Model Pembelajaran Numbered Heads Together Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS TOGETHER
UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS
MATERI JENIS PEKERJAAN PADA SISWA KELAS III
SDN 2 JEPANGREJO KECAMATAN KOTA BLORA TAHUN 2016/2017
Agus Setiyawan
SDN 2 Jepangrejo Kecamatan Kota Blora
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas III SDN 2 Jepangrejo tahun pelajaran 2016/2017 pada mata pelajaran IPS materi jenis pekerjaan melalu penerapan model pembelajaran Numbered Heads Toget-her (NHT). Penelitian dilakukan di SDN 2 Jepangrejo pada semester II tahun pelajaran 2016/2017 tepatnya pada bulan Maret sampai dengan bulan Mei tahun 2017. Sebagai subyek dari penelitian ini adalah siswa kelas III SDN 2 Jepangrejo tahun pelajaran 2016/2017 sebanyak 26 siswa. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas. Penelitian dilakukan dalam dua siklus yang setiap siklusnya terdapat empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik tes dan nontes. Hasil yang diperoleh dari penelitian, pada pembelajaran pra siklus rata-rata ulangan harian siswa adalah 63,46 dan persentase ketuntasannya 46,15%. Pada siklus I, rata-rata ulangan meningkat menjadi 71,15 dan persentase ketuntasan 69,23%. Pembelajaran siklus II, rata-rata ulangan siswa adalah 77,31 dan persentase ketuntasannya adalah 84,62%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Number Head Together (NHT) dapat meningkatkan prestasi belajar IPS materi jenis pekerjaan pada siswa kelas III SDN 2 Jepangrejo tahun pelajaran 2016/2017.
Kata Kunci: prestasi belajar, model pembelajaran Number Head Together (NHT), pembelajaran IPS
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu bidang yang memegang peranan penting bagi kelangsungan hidup suatu bangsa. Kualitas pendidikan yang baik akan menghasilkan output berupa sumber daya manusia yang berkualitas baik pula. Pemerintah khususnya yang menangani bidang pendidikan terus melakukan upaya-upaya perbaikan ter-hadap sistem pendidikan nasional agar dapat mewujudkan tujuan pendidikan nasional yang termuat dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 yaitu mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Suharjo, 2006: 7).
Sekolah Dasar (SD) merupakan lembaga pendidikan yang menyeleng-garakan program pendidikan selama enam tahun bagi siswa usia antara 6-12 tahun. SD sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional mempunyai pera-nan penting dalam meningkatkan sum-ber daya manusia. Dalam rangka me-ningkatkan sumber daya manusia, ada beberapa mata pelajaran yang diterapkan di SD yang salah satunya yaitu Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). IPS merupakan mata pelajaran yang sesuai untuk mengembangkan kemam-puan dasar siswa seperti pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat karena mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Permendiknas No. 22 Tahun 2006 menjelaskan tujuan pembelajaran IPS di SD yaitu untuk mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya, memiliki kemam-puan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, meme-cahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial (BSNP, 2006: 175).
Berdasarkan data prestasi belajar kelas III SDN 2 Jepangrejo Kecamatan Kota Blora, diperoleh data bahwa masih ada beberapa siswa mendapat nilai hasil belajar yang rendah dalam pembelajaran IPS materi jenis pekerjaan. Hal tersebut dibuktikan dari analisis hasil tes ulangan harian yang dilaksanakan oleh 26 siswa, diperoleh nilai rata-rata kelas yaitu 63,46. Siswa yang sudah mencapai nilai kriteria ketuntasan minimal (70) sebanyak 12 siswa (46,15%) dan yang belum mencapai nilai KKM sebanyak 14 siswa (53,85%). Selain itu, aktivitas belajar siswa pun dapat dikatakan masih rendah. Pada proses pembelajaran siswa terlihat kurang antusias belajar terutama pada kegiatan belajar kelompok, masih banyak siswa yang tidak memperhatikan perintah guru, diam saja, bermain dan berbicara.
Masalah-masalah dalam pembelajaran IPS tersebut disebabkan oleh: (1) pembelajaran yang dilaksanakan dengan model pembelajaran konvensional yang ditandai dengan guru lebih banyak menggunakan metode ceramah. Hal tersebut menciptakan kesan bahwa guru lebih dominan dalam proses pembelajaran dan tiadak berpusat pada siswa; (2) guru hanya menggunakan media gambar dengan ukuran yang sangat kecil; dan (3) karakter siswa yang beragam, seperti ada siswa yang senang belajar IPS dan ada yang tidak senang, ada siswa yang mudah menerima materi pembelajaran dan ada yang masih kesulitan, serta ada siswa yang sudah mampu bekerjasama dengan baik dan ada yang belum.
Jika keadaan tersebut terus berlangsung, maka tujuan pembelajaran IPS di SD tidak akan tercapai dengan optimal. Oleh karena itu, peneliti mengadakan upaya perbaikan pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Melihat kenyataan yang ada, maka dibutuhkan model pembelajaran yang berfokus pada kegiatan belajar kelompok, salah satunya model pembelajaran Numbered Heads Toget-her (NHT).
Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Apakah model pembelajaran Numbered Heads Together dapat meningkatkan prestasi belajar IPS materi jenis pekerjaan bagi siswa kelas III SDN 2 Jepangrejo tahun pelajaran 2016/2017?
Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di SDN 2 Jepangrejo. Selain tujuan umum, penelitian ini juga mempunyai tujuan khusus yaitu meningkatkan prestasi belajar siswa kelas III SDN 2 Jepangrejo tahun pelajaran 2016/2017 pada mata pelajaran IPS materi jenis pekerjaan melalu penerapan model pembelajaran Numbered Heads Together.
Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian Tindakan Kelas ini diharapkan memberikan sumbangan pada dunia pendidikan dalam pembelajara IPS untuk peningkatan prestasi belajar melalui model pembelajaran Numbered Heads Together.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa: Hasil penelitian ini mampu meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran IPS khususnya pada materi jenis pekerjaan.
b. Bagi Guru: Guru semakin terampil dalam menerapkan berbagai model pembelajaran yang disesuaikan dengan materi pelajaran. Dengan meningkatnya keterampilan guru dalam menerapkan berbagai model pembelajaran maka semakin banyak pula alternatif untuk memecahkan masalah yang muncul dalam pembelajaran.
c. Bagi Sekolah: Kualitas pembelajaran di sekolah semakin meningkat dengan kemampuan guru menyelesaikan masalah pembelajaran di dalam kelas.
KAJIAN TEORI
Hakikat Belajar
Untuk memahami tentang pengertian belajar di sini akan diawali dengan mengemukakan beberapa definisi tentang belajar. Ada beberapa pendapat para ahli tentang definisi tentang belajar. Cronbach, Harold Spears dan Geoch dalam Sardiman A.M (2006:20) sebagai berikut: 1) Cronbach memberikan definisi: “Learning is shown by a change in behavior as a result of experience†(Belajar adalah memperlihatkan perubahan dalam perilaku sebagai hasil dari pengalaman); 2) Harold Spears memberikan batasan: “Learning is to observe, to read, to initiate, to try something themselves, to listen, to follow direction†(Belajar adalah mengamati, membaca, berinisiasi, mencoba sesuatu sendiri, mendengarkan, mengikuti petunjuk/arahan); 3) Geoch, mengatakan: “Learning is a change in performance as a result of practice†(Belajar adalah perubahan dalam penampilan sebagai hasil praktek).
Dari ketiga definisi diatas dapat disimpulkan bahwa belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Juga belajar itu akan lebih baik kalau si subyek belajar itu mengalami atau melakukannya, jadi tidak bersifat verbalistik. Belajar sebagai kegiatan individu sebenarnya merupakan rangsangan-rangsangan individu yang dikirim kepadanya oleh lingkungan. Dengan demikian terjadinya kegiatan belajar yang dilakukan oleh seorang idnividu dapat dijelaskan dengan rumus antara individu dan lingkungan.
Fontana seperti yang dikutip oleh Udin S. Winataputra (2007:2) dikemukakan bahwa learning (belajar) mengandung pengertian proses perubahan yang relative tetap dalam perilaku individu sebagai hasil dari pengalaman. Pengertian belajar juga dikemukakan oleh Slameto (2003:2) yakni belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Selaras dengan pendapat-pendapat di atas, Thursan Hakim (2000:1) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dll. Hal ini berarti bahwa peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seseorang diperlihatkan dalam bentuk bertambahnya kualitas dan kuantitas kemampuan seseorang dalam berbagai bidang. Dalam proses belajar, apabila seseorang tidak mendapatkan suatu peningkatan kualitas dan kuantitas kemampuan, maka orang tersebut sebenarnya belum mengalami proses belajar atau dengan kata lain ia mengalami kegagalan di dalam proses belajar.
Belajar yang efektif dapat membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan yang diharapkan sesuai dengan tujuan instruksional yang ingin dicapai. Untuk meningkatkan prestasi belajar yang baik perlu diperhatikan kondisi internal dan eksternal. Kondisi internal dalah kondisi atau situasi yang ada dalam diri siswa, seperti kesehatan, keterampilan, kemapuan dan sebaginya. Kondisi eksternal adalah kondisi yang ada di luar diri pribadi manusia, misalnya ruang belajar yang bersih, sarana dan prasaran belajar yang memadai.
Prestasi Belajar
Prestasi adalah hasil yang telah dicapai seseorang dalam melakukan kegiatan. Gagne (1985:40) menyatakan bahwa prestasi belajar dibedakan menjadi lima aspek, yaitu: kemampuan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, sikap dan keterampilan. Menurut Bloom dalam Suharsimi Arikunto (2003:110) bahwa hasil belajar dibedakan menjadi tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.
Prestasi merupakan kecakapan atau hasil kongkrit yang dapat dicapai pada saat atau periode tertentu. Berdasarkan pendapat tersebut, prestasi dalam penelitian ini adalah hasil yang telah dicapai siswa dalam proses pembelajaran.
Winkel (1996:226) mengemukakan bahwa prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang. Maka prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. Sedangkan menurut Arif Gunarso (1993: 77) mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah usaha maksimal yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar.
Prestasi belajar di bidang pendidikan adalah hasil dari pengukuran terhadap peserta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumen tes atau instrumen yang relevan. Jadi prestasi belajar adalah hasil pengukuran dari penilaian usaha belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, huruf maupun kalimat yang menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak pada periode tertentu. Prestasi belajar merupakan hasil dari pengukuran terhadap peserta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumen tes yang relevan.
Prestasi belajar dapat diukur melalui tes yang sering dikenal dengan tes prestasi belajar. Menurut Saifudin Anwar (2005: 8-9) mengemukakan tentang tes prestasi belajar bila dilihat dari tujuannya yaitu mengungkap keberhasilan sesorang dalam belajar. Testing pada hakikatnya menggali informasi yang dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. Tes prestasi belajar berupa tes yang disusun secara terrencana untuk mengungkap performasi maksimal subyek dalam menguasai bahan-bahan atau materi yang telah diajarkan. Dalam kegiatan pendidikan formal tes prestasi belajar dapat berbentuk ulangan harian, tes formatif, tes sumatif, bahkan ebtanas dan ujian-ujian masuk perguruan tinggi.Pengertian prestasi belajar adalah sesuatu yang dapat dicapai atau tidak dapat dicapai. Untuk mencapai suatu prestasi belajar siswa harus mengalami proses pembelajaran. Dalam melaksanakan proses pembelajaran siswa akan mendapatkan pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan.
Pengtahuan , pengalaman dan keterampilan yang diperoleh akan membentuk kepribadian siswa, memperluas kepribadian siswa, memperluas wawasan kehidupan serta meningkatkan kemampuan siswa. Bertolak dari hal tersebut maka siswa yang aktif melaksanakan kegiatan dalampembelajaran akan memperoleh banyak pengalaman. Dengan demikian siswa yang aktif dalam pembelajaran akan banyak pengalaman dan prestasi belajarnya meningkat. Sebaliknya siswa yang tidak aktif akan minim/sedikit pengalaman sehingga dapat dikatakan prestasi belajarnya tidak meningkat atau tidak berhasil.
Dari beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah sesuatu yang dapat dicapai yang dinampakkan dalam pengetahuan, sikap, dan keahlian.
Pembelajaran IPS di SD
Menurut Sapriya (2009: 19) Pelajaran “Ilmu Pengetahuan Sosialâ€, disingkat IPS, merupakan nama mata pelajaran di tingkat sekolah dasar dan menengah atau nama program studi di perguruan tinggi identik dengan istilah “social studiesâ€.
IPS di sekolah dasar merupakan nama mata pelajaran yang berdiri sendiri sebagai integrasi dari sejumlah konsep disiplin ilmu sosial, humaniora, sains bahkan berbagai isu dan masalah sosial kehidupan. Materi IPS untuk jenjang sekolah dasar tidak terlihat aspek disiplin ilmu karena lebih dipentingkan adalah dimensi pedagogik dan psikologis serta karakteristik kemampuan berpikir peserta didik yang bersifat holistik (Sapriya, 2009: 20).
IPS adalah suatu bahan kajian terpadu yang merupakan penyederhanaan, adaptasi, seleksi dan modifikasi diorganisasikan dari konsep-konsep ketrampilan-ketrampilan Sejarah, Geografi, Sosiologi, Antropologi, dan Ekonomi (Puskur, 2006: 9). Fakih Samlawi & Bunyamin Maftuh (1999: 1) menyatakan bahwa IPS merupakan mata pelajaran yang memadukan konsep-konsep dasar dari berbagai ilmu sosial disusun melalui pendidikan dan psikologis serta kelayakan dan kebermaknaannya bagi siswa dan kehidupannya.
Adanya mata pelajaran IPS di Sekolah Dasar para siswa diharapkan dapat memiliki pengetahuan dan wawasan tentang konsep-konsep dasar ilmu sosial dan humaniora, memiliki kepekaan dan kesadaran terhadap masalah sosial di lingkungannya, serta memiliki ketrampilan mengkaji dan memecahkan masalah- masalah sosial tersebut. Pembelajaran IPS lebih menekankan pada aspek “pendidikan †dari pada transfer konsep karena dalam pembelajaran IPS siswa diharapkan memperoleh pemahaman terhadap sejumlah konsep dan mengembangkan serta melatih sikap, nilai, moral dan ketrampilannya berdasarkan konsep yang telah dimilikinya.
Pelajaran IPS juga membahas hubungan antara manusia dengan lingkungannya. Lingkungan masyarakat dimana anak didik tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari masyarakat dan dihadapkan pada berbagai permasalahan di lingkungan sekitarnya.
Model Pembelajaran Numbered Heads Together
Model Number Head Together (NHT) dikembangkan oleh Spencer Kagan. Model pembelajaran ini berorientasi pada kegiatan belajar kelompok, setiap anggota kelompok mendapat nomor kepala berstruktur yang berbeda-beda dan saling bekerjasama mengerjakan tugas.
Menurut Anita Lie (2002) prosedur teknik number head together adalah saat pemanggilan siswa untuk menjawab atau melakukan sesuatu yang dIpanggil adalah nomor kepala dari salah satu kelompok secara acak. Hal ini akan menyebabkan semua siswa harus siap. Dan penghargaan diberikan jika jawaban benar untuk nilai kelompok. Teknik ini memberikan kesempatan kepada semua siswa dalam kelompok untuk saling memberikan ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat, mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama mereka.
Langkah-langkah kegiatan dalam NHT menurut Indrawati (2007: 27) adalah: 1) Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor; 2) Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya; 3) Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui jawabannya; 4) Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka; 5) Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain; 6) Kesimpulan.
Kerangka Berpikir
Sebelum dilakukan tindakan pada siklus I dan II, hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS materi jenis pekerjaan masih rendah. Penerapan model pembelajaran Number Head Together (NHT) diharapkan mampu meningkatkan motivasi dan keaktifan siswa dalam belajar. Hasil akhir berupa nilai prestasi belajar yang dilakukan di akhir pembelajaran diharapkan juga turut meningkat.
Hipostesis Tindakan
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: “Melalui penerapan model pembelajaran Number Head Together (NHT) dapat meningkatkan prestasi belajar IPS materi jenis pekerjaan bagi siswa kelas III SDN 2 Jepangrejo tahun pelajaran 2016/2017â€.
METODOLOGI PENELITIAN
Seting dan Subyek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDN 2 Jepangrejo Kecamatan Kota Blora Kabupaten Blora. Penelitian dilaksanakan pada tahun pelajaran 2016/2017 semester II selama 3 bulan mulai bulan Maret sampai dengan bulan Mei 2017. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas III SDN 2 Jepangrejo tahun pelajaran 2016/2017 sejumlah 26 siswa terdiri dari 16 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan.
Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan teknik tes berupa ulangan harian dan teknik non tes berupa observasi proses pembelajaran. Untuk memvalidasi data, sebelum dibuat soal tes terlebih dahulu dibuat kisi-kisi soal dan untuk memvalidasi hasil pengamatan terlebih dahulu dibuat lembar pengamatan. Data yang berhasil dikumpulkan dianalisis dengan teknik deskriptif komparatif yaitu dengan membandingkan prestasi belajar yang diraih pada pembelajaran pra siklus, siklus I, dan siklus II.
Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan mengunakan metode penelitian tindakan kelas. Untuk mengatasi permasalahan, peneliti menetapkan pelaksanaan tindakan sebanyak dua tindakan dalam dua siklus. Adapun langkah-langkah dalam setiap siklus tindakan adalah perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.
Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah kriteria yang ditentukan untuk menentukan keberhasilan penelitian. Penelitian ini dikatakan berhasil apabila minimal 80% jumlah siswa mampu tuntas dalam pembelajaran dengan acuan mampu mencapai nilai KKM yang ditentukan yaitu 70.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Pra Siklus
Data prestasi belajar pada pembelajaran pra siklus diambil dari daftar nilai. Prestasi belajar IPS pada pembelajaran pra siklus dapat disajikan dalam tabel berikut ini:
Tabel Hasil Belajar Pra Siklus
Nilai (n) |
Jumlah Siswa (f) |
n x f |
Ket |
40 |
3 |
120 |
TT |
50 |
4 |
200 |
TT |
60 |
7 |
420 |
TT |
70 |
6 |
420 |
T |
80 |
5 |
400 |
T |
90 |
1 |
90 |
T |
Jml |
26 |
1650 |
|
Rata-rata |
63,46 |
|
Tabel di atas menunjukkan jumlah siswa yang mendapat nilai 40 adalah 3 anak, nilai 50 adalah 4 anak, nilai 60 adalah 7 anak, nilai 70 adalah 6 anak, nilai 80 adalah 5 anak, dan nilai 90 adalah 1 anak. Dengan KKM 70, siswa yang tuntas belajar adalah 12 anak atau 46,15%. Rata-rata nilai ulangan siswa adalah 63,46.
Hasil Siklus I
Pelaksanaan siklus I dilaksanakan pada bulan Maret 2017 dengan menerapkan model pembelajaran Number Head Together (NHT). Pada akhir siklus I dilakukan ulangan harian. Berikut ini data hasil belajar siswa pada pembelajaran siklus I.
Tabel Hasil Belajar Siklus I
Nilai (n) |
Jumlah Siswa (f) |
n x f |
Ket |
50 |
3 |
150 |
TT |
60 |
5 |
300 |
TT |
70 |
8 |
560 |
T |
80 |
6 |
480 |
T |
90 |
4 |
360 |
T |
Jml |
26 |
1850 |
|
Rata-rata |
71,15 |
|
Tabel di atas menunjukkan jumlah siswa yang mendapat nilai 50 adalah 3 anak, nilai 60 adalah 5 anak, nilai 70 adalah 8 anak, nilai 80 adalah 6 anak, dan nilai 90 adalah 4 anak. Siswa yang tuntas belajar pada siklus I adalah 18 anak atau 69,23%. Rata-rata ilai ulangan siswa adalah 71,15.
Hasil Siklus II
Siklus II dilaksanakan pada bulan April 2017. Pelaksanaan sesuai dengan yang direncanakan dalam perencanaan. Prestasi belajar IPS pada pembelajaran siklus II adalah sebagai berikut:
Tabel Hasil Belajar Siklus II
Nilai (n) |
Jumlah Siswa (f) |
n x f |
Ket |
50 |
1 |
50 |
TT |
60 |
3 |
180 |
TT |
70 |
9 |
630 |
TT |
80 |
5 |
400 |
T |
90 |
5 |
450 |
T |
100 |
3 |
300 |
T |
Jml |
26 |
2010 |
|
Rata-rata |
77,31 |
|
Tabel di atas menunjukkan jumlah siswa yang mendapat nilai 50 adalah 1 anak, nilai 60 adalah 3 anak, nilai 70 adalah 9 anak, nilai 80 adalah 5 anak, nilai 90 adalah 5 anak, dan nilai 100 adalah 3 anak. Siswa yang tuntas belajar pada siklus II adalah 22 anak atau 84,62%. Rata-rata ilai ulangan siswa adalah 77,31.
Pembahasan
Pelaksanaan pembelajaran IPS materi jenis pekerjaan pada siswa kelas III SDN 2 Jepangrejo tahun pelajaran 2016/2017 melalui penerapan model pembelajaran Number Head Together (NHT) dilaksanakan dengan alokasi waktu 2×35 menit pada setiap pertemuan. Pelaksanaan pembelajaran pada setiap pertemuan dibagi menjadi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir yang mencakup langkah-langkah model pembelajaran Number Head Together (NHT) yang meliputi: (1) pendahuluan, yaitu guru membuka pembelajaran; (2) pem-bentukan kelompok belajar, yaitu guru membagi kelompok belajar siswa secara heterogen dan setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa; (3) penomoran, yaitu guru memberi nama kepada setiap kelompok dan nomor kepala berstruktur 1-5 kepada setiap anggota kelompok; (4) pengajuan pertanyaan, yaitu guru memberikan pertanyaan atau tugas; (5) pelaksanaan diskusi, yaitu semua kelompok mendiskusikan pertanyaan atau tugas tersebut dan memastikan semua anggota kelompok dapat menger-jakan dan mengetahui jawaban kelompok; (6) pemberian jawaban, yaitu guru memanggil salah satu nama kelompok dan nomor siswa secara acak, siswa tersebut kemudian melaporkan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas; (7) persamaan persepsi, yaitu guru memberikan kesempatan kepada siswa dengan nama kelompok dan nomor anggota kelompok yang lain untuk memberikan pendapat atau tanggapan; (8) penutupan, yaitu siswa bersama guru menyimpulkan hasil pembelajaran.
Dalam penelitian ini, peningkatan prestasi belajar siswa dapat diketahui melalui rekapitulasi hasil belajar siswa. Berdasarkan analisis pada setiap siklus, nilai hasil belajar siswa antarsiklus dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel Peningkatan Hasil Belajar Siswa
Uraian |
Pra Siklus |
Siklus I |
Siklus II |
Rata-Rata Nilai Ulhar |
63,46 |
71,15 |
77,31 |
Tuntas Belajar |
12 (46,15%) |
18 (69,23%) |
22 (84,62%) |
Tidak Tuntas Belajar |
14 (53,85%) |
8 (30,77%) |
4 (15,38%) |
PENUTUP
Simpulan
Setelah dilakukan tindakan dan pengumpulan data, selanjutnya peneliti melakukan analisis data yang telah dikumpulkan. Dari analisis data selanjutnya peneliti melakukan penarikan kesimpulan. Adapun kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan adalah: penerapan model pembelajaran Number Head Together (NHT) dapat meningkatkan prestasi belajar IPS materi jenis pekerjaan pada siswa kelas III SDN 2 Jepangrejo tahun pelajaran 2016/2017
Saran
Berdasarkan hasil penelitian, analisis data dan kesimpulan penelitian ini, ada beberapa hal yang perlu disarankan, yaitu sebagai berikut:
1. Siswa hendaknya tertib saat pembelajaran, fokus memperhatikan penjelasan guru, partisipatif dalam melaksanakan diskusi, percaya diri dalam melaporkan hasil diskusi, dan aktif dalam memberikan tanggapan, sehingga hasil belajar siswa dapat jauh melebihi indikator kinerja yang ditargetkan dalam penelitian ini.
2. Guru hendaknya mempunyai kompetensi dalam menerapkan model pembelajaran Number Head Together (NHT) dan mempersiapkan segala perlengkapan yang dibutuhkan untuk menunjang kegiatan pembelajaran, sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan lebih lancar sesuai harapan
3. Sekolah hendaknya menyediakan sarana pembelajaran yang lengkap untuk memfasilitasi guru dalam melaksanakan pembelajaran, sehingga dapat memberikan dampak positif bagi kemajuan siswa, guru, dan sekolah.
4. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi dalam memberikan informasi bagi peneliti lain tentang pembelajaran IPS khususnya materi jenis pekerjaan. Penelitian ini terbukti berhasil pada mata pelajaran IPS, maka diharapkan peneliti lain dapat melakukan penelitian pada mata pelajaran lain.
DAFTAR PUSTAKA
Anita Lie. 2002. Cooperative Learning (Mempraktikan Cooperative learning diruang-ruang kelas). Jakarta: Gramedia Widiasarana.
Arikunto, Suharsimi. 2003. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Departemen Pendidikan Nasional, 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: BSNP
Fakih Samlawi dan Bunyamin Maftuh. 1999. Konsep Dasar IPS. Jakarta: Dekdikbud. Ditjen. Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Gunarso, Arif. 1993. Bagaimana Bimbingan dan Penyuluhan Belajar di Sekolah. Surabaya: Usaha Nasional. BNSP
Hakim, Thursan. 2000. Belajar secara efektif: panduan menemukan teknik belajar, memilih jurusan, dan menentukan cita-cita. Jakarta: Puspa Swara
Indrawati. 2007. Pembelajaran Kooperatif. Bandung: PPPPTK IPA.
Puskur. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas
Saifudin, Anwar. 2005. Metode Penelitian. Bandung: Pustaka Belajar.
Sapriya. 2009. Pendidikan IPS. Bandung: Remaja Rosdakarya
Sardiman, A.M. 2006. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:Rineka Cipta.
Suharjo. 2006. Mengenal Pendidikan Sekolah Dasar Teori dan Praktek. Jakarta: Direktorat Ketenagaan, Ditjen Dikti, dan Depdiknas.
Winataputra, S. Udin,dkk. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta Universitas Terbuka
Winkel, W. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia