PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN PKN

MELALUI MODEL MAKE A MATCH DENGAN MEDIA AUDIOVISUAL PADA SISWA KELAS IV SDN LANJAN 02 KECAMATAN SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG SEMESTER II

TAHUN PELAJARAN 2015/2016

 

Mulyati

SD Negeri Lanjan 02 Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang

 

ABSTRAK

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan suatu mata pelajaran yang bertujuan untuk pembentukan peserta didik sebagai warga negara yang baik sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945. Data awal yang diperoleh kondisi siswa kelas IV saat pembelajaran PKn belum optimal, penggunaan model pembelajaran belum sesuai keadaan siswa, belum maksimalnya penggunaan media yang menyebabkan hasil belajar rendah. Siswa yang tuntas KKM sebanyak 30% dan siswa tidak tuntas 70%. Rumusan masalah dalam penelitian adalah Bagaimanakah cara meningkatkan kualitas pembelajaran PKn yang terdiri atas keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa kelas IV SD N Lanjan 02 ? Tujuan penelitian adalah meningkatkan kualitas pembelajaran PKn yang terdiri atas keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa kelas IV SD N Lanjan 02 melalui model Make a Match dengan media audiovisual.Subjek dalam penelitian ini adalah guru dan seluruh siswa kelas VI yang berjumlah 10 orang yang terdiri dari 1 orang laki-laki dan perempuan sebanyak 9 orang. Penelitian ini berlangsung selama tiga siklus. Untuk teknik pengumpulan data digunakan teknik tes berupa tes tertulis melalui alat pengumpulan data berupa materi soal tes. Selanjutnya untuk menjaga validitas hasil penelitian maka data yang terkumpul kemudian dianalisis dengan menggunakan metode pengolahan data dengan teknik analisis deskriptif, yaitu membandingkan hasil antara data awal, siklus I, Siklus II, Siklus III, dan temuan selama pelaksanaan penelitian yang selanjutnya dibahas bersama teman sejawat yang bertindak sebagai observer.Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatkan keterampilan guru sebelum perbaikan termasuk dalam kriteria cukup, pada siklus I menjadi baik, mengalami peningkatan lagi menjadi baik pada siklus II, dan mengalami peningkatan lagi menjadi sangat baik pada siklus III. Aktivitas siswa sebelum perbaikan termasuk dalam kriteria cukup, pada siklus I menjadi baik, mengalami peningkatan lagi menjadi baik pada siklus II, dan mengalami peningkatan lagi menjadi sangat baik pada siklus III. Hal ini juga dapat dilihat dari peningkatan persentase ketuntasan klasikal hasil belajarsebelum perbaikan 20%, siklus I 40%, siklus II 60%, dan Siklus III 80%. Penerapan model Make a Match dengan media audiovisual dapat meningkatkan kualitas pembelajaran PKn, meliputi keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa kelas IV SD N Lanjan 02. Oleh karena itu, model Make a Match dengan media audiovisual disarankan diterapkan dalam kegiatan pembelajaran karena dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.

Kata Kunci: Kualitas Pembelajaran, Model Make a Match, Audiovisual

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam meningkatkan kemajuan suatu bangsa karena pendidikan dapat menciptakan sumber daya manusia yang lebih baik serta berwawasan luas. Undang-Undang nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (Sanjaya, 2011: 2).

Permasalahan tentang kesulitan dalam pelaksanaan pembelajaran terjadi di SD N Lanjan 02. Berdasarkan hasil refleksi yang dilakukan bersama kolaborator telah ditemukan beberapa permasalahan khususnya dalam pembelajaran PKn. Pembelajaran PKn yang dilakukan masih kurang optimal karena guru belum menggunakan model pembelajaran yang menarik sehingga siswa kurang antusias dalam pembelajaran dan lebih memilih untuk berbicara dengan teman mereka sehingga kelas menjadi ramai.

Hal tersebut diperkuat dengan data dokumen nilai ulangan harian mata pelajaran PKn di kelas IV semester II SD N Lanjan 02 yang masih belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan di sekolah yaitu 70. Data hasil ulangan harian menunjukkan bahwa dari 10 siswa hanya 2 siswa (20%) yang memenuhi KKM (70), sedangkan 8 siswa (80%) tidak memenuhi KKM (70). Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran PKn pada kelas IV SD N Lanjan 02 belum berhasil, sehingga perlu diadakan perbaikan pembelajaran. Berdasarkan hasil refleksi peneliti dengan teman sejawat, peneliti menetapkan alternatif tindakan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran PKn menggunakan model Pembelajaran inovatif dan kreatif yang di sesuaikan dengan karakteristik perkembangan siswa sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung aktif, efektif, dan menyenangkan agar tujuan pembelajaran tercapai secara maksimal. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan model Make a Match yang dipadukan dengan pendekatan Scientific yang didukung dengan media audiovisual.

Model pembelajaran make a match dikembangkan pertama kali pada 1994 oleh Lorna Curran. Huda (2013:251) mengatakan bahwa tujuan dari make a match yaitu: 1) pendalaman materi, 2) penggalian materi, dan 3) edutainment. Dalam penerapan model make a match guru memberikan waktu kepada siswa untuk berpikir secara mandiri dalam mencari pasangannya.

Selain itu, dalam penelitian ini peneliti menetapkan media audiovisual untuk menunjang keoptimalan pembelajaran. Media audiovisual adalah media yang mengandung unsur suara dan juga memiliki unsur gambar yang dapat dilihat, seperti rekaman video, film, dan sebagainya (Hamdani, 2011:245). Sesuai dengan namanya, media ini merupakan kombinasi audio dan visual atau bisa disebut media pandang-dengar. Audiovisual akan menjadikan penyajian bahan ajar kepada siswa semakin lengkap dan optimal. Contoh media audio visual, di antaranya program video atau televisi, video atau televisi instruksional, dan program slide suara (soundsslide).

Berdasarkan ulasan latar belakang, maka peneliti menetapkan tindakan yang sesuai dengan permasalahan pembelajaran PKn yang terjadi di kelas IV SD N Lanjan 02 dengan judul “Peningkatan Kualitas Pembelajaran PKn Melalui Model Make A Match Dengan Media Audiovisual Pada Siswa Kelas IV SD N Lanjan 02.

 

 

Rumusan dan Pemecahan Masalah

Rumusan Masalah

a.       Apakah model Make a Match dengan media audiovisual dapat meningkatkan keterampilan guru dalam pembelajaran PKn kelas IV SD N Lanjan 02 ?

b.       Apakah model Make a Match dengan media audiovisual dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran PKn kelas IV SD N Lanjan 02 ?

c.        Apakah model Make a Match dengan media audiovisual dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKn kelas IV SD N Lanjan 02 ?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan, maka ditentukan tujuan umum yang akan dicapai dalam penelitian ini, yaitu meningkatkan kualitas pembelajaran PKn pada siswa kelas IV SD N Lanjan 02 menggunakan model Make a Match dengan media audiovisual. Dari uraian tujuan umum tersebut dapat dijabarkan menjadi beberapa tujuan khusus sebagai berikut:

a.     MendeskrPKnikan peningkatan keterampilan guru kelas IV SD N Lanjan 02 dalam pembelajaran PKn melalui model Make a Match dengan media audiovisual

b.     MendeskrPKnikan peningkatan aktivitas siswa kelas IV SD N Lanjan 02 dalam pembelajaran PKn melalui model Make a Match dengan media audiovisual

c.     Meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD N Lanjan 02 dalam pembelajaran PKn melalui model Make a Match dengan media audiovisual

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi banyak pihak. Adapun manfaatnya sebagai berikut:

Manfaat Teoritis

Hasil penelitian tindakan kelas pada pembelajaran PKn melalui model Make a Match dengan media audiovisual dapat meningkatkan kualitas pembelajaran PKn sehingga dapat menjadi penguat teori untuk kegiatan penelitian-penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan pembelajaran PKn. Selebihnya menambah wawasan bagi dunia pendidikan.

Manfaat Praktis

Bagi Guru

Penerapan model Make a Match dengan media audiovisual dapat menambah wawasan guru mengenai pendekatan-pendekatan dan memicu guru untuk dapat melakukan inovasi dalam pembelajaran dengan melakukan variasi model dalam mengajar dan kreatif dalam mengajar agar siswa tertarik dan terampil menggunakan media sehingga tercipta suasana belajar yang aktif, kreatif, efektif.

Bagi Siswa

Penerapan model Make a Match dengan media audiovisual, siswa dapat memahami materi pembelajaran dengan baik, siswa dapat mengimplementasikan nilai-nilai yang terdapat dalam pembelajaran ke dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat melakukan kerjasama dengan teman sebaya dengan baik, serta mampu mengkomunikasikan pendapat mereka. Oleh karena itu aktivitas siswa dan hasil belajar siswa meningkat.

Bagi Sekolah

Penerapan model Make a Match dengan media audiovisual di sekolah akan memberikan wawasan bagi guru-guru di SD N Lanjan 02 untuk dapat mengembangkan pembelajaran di sekolah agar lebih baik sehingga mutu pendidikan di SD N Lanjan 02 dapat meningkat. Selain itu, berdasarkan KKM yang telah ditingkatkan oleh peneliti, maka Kepala Sekolah dapat meningkatkan KKM mata pelajaran PKn, sehingga dapat meningkatkan akreditasi sekolah menjadi lebih baik dari sebelumnya.

KAJIAN PUSTAKA

Kajian Teori

Hakikat belajar

Belajar merupakan suatu proses penting dalam sebuah jenjang pendidikan. Belajar menjadi proses penting bagi perubahan perilaku siswa dan mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dilakukan oleh siswa.

Menurut Arifin (2012: 10) belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku karena interaksi individu dengan lingkungan dan pengalaman. Perubahan tingkah laku tersebut bukan karena pengaru obat-obatan atau zat kimia lainnya dan cenderung bersifat permanen.

Menurut Darsono (dalam Hamdani, 2011: 22) menyatakan ciri-ciri belajar yaitu: 1) belajar dilakukan dengan sadar dan mempunyai tujuan; 2) belajar merupakan pengalaman sendiri, tidak dapat diwakilkan pada orang lain; 3) belajar merupakan proses interaksi antara individu dan lingkungan; dan 4) belajar mengakibatkan terjadinya perubahan pada diri orang yang belajar.

Berdasarkan pendapat para pakar tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan serangkaian proses seseorang untuk melakukan perubahan perilaku dari pengalamannya sendiri untuk dapat berinteraksi secara baik dalam kehidupannya.

Model Make a Match

Make a Match merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif. Model Make a Match (mencari pasangan) diperkenalkan oleh Lena Curran, pada tahun 1994. Pada model ini siswa diminta mencari pasangan dari kartu. (Aqib, 2013: 23) Menurut Huda (2013: 251) tujuan dari Make a Match antara lain: (1) pendalaman materi; (2) penggalian materi; dan (3) edutainment.

Media Audiovisual

Menurut Munadi (2013: 113) media audiovisual merupakan media yang dikenal dengan slide, opaque, OHP, dan peralatan visual lainnya bila diberi unsur suara dari rekaman kaset yang dimanfaatkan secara bersamaan dalam satu waktu atau satu proses pembelajaran. Pendapat tersebut diperkuat dengan pendapat Hamdani (2011: 245) bahwa media audiovisual yaitu media audiovisual adalah media yang mengandung unsur suara dan juga memiliki unsur gambar yang dapat dilihat, seperti rekaman video, film, dan sebagainya. Sesuai dengan namanya, media ini merupakan kombinasi audio dan visual atau bisa disebut media pandang-dengar. Audiovisual akan menjadikan penyajian bahan ajar kepada siswa semakin lengkap dan optimal. Selain itu, media audiovisual dalam batas-batas tertentu dapat menggantikan peran dan tugas guru. Sebab, penyajian materi bisa diganti oleh media. Dan guru bisa beralih menjadi fasilitator belajar, yaitu memberikan kemudahan bagi para siswa untuk belajar. Contoh media audiovisual, di antaranya program video atau televisi, video atau televisi instruksional, dan program slide suara (soundsslide). (Hamdani, 2011: 249)

Sedangkan menurut Levie (dalam Hamdani, 2011:73), pengajaran menggunakan stimulus audiovisual membuahkan hasil yang lebih baik untuk tugas-tugas seperti mengingat, mengenali, mengingat kembali, dan menghubungkan fakta dan konsep.

Sedangkan keuntungan dari media audiovisual (Diani, 2013) antara lain: a) Media ini mencakup segala aspek indera pendengar, penglihat dan peraba. Sehingga kemampuan semua indera dapat terasah dengan baik karena dipergunakan dengan seimbang dan bersama, b) Dapat digunakan untuk menyampaikan berbagai materi pembelajaran, c) dapat memusatkan perhatian siswa, d) pemakaiannya tidak membosankan, e) hasilnya lebih mudah untuk di mengerti dan dipahami, dan e) dapat mengatasi keterbatasan ruang dan waktu.

Berdasarkan pendapat para pakar tersebut, peneliti menetapkan media audiovisual dalam pembelajaran karena dengan menggunakan media audiovisual agar siswa dapat memahami materi pembelajaran dengan baik dari pengalaman siswa mendengarkan dan melihat tayangan media audiovisual.

Kerangka Berpikir

Berdasakan kajian teori dan kajian empiris yang telah dipaparkan, kegiatan pembelajaran PKn di SD tidak terlepas dari beberapa faktor, misalnya faktor dari guru, siswa, dan lingkungan sekitarnya. Jika faktor-faktor tersebut kurang optimal maka pembelajaran pun akan tidak mencapai hasil yang optimal. Seperti permasalahan pembelajaran PKn di kelas IV SD N Lanjan 02 yang ditunjukkan dengan data awal bahwa masih banyak siswa yang belum mencapai nilai KKM yang telah ditetapkan.

Berdasarkan kenyataan kondisi tersebut peneliti melakukan perbaikan pembelajaran dengan menerapkan tindakan berupa penerapan model Make a Match dengan media audiovisual dalam kegiatan pembelajaran PKn. Dengan diterapkannya model Make a Match siswa akan dapat bekerja sama secara baik dengan teman sepasangnya dan akan memungkinkan tercipta kondisi atau suasana pembelajaran yang menyenangkan. Selain itu didukung dengan menggunakan media audiovisual. Dengan media audiovisual, siswa akan melihat dan mendengar secara nyata tentang materi pembelajaran, sehingga siswa akan lebih cepat memahami materi pembelajaran yang disampaikan. Melalui penerapan model Make a Match dengan media audiovisual ini diharapkan aktivitas siswa, keterampilan guru, serta hasil belajar siswa dapat meningkat.

 

 

 

 

METODOLOGI PENELITIAN

Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian

Penelitian dilakukan pada SDN Lanjan 02 Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang. Subjek dari penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas IV SDN Lanjan 02 semester genap tahun pelajaran 2015/2016.

Karakteristik siswa kelas IV ini adalah berumur antara 9 tahun sampai 11 tahun dengan jumlah 10 siswa yang terdiri atas 5 siswa perempuan dan 5 siswa laki-laki. Sebagian besar orang tua siswa bekerja sebagai petani dan buruh tani.

Tempat Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di kelas IV SD N Lanjan 02, yang terletak di daerah pedesaan kecamatan Sumowono, Kabupaten Semarang.

Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SD N Lanjan 02 Kecamatan Sumowono, Kabupaten Semarang, Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 10 siswa. Terdiri atas 5 siswa perempuan dan 5 siswa laki-laki.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Sebelum Tindakan

Gambaran Sekolah

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri Lanjan 02 Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang, dengan subyek penelitian siswa Kelas IV sebanyak 10 siswa. Letak Sekolah Dasar Negeri Lanjan 02 berada di wilayah Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang.

Sekolah Dasar Negeri Lanjan 02 terletak di desa Niten Kelurahan Lanjan Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang. Suasana Sekolah Dasar Negeri Lanjan 02 masih asri dengan suasana perdesaan, di barat Sekolah Dasar Negeri Lanjan 02 terdapat perladangan, sungai dan gunung, di sebelah utara dan timur terdapat perkebunan, dan di selatan terdapat perumahan warga.

Gambaran Subyek Penelitian

Penelitian dilakukan di kelas IV Sekolah Dasar Negeri Lanjan 02 Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang, yang berjumlah 10 siswa yang terdiri dari 5 siswa putra dan 5 siswa putri pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

Deskripsi Kondisi Awal

Ketuntasan belajar siswa sebelum tindakan dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=70) sebanyak 8 siswa atau 80%, sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal sebanyak 2 siswa dengan persentase 20%.

Tindakan pembelajaran yang akan dilaksanakan adalah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dengan media grafis , siswa dalam kegiatan belajar akan dikelompokkelompok, dengan tujuan agar siswa dalam kelompok memperoleh kesempatan yang lebih banyak dalam melaksanakan kegiatan.

Ketuntasan belajar siswa sebelum tindakan dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=70) sebanyak 6 siswa atau 60%, sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal sebanyak 4 siswa dengan persentase 40%.

Deskripsi Dan Pembahasan Siklus 2

Ketuntasan belajar siswa sebelum tindakan dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=70) sebanyak 4 siswa atau 40%, sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal sebanyak 6 siswa dengan persentase 60%.

Berdasarkan hasil penulisan pada Siklus 2 maka hasil refleksi selama kegiatan pada penulisan yang dimulai dari persiapan sampai pada pelaksanaan dianggap belum sesuai dengan indikator keberhasilan yang sudah ditentukan, , hal ini terbukti dengan presentase ketuntasan klasikal anak masih 70%. Maka ddari itu perlu diakan lagi peneliatian selanjutnya pada siklus 3.

Deskripsi Dan Pembahasan Siklus 3

Ketuntasan belajar siswa sebelum tindakan dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=70) sebanyak 2 siswa atau 20%, sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal sebanyak 8 siswa dengan persentase 80%.

Berdasarkan hasil penulisan pada Siklus 3 maka hasil refleksi selama kegiatan pada penulisan yang dimulai dari persiapan sampai pada pelaksanaan dianggap sudah berhasil, hal ini berdasarkan tingkat kemampuan siswa yang sangat baik.

Berikut ini akan disajikan peningkatan hasil keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKn melalui Model pembelajaran Make a Match dengan media audiovisual dengan pada siklus I, siklus II, dan siklus III yang dapat dilihat pada tabel berikut:

Rekapitulasi Hasil Observasi Pembelajaran dengan menggunakan Model pembelajaran Make a Match dengan media audiovisual pada Siswa Kelas IV dalam Pembelajaran PKn

No

Aspek yang diamati

Sebelum Perbaikan

Siklus I

Siklus II

Siklus III

 

1

Ketrampilan Guru

Cukup

Baik

Baik

Sangat Baik

2

Aktivitas Siswa

Cukup

Baik

Baik

Sangat Baik

3

Hasil Belajar

20% Tuntas

40% Tuntas

60% Tuntas

80% Tuntas

 

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa keterampilan guru sebelum perbaikan termasuk dalam kriteria cukup, pada siklus I menjadi baik, dan mengalami peningkatan lagi menjadi lebih baik pada siklus II, dan menjadi sangat baik pada siklus III. Aktivitas siswa sebelum perbaikan termasuk dalam kriteria cukup, pada siklus I menjadi baik, dan mengalami peningkatan lagi menjadi lebih baik pada siklus II, dan menjadi sangat baik pada siklus III. Hal ini juga dapat dilihat dari peningkatan persentase ketuntasan klasikal hasil belajar sebelum perbaikan 20%, siklus I 40% , siklus II 60%, dan siklus III 80%. Pelaksanaan tindakan dari siklus I sampai dengan siklus III menunjukkan adanya peningkatan keterampilan guru, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa.

SIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan analisis data yang telah dilakukan dalam penelitian maka dapat disimpulkan sebagai berikut: Model pembelajaran Make a Match dengan media audiovisual dengan pengamatan/ observasi, kerjasama kelompok dan diskusi dapat meningkatkan pemahaman dalam mata pelajaran PKn di kelas IV di SD Negeri Lanjan 02 Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016. Sebelum diterapkan pembelajaran Model pembelajaran Make a Match dengan media audiovisual dari 10 siswa terdapat 8 siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar (KKM=70) dan hanya 2 siswa yang mencapai ketuntasan belajar, sedangkan pada siklus I , II, III sebanyak 11 siswa atau >80% dari jumlah siswa mencapai ketuntasan.

Saran

Guru sebaiknya menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa dan mata pelajaran yang akan diajarkan sehingga dapat meningkatkan interaksi siswa dan guru dalam pembelajaran. Model pembelajaran Make a Match sangat baik diterapkan dalam pembelajaran PKn. Guru sebaiknya juga memanfaatkan media audiovisual yang berupa video pembelajaran dalam pelaksanaan pembelajaran pada bidang mata pelajaran lain karena penggunaan media audiovisual dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas. Media audiovisual dikembangkan sesuai dengan materi dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, serta disusun dengan tampilan yang menarik bagi siswa. Media tersebut dapat juga ditambahkan video pembelajaran yang menarik perhatian siswa, sehingga guru dapat meningkatkan keterampilannya dalam mengajar

DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Zainal, dkk. 2011. Penelitian Tindakan Kelas Untuk Guru SD,SLB, TK. Bandung: Yrama Widya.

______. 2013. Model-Model, Media, dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif). Bandung: Yrama Widya.

Arifin, Zainal. 2012. Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, Prosedur. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Arikunto, Suharsimi, dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Daryanto. 2013. Media Pembelajaran. Yogyakarta: Gava Media

Diani, Dewi. 2013. Jenis-Jenis Media Kekurangan Dan Kelebihannya. Terdapat dalam http://dianidewi.blogspot.com/2013/06/jenis-jenis-media-kekurangan-dan.html diunduh pada tanggal 5 Februari 2014 pukul 20.08.

Faturrohman, dan Wuri Wuryandani. 2011. Pembelajaran PKn di Sekolah Dasar. Yogyakarta: Nuha Litera.