Peningkatan Hasil Belajar Melalui Model Pembelajaran Example Non Example
PENINGKATAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MATERI PERSATUAN DAN KESATUAN MELALUI
MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLE NON EXAMPLE
BAGI SISWA KELAS V SD NEGERI PIYANGGANG 02
KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2016/2017
Purwantono
SD Negeri Piyanggang 02 Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang
ABSTRAK
Peningkatan hasil belajar PKN melalui model pembelajaran Example non Example bagi siswa kelas V SD Negeri Piyanggang 02 Kabupaten Semarang. Penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan pada PKN kelas V materi Persatuan dan Kesatuan dilaksanakan setelah peneliti menemukan hasil belajar siswa yang belum tuntas KKM yakni N≥70. Dari permasalahn tersebut peneliti melakukan perbaiakan pembelajaran dengan 2 siklus yang tiap siklus terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi, refleksi. Dari kondisi awal diketahui nilai evaluasi formatif siswa dari 19 siswa hanya 5 siswa atau 26,32% tuntas KKM, sedangkan 14 siswa atau 73,68% belum memenuhi kriteria ketuntasan minimum. Jumlah nilai siswa hanya 1055 dengan rata-rata kelas 55,52. Peneliti melaksanakan perbaikan pembelajaran siklus I melalui model pembelajaran Example non Example dengan kelompok besar yang hasilnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa dari 19 siswa sebanyak 13 siswa atau 68,42% tuntas KKM, sedangkan 6 siswa lainya atau 31,58% belum memenuhi kriteria ketutasan hasil belajar. Dari analisis evaluasi belajar siklus I dilanjutkan ke perbaikan pembelajaran siklus II dengan model pembelajaran Example non Example dengan kelompok kecil. Hasil dari evaluasi formatif siswa ditemukan ketuntasan hasil belajar siswa dari 19 siswa sebanyak 19 siswa atau 100% telah memenuhi kriteria ketuntasan PKN materi Persatuan dan Kesatuan. Dari hasil pra siklus, siklus I, sampai siklus II dapat disimpulkan bahwa melalui model pembelajaran Example non Example dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas I SD Negeri Piyanggang 02 Kabupaten Semarang.
Kata Kunci; Hasil Belajar, PKN, Example Non Example
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Pembangunan Nasional di bidang pengembangan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas melalui pendidikan merupakan upaya yang sungguh-sungguh dan terus-menerus dilakukan untuk mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya. Sumber daya yang berkualitas akan menentukan mutu kehidupan pribadi, masyarakat, dan bangsa dalam rangka mengantisipasi, mengatasi persoalan-persoalan, dan tantangan-tantangan yang terjadi dalam masyarakat pada kini dan masa depan.
Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan menengah. Berbagai usaha telah dilakukan untuk menigkatkan mutu pendidikan nasional, antara lain melalui berbagai pelatihan dan peningkatan kualitas guru, penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku dan alat pelajaran, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan lain, dan peningkatan mutu manajemen sekolah, namun demikian, berbagai indikator mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan yang memadai.
Upaya peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia tidak pernah berhenti. Berbagai terobosan baru terus dilakukan oleh pemerintah melalui Depdiknas. Upaya itu antara lain dalam pengelolaan sekolah, peningkatan sumber daya tenaga pendidikan, pengembangan/penulisan materi ajar, serta pengembangan paradigma baru dengan metodologi pengajaran.
Mengajar bukan semata persoalan menceritakan. Belajar bukanlah konsekuensi otomatis dari perenungan informasi ke dalam benak siswa. Belajar memerlukan keterlibatan mental dan kerja siswa sendiri. Penjelasan dan pemeragaan semata tidak akan membuahkan hasil belajar yang langgeng. Yang bisa membuahkan hasil belajar yang langgeng hanyalah kegiatan belajar aktif.
Apa yang menjadikan belajar aktif? Agar belajar menjadi aktif siswa harus mengerjakan banyak sekali tugas. Mereka harus menggunakan otak, mengkaji gagasan, memecahkan masalah, dan menerapkan apa yang mereka pelajari. Belajar akif harus gesit, menyenangkan, bersemangat dan penuh gairah. Siswa bahkan sering meninggalkan tempat duduk mereka, bergerak leluasa dan berfikir keras (moving about dan thinking aloud)
Untuk bisa mempelajari sesuatu dengan baik, kita perlu mendengar, melihat, mengajukan pertanyaan tentangnya, dan membahasnya dengan orang lain. Bukan Cuma itu, siswa perlu “mengerjakannyaâ€, yakni menggambarkan sesuatu dengan cara mereka sendiri, menunjukkan contohnya, mencoba mempraktekkan keterampilan, dan mengerjakan tugas yang menuntut pengetahuan yang telah atau harus mereka dapatkan.
John Lock (Surya dkk, 1997: 1-29) Dengan teori “ Tabula Rasanya†yang mengatakan bahwa “ Anak pada hakekatnya bersih, ibarat kertas putih yang dibentuk menurut kehendak pendidik/lingkungan “ artinya semua anak bisa cerdas, dan semua anak bisa menjadi sebaliknya.
Selain dari siswa tersebut, guru sebagai penyampai isi pesan kepada pendidik tentang materi suatu pembelajaran sangat berperan bagi keterlaksanaan suatu kegiatan belajar mengajar. Hasil ketercapaian suatu minat dan prestasi belajar siswa sangat dipengaruhi oleh guru dalam menyajikan pembelajaran, baik dari segi pemanfaatan media sebagai pengongkretan suatu yang abstrak serta model pembelajaran dan metode yang disajikan bagi peserta didik. Menurut Yamin (2005:3), â€Metode-metode pembelajaran diharapkan menumbuhkan minat dan menciptakan suatu kegiatan yang memungkinkan siswa membangun sendiri pengetahuannyaâ€. Salah satu tugas guru adalah sebagai pengajar yang lebih menekankan kepada tugas dalam merencanakan dan melaksanakan pengajaran. Dalam hal ini guru dituntut memiliki seperangkat pengetahuan dan keterampilan teknis mengajar, disamping menguasai ilmu atau bahan yang akan diajarkan. Dalam pembelajaran terdapat tiga komponen utama yang saling berpengaruh dalam proses belajar-mengajar. Ketiga komponen tersebut adalah: (1) kondisi pembelajaran, (2) metode pembelajaran, dan (3) hasil pembelajaran. Terkait tentang ketiga komponen tersebut maka guru harus mampu memadukan dan mengembangkannya, supaya kegiatan pembelajaran menuai hasil yang maksimal. Oleh karena itu, dengan bekal kemampuan dan keterampilan yang dimiliki guru diharapkan mampu menjadikan pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan, sehingga memperoleh prestasi belajar yang optimal. Oleh karena itu, dengan bekal kemampuan dan keterampilan yang dimiliki guru diharapkan mampu menjadikan pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan, sehingga memperoleh hasil belajar yang optimal.
Untuk itu, dalam proses pembelajaraan, metode, strategi atau kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru seyogyanya adalah sesuatu yang benar-benar tepat dan bermakna, untuk memperoleh hasil yang maksimal sesuai dengan tahap perkembangan anak, maka strategi yang guru gunakan dalam menyampaikan sesuatu, baik yang berupa penanaman sikap, mental, perilaku, kepribadian maupun kecerdasan harus tepat sasaran, tujuh kecerdasan peserta didik sedapatnya harus dikembangkan secara proporsional.
Jika membicarakan anak atau peserta didik, salah satu masalah yang sering dijumpai dalam dunia pendidikan kita adalah tentang hasil belajar siswa. Masalah ini sepertinya menjadi momok yang cukup menakutkan bagi pelaku-pelaku pendidikan kita. Baik itu pemerintah, satuan pendidikan, termasuk guru dan siswa juga terkait dalam hal tersebut, namun yang paling berhubungan dengan masalah itu adalah guru dan siswanya.
Dalam kurikulum pendidikan kewarganegaraan biasanya ada penegasan bahwa uraian kegiatan belajar mengajar setiap pokok bahasan mencakup kegiatan pengenalan, pengembangan, dan pengamalan suatu konsep atau nilai. Setelah melakukan kegiatan pembelajaran pendidikan kewarganegaraan dengan pokok bahasan globalisasi ternyata guru mengalami beberapa masalah yang amat berpengaruh pada tingkat keberhasilan siswa.
Hal tersebut, yakni masalah prestasi belajar yang kini menjadi masalah serius dalam pembelajaran yang disajikan di SD Negeri Piyanggang 02 di kelas V materi Persatuan dan Kesatuan. Dari hasil evaluasi siswa yang telah dilaksanakan pada kegiatan akhir pembelajaran ditemukan masalah yang patut mendapatkan penanganan lebih lanjut. Dari 19 siswa di kelas V setelah di evaluasi ditemukan nilai yang belum tuntas KKM yakni N≥70. Dari 19 siswa tersebut sebanyak 14 siswa atau 73,68% belum tuntas, sedangkan siswa yang dapat mencapai ketuntasan hanya sebesar 26,31% atau hanya sebanyak 5 siswa.
Untuk menjawab problematika, penulis mengangkat judul: “ Upaya Peningkatan Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Melalui Model Pembelajaran Example Non Example pada Materi Persatuan dan Kesatuan di kelas V SD Negeri Piyanggang 02 Kabupaten Semarangâ€.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut: â€Apakah melalui model pembelajaran Example Non Example pada mata pelajaran PKN pada materi Persatuan dan Kesatuan dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada siswa kelas V SD Negeri Piyanggang 02 Kabupaten Semarangâ€
Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dilaksanakan penelitian ini adalah:
- Untuk mengetahui apakah model pembelajaran Example Non Example dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi Persatuan dan Kesatuan pada siswa kelas V SD Negeri Piyanggang 02 Kabupaten Semarang.
- Untuk mengetahui hambatan – hambatan yang ditemukan selama proses perbaikan pembelajaran dengan memanfaatkan model pembelajaran Example Non Example
Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Perbaikan pembelajaran ini secara teori akan memberikan informasi pada dunia pendidikan bahwa usaha perbaikan pembelajaran yang dilakukan oleh guru akan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Peningkatan prestasi belajar tersebut terindikasi dengan semakin meningkatnya jumlah siswa yang memperoleh nilai di atas KKM yang ditetapkan. Hasil Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan memiliki kegunaan sebagai berikut:
Teoritis
Penelitian tindakan kelas ini dapat memberikan kontribusi bagi pembelajaran mata pelajaran PKN, khususnya pada materi Persatuan dan Kesatuan.
Praktis
a. Bagi Siswa
1) Siswa lebih antusias dalam proses pembelajaraan sehingga akan meningkatkan ketuntasan belajar siswa.
2) Siswa akan mendapat pengalaman baru tentang metode yang diajarkan.
b. Bagi Guru
1) Guru memiliki pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman mengenaI penelitian Tindakan kelas yang digunakan.
2) Guru akan lebih peka terhadap setiap kesulitan belajar siswa dan segera berinisiatif untuk membantu memecahkannya.
3) Meningkatkan kretifitas guru dalam meningkatkan proses pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif dan menyenangkan sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar para siswanya.
c. Bagi Sekolah/Instansi Pendidikan
1) Sebagai bahan masukan bagi teman guru untuk dalam pembelajaran khususnya Pendidikan Kewarganegaraan
2) Sebagai sumbangan peningkatan motivasi guru dalam meningkatkan ketuntasaan belajar siswa.
3) Bagi sekolah Penelitian tindakan kelas ini, dapat terbantu peningkatkan mutu pembelajarannya sehingga secara keseluruhan hasil belajar siswa dapat meningkat.
4) Hasil Penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai referensi untuk melaksanakan pembelajaran.
KAJIAN PUSTAKA
Landasan Teori
Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian Tindakan Kelas atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan Classroom Action Research sejak lama berkembang di negara-negara maju seperti Inggris. Australia dan Amerika. Ahli-ahli pendidikan di negara tersebut menaruh perhatian yang cukup besar terhadap PTK. Karena jenis penelitian ini mampu menawarkan cara dan prosedur baru untuk memperbaiki dan meningkatkan profesionalisme dalam proses belajar mengajar di kelas dengan melihat indikator keberhasilan proses pembelajaran.
Penelitian Tindakan Kelas juga dapat menjebatani kesenjangan antara teori dan praktek pendidikan. Dengan demikian guru dapat membuktikan apakah suatu teori pembelajaran dapat diterapkan dengan baik di kelas yang dimilikinya. Jika sekiranya ada teori yang tidak cocok dengan kondisi kelasnya, melalui PTK guru dapat mengadaptasi teori yang ada untuk kepentingan proses atau produk pembelajaran yang lebih efektif.
Dari uraian di atas dapat didefinisikan pengertian PTK secara lebih tegas. Secara singkat PTK didefinisikan sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas secara lebih profesional. Sebagai contoh jika guru merasa bahwa minat siswa terhadap mata pelajaran sejarah rendah, keadaan ini sangat menghambat pencapaian tujuan pembelajaran, maka guru dapat melakukan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan minat belajar sejarah siswa.
Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang dilakukan guru untuk mencapai kondisi yang lebih baik di lapangan. Walau demikian pelaksanaan penelitian ini sangat beragam di lapangan. Penelitian ini disebut juga sebagai penelitian berdasarkan praktik lapangan. Penelitian ini dianggap sebagai jalan untuk merubah dan memperbaiki keadaan di lapangan menjadi lebih baik. (Setyosari, 2012: 47-48)
Penelitian tindakan ini digunakan oleh para guru sebagai praktisi lapangan di dunia pendidikan. Penelitian ini sering digunakan guru untuk memecahkan masalah-masalah sehari-hari yang timbul dalam proses belajar mengajar, masalah-masalah nyata yang terjadi dikelas akan menjadi cara untuk meningkatkan proses pembelajaran serta meningkatkan hasil belajar para peserta didik. (Setyosari, 2012: 47-48)
Menurut (Daryanto, 2011: 13-14) tujuan dari penelitian tindakan kelas harus sesuai dan konsisten dengan permasalahan yang akan diteliti. Perumusan tujuannya haruslah dilakukan dengan jelas, baik dan terencana. Harus jelas untuk apa dan siapa penelitian ini ditujukan. Tujuan dari PTK disini berbeda dengan tujuan formal yang artinya, tujuan dari PTK ini bukan dari apa yang tampak untuk diteliti melainkan proses dan hasil yang ingin kita capai dalam penelitian tersebut, Misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan akan diterapkan strategi proses belajar mengajar yang baru salah satunya dengan meningkatkan pemanfaatan lingkungan sebagai medianya. Dalam hal ini pengembangan PBM tersebut bukanlah rumusan dari tujuan PTK tetapi hasil yang akan dicapai yaitu meningkatnya hasil belajar peserta didik lah yang merupakan tujuan dari penelitian tindakan kelas itu sendiri.
Dewasa ini perkembangan masyarakat berlangsung dengan cepat, tuntutan akan pendidikan yang berkualitas pun semakin meningkat oleh karena itu kita sebagai guru yang dengan kata lain merupakan praktisi lapangan di dunia pendidikan dituntut dapat lebih cepat untuk memenuhi tuntutan-tuntutan tersebut dengan kemampuan dan keahlian yang dimiliki. Oleh karena itu guru sebagai praktisi lapangan dituntut untuk terus- menerus mencari dan mencoba hal-hal baru yang dapat meningkatkan kualitas pendidikan. Melalui penelitian tindakan kelas, pendidik dapat meningkatkan dan memperbaiki layananan pendidikan yang dalam hal ini adalah segala yang terjadi dalam proses belajar mengajar di kelas. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa tujuan utama PTK adalah untuk perbaikan dan peningkatan layanan profesional pendidik dalam menangani proses belajar di dalam kelas. Tujuan itu dapat dicapai dengan melaukakan tindakan alternatif dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Fokus penelitian ini terdapat pada tindakan yang direncanakan oleh guru, yang selanjutnya akan diterapkan pada peserta didik, kemudian dievaluasi apakah berhasil atau tidak (Arikunto, dkk.2009: 106-107).
Model Pembelajaran Example Non Example
Menurut Buehl dalam Apariani dkk, (2010:20) menjelaskan bahwa examples non examples adalah taktik yang dapat digunakan untuk mengajarkan definisi konsep. Taktik ini bertujuan untuk mempersiapkan siswa secara cepat dengan menggunakan 2 hal yang terdiri dari examples non examples dari suatu definisi konsep yang ada dan meminta siswa untuk mengklasifikasikan keduanya sesuai dengan konsep yang ada. Examples memberikan gambaran akan sesuatu yang menjadi contoh akan suatu materi yang sedang dibahas, sedangkan non examples memberikan gambaran akan sesuatu yang bukanlah contoh dari suatu materi yang sedang dibahas.
Model Pembelajaran Example Non Example atau juga biasa di sebut example and non-example merupakan model pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai media pembelajaran. Metode Example non Example adalah metode yang menggunakan media gambar dalam penyampaian materi pembelajaran yang bertujuan mendorong siswa untuk belajar berfikir kritis dengan jalan memecahkan permasalahan-permasalahan yang terkandung dalam contoh-contoh gambar yang disajikan Konsep pada umumnya dipelajari melalui dua cara. Paling banyak konsep yang kita pelajari di luar sekolah melalui pengamatan dan juga dipelajari melalui definisi konsep itu sendiri. Example and Non Example adalah taktik yang dapat digunakan untuk mengajarkan definisi konsep. Taktik ini bertujuan untuk mempersiapkan siswa secara cepat dengan menggunakan 2 hal yang terdiri dari example dan non-example dari suatu definisi konsep yang ada, dan meminta siswa untuk mengklasifikasikan keduanya sesuai dengan konsep yang ada.
Example memberikan gambaran akan sesuatu yang menjadi contoh akan suatu materi yang sedang dibahas, sedangkan non-example memberikan gambaran akan sesuatu yang bukanlah contoh dari suatu materi yang sedang dibahas. Example Non Example dianggap perlu dilakukan karena suatu definisi konsep adalah suatu konsep yang diketahui secara primer hanya dari segi definisinya dari pada dari sifat fisiknya.
Pembelajaran Examples Non Examples adalah salah satu contoh model pembelajaran yang menggunakan media. Media dalam pembelajaran merupakan sumber yang digunakan dalam proses belajar mengajar. Manfaat media ini adalah untuk guru membantu dalam proses mengajar, mendekati situasi dengan keadaan yang sesungguhnya. Dengan media diharapkan proses belajar dan mengajar lebih komunikatif dan menarik.
Model Pembelajaran Examples Non Examples atau juga biasa di sebut Examples And Non-Examples merupakan model pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai media pembelajaran. Penggunaan media gambar ini disusun dan dirancang agar anak dapat menganalisis gambar tersebut menjadi sebuah bentuk diskripsi singkat mengenai apa yang ada didalam gambar.
Salah satu proses belajar mengajar adalah gambar. Media gambar merupakan salah satu alat yang digunakan dalam proses belajar mengajar yang dapat membantu mendorong siswa lebih melatih diri dalam mengembangkan pola pikirnya. Dengan menerapkan media gambar diharapkan dalam pembelajaran dapat bermanfaat secara fungsional bagi semua siswa. Sehingga dalam kegiatan pembelajaran siswa diharapkan akan aktif termotivasi untuk belajar. Dengan memusatkan perhatian siswa terhadap example dan non-example diharapkan akan dapat mendorong siswa untuk menuju pemahaman yang lebih dalam mengenai materi yang ada.
Examples non examples merupakan metode belajar yang menggunakan media-media atau non media sebagai contoh. Contoh-contoh yang biasa digunakan dan sederhana bisa berupa kasus yang ada di koran atau media lain seperti televisi, ataupun bisa lebih sederhana lagi berupa isu-isu yang sedang berkembang di dalam masyarakat yang tentunya tetap sesuai dengan bobot materi yang akan diberikan.
Examples non examples merupakan model pembelajaran dengan mempersiapkan gambar, diagram, atau tabel sesuai materi bahan ajar dan kompetensi, sajian gambar ditempel atau memakai LCD/OHP, dengan petunjuk guru siswa mencermati sajian, diskusi kelompok tentang sajian gambar tadi, presentasi hasil kelompok, bimbingan penyimpulan, evaluasi, dan refleksi (Roestiyah. 2001: 73).
Selanjutnya Slavin dalam Djamarah, (2006: 1) dijelaskan bahwa examples non examples adalah model pembelajaran yang menggunakan contoh-contoh. Contoh-contoh dapat diperoleh dari kasus atau gambar yang relevan dengan Kompetensi Dasar.
Kerangka Berfikir
Dalam proses pembelajaran PKN guru memberikan penjelasan melalui model pembelajaran. Dengan melakukan hal tersebut, diharapkan siswa dapat berpikir secara divergen. Siswa dapat melatih kemampuan berpikirnya, berpikir kritis, melatih keterampilan dan kreativitasnya. Sehingga dapat menambah pengetahuan siswa, yang diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajarnya.
PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini, model yang digunakan adalah model PenelitianTindakan Kelas Kolaboratif, dimana peneliti melakukan observasi dalam kegiatan pembelajaran guru dan siswa di kelas.
Menurut Suharsimi Arikunto, dkk, (2007:3),bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupasebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelassecara bersama-sama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau denganarahan dari guru yang dilakukan oleh siswa.
Berdasarkan beberapa definisi oleh para pakar di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian tindakan kelas adalah segala daya upaya yang dilakukan oleh guru berupa kegiatan penelitian tindakan atau arahandengan tujuan dapat memperbaiki dan atau meningkatkan kualitaspembelajaran.
Subjek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Piyanggang 02, Kecamatan Sumowono, Kabupaten Semarang pada tahun 2016/2017. Fokus penelitian adalah pada tindakan atau praktek belajar dengan tujuan perbaikan hasil belajar PKN materi Persatuan dan Kesatuan di kelas V.
Berdasarkan data sekolah di SD Piyanggang 02 Kabupaten Semarang tahun 2016/2017 dengan jumlah siswa kelas V adalah 19 siswa yang terdiri 7 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan. Kemampuan siswa rata-rata rendah. Tempat tinggal siswa menyebar di desa Piyanggang dan sekitarnya yang sebagian besar berasal dari keluarga petani. Latar belakang pendidikan orang tua siswa menengah kebawah kondisi ekonomi yang relatif kurang, karena sebagian besar orang tua siswa sebagai buruh dan petani. Sehingga orang tua cenderung kurang memperhatikan siswa dalam proses belajar di rumah. Proses belajar bagi siswa hanya dominan dilakukan di sekolah. Sehingga waktu dirumah yang lebih banyak daripada disekolah tidak dimanfaatkan untuk belajar siswa secara maksimal.
Tempat Pelaksanaan
Lokasi pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas adalah Kelas V SD Negeri Piyanggang 02 Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang. Penulis mempertimbangkan tempat tersebut untuk dijadikan lokasi penelitian adalah karena sekolah tersebut merupakan tempat mengajar penulis. Sehingga peneliti mudah dalam mendapatkan data – data, peluang waktu yang luas, dan subjek penelitian sesuai dengan profesi penulis terkait penelitian tindakan kelas ini.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Per Siklus
Dalam bagian ini disajikan hasil penelitian yang sesuai dengan analisis dan tujuan penelitian. Pada awal pembelajaran (Pra Siklus) proses pembelajaran belum mengalami ketuntasan, pada Siklus I terdapat peningkatan hasil belajar setelah guru menggunakan model pembelajaran example non example, pada siklus II hasil pembelajaran mengalami ketuntasan setelah guru lebih memaksimalkan penggunaan model pembelajaran example non example. Selanjutnya hasil pembelajaran diungkap dalam deskripsi per siklus sebagai berikut:
Siklus I
Dalam melaksanakan perbaikan pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa, maka peneliti mengembangkan rencana Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Dalam penelitian ini terdiri dari 2 siklus yang masing-masing terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi.
Siklus II
Atas dasar hasil refleksi terhadap perbaikan pembelajaran Siklus I. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam energi dan perubahannya, maka peneliti bekerjasama dengan supervisor 2 dan teman sejawat serta mengkaji beberapa teori penyajian pembelajaran PKN di Sekolah Dasar, maka peneliti mengembangkan rencana perbaikan pembelajaran berupa prosedur kerja yang dilaksanakan di dalam kelas yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi.
Keberhasilan dan Kegagalan
Merupakan diskripsi dari kegiatan evaluasi sebagai salah satu alat ukur keberhasilan proses pembelajaran. Sehingga dapat diketahui tingkat pemahaman siswa terhadap pelajaran PKN materi Persatuan dan Kesatuan.
Hasil Evaluasi Sebelum Perbaikan
Kegiatan pada pembekajaran Prasiklus perlu ditingkatkan ke siklus I agar kemampuan siswa dapat lebih ditingkatkan. Hal tersebut perlu dilaksanakan karena ketuntasan klasikal hanya mencapai 26,32% atau sebanyak 5 siswa dari 19 siswa atau ketidaktuntasan mencapai 73,68% atau sebanyak 14 siswa. Nilai rata – rata kelas hanya mencapai 55,52.
Sebelum kegiatan perbaikan pembelajaran dengan indeks kegagalan sebanyak 14 siswa atau jika diprosentasekan sebanyak 73,68% (rentang 40-48, 49-57, 58-66). Sedangkan pada indeks keberhasilan belajar siswa sesuai dengan KKM yakni N≥70 hanya sebanyak 5 siswa atau 26,31%. (rentang nilai 67-75 dan 76-85)
Dari 19 siswa nilai belum tuntas 40-48 sebanyak 7 orang siswa, 49-57 sebanyak 5 orang siswa, nilai 58-66 sebanyak 2 orang siswa, sedangkan pada kelas interval tuntas KKM yakni N≥70, yakni pada rentang 67-75 sebanyak 3 siswa, 76-85 sebanyak 2 siswa. Sehingga tampak bahwa proses pembelajaran tidak berhasil.
Setelah didapatkan data nilai tersebut maka peneliti mengangkat materi tersebut kedalam sebuah Penelitian Tindakan Kelas. Peneliti melaksanakan perbaikan pembelajaran Siklus I. Setelah mengadakan evaluasi pada akhir perbaikan maka peneliti mendapatkan data nilai tes formatif siswa pada Siklus I. Adapun data nilai siswa pada Siklus I adalah sebagai berikut
Hasil Perbaikan Pembelajaran Siklus I
Kegiatan pada siklus I perlu ditingkatkan ke siklus II agar kemampuan siswa dapat lebih ditingkatkan. Hal tersebut perlu dilaksanakan karena ketuntasan klasikal pada perbaikan pembelajaran siklus I ini hanya mencapai prosentase 68,42% atau sebanyak 13 siswa, sedangkan siswa belum tuntas 31,57% atau sebanyak 6 siswa. Jika melihat hasil tersebut maka peneliti menyimpulkan perlunya melanjutkan perbaikan pembelajaran Siklus I dengan lebih memaksimalkan model pembelajaran Example non example.
Hasil evaluasi mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada materi Persatuan dan Kesatuan kelas V di SD Negeri Piyanggang 02 Kecamatan Sumowono, Kabupaten Semarang. Pada perbaikan pembelajaran siklus I tampak lebih meningkat jika dibandingkan sebelum perbaikan pembelajaran. Pada perbaikan pembelajaran siklus I prosentase ketuntasan telah mencapai 68,42% atau sebanyak 13 siswa, sehingga disimpulkan ada peningkatan hasil belajar siswa pada PKN materi Persatuan dan Kesatuan.
Gambar (diagram) menunjukkan bahwa nilai tidak tuntas pada kelas interval 50 – 58 sebanyak 5 siswa dan 59 – 67 sebanyak 1 siswa. Sedangkan batas nilai tuntas KKM pada kelas interval 68 – 76 sebanyak 7 siswa, 77 – 85 sebanyak 4 siswa, 86 – 95 sebanyak 2 siswa.
Dari data nilai hasil evaluasi tes formatif siswa tersebut dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan hasil belajar siswa dari sebelum perbaikan sampai pada perbaikan pembelajaran silkus I pada mata pelajaran PKN dengan memanfaatkan model pembelajaran example non example. Dari kajian tersebut maka peneliti melanjutkan ke Perbaikan Pembelajaran Siklus II dengan harapan ketuntasan hasil belajar siswa antara 90% – 100%.
Hasil Perbaikan Pembelajaran Siklus II
Hasil evaluasi mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan materi Persatuan dan Kesatuan Kelas V di SD Negeri Piyanggang 02 Kecamatan Sumowono, Kabupaten Semarang. Pada perbaikan pembelajaran siklus II tampak peningkatan secara signifikan jika dibandingkan pada sebelum perbaikan pembelajaran dan perbaikan pembelajaran siklus I. pada Siklus II nilai siswa telah memenuhi ketuntasan yang ditargetkan yakni antara 90% – 100% siswa. Sehingga disimpulkan ada peningkatan hasil belajar siswa pada Pendidikan Kewarganegaraan materi Persatuan dan Kesatuan.
Pada kelas interval 70 -74 sebanyak 2 siswa, kelas interval 75 – 79 sebanyak 2 siswa, kelas interval 80 – 84 sebanyak 5 siswa, kelas interval 85 – 89 sebanyak 6 siswa dan pada kelas interval 90-95 sebanyak 4 siswa,.
Dari data nilai hasil evaluasi tes formatif siswa tersebut dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan hasil belajar siswa dari sebelum perbaikan sampai pada perbaikan pembelajaran silkus II pada Pendidikan Kewarganegaraan materi Persatuan dan Kesatuan dengan memanfaatkan model pembelajaran example non example. Dari kajian tersebut maka peneliti memutuskan perbaikan pembelajaran cukup pada siklus II. karena semua siswa telah tuntas.
Apabila hasil perolehan Data tersebut disajikan dalam tabel maka dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut:
Peningkatan Ketuntasan Hasil Belajar
No |
Ketuntasan |
Pra Siklus |
Siklus I |
Siklus II |
|||
Jumlah |
% |
Jumlah |
% |
Jumlah |
% |
||
1 |
Tuntas |
5 |
26,32% |
13 |
68,42% |
19 |
100% |
2 |
Belum Tuntas |
14 |
73,68% |
6 |
31,58% |
0 |
0% |
Dengan melihat data diatas dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Sebelum perbaikan pembelajaran siswa yang tuntas hanya 5 siswa dari 19 siswa atau jika diprosentasekan sebesar 26,32%
b. Pada siklus I siswa yang tuntas adalah 13 siswa dari 19 siswa jika diprosentasekan sebesar 68,42%
c. Pada siklus II siswa tuntas 19 siswa dari 19 siswa jika diprosentasekan sebesar 100%
Sedangkan siswa yang belum tuntas sebagai berikut:
a. Sebelum perbaikan pembelajaran 14 siswa dari 19 siswa belum tuntas jika diprosentasekan sebesar 73,68%
b. Pada siklus I sebanyak 6 siswa yang belum tuntas dari 19 siswa jika diprosentasekan sebesar 31,58%
c. Pada siklus II siswa yang belum tuntas sebanyak 0 siswa dari 19 siswa jika diprosentasekan sebesar (0%).
Pembahasan dari setiap siklus
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari sebelum perbaikan, perbaikan siklus I dan siklus II terbukti bahwa pembelajaran memerlukan kompetensi yang tinggi dari seorang guru. Banyak faktor yang mempengaruhi kegagalan dan keberhasilan suatu pembelajaran.
Dari beberapa kajian teori mengenai pembelajaran yang paling menentukan keberhasilan pembelajaran adalah kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran. Pengelolaan pembelajaran itu meliputi cara memilih strategi, metode dan media yang digunakan dalam pembelajaran.
Siklus I
Pelaksanaan pemberian tugas masih kurang memotivasi kreativasi keaktifan siswa. Hal ini disebabkan kurang jelasnya penjelasan instruksi dari guru kepada seluruh siswa tentang pelaksanaan model pembelajaran example non example adalah taktik yang dapat digunakan untuk mengajarkan definisi konsep. Taktik ini bertujuan untuk mempersiapkan siswa secara cepat dengan menggunakan 2 hal yang terdiri dari examples non examples dari suatu definisi konsep yang ada dan meminta siswa untuk mengklasifikasikan keduanya sesuai dengan konsep yang ada. Examples memberikan gambaran akan sesuatu yang menjadi contoh akan suatu materi yang sedang dibahas, sedangkan non examples memberikan gambaran akan sesuatu yang bukanlah contoh dari suatu materi yang sedang dibahas Menurut Buehl dalam Apariani dkk, (2010:20). Example memberikan gambaran akan sesuatu yang menjadi contoh akan suatu materi yang sedang dibahas, sedangkan non-example memberikan gambaran akan sesuatu yang bukanlah contoh dari suatu materi yang sedang dibahas
Hasil analisis penilaian menunjukkan masih rendahnya pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Dari 19 siswa yang mendapat nilai tuntas baru 5 orang siswa dan 14 siswa lain belum mencapai nilai tuntas. Nilai rata-rata kelas sebesar 68,18.
Siklus II
Pada pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus II peneliti merancang pembelajaran dengan persiapan yang lebih matang. Media peraga yang digunakan berupa gambar yang dipersiapkan untuk seluruh siswa untuk memperjelas materi tentang Persatuan dan Kesatuan.
Analisis penilaian hasil yang baik dari pada perbaikan pembelajaran siklus I. Keberhasilan pembelajaran ini disebabkan karena dalam proses pembelajaran guru secara efektif disertai penjelasan tentang penggunaan model pembelajaran example non example ditunjang deskripsi tentang suatu pertanyaan dalam media Persatuan dan Kesatuan serta pemanfaatan metode penunjang berupa metode ceramah, diskusi dan tanya jawab, sehingga dengan tugas yang dirancang akan memperjelas informasi guru, mengerjakan tugas akan meningkatkan pemahaman terhadap materi Persatuan dan Kesatuan. Dengan demikian seperti yang dikemukakan pada kajian teori bahwa pembelajaran akan menyenangkan dan bermakna apabila dalam proses pembelajaran guru terampil dalam memilih dan menentukan model dan media yang sesuai dengan bahan ajar yang akan diberikan.
Menurut Patta Bundu (2006: 17), hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai siswa dalam mengikuti program belajar-mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Aspek kognitif berkaitan dengan pengetahuan yang dimiliki siswa, aspek afektif berkaitan dengan penguasaan nilai-nilai atau sikap yang dimiliki siswa sebagai hasil belajar, sedangkan aspek psikomotorik yaitu berkaitan dengan keterampilan-keterampilan motorik yang dimiliki oleh siswa.
SIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT
Simpulan
Dari hasil perbaikan pembelajaran yang sudah dilaksanakan di SD Negeri Piyanggang 02, Kecamatan Sumowono, Kabupaten Semarang dapat diperoleh kesimpulan bahwa: “Dari hasil perbaikan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Example non example yang telah dilaksanakan menunjukkan hasil belajar siswa dapat meningkat, dengan peningkatan signifikan mulai dari pra siklus ke siklus 1 hingga pada siklus II. Sehingga perbaikan pembelajaran dengan model pembelajaran Example non example dapat dijadikan alternatif dalam melaksanakan perbaikan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan materi Persatuan dan Kesatuan dan dapat dijadikan model pembelajaran alternatif dalam melaksanakan penelitian tindakan kelas.
Saran dan Tindak Lanjut
Saran
Berdasarkan kesimpulan tersebut, beberapa hal yang sebaiknya dilakukan oleh guru agar pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran lebih meningkat adalah sebagai berikut: “Bagi para pendidik yang mengalami permasalahan dalam pembelajaran sepertii yang peneliti alami dapat menggunakan model pembelajaran Example Non Example dalam menyampaikan materi dalam proses pembelajaranâ€
Tindak Lanjut
Perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru merupakan bahwa pengembangan proses pembelajaran secara kontektual dapat dipandang sebagai proses keseimbangan antara substansi dan relasi, artinya peneliti perbaikan pembelajaran ini dapat digunakan sebagai bahan yang memberi kemungkinan timbulnya potensi-potensi untuk berkembang dikalangan guru kelas tingkat sekolah dasar.
DAFTAR PUSTAKA
Apriani, dkk. 2010. Implementasi Model Pembelajaran Examples Non Examples. FKIP PGMI. IKIP PGRI SUMEDANG
Arikunto, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara
Arikunto, Suharsimi. 2007. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Darsono, Max. 2001. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: CV. IKIP Semarang Press.
Daryanto. 2011. Penelitian Tindakan Kelas dan Penelitian Tindakan Sekolah. Bandung: CV Pustaka Setia
Djamarah, Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Kunandar, 2007. Guru Profesional Implementasi KTSP. Jakarta: Rajawali Pers
Martinis,Yamin. 2005. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Jakarta: GP press.
Ngalim, Purwanto.2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Renika Citra
Patta bundu 2006. Penilaian Keterampilan dan Sikap Ilmiah Dalam Pembelajaran SAINS. Jakarta ; Depdiknas
Roestiyah. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Ruminiati. (2008). Pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Setyosari, Punaji. 2012. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta: Prenada Media group.
Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning Teori & Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Tirtonegoro, Sutratinah. 2001. Penelitian hasil belajar mengajar. Surabaya: Usaha Nasional.
Yunanto, Joko, Sri. 2004. Sumber Belajar Anak Cerdas. Jakarta: PT. Grasindo