PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR

BAHASA INDONESIA MATERI POKOK MENULIS PUISI BEBAS

PADA SISWA KELAS V SD NEGERI MOJOPURO 3

SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN 2017/2018

 

Mami Handayani

SD Negeri Mojopuro 3

 

ABSTRAK

Penelitian tindakan kelas (PTK) ini bertujuan untuk meningkatkan minat dan hasil belajar Bahasa Indonesia materi puisi bebas pada siswa kelas V SD negeri Mojopuro 3 Sumberlawang melalui penerapan model pembelajaran kontekstual. Penelitian ini terdiri atas dua siklus, masing-masing siklus terdiri atas empat tahapan yaitu: Perencanaan, Pelaksanaan, Observasi, dan Refleksi. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan minat dan hasil belajar Bahasa Indonesi materi puisi bebas bagi siswa kelas V SDN Mojopuro 3 Sumberlawang Sragen melalui penerapan model pembelajaran kontekstual.

Kata-kata Kunci: Model Kontekstual, Minat Belajar, Puisi Bebas,

 

PENDAHULUAN

Sebagai warga negara Indonesia, kita dituntut untuk terampil berbahasa sehingga pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi dalam Bahasa dan Sastra Indonesia, baik secara lisan maupun tertulis.

Dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya materi pokok menulis karya sastra baik itu prosa maupun puisi, siswa cenderung malas-malasan dan kurang bersemangat, sehingga situasi pembelajaran terlihat pasif. Siswa kurang merespons materi yang disampaikan guru. Dari hasil evaluasi akhir penulis selalu kecewa dan merasa telah gagal mengajarkan materi pokok tentang menulis hasil karya baik prosa maupun puisi. Sehingga diperoleh nilai siswa masih banyak yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang sudah kami tetapkan, yakni dari 23 siswa dari seluruh di kelas V hanya 11 siswa atau 47,83% yang mencapai KKM yang ditetapkan yaitu 70. Sedangkan nilai rata-rata kelas 68.39.

 Dari analisis tugas menulis puisi, kesalahan banyak terdapat antara lain: penulisan belum benar sesuai ejaan yang benar, siswa hanya mampu menulis beberapa kata, belum adanya koherensi antar kalimat-kalimatnya, siswa kurang bersemangat dalam menggali kalimat-kalimat yang berhubungan dengan tema yang ditentukan, dan siswa kurang menguasai banyak kosa kata.

Dalam rangka memperbaiki pembelajaran tentang materi pokok menulis menulis puisi bebas ini, penulis menggunakan Metode Kontekstual (Contextual Teaching and Learning (CTL) yang melibatkan siswa secara penuh dalam proses pembelajaran menulis dengan memberikan kebebasan kepada siswa untuk memilih obyek yang menjadi bahan tulisannya, dengan melihat sendiri secara langsung tentang ciri-ciri serta semua hal yang berkenaan dengan obyek pilihannya beserta keistimewaannya menurut penilaian siswa.

Dari hasil identifikasi masalah dan analisis permasalahan di atas penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut: (1) Apakah Penggunaan Model Pembelajaran Kontekstual dapat Meningkatkan Minat Belajar Bahasa Indonesia Materi Pokok Menulis Puisi Bebas pada Siswa Kelas V SD Negeri Mojopuro 3 Semester 2 Tahun Pelajaran 2017/2018? (2) Apakah Penggunaan Model Pembelajaran Kontekstual dapat Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Materi Pokok Menulis Puisi Bebas pada Siswa Kelas V SD Negeri Mojopuro 3 Semester 2 Tahun Pelajaran 2017/2018? (3) Bagaimanakah Penggunaan Model Pembelajaran Kontekstual dapat Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Materi Pokok Menulis Puisi Bebas pada Siswa Kelas V SD Negeri Mojopuro 3 Semester 2 Tahun Pelajaran 2017/2018?

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: (1) Mengetahui Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual untuk Meningkatkan Minat Belajar Bahasa Indonesia Materi Pokok Menulis Puisi Bebas pada Siswa Kelas V SD Negeri Mojopuro 3 Semester 2 Tahun Pelajaran 2017/2018. (2) Mengetahui Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual untuk Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Materi Pokok Menulis Puisi Bebas pada Siswa Kelas V SD Negeri Mojopuro 3 Semester 2 Tahun Pelajaran 2017/2018. (3) Meningkatkan kualitas pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia khususnya materi pokok menulis puisi.

KAJIAN PUSTAKA

Pembelajaran

 Istilah “pembelajaran” sama dengan “instruction atau “pengajaran”. Pengajaran mempunyai arti cara mengajar atau mengajarkan. (Purwadinata, 1967:22). Dengan demikian pengajaran diartikan sama dengan perbuatan belajar (oleh siswa) dan Mengajar (oleh guru). Kegiatan belajar mengajar adalah satu kesatuan dari dua kegiatan yang searah. Kegiatan belajar adalah kegiatan primer, sedangkan mengajar adalah kegiatan sekunder yang dimaksudkan agar terjadi kegiatan secara optimal.

 Dapat ditarik kesimpulan bahwa Pembelajaran adalah usaha sadar dari guruuntuk membuat siswa belajar, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang belajar, dimana perubahan itu dengan didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relatif lama.

 Gagne dan Briggs (1979:3) Istilah “pembelajaran” sama dengan “instruction atau “pengajaran”. Pengajaran mempunyai arti cara mengajar atau mengajarkan. (Purwadinata, 1967:22). Dengan demikian pengajaran diartikan sama dengan perbuatan belajar (oleh siswa) dan Mengajar (oleh guru). Kegiatan belajar mengajar adalah satu kesatuan dari dua kegiatan yang searah. Kegiatan belajar adalah kegiatan primer, sedangkan mengajar adalah kegiatan sekunder yang dimaksudkan agar terjadi kegiatan secara optimal.

Belajar

Menurut Vygotsky belajar adalah sebuah proses yang melibatkan dua elemen penting. Pertama, belajar merupakan proses secara biologi sebagai proses dasar. Kedua, proses secara psikososial sebagai proses yang lebih tinggi dan esensinya berkaitan dengan lingkungan sosial. Oleh karena itu, Vygotsky sangat menekankan pentingnya peran interaksi sosial bagi perkembangan belajar seseorang. Toeri belajar Vygotsky memiliki empat prinsip umum: 1) anak mengkonstruksi pengetahuan, 2) belajar terjadi pada konteks sosial, 3) belajar mempengaruhi perkembangan mental, 4) bahasa memegang peranan penting dalam perkembangan mental anak (Baharuddin dan Nur, 2008: 124) dalam http//wawan-junaidi.blogspot.com /2009/10/pengertian-belajar/html, diakses tanggal 25 Maret 2018

 Teori belajar konstruktivisme lebih menfokuskan pada kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman mereka. Bukan kepatuhan siswa dalam refleksi atas apa yang telah diperintahkan dan dilakukan oleh guru. Dengan kata lain, siswa lebih diutamakan untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuan mereka melalui asimilasi dan akomodasi. Dari definisi-definisi di atas penulis dapat menyimpulkan, belajar merupakan kegiatan yang dilakukan oleh anak didik secara aktif dan sadar. Hal ini berarti bahwa aktivitas berpusat pada anak didik sedangkan guru lebih banyak berfungsi sebagai fasilitator (penterjadinya proses belajar).

Minat Belajar

Minat adalah kecenderungan jiwa yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa aktivitas atau kegiatan (Slameto, 1995). Seseorang yang berminat terhadap suatu aktivitas dan memperhatikan itu secara konsisten dengan rasa senang. Menurut Kartono (1995) dalam www.sarjanaku.com/2012/12/pengertian-minat-belajar-siswa menurut.html, diakses pada 18 Maret 2018, minat merupakan moment-moment dari kecenderungan jiwa yang terarah secara intensif kepada suatu obyek yang dianggap paling efektif (perasaan, emosional) yang didalamnya terdapat elemen-elemen efektif (emosi) yang kuat. Minat juga berkaitan dengan kepribadian. Jadi pada minat terdapat unsur-unsur pengenalan (kognitif), emosi (afektif), dan kemampuan (konatif) untuk mencapai suatu objek, seseorang suatu soal atau suatu situasi yang bersangkutan dengan diri pribadi (Buchori, 1985)

Menurut Hardjana (1994) dalam www.sarjanaku.com/2012/12/pengertian-minat-belajar-siswa menurut.html, diakses pada 18 Maret 2018, minat merupakan kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu yang timbul karena kebutuhan, yang dirasa atau tidak dirasakan atau keinginan hal tertentu. Minat dapat diartikan kecenderungan untuk dapat tertarik atau terdorong untuk memperhatikan seseorang sesuatu barang atau kegiatan dalam bidang-bidang tertentu (Lockmono, 1994).

Minat merupakan salah satu faktor pokok untuk meraih sukses dalam studi. Penelitian-penelitian di Amerika Serikat mengenai salah satu sebab utama dari kegagalan studi para pelajar menunjukkan bahwa penyebabnya adalah kekurangan minat (Gie, 1998).

 Minat belajar dapat diingatkan melalui latihan konsentrasi. Konsentrasi merupakan aktivitas jiwa untuk memperhatikan suatu objek secara mendalam. Dapat dikatakan bahwa konsentrasi itu muncul jika seseorang menaruh minat pada suatu objek, demikian pula sebaliknya merupakan kondisi psikologis yang sangat dibutuhkan dalam proses belajar mengajar di sekolah. Kondisi tersebut amat penting sehingga konsentrasi yang baik akan melahirkan sikap pemusatan perhatian yang tinggi terhadap objek yang sedang dipelajari.

Hasil Belajar

 Menurut Sardiman (2007: 51), “hasil belajar adalah hasil langsung berupa tingkah laku siswa setelah melalui proses belajar-mengajar yang sesuai dengan materi yang dipelajarinya”. Sehingga hasil belajar dapat ditafsirkan sebagai output dari proses belajar mengajar. Menurut Slameto (2003: 54-71) dalam http://www.pendidikanekonomi.com/2015/04/pengertian-hasil-belajar-dan-perbedaan.html diakses tanggal 20 Maret 2018, output tersebut dipengaruhi oleh factor jasmaniah, psikologis dan kelelahan yang dikelompokkan sebagai factor intern. Sedangkan kelompok factor ekstern-nya meliputi faktor keluarga, sekolah dan masyarakat.

 Berdasarkan pengertian tentang hasil belajar tersebut, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar tidak hanya berupa sesuatu yang dapat diukur secara kuantitatif saja melainkan juga secara kualitatif terkait dengan perubahan peserta didik dari yang belum bisa menjadi bisa, sehingga penilaiannya bisa menggunakan tes maupun non tes. Penilaian berupa tes maupun non tes tersebut bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa ditinjau dari ranah afektif, kognitif maupun psikomotorik.

 Menurut Sudjana (2008: 22) “hasil belajar adalah kemampuan–kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”. Sedangkan untuk prestasi belajar, menurut Muhibbin Syah (2008: 91) adalah “taraf keberhasilan murid dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu”. Berdasarkan pengertian di atas, bisa diketahui bahwa hasil belajar mempunyai cakupan makna yang lebih luas dari prestasi belajar. Prestasi belajar seringkali dinyatakan dalam bentuk skor atau nilai yang diketahui setelah dilakukan pengukuran dengan tes. Sedangkan hasil belajar tidak hanya dilihat dari nilai atau skor saja, melainkan mencakup penilaian secara kualitatif (sikap, tingkah laku, karakter, dsb).

Model Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching Learning)

 Menurut Nadhirin dalam nadhirin.blogspot.com/2010/03/model pembelajaran-contextual-teaching.html, Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah sistem pembelajaran yang cocok dengan kinerja otak, untuk menyusun pola-pola yang mewujudkan makna, dengan cara menghubungkan muatan akademis dengan konteks kehidupan sehari-hari peserta didik. Hal ini penting diterapkan agar informasi yang diterima tidak hanya disimpan dalam memori jangka pendek, yang mudah dilupakan, tetapi dapat disimpan dalam memori jangka panjang sehingga akan dihayati dan diterapkan dalam tugas pekerjaan.

 CTL disebut pendekatan kontektual karena konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan Penggunaannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat.

 Menurut teori pembelajran kontekstual, pembelajaran terjadi hanya ketika siswa (peserta didik) memproses informasi atau pengetahuan baru sedemikian rupa sehingga dapat terserap kedalam benak mereka dan mereka mampu menghubungannya dengan kehidupan nyata yang ada di sekitar mereka. Pendekatan ini mengasumsikan bahwa pikiran secara alami akan mencari makna dari hubungan individu dengan linkungan sekitarnya.

 Berdasarkan pemahaman di atas, menurut metode pembelajaran kontekstual kegiatan pembelajaran tidak harus dilakukan di dalam ruang kelas, tapi bisa di laboratorium, tempat kerja, sawah, atau tempat-tempat lainnya. Mengharuskan pendidik (guru) untuk pintar-pintar memilih serta mendesain linkungan belajar yang betul-betul berhubungan dengan kehidupan nyata, baik konteks pribadi, sosial, budaya, ekonomi, kesehatan, serta lainnya, sehingga siswa memiliki pengetahuan/ ketrampilan yang dinamis dan fleksibel untuk mengkonstruksi sendiri secara aktif pemahamannya.

Perumusan Hipotesa Kerja

 Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir yang telah diuraikan di atas, dapat dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas sebagai berikut: (1) Penggunaan Model Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching And Learning) dapat Meningkatkan Minat Belajar Bahasa Indonesia Siswa pada Materi Pokok Menulis Puisi Bebas Kelas V SD Negeri Mojopuro 3 Semester 2 Tahun Pelajaran 2017/2018. (2) Penggunaan Model Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching And Learning) dapat Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa pada Materi Pokok Menulis Puisi Bebas Kelas V SD Negeri Mojopuro 3 Semester 2 Tahun Pelajaran 2017/2018.

METODOLOGI PENELITIAN

Setting Penelitian

Penelitian dilaksanakan di kelas V SD Negeri Mojopuro 3 Sumberlawang Sragen Semester 2 Tahun Pelajaran 2017/2018. Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan pada semester II Tahun Pelajaran 2017/2018, selama 5 bulan dimulai bulan Februari sampai dengan bulan Juni 2018. Subyek penelitian dibagi menjadi dua, yaitu: subyek pelaku tindakan yaitu guru sebagai peneliti dan subyek penerima tindakan adalah siswa kelas V (lima) SD Negeri Mojopuro 3 Tahun Pelajaran 2017/2018 dengan jumlah siswa 23 yang terdiri dari 8 (delapan) siswa laki-laki dan 15 (lima belas) siswa perempuan.

Prosedur Penelitian

 Penelitian Tindak Kelas (PTK) dilaksanakan dalam beberapa siklus dan setia siklus terdiri dari emat tahapan yaitu 1. Perencanaan (planning); 2. Pelaksanaan (action) 3. Pengamatan (observation) dan 4. Refleksi (reflection), begitu seterusnya sampai perbaikan atau peningkatan yang diharapkan tercapai (indicator keberhasilan). Prosedur penelitian ini menggunakan model Kurt Lewin (dalam Rubiyanto, 2011: 109) dengan modifikasi. Dalam pelaksanaan penelitian dimungkinkan adanya tindakan yang berulang dengan revisi untuk meningkatkan hasil belajar siswa berdasarkan perencanaan yang telah dibuat peneliti sekaligus sebagai guru melakukan tindakan pembelajaran sesuai perencanaan tindakan yang dibuat..

Jenis dan Sumber Data

 Data penelitian yang dikumpulkan berupa informasi tentang hasil prestasi siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, dan kemampuan guru dalam menyusun rencana pembelajaran dan melaksanakan pembelajaran (termasuk penggunaan strategi dan media pembelajaran) di kelas.

Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

 Jenis data dalam penelitian ini dalah data kualitatif dan data kuantitatif yang berhubungan dengan prestasi pada mata pelajaran Bahasa Indonesia materi Menulis Puisi Bebas. Dalam penelitian ini peneliti terjun langsung ke lapangan sebagai instrumen untuk melakukan observasi, tes, dan dokumentasi.

 

 

2. Sumber Data

Menurut Arikunto (2010: 172) sumber data dalam penelitian adalah “subyek dari mana data diperoleh”. Data penelitian ini dikumpulkan dari berbagai sumber yang meliputi: Sumber Primer dan Sumber Sekunder.

Tehnik Pengumpulan Data

 Tehnik yang digunakan untuk mengumpulkan data di atas meliputi metode pengamatan/observasi, metode wawancara, metode dokumentasi, dan metode tes.

Instrumen Penelitian

 Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: (1) Butir soal, (2) Lembar pedoman observasi, dan (3) Lembar Unjuk Kerja, digunakan untuk menilai keterampilan dan aktivitas siswa ketika dalam pembelajaran.

Validitas Data

Keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan Triangulasi. Moleong (2012: 330) mengemukakan bahwa triangulasi adalah tehnik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Sedangkan Sukardi (2006: 106) mengemukakan bahwa triangulasi dapat diartikan sebagai kombinasi beberapa metode atau sumber data dalam sebuah studi tunggal. Untuk menjadikan data akurat dan tepat, maka dalam penelitian ini digunakan triangulasi: (1) Triangulasi Data (sumber), (2) Triangulasi Tehnik.

Indikator Peningkatan

Yang menjadi indikator sebagai tolok ukur dalam menyatakan bahwa pembelajaran yang berlangsung selama penelitian berhasil meningkatkan prrestasi dan minat belajar siswa, jika terjadi peningkatan nilai rata-rata akhir setiap siklus dari rata-rata sebelum diterapkan pembelajaran Kontekstual. Penelitian ini akan diakhiri setelah 75% siswa telah mengalami peningkatan prestasi belajar Bahasa Indonesia materi Menulis Puisi Bebas dengan nilai ketuntasan klasikal Bahasa Indonesia yang diperoleh yaitu ≥ 75 dengan nilai rata-rata hasil belajar ≥ 70.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Awal Pra-Siklus

 Berdasarkan berbagai masalah di atas peneliti ingin memperbaiki atau meningkatkan minat dan hasil belajar Bahasa Indonesia materi Menulis Puisi Bebas siswa kelas V dengan mencoba melaksanakan beberapa siklus pembelajaran dengan menerapkan metode Pembelajaran Kontekstual agar minat dan prestasi belajar Bahasa Indonesia materi menulis puisi bebas meningkat. Dari hasil penilaian karya siswa dalam menulis puisi yang dilakukan sebelum siklus (Pra-siklus) pada pembelajaran Bahasa Indonesia materi Menulis Puisi Bebas kelas V diketahui bahwa prosentase ketuntasan klasikal baru mencapai 47,83% atau hanya 11 siswa saja yang tuntas dari 23 siswa di kelas V SD Negeri Mojopuro 3. Dan rata-rata nilai prestasi belajar siswa sebelum tindakan adalah 68.39.

Kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia dengan materi pokok Menulis Puisi Bebas dilaksanakan dengan menggunakan pembelajaran secara konvensional, sehingga dari hasil evaluasi akhir diperoleh data masih 12 siswa dari 23 siswa belum mencpai nilai KKM yang ditentaukan yaitu 70. Hasil belajar materi Menulis Puisi Bebas di kelas V SD Negeri Mojopuro 3 semester 2 Tahun Pelajaran 2017/2018.

Dari hasil observasi pertemuan ke-satu di atas dapat dilhat, rata-rata prosentasi minat siswa selama pembelajaran masih rendah yakni hanya 55,30%. Ini bererti minat siswa terhadap mata pelajaran Bahasa Indonesia materi Menulis Puisi Bebas masih sangat rendah. Dari hasil observasi pertemuan ke-dua di atas dapat dilhat, rata-rata prosentasi minat siswa selama pembelajaran mulai ada peningkatan dari 55,30% menjadi 62,09%. Ini berarti minat siswa terhadap mata pelajaran Bahasa Indonesia materi Menulis Puisi Bebas mulai ada peningkatan walaupun masih belum terlalu signifikan.

Refleksi

Catatan dalam pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode pembelajaran kontekstual ini berasal dari Guru dan siswa. Adapun catatan yang diperoleh dari Guru selama pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode pembelajaran kontekstual adalah:

1.     Guru kurang jelas dalam menjelaskan langkah-langkah pembelajaran metode pembelajaran kontekstual.

2.     Guru kurang dalam membimbing siswa dalam berdiskusi secara maksimal sehingga pelaksanaan diskusi belum optimal.

3.     Interaksi Guru dengan siswa masih sedikit karena guru hanya berkeliling saja tanpa bertanya kesulitan yang dihadapi siswa selama mengerjakan lembar kerja.

4.     Guru belum bisa mengatur waktu dengan baik sesuai dengan yang direncanakan.

 Sedangkan catatan dari siswa selama pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode pembelajaran kontekstual adalah:

1.     Siswa masih terlihat kebingungan dalam melaksanakan pembelajaran menggunakan metode pembelajaran kontekstual.

2.     Siswa masih banyak yang ramai sendiri tidak serius dalam mengerjakan tugas.

3.     Masih banyak siswa yang malu atau kurang percaya diri dalam bertanya atau menanggapi puisi dari teman.

4.     Masih banyak siswa yang belum bisa menyelesaikan tugas tepat waktu

Deskripsi Hasil Siklus II

Berikut hasil observasi terhadap minat belajar siswa terhadap materi pokok Menulis Puisi Bebas siklus II pertemuan satu dan dua (untuk pedoman penentukan prontase minat siswa). Dari hasil observasi minta siswa terhadap materi pokok Menulis Puisi Bebas siklus II peremuan ke-satu.dapat disimpulkan adanya peningkatan minat belajar siswa yang lebih baik.

Refleksi

Catatan dalam pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode pembelajaran kontekstual ini berasal dari Peneliti dan siswa setelah selesai tindakan pembelajaran. siklus II. Adapun catatan yang diperoleh dari Peneliti oleh observer selama pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode pembelajaran kontekstual adalah:

1.     Peneliti sudah sangat baik dan jelas dalam menjelaskan langkah-langkah pembelajaran metode pembelajaran kontekstual.

2.     Peneliti membimbing siswa dalam berdiskusi secara maksimal sehingga pelaksanaan diskusi belum optimal.

3.     Interaksi Peneliti dengan siswa sangat baik, Peneliti dapat melayani semua siswa yang bertanya tentang kesulitan yang dihadapi siswa selama mengerjakan lembar kerja.

4.     Peneliti mengatur waktu dengan baik sesuai dengan yang direncanakan.

Sedangkan catatan dari siswa selama pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode pembelajaran kontekstual adalah:

1.     Siswa terlihat lebih bersemangat dalam melaksanakan pembelajaran menggunakan metode pembelajaran kontekstual.

2.     Siswa tampak serius dalam mengerjakan tugas.

3.     Siswa yang malu atau kurang percaya diri mulai tampak lebih percaya diri dalam bertanya atau menanggapi puisi dari teman.

4.     Siswa menyelesaikan tugas tepat waktu

HASIL PNELITIAN DAN PEMBAHASAN

                         Berdasarkan hasil analisis observasi minat belajar siswa dari siklus I pertemuan kesatu dan kedua dan siklus II pertemuan kesatu dan kedua dapat dilihat adanya peningkatan minat siswa terhadap materi Menulis Puisi Bebas,, yaitu dari 55,30% mnejadi 62,09% di siklus I dan naik menjadi 70,26% dan 77,57% di akhir siklus II. Sedangkan tingkat ketuntasan klasikal juga ada peningkatan dari pra siklus 47,83% menjadi 69,57% di siklus I, dan meningkat menjadi 82,61%. Peningkatan juga terdapat pada pencapaian nilai rata-rata hasil belajar Menulis Puisi Bebas siswa dari pra siklus 69,39 menjadi 71.96 di siklus I dan pada akhir siklus II rata-rata hasil belajar siswa menjadi 76.05. Berikut disajikan tabel data pencapaian hasil belajar siswa siklus I dan siklus II.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

 Hasil penelitian kelas yang dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1.     Penerapan metode pembelajaran Kontekstual dapat meningkatkan minat dan hasil belajar Bahasa Indonesia siswa Kelas V materi menulis Puisi Bebas di SD Negeri Mojopuro 3 Semester 2 Tahun Pelajaran 2017/2018. Hal ini dapat dilihat dari indikator pencapaian ketuntasan klasikal dari pra-siklus 47,83% menjadi 69,57% di siklus I, naik menjadi 82,61%.di siklus II. Dengan demikian dapat disimpulkan penelitian tindakan kelas telah mencapai target ketuntasan belajar yang ditetapkan sebesar ≥ 75%.

2.     Penerapan metode pembelajaran Kontekstual dapat meningkatkan minat belajar Bahasa Indonesia siswa Kelas V materi menulis Puis Bebas di SD Negeri Mojopuro 3 Semester 2 Tahun Pelajaran 2017/2018. Hal ini dapat dilihat dari indikator pencapaian penilaian terhadap minat belajar dari 55,30% menjadi 62,09% di akhir siklus I, naik menjadi 70,26% dan 77,57% di akhir siklus II. Dengan demikian dapat disimpulkan penelitian tindakan kelas telah mencapai target peningkatan minat belajar yang ditetapkan sebesar ≥ 75%.

3.     Penerapan metode pembelajaran Kontekstual dapat meningkatkan minat belajar Bahasa Indonesia siswa Kelas V materi menulis Puis Bebas di SD Negeri Mojopuro 3 Semester 2 Tahun Pelajaran 2017/2018. Hal ini dapat dilihat dari indikator pencapaian rata-rata hasil belajar dari 69,39 menjadi 71,96 di akhir siklus I, naik menjadi 76,05 di akhir siklus II. Dengan demikian dapat disimpulkan penelitian tindakan kelas telah mencapai target peningkatan minat belajar yang ditetapkan sebesar ≥ 75.

4.   Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan Metode Pembelajaran Kontekstual dapat meningkatkan minat dan hasil belajar Bahasa Indonesia materi Menulis Puisi Bebas Siswa Kelas V SD Negeri Mojopuro 3 Semester 2 Tahun Pelajaran 2017/2018.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian kelas V di SD Negeri Mojopuro 3 yang telah dilaksanakan dalam peningkatan minat dan hasil belajar siswa melalui penerapan Metode Pembelajaran Kontekstual, maka diajukan sejumlah saran sebagai berikut:

1.     Kepala Sekolah

            Kepala sekolah perlu mengikutsertakan guru dalam program-program pelatihan yang lebih spesifik dengan mengacu pada kompetensi-kompetensi guru yang selalu disesuaikan dengan kebutuhan guru kelas dan perkembangan dalam strategi dan metode pembelajaran.

2.     Bagi Guru

a.       Guru hendaknya mampu memilih metode mengajar yang tepat dan menarik agar proses pembelajaran di kelas dapat berlagsung secara efektif dan efisien, serta menyenangkan salah satunya adalah penerapan metode Pembelajaran Kontekstual.

b.      Sebelum menjelaskan materi hendaknya guru memberikan motivasi, memberitahukan tujuan pembelajaran dan kegiatan yang akan dilakukan seta dalam menjelaskan materi hendaknya guru mengaitkan matri dengan kehidupan sehari-hari siswa.

DAFTAR PUSTAKA

A.M. Sardiman, 2007, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Bandung: Rajawali Pers

Anisa. 2009. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran. http://www.sekolahdasar.net/2012/05/kelebihan-dan-kelemahan-pembelajaran.html

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Baharuddin dan Nur. 2008. Pengertian Belajar. http//wawan-junaidi.blogspot.com /2009/10/pengertian-belajar/html, diakses tanggal 25 Maret 2018

Depdiknas. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No: 22 Tahun 2006. Depdiknas.

Depdiknas. (2007). Pedoman Pengembangan Fisik/Motorik di Taman Kanak kanak. Jakarta.

Gagne , R.M., & Briggs, L.J. 1979. Principle of Instructional Design. New Yorks: Holt Rinehart and Winston

Hardjana. 1994. Pengertian Minat Belajar Siswa. www.sarjanaku.com/2012/12/pengertian-minat-belajar-siswa menurut.html, diakses pada 18 Maret 2018

Junaidi. 2009. Pengertian Belajar. http//wawan-junaidi.blogspot.com /2009/10/pengertian-belajar/html, diakses tanggal 25 Maret 2018

Kartono. 1995. Pengertian Minat Belajar Siswa. www.sarjanaku.com/2012/12/pengertian-minat-belajar-siswa menurut.html, diakses pada 18 Maret 2018, m

Loekmono. 1994. Pengertian Minat Belajar Siswa. www.sarjanaku.com/2012/12/pengertian-minat-belajar-siswa menurut.html, diakses pada 18 Maret 2018

Muhibbin Syah. 2008. ,Psikologi Pendidikan. Bandung: ,PT Remaja Rosdakarya

Ngalim Purwanto. (1997). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Nadhirin. 2010. Model Pembelajaran Contextual Teaching. nadhirin.blogspot.com/2010/03/model pembelajaran-contextual-teaching.html,

Nana Sudjana. 2010. Cara belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo

Piaget. http://dahar.multiply.com/journal/item/1/mengenal_teori_konstruktivisme, diakses tanggal 25 Maret 2018

Slameto. 1995. Belajar dan Faltor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka cipta. Edisi revisi

Sudjana. 2008. Pengertian Hasil Belajar. http://www.pendidikanekonomi.com/2015/04/pengertian-hasil-belajar-dan-perbedaan.html diakses tanggal 20 Maret 2018

Sudjana, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Raja Gravindo Persada,

Sufanti, Main dan Laili Etika Rahmawati. 2012. Teori Evaluasi Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Surakarta: FKIP UMS.

Sugiyono. 2010. Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta

Sukardi. 2006. Penelitian Kualitatif-Naturalistik dalam Pendidikan. Jakarta: Usaha Keluarga