78,33 dalam (skala 10-100) sedangkan dalam kualitas pembelajaran 4,4 (skala 1-5)

Jadi selama perbaikan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dari tahap awal, siklus I sampai dengan siklus II terjadi peningkatan 62% secara klasikal.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka penulis dapat menegaskan bahwa penggunaan media gambar kegiatan demonstrasi dan tanya jawab pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan kompetensi dasar “Struktur organisasi pemerintahan desa” mampu meningkatkan partisipasi dan Prestasi Siswa siswa dengan baik.

SARAN

Berdasarkan dari hasil-hasil penelitian yang diperoleh, penulis menyampaikan saran, agar dapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.

Untuk Guru

a.     Sebelum mengajar buatlah persiapan yang matang.

b.     Gunakan metode demonstrasi dan tanya jawab pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan kompetensi dasar lambang bilangan romawi.

c.     Ciptakan suasana kelas yang menyenangkan.

d.     Gunakan media gambar bilangan agar siswa dapat mengingat Sistem Pemerintahan Desa dan Kecamatandengan mudah.

e.     Berikan motivasi kepada siswa agar bisa aktif dalam tanya jawab.

Untuk Kepala Sekolah

a.     Hendaknya Kepala Sekolah selalu mengadakan diskusi yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran dengan guru demi meningkatkan pembelajaran.

b.     Sebaiknya Kepala Sekolah selalu memberikan motivasi yang positif kepada guru sehingga tercipta suasana yang menyenangkan dalam melaksanakan tugas

c.     Hendaknya Kepada Sekolah memberikan penghargaan berupa kesejahteraan kepada guru yang kreatif dan berprestasi sehingga tercipta persaingan sehat dan terwujudnya keadilan serta dapat mendorong guru menjadi lebih semangat dalam mengajar.

Untuk Pemerintah/ Lembaga

a.     Pemerintah hendaknya mempunyai komitmen yang tegas dan jelas dalam bidang pendidikan sehingga mutu pendidikan meningkat.

b.     Pemerintah sebaiknya mengadakan pelatihan-pelatihan secara resmi untuk meningkatkan kualitas guru.

c.     Pemerintah hendaknya melengkapi sarana dan prasarana yang memadai sesuai kebutuhan, seperti meubelair, alat-alat peraga, buku-buku penunjang kegiatan pembelajaran.

d.     Tak kalah pentingnya pemerintah harus benar-benar memperhatikan nasib guru wiyata bhakti yang amat memprihatinkan. Honor mereka hanya Rp. 100.000,- sampai dengan Rp. 200.000,- perbulan. Merupakan tindakan pelecehan terhadap profesi guru.

DAFTAR PUSTAKA

Anilah, W. Sri.(1997). Media Pendidikan. Jakarta: Universitas Terbuka

Dalam Slameto. (2004). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.

Daradjat (1985). Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta.

Darsono. (2002). Ketrampilan Dasar Menulis. Jakarta: Universitas Terbuka.

Hamalik, Oemar. (1998). Metode Belajar dan Kesulitan-Kesulitan Belajar. Bandung: CV.Mandar Maju

Miaryo. (2003). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Dirjendikdasmen.

Muhibbin Syah.(2000). Metode-Metode Mengajar. Bandung: Angkasa

Muhsetyo, Gatot. (2003). Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

Sudjana Nana, (1989), Interaksi dan motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Rajawali Press.

Sudjana, Nana. (2000). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar: Sinar Baru.

Sudjatmiko. (1997). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Dirjen Dikti.

Syaiful Bahri Djamarah (200), Didaktik Asas-asas Mengajar, Bandung: Jemmars.

T. Raka Joni. (2004). Pemantapan Kemampuan Profesional. Jakarta: Universitas Terbuka.

Winataputra, Udin. (2003). Materi dan Pembelajaran IPS SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

Zainul, Asmawi. (2003). Tes dan Assesment di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003