PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS IV

SDN 3 TANGGUNG KECAMATAN TANGGUNGHARJO GROBOGAN

 

Sri Endang Roro Hati

SDN 3 Tanggung Kecamatan Tanggungharjo Grobogan

 

ABSTRAK

PTK ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPA dengan media obejek benda nyata pada siswa kelas V SDN 4 Tanggung Grobogan. Data hasil pembelajaran dideskripsikan dengan teknik deskriptif komparatif. Penerapan model pembelajaran make a match dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS kompetensi dasar Mengenal aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam dan potensi lain di daerahnya siswa kelas IV SDN 3 Tanggung Kecamatan Tanggungharjo Kabupaten Grobogan. Prosentase ketuntasan dari 41% pada kondisi awal menjadi 64% pada siklus I dan peningkatan 91% pada siklus II.

Kata kunci: make a match, IPS

 

Latar Belakang

 Sebagai suatu proses pendidikan mempunyai dua sisi yang saling berkaitan. Pendidikan bukan sekedar transfer ilmu pengetahuan (transfer of knowledge) tapi lebih kepada transfer normatif (transfer of values). Jadi tujuan akhir pendidikan adalah menciptakan manusia seutuhnya yang memiliki ilmu pengetahuan dan nilai-nilai iman taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Peran guru dalam pembelajaran sangat penting. Selain sebagai pengajar, juga sebagai pembimbing dan pendidik. Namun kenyataannya peran itu sering dilupakan. Pendidikan dan pengajaran dilakukan hanya sekedar pemberian informasi. Hal itulah yang membuat siswa merasa bosan, sehingga pembelajaran tidak menarik minat siswa, dan akhirnya berdampak pada rendahnya prestasi belajar.

Usman (2004:4) mengatakan bahwa proses belajar mengajar adalah suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu senada dengan Usman, Suryosubroto (1997:19) mengatakan bahwa proses belajar mengajar meliputi kegiatan yang dilakukan guru dari mulai perencanaan, pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi dan program tindak lanjut yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu yaitu pengajaran.

Berdasarkan dari kedua pendapat tersebut, maka keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar merupakan suatu tanda bahwa pembelajaran akan tercipta suasana yang kondusif

Ilmu Pengetahuan Sosial sebenarnya pelajaran yang mudah namun bagi siswa dianggap sulit, hal tersebut dikarenakan antara lain kesungguhan siswa dalam memahami pelajaran IPS masih kurang, kebanyakan siswa bila disuruh untuk menjawab pertanyaan pelajaran IPS tanggapannya kurang begitu serius. Sehingga bila diadakan ulangan formatif pada umumnya setiap selesai pembelajaran nilai yang diperoleh belum memuaskan seperti yang diharapkan oleh guru.

Kenyataan tersebut terjadi juga di Kelas IV Semester II SD Negeri 3 Tanggung Kecamatan Tanggungharjo Kabupaten Grobogan tentang “aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam dan potensi lain di daerahnya”. Dari hasil analisis peneliti diperoleh data bahwa dari 22 siswa hanya 9 siswa yang memenuhi standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) nilai 70 ke atas, sedangkan yang di bawah KKM ada 13 siswa. Dilihat dari prosentase ketuntasan 59% yang belum tuntas. Nilai tertinggi 80, nilai terendah 40.

Dari kanyataan tersebut peneliti melakukan refleksi terhadap proses pembelajaran yang telah berlangsung untuk mengetahui penyebab rendahnya hasil belajar yang dicapai siswa. Untuk itu peneliti mengadakan perbaikan pembelajaran dengan prosedur PTK (Penelitian Tindakan Kelas) dalam dua siklus.

Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di SD

Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan mata pelajaran yang wajib diajarkan di Sekolah Dasar (Kurikulum KTSP mata pelajaran IPS (2007: 66). IPS merupakan mata pelajaran yang mengkaji peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial (Sarjiyo, dkk. 2.44). Mata pelajaran IPS dirancang secara sistematis dan komprehensif guna membangun kehidupan bermasyarakat yang selalu berubah dan berkembang secara kontinu/terus menerus.

Mata pelajaran IPS mempunyai tujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut: 1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya; 2)Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah dan keterampilan dalam      kehidupan sosial; 3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan; 4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, kerjasama dan kompetensi dalam masyarakat yang majemuk di tingkat lokal, nasional, maupun global (Sarjiyo, dkk. 2.24).

Dalam keseluruhan proses pendidikan, kegiatan belajar merupakan kegiatan inti. Pendidikan dapat diartikan sebagai bantuan perkembangan dengan melalui kegiatan belajar. Secara psikologis belajar dapat diartikan sebagai suatu proses memperoleh perubahan tingkah laku. Setiap proses belajar mengajar yang berlangsung secara harmonis menuntut guru untuk mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya dengan membuat rencana pembelajaran berlangsung efektif , efisien dan dapat bermanfaat bagi pendidik dan siswa sebagai peserta didik.

Kurikulum KTSP mata pelajaran IPS (2007:66) menyebutkan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan mata pelajaran yang wajib diajarkan di Sekolah Dasar. Adapun alokasi waktu pembelajaran di kelas IV adalah 3 jam pelajaran dalam seminggu. IPS merupakan mata pelajaran yang mengkaji peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Mata pelajaran IPS dirancang secara sistematis dan komprehensif guna membangun kehidupan bermasyarakat yang selalu berubah dan berkembang secara kontinu/terus menerus.

Ruang lingkup mata pelajaran IPS sebagaimana dalam kurikulum 2004 meliputi aspek-aspek sebagai berikut: 1) Sistem sosial dan budaya; 2) Manusia, tempat, dan lingkungan; 3) Perilaku ekonomi dan kesejahteraan; 4) Waktu berkelanjutan dan perubahan; 5) Sistem berbangsa dan bernegara.

Dari aspek-aspek tersebut, standar kompetensi yang harus dicapai oleh siswa setelah melalui proses pembelajaran pengetahuan sosial adalah sebagai berikut: 1) Kemampuan untuk memahami identitas diri dan keluarga dalam rangka berinteraksi di lingkungan rumah dan keluarga; 2) Kemampuan menerapkan hak dan kewajiban, sikap saling menghormati, hidup hemat dalam keluarga, serta mencintai lingkungan; 3) Kemampuan memahami kronologi peristiwa penting dalam keluarga, kedudukan anggota keluarga, aturan dalam keluarga, kedudukan anggota keluarga, aturan dan kerja sama di lingkungan, kegiatan dalam pemenuhan hak dan kewajiban sebagai individu dalam masyarakat dan kenampakan lingkungan; 4) Kemampuan memahami keragaman suku bangsa dan budaya serta perkembangan teknologi, persebaran sumber daya alam, sosial, dan aktivitas dalam jual beli, menghargai berbagai peninggalan di lingkungan setempat, menghargai sikap kepahlawanan dan patriotisme, serta hak dan kewajiban warga negara; 5) Kemampuan memahami keragaman kenampakan alam, sosial, budaya, dan kegiatan ekonomi Indonesia, perjalanan bangsa Indonesia pada masa Hindu-Budha dan Islam sampai masa kemerdekaan, dan wawasan Nusantara, penduduk dan pemerintahan, serta kerja keras dari tokoh-tokoh kemerdekaan; 6) Kemampuan memahami peran masyarakat sebagai potensi bangsa dalam mempertahankan kemerdekaan, kegiatan ekonomi negara Indonesia dan negara tetangga, kenampakan alam dunia, dan kedudukan masyarakat sebagai potensi bangsa dalam melaksanakan Hak Asasi Manusia dan nilai-nilai Pancasila.

Tiap-tiap kemampuan ini menjadi target pencapaian siswa dalam setiap tingkatan kelas di sekolah dasar.Model Pembelajaran Make a Match

Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.

Berkenaan dengan model pembelajaran, Bruce Joyce dan Marsha Weil (dalam Sunardi, 2018: 169) mengetengahkan 4 (empat) kelompok model pembelajaran, yaitu: (1) model interaksi sosial; (2) model pengolahan informasi; (3) model personal-humanistik; dan (4) model modifikasi tingkah laku. Istilah model pembelajaran tersebut diidentikkan dengan strategi pembelajaran.

Make a match dikembangkan oleh Lorna Curran, 1994. Make a match disebut model pembelajaran mencari pasangan. Model pembelajaran make a match akan mewujudkan suasana pembelajaran menyenangkan dan memperoleh pengalaman yang bermakna sehingga memungkinkan siswa menguasai materi pembelajaran (LPMP. 2008).

Adapun langkah-langkah pembelajaran dengan model make a match adalah sebagai berikut:

1.     Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban

2.     Setiap siswa mendapat satu buah kartu

3.     Tiap siswa memikirkan jawaban soal/kartu yang dipegang

4.     Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal-jawaban)

5.     Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin/penghargaan

6.     Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya. Demikian seterusnya

7.     Kesimpulan/penutup.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas, penelitian ini dilakukan pada semester II tahun pelajaran 2014/2015 di SD Negeri 3 Tanggung Kecamatan Tanggungharjo Kabupaten Grobogan. Subyeknya siswa kelas IV jumlah siswa 22, yang terdiri dari 12 siswa lakilaki dan 10 siswa perempuan. Materi pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Kelas IV Semester II tahun pelajaran 2014/2015 adalah “Mengenal aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam dan potensi lain di daerahnya”. Kegiatan penelitian direncanakan 2 siklus mencakup 4 tahapan yaitu perencanaan , pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Deskripsi Persiklus

Perbaikan pembelajaran dibutuhkan untuk dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, salah satu caranya adalah dengan menggunakan metode atau model pembelajaran yang tepat dan menarik. Hasil pembelajaran yang dilaksanakan sebelum adanya perbaikan pembelajaran hasil tes formatif siswa kelas IV SD Negeri 3 Tanggung banyak siswa yang mendapatkan nilai yang kurang dari kreteria ketuntasan minimum. Hal inilah yang digunakan sebagai pertimbangan untuk melaksanakan perbaikan pembelajaran siklus I dan siklus II.

Hasil secara keseluruhan pelaksanan perbaikan pembelajaran adalah sebagai berikut:

Prasiklus

Data sebelum perbaikan hasil tes formatif mata pelajaran IPS, kompetensi dasar “Mengenal aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam dan potensi lain di daerahnya” siswa kelas IV semester II tergambar dalam tabel sebagai berikut:

Hasil Perolehan Nilai Tes Formatif IPS Sebelum Perbaikan Kelas IV

No

Rentang Nilai

Banyak Siswa

KKM

1

2

3

4

5

31-40

41-50

51-60

61-70

71-80

2

3

8

4

5

Kurang dari KKM 13

 

Lebih dari KKM 9

 

Jumlah

22

22

 

Nilai rata – rata

63,18

 

                            

 

Pembelajaran Siklus I

Pembelajaran siklus I dilaksanakan pada Jumat, 30 Januari 2015. Pelaksanaan perbaikan meliputi kegiatan awal, inti, dan penutup sebagaimana yang telah dirumuskan dalam RPP. Guru melaksanakan model make a match, pertama membagi siswa menjadi tiga kelompok karena jumlah siswa terlalu banyak. Siswa kelompok I berdiri untuk melakukan make a match. Masing-masing anggota kelompok I menerima satu kartu soal atau jawaban. Kartu soal atau kartu jawaban yang diterima dipasang di dada agar diketahui siswa lain. Siswa mencari pasangan kartu soal atau kartu jawaban yang sesuai. Siswa yang berhasil menemukan pasangannya segera menghadap guru dan kepadanya mendapat penghargaan. Kelompok yang lain mengamati. Kegiatan dilanjutkan untuk kelompok II dan seterusnya. Kegiatan diakhiri dengan menyimpulkan materi dan menyimpulkan keseluruhan kegiatan pembelajaran, memotivasi siswa dan kegiatan tes formatif yang akan dilaksanakan secara mandiri oleh siswa

Peningkatan hasil pembelajaran tampak pada nilai ulangan formatif pada siklus I. Dari hasil perolehan nilai siklus I dapat dibuat tabel sebagai berikut:

Hasil Perolehan Nilai Tes Formatif IPS Siklus I Kelas IV

No

Rentang Nilai

Banyak Siswa

KKM

1

2

3

4

5

6

41-50

51-60

61-70

71-80

81-90

91-100

0

8

7

4

3

0

Di bawah KKM 8

 

Di atas KKM 14

 

 

Jumlah

22

22

 

Nilai rata – rata

70,90

70,90

 

Pembelajaran Siklus II

Dari data hasil yang dicapai dan refleksi pada siklus I peneliti bermaksud meningkatkan hasil belajar siswa agar mencapai hasil yang lebih baik melalui perbaikan pembelajaran pada siklus II. Adanya kekurangan-kekurangan pada siklus I peneliti jadikan acuan untuk menyusun rencana pelaksanaan perbaikan pada siklus II. Pelaksanaan pada siklus II melalui tahapan perencanaan, peaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Tahapan-tahapan tersebut mengacu pada tahapan-tahapan siklus I dengan perubahan-perubahan yang dipandang perlu demi peningkatan hasil belajar siswa.

Adapun hasil perbaikan pembelajaran siklus II dapat dilihat dari tabel berikut:

Hasil Perolehan Nilai Tes Formatif IPS Siklus II Kelas IV

No

Rentang Nilai

Banyak Siswa

KKM

1

2

3

4

5

51-60

61-70

71-80

81-90

91-100

2

11

4

5

0

Di Bawah KKM 2

 

Di atas KKM 20

 

Jumlah

22

22

 

Nilai rata – rata

75,45

75,45

 

 

Pembahasan Setiap Siklus

Pembahasan Siklus I 

Sebelum program perbaikan pembelajaran dilaksanakan siswa kurang memahami kompetensi dasar yang disajikan, karena dalam pembelajaran masih secara konseptual dan kurang memberikan pertanyaan kepada siswa yang sehingga siswa kurang termotivasi terhadap kegiatan pembelajaran yang membahas tentang kompetensi dasar menghargai keragaman dan budaya di Indonesia. Hal itulah yang mendorong peneliti untuk melakukan proses perbaikan pembelajaran siklus I.

Pada siklus I mengutamakan pada penggunaan media pembelajaran yang berupa gambar-gambar, yang berkaitan dengan materi pokok keragaman suku bangsa dan budaya Indonesia. Menurut aliran realisme belajar yang sempurna hanya dapat tercapai bila menggunakan alat peraga yang mendekati realita. Sedangkan menurut Djumarah (2006) lebih banyak sifat alat peraga yang mendekati realita makin mudah terjadi belajar pada anak didik dan dengan alat peraga yang mendekati realita, siswa dapat melakukan pengamatan langsung terhadap obyek yang dipelajari.

Make a match dikembangkan oleh Lorna Curran, 1994. Model pembelajaran make a match akan mewujudkan suasana pembelajaran menyenangkan dan memperoleh pengalaman yang bermakna sehingga memungkinkan siswa menguasai materi pembelajaran (LPMP. 2008).

Adapun perbandingan peningkatan hasil pembelajaran antara sebelum dilaksanakan perbaikan dan sesudah pelaksanaan silkus I dapat lebih jelas dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4 Perkembangan Hasil Perbaikan Pembelajaran IPS Siklus I

No

Uraian

Jumlah siswa

Tuntas

%

Belum Tuntas

 

%

 

1

Sebelum Perbaikan

22

9

41%

13

59%

2

Perbaikan siklus I

22

14

64%

8

36%

 

Berdasarkan data pada tabel III dapat dilihat adanya peningkatan penguasaan materi pembelajaran sebelum dan sesudah perbaikan pembelajaran siklus I, peningkatan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

a.     Sebelum perbaikan pembelajaran dari 22 siswa hanya 9 siswa atau 41% yang mencapai ketuntasan, dan 13 siswa atau 59% siswa yang belum tuntas.

b.     Setelah perbaikan pembelajaran siklus I perbaikan pembelajaran dari 22 siswa hanya 14 siswa atau 64% yang mencapai ketuntasan, dan 8 siswa atau 36% siswa yang belum tuntas.

c.     Peningkatan penguasaan siswa dari sebelum perbaikan dibanding setelah perbaikan siklus I mengalami peningkatan dari 41% menjadi 64% atau mengalami peningkatan 23%.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa penerapan metode yang tepat dapat membantu siswa dalam menguasai materi pembelajaran sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran yang optimal.

Pembahasan Siklus II

Model pembelajaran digunakan pada siklus II adalah model make a match dengan menggunakan peraga, media gambar macam – macam suku bangsa dan budaya di Indonesia sehingga siswa mendapatkan hasil secara nyata dan pembelajaran semakin bermakna dan menyenangkan dan pada akhirnya pembelajaran ini dapat meningkatkan prestasi siswa.

Adanya pembelajaran yang menggunakan model make a match pelajaran IPS tidak lagi menjadi pembelajaran yang membosankan tetapi menjadi pelajaran yang menyenangkan, inovatif dan bermutu. Dengan perbaikan siklus II pembelajaran IPS yang lebih menekankan pada pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi siswa agar mampu memahami alam sekitar hal ini akan membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam.

Perbandingan hasil pembelajaran sebelum dilaksanakan dan sesudah pelaksanaan perbaikan dapat lebih jelas dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5. Perkembangan Hasil Perbaikan Pembelajaran IPS Siklus II

No

Uraian

Jumlah siswa

Tuntas

%

Belum Tuntas

%

 

1

Sebelum Perbaikan

22

9

41%

13

59%

2

Perbaikan Siklus I

22

14

64%

8

36%

3

Perbaikan siklus II

22

20

91%

2

9%

 

Setelah perbaikan pembelajaran siklus II yang mengunakan model pendekatan make a match selesai dilaksanakan dan diadakan evaluasi ternyata hasil yang dicapai cukup mengembirakan yaitu siswa akan memperoleh nilai 70 ke atas bisa meningkat, yang semula 14 siswa atau 64% menjadi 20 atau 91%. Mengamati nilai ketuntasan ini berarti hasil yang dicapai pada proses perbaikan pembelajaran siklus II sudah berhasil mencapai target yang direncanakan.

Simpulan

Berdasarkan penjelasan di atas maka peneliti dapat disimpulkan bahwa:

1.     Penggunaan model pembelajaran make a match dapat meningkatkan hasil belajar dan keterlibatan siswa pada pembelajaran IPS.

2.     Penerapan model pembelajaran make a match dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS kompetensi dasar Mengenal aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam dan potensi lain di daerahnya siswa kelas IV SDN 3 Tanggung Kecamatan Tanggungharjo Kabupaten Grobogan. Prosentase ketuntasan dari 41% pada kondisi awal menjadi 64% pada siklus I dan peningkatan 91% pada siklus II.

3.     Pada penerapan model pembelajaran make a match dapat meningkatkan perhatian siswa pada pembelajaran IPS kompetensi dasar menghargai Mengenal aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam dan potensi lain di daerahnya siswa kelas IV SDN 3 Tanggung Kecamatan Tanggungharjo Kabupaten Grobogan tahun 2014/2015.

Saran

Untuk Guru

a.     Guru hendaknya lebih mengembangkan kreatifitas dalam mengajar, termasuk dalam menggunakan metode yang bervariatif.

b.     Guru hendaknya dapat menerapkan model pembelajaran make a match karena sangat efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

Untuk Pengambil kebijakan

Laporan ini dapat dijadikan bahan diskusi dalam kegiatan kelompok kerja guru (KKG) serta dapat dijadikan sebagai bahan referensi

Tindak Lanjut

1.   Laporan penelitian dengan pola tindakan kelas ini dapat menjadi acuan dalam perbaikan pembelajaran di SD di mana peneliti mengajar

2.   Menyampaikan laporan ini ke forum KKG untuk dijadikan bahan diskusi.

DAFTAR PUSTAKA

Din, Wahyudin. 2006. Pengantar pendidikan. Jakarta: Universitas Terbuk

Djamarah, Bahri,. Syaiful 2006. Strategi Belajar Mengajar Jakarta: Rineka Cipta

Sardjiyo, dkk. 2014. Pendidikan IPS di SD. Tangerang Selatan: UT.

Setyani, A., Adyarti. 1994. Ilmu Pengetahuan Sosial. Klaten: Intan Pariwara

Sunardi, Herman J. W., E. Astini S., Rr. E, Nugraheni E.W., 2018. Model Pembelajaran Menggunakan Sugestopedia dengan Tembang Dolanan. Salatiga: Tisara Grafika.

Syamsudin, Abin. 2006. Profesi Keguruan 2. Jakarta: Universitas Terbuka

Tim, FKIP. PDGK 4501. 2007. Pemantapan Kemampuan Profesional. Jakarta: Universitas Terbuka

Wardhani, IGAK, 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka

Widyaiswara LPMP Jawa Tengah. 2008. Model Pembelajaran IPS. Semarang: LPMP Jateng.

Situs Model pembelajaran kooperatif “make a match http://id.shvoong.com/social- sciences/education/2073915-model-pembelajaran-kooperatif-match/#ixzz1IYbH17Jj

Atkinson, Rita L, Richard C Atkinson, dan Ernest R Hilgard. 1997. Pengantar Psikologi Edisi ke Delapan Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Papalia, Diane F, Selly Wendkos Olds, dan Ruth Duskin Feldman. 2001.Human Developmen Eigth International Edition. Boston: McGraw-Hill Hinger Education.