MODEL PEMBELAJARAN STAD
MODEL PEMBELAJARAN STAD UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR TEKNIK DASAR PASSING BOLA VOLI
PADA SISWA KELAS VI SDN 2 NGRONGGAH
TAHUN PELAJARAN 2013/2014
Sutarman
SDN 2 Ngronggah Kecamatan Kunduran
ABSTRAK
Tujuan penelitian adalah meningkatkan aktivitas dan hasil belajar mata pelajaran PJOK tentang teknik dasar passing bola voli melalui model pembelajaran STAD bagi siswa Kelas VI SDN 2 Ngronggah Tahun 2013/2014. Penelitian dilakukan pada semester II tahun pelajaran 2013/2014 yaitu mulai bulan Februari sampai dengan Mei 2014. Penelitian ini dilakukan di Kelas VI SDN 2 Ngronggah Kecamatan Kunduran Kabupaten Blora dengan jumlah siswa 37 anak. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas dengan pelaksanaan tindakan sebanyak dua siklus. Dalam setiap siklus terdapat empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik tes dan nontes. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan aktivitas dan hasil belajar teknik dasar passing bola voli pada siswa kelas VI SDN 2 Ngronggah. Aktivitas belajar siswa pada kondisi awal kurang aktif menjadi aktif pada kondisi akhir. Hasil belajar siswa yang pada kondisi awal ketuntasannya 43,24% dengan rata-rata kelas 69,05 menjadi 81,08% dengan rata-rata kelas 78,92 pada kondisi akhir.
Kata Kunci: aktivitas belajar, hasil belajar, passing bola voli, model pembelajaran STAD
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Pembelajaran merupakan suatu proses yang melibatkan interaksi antara siswa dengan guru maupun siswa dengan siswa dimana dari interaksi tersebut siswa diharapkan mendapatkan pemahaman dan kemajuan hasil belajar tentang ajaran yang diperoleh dalam situasi belajar mengajar. Dalam pelaksanaan pembelajaran tersebut selalu terkait dengan beberapa faktor, salah satunya siswa adalah faktor internal lain siswa yang bersangkutan.
Meningkatan kualitas pembelajaran merupakan salah satu upaya meningkatkan mutu pendidikan, selain peningkatan kualitas pembelajaran pemerintah juga meningkatkan sumber daya manusia (SDM) salah satunya melalui pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan (PJOK). PJOK merupakan salah satu mata pelajaran wajib mulai dari tingkat pendidikan dasar sampai dengan tingkat menengah atas. Tujuan PJOK adalah memelihara dan meningkatkan kebugaran jasmani dan kesehatan. Di samping memiliki peran yang cukup besar dalam pendidikan, PJOK juga menekankan pada pengembangan individu secara menyeluruh.
Belajar gerak dalam PJOK diartikan sebagai rangkaian proses pembelajaran gerak yang dilaksanakan secara terencana dan sistematik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Materi pembelajaran gerak adalah berbagai bentuk keterampilan gerak baik, dikemas dalam bentuk permainan dan latihan ketangkasan. Dari konsep-konsep pembelajaran PJOK yang telah dijelaskan, maka guru sebagai pengelola proses pembelajaran diharapkan mampu menyediakan lingkungan belajar yang kondusif, sehingga siswa dapat belajar dengan baik. Selain mengajar, tugas guru adalah mengantarkan siswa menjadi manusia dewasa yang cerdas dan berbudi pekerti luhur.
Dari data awal siswa kelas VI SDN 2 Ngronggah, hasil belajar bola voli (passing bawah dan passing atas) pada siswa kelas VI SDN 2 Ngronggah dengan jumlah 37 siswa, dimana peneliti menganalisis tiga aspek, yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Dalam pengamatan aspek kognitif proses penilaian dilakukan dengan memberikan beberapa tugas unjuk kerja. Untuk penilaian aspek afektif dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung, dimana yang diamati adalah perilaku yang ditunjukkan oleh siswa selama proses pembelajaran, dan penilaian dilakukan dengan menggunakan lembar penilaian afektif. Adapun aspek yang diamati adalah sikap kerja sama, tanggung jawab, menghargai teman, keselamatan, percaya diri. Sedangkan untuk penilaian aspek psikomotor, dilakukan dengan cara memberikan test bola voli (passing bawah dan passing atas). Dimana dalam test ini yang diamati adalah teknik sikap awal, sikap perkenaan bola dan sikap akhir yang benar sesuai dengan pedoman. Tingkat ketuntasan siswa berpedoman pada kriteria ketuntasan minimal (KKM) mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan yaitu sebesar 75.
Data menunjukkan hasil belajar passing bola voli, skor rata-rata kelasnya adalah 69,05. Ketuntasan hasil belajar teknik passing bola voli (pasing bawah dan passing atas), masih belum mencapai tingkat ketuntasan. Hal ini dapat dilihat dari persentase hasil belajar teknik dasar passing bola voli (pasing bawah dan passing atas) dimana siswa yang tuntas belajar adalah 16 anak (43,24%).
Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan peneliti pada pembelajaran passing (passing bawah dan passing atas) bola voli di SDN 2 Ngronggah ditemukan beberapa masalah dalam proses pembelajaran, yaitu: (1) dalam pembelajaran kebanyakan siswa cenderung bersifat individu; (2) Siswa belum mampu bekerjasama dengan baik; (3) Tingkat solidaritas siswa terhadap perbedaan sangat minim; (4) Aktivitas belajar; dan (5) Hasil belajar siswa terhadap materi passing bola voli menurun. Melihat kenyataan tersebut peran seorang guru sangat penting untuk dapat menciptakan suasana belajar yang merangsang dan mendorong minat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.
Salah satu alternatif untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran penjaskes pada siswa kelas VI SDN 2 Ngronggah tahun pelajaran 2013/2014 adalah melalui pembelajaran kooperatif karena penerapan pembelajaran kooperatif ini dalam pembelajaran penjaskes merupakan satu bentuk perubahan pola pikir dalam kegiatan belajar mengajar penjaskes di sekolah. Guru tidak lagi mendominasi kegiatan pembelajaran tetapi guru lebih banyak menjadi fasilitator dan mediator dalam proses pembelajaran untuk mendukung hal ini diperlukan penerapan model pembelajaran yang lebih berorientasi pada aktivitas siswa. Salah satu alternative model pembelajaran yang dalam penerapannya berpusat pada siswa adalah model pembelajaran kooporatif tipe Student Team Achievement Division (STAD).
Berdasarkan data di atas dan permasalahan yang ditemukan di dalam melakukan observasi di SDN 2 Ngronggah, peneliti memberikan salah satu alternative pemecahan masalah yaitu dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang bertujuan mengajak para siswa lebih berperan aktif dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani khususnya dalam pembelajaran bola voli. Keunggulan Pembelajaran Kooperatif tipe STAD yaitu; (1) Siswa lebih mampu mendengarkan, menerima dan menghormati serta menerima orang lain; (2) Siswa mampu mengidentifikasi akan perasaannya juga perasaan orang lain; (3) Siswa dapat menerima pengalaman dan dimengerti orang lain; (4) Siswa mampu menyakinkan dirinya untuk orang lain dengan membantu orang lain dan menyakinkan dirinya untuk saling memahami dan mengerti; (5) Siswa mampu mengembangkan potensi individu yang berhasil guna dan berdaya guna, kreatif, bertanggung jawab, mampu mengaktualisasikan, dan mengoptimalkan dirinya terhadap perubahan yang terjadi.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang ada dalam pembelajaran di kelas VI SDN 2 Ngronggah, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah melalui model pembelajaran Student Team Achievement Division dapat meningkatkan aktivitas belajar mata pelajaran PJOK tentang teknik dasar passing bola voli bagi siswa kelas VI SDN 2 Ngronggah Kecamatan Kunduran tahun pelajaran 2013/2014?
2. Apakah melalui model pembelajaran Student Team Achievement Division dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran PJOK tentang teknik dasar passing bola voli bagi siswa kelas VI SDN 2 Ngronggah Kecamatan Kunduran tahun pelajaran 2013/2014?
Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar mata pelajaran PJOK di SDN 2 Ngronggah. Secara lebih khusus, penelitian ini bertujuan:
1. Meningkatkan aktivitas belajar teknik dasar passing bola voli pada siswa Kelas VI SDN 2 Ngronggah tahun pelajaran 2013/2014 melalui model pembelajaran Student Team Achievement Division.
2. Meningkatkan hasil belajar teknik dasar passing bola voli pada siswa Kelas VI SDN 2 Ngronggah tahun pelajaran 2013/2014 melalui model pembelajaran Student Team Achievement Division.
Manfaat Penelitian
Bagi Siswa
a. Meningkatnya aktivitas siswa dalam pembelajaran PJOK pada materi teknik dasar passing bola voli.
b. Meningkatnya hasil belajar siswa dalam pembelajaran PJOK pada materi teknik dasar passing bola voli.
Bagi Guru
a. Meningkatnya kreativitas guru di dalam mencari alternatif pemecahan masalah dalam pembelajaran.
b. Meningkatnya professionalme guru dalam pembelajaran mata pelajaran Penjas
Bagi Sekolah
a. Meningkatnya kwalitas pembelajaran di SDN 2 Ngronggah
b. Menambah refensi buku bacaan tentang penelitian tindakan kelas
KAJIAN TEORI
Hakikat Belajar
Slameto (2003:13) menyatakan “belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannyaâ€. Untuk mendapatkan sesuatu seseorang harus melakukan usaha agar apa yang di inginkan dapat tercapai. Usaha tersebut dapat berupa kerja mandiri maupun kelompok dalam suatu interaksi.
Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam suatu situasi.
Jika hakikat belajar adalah perubahan tingkah laku, maka ada beberapa perubahan tertentu yang dimasukkan ke dalam ciri-ciri belajarmenurut Djamarah (2002:15-16)sebagai berikut:
a. Perubahan yang terjadi secara sadar
Individu yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan atau sekurang-kurangnya individu merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya.
b. Perubahan dalam belajar bersifat fungsional
Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri indiviu berlangsung terus-menerus dan tidak statis. Suatu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan atau proses belajar berikutnya.
c. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif
Dalam perbuatan belajar, perubahan selalu bertambah dan tertuju memperoleh suatu yang lebih baik dari sebelumnya. Makin banyak usah belajar dilakukan, makin banyak dan makin baik perubahan yang diperoleh.
d. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara
Perubahan bersifat sementara yang terjadi hanya untuk beberapa saat saja seperti berkeringat, keluar air mata, menangis dan sebagainya. Perubahan terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau permanen.
e. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku
Perubahan yang diperoleh individu setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku jika seseorang belajar sesuatu sebagai hasil ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap kebiasaan, keterampilam, pengetahuan.
Aktivitas Belajar
Aktivitas belajar adalah seluruh aktivitas siswa dalam proses belajar, mulai dari kegiatan fisik sampai kegiatan psikis. Kegiatan fisik berupa ketrampilan-ketrampilan dasar sedangkan kegiatan psikis berupa ketrampilan terintegrasi. Ketrampilan dasar yaitu mengobservasi, mengklasifikasi, memprediksi, mengukur, menyimpulkan dan mengkomunikasikan. Sedangkan ketrampilan terintegrasi terdiri dari mengidentifikasi variabel, membuat tabulasi data, menyajikan data dalam bentuk grafik, menggambarkan hubungan antar variabel, mengumpulkan dan mengolah data, menganalisis penelitian, menyusun hipotesis, mendefinisikan variabel secara operasional, merancang penelitian dan melaksanakan eksperimen.
“Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak ada aktivitas. Itulah mengapa aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting dalam interaksi belajar mengajarâ€(Sardiman, 2001:93). Dalam aktivitas belajar ada beberapa prinsip yang berorientasi pada pandangan ilmu jiwa, yaitu pandangan ilmu jiwa lama dan modern. Menurut pandangan ilmu jiwa lama, aktivitas didominasi oleh guru sedangkan menurut pandangan ilmu jiwa modern, aktivitas didominasi oleh siswa.
“Kegiatan belajar/aktivitas belajar sebagi proses terdiri atas enam unsur yaitu tujuan belajar, peserta didik yang termotivasi, tingkat kesulitan belajar, stimulus dari lingkungan, pesrta didik yang memahami situasi, dan pola respons peserta didik â€(Sudjana,2005:105)
Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Sedangkan menurut Horwart Kingsley dalam bukunya, Sudjana membagi tiga macam hasil belajar mengajar: (1) Keterampilan dan kebiasaan, (2) Pengetahuan dan pengarahan, (3) Sikap dan cita-cita (Sudjana, 2004: 22).
Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor dari dalam diri siswa dan faktor dari luar diri siswa (Sudjana, 2001: 39). Dari pendapat ini faktor yang dimaksud adalah faktor dalam diri siswa perubahan kemampuan yang dimilikinya seperti yang dikemukakan oleh Clark dalam Sudjana (2001: 39) menyatakan bahwa hasil belajar siswa disekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan. Demikian juga faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan yang paling dominan berupa kualitas pembelajaran.
“Belajar adalah suatu perubahan perilaku, akibat interaksi dengan lingkungannya” (Ali Muhammad, 2005: 14). Perubahan perilaku dalam proses belajar terjadi akibat dari interaksi dengan lingkungan. Interaksi biasanya berlangsung secara sengaja. Dengan demikian belajar dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan dalam diri individu. Sebaliknya apabila terjadi perubahan dalam diri individu maka belajar tidak dikatakan berhasil.
Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kamampuan siswa dan kualitas pengajaran. Kualitas pengajaran yang dimaksud adalah profesional yang dimiliki oleh guru. Artinya kemampuan dasar guru baik di bidang kognitif (intelektual), bidang sikap (afektif) dan bidang perilaku (psikomotorik).
Model Pembelajaran STAD
STAD (Student Teams Achievement Division) adalah model pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Robert Slavin, dkk. di Universitas John Hopkins pada tahun 1995. Menurut Slavin (2009: 143), model pembelajaran ini merupakan model pembelajaran yang paling sederhana dan paling tepat digunakan oleh guru yang baru mulai menggunakan pendekatan dengan pembelajaran kooperatif.
Berdasarkan pernyataan Slavin (2009: 11-12) penjelasan mengenai STAD adalah sebagai berikut. Dalam STAD, para siswa dibagi dalam tim belajar yang terdiri atas empat orang yang berbeda-beda tingkat kemampuan, jenis kelamin, dan latar belakang etniknya. Guru menyampaikan pelajaran lalu siswa bekerja dalam tim mereka untuk memastikan bahwa semua mengerjakan kuis mengenai materi secara sendiri-sendiri, di mana saat itu mereka tidak diperbolehkan untuk saling bantu. Skor kuis para siswa dibandingkan dengan rata-rata pencapaian mereka sebelumnya, dan kepada masing-masing tim akan diberikan poin berdasarkan tingkat kemajuan yang diraih siswa dibandingkan dengan hasil yang mereka capai sebelumnya. Poin ini kemudian dijumlahkan untuk memperoleh skor tim, dan tim yang berhasil memenuhi kriteria tertentu akan mendapatkan sertifikat atau penghargaan lainnya.
Menurut Trianto (2010: 68) pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 siswa secara heterogen, yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku. Diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok.
Slavin (2005: 12-13) mengemukakan terdapat tiga konsep penting dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu: 1. Penghargaan kelompok, yang akan diberikan jika kelompok mencapai kriteria yang ditentukan. 2. Tanggung jawab individual, bermakna bahwa kesuksesan tim bergantung pada pembelajaran individual dari semua anggota tim. 3. Kesempatan sukses yang sama, bermakna bahwa semua siswa memberi kontribusi kepada timnya dengan cara meningkatkan kinerja mereka dari yang sebelumnya. Ini akan memastikan bahwa siswa dengan prestasi tinggi, sedang dan rendah semuanya sama-sama ditantang untuk melakukan yang terbaik, dan bahwa kontribusi dari semua anggota tim ada nilainya.
Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa gagasan utama dari model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah untuk memotivasi siswa supaya dapat saling mendukung dan membantu satu sama lain sehingga dapat meningkatkan aktivitas belajar, yang pada akhirnya hasil belajar pun akan meningkat. Pelaksanaannya siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil bersifat heterogen yang bekerja sama saling membantu dengan tetap memperhatikan hasil kerja kelompok dan individu.
Kerangka Berpikir
Pada awal pembelajaran siswa belum mampu menguasai teknik dasar passing pada permainan bola voli. Dalam pembelajaran siswa cenderung hanya bermain-main tanpa memperhatikan teknik yang benar dalam melakukan passing pada permainan bola voli. Ketika dilakukan tes unjuk kerja, hasil yang dicapai masih sangat rendah. Dengan penerapan model pembelajaran STAD diharapkan kegiatan siswa lebih terarah. Aktivitas siswa dalam pembelajaran bisa ditingkatkan. Dengan meningkatnya aktivitas siswa dalam kegiatan belajar diharapkan hasil belajar yang dicapai juga turut meningkat.
Hipostesis Tindakan
Dari kerangka berfikir di atas, peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut:
1. Diduga melalui penerapan model pembelajaran STAD dapat meningkatkan aktivitas belajar mata pelajaran PJOK tentang teknik dasar passing bola voli bagi siswa Kelas VI di SDN 2 Ngronggah Kecamatan Kunduran tahun pelajaran 2013/2014.
2. Diduga melalui penerapan model pembelajaran STAD dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran PJOK tentang teknik dasar passing bola voli bagi siswa Kelas VI di SDN 2 Ngronggah Kecamatan Kunduran tahun pelajaran 2013/2014.
METODOLOGI PENELITIAN
Kegiatan Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Februari 2014 sampai dengan bulan Mei 2014. Penelitian akan dilaksanakan di SDN 2 Ngronggah Kecamatan Kunduran Kabupaten Blora. Subjek yang diteliti adalah siswa Kelas VI SDN 2 Ngronggah tahun pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 37 siswa yang terdiri dari 16 siswa laki-laki dan 21 siswa perempuan.
Sumber data dalam penelitian adalah data dokumen, observasi, dan hasil tes unjuk kerja. Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian tindakan kelas ini adalah teknik tes dan nontes. Data yang terkumpul dianalisis dengan teknik analisis deskriptef komparatif. Penyajian data meliputi tahap reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan.
Indikator dari keberhasilan tindakan meliputi: 1) Aktivitas belajar siswa masuk kategori aktif pada akhir penelitan, 2) Hasil belajar siswa meningkat menjadi minimal 80% tuntas belajar dengan KKM 75.
Prosedur penelitian ini menggunakan model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart yang terdiri dari empat komponen yaitu: 1) Perencanaan (planning), 2) Tindakan (acting), 3) Observasi (observing), 4) Refleksi (refleting).
HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Pra Siklus
Pada pembelajaran pra siklus, data yang diperoleh dari dokumen pembelajaran menunjukkan bahwa aktivitas belajar siswa masih “kurang aktifâ€. Hasil tes unjuk kerja pada pembelajaran pra siklus menunjukkan dari 37 siswa yang tuntas belajar dengan KKM 75 adalah 16 siswa (43,24%). Sisanya, sejumlah 21 siswa (56,76%) tidak tuntas belajar. Jumlah siswa yang mendapat nilai 50 sebanyak 2 anak, yang mendapat nilai 55 sebanyak 4 anak, yang mendapat nilai 60 sebanyak 5 anak, yang mendapat nilai 65 sebanyak 4 anak, yang mendapat nilai 70 sebanyak 6 anak, yang mendapat nilai 75 sebanyak 8 anak, yang mendapat nilai 80 sebanyak 5 anak, dan yang mendapat nilai 85 sebanyak 3 anak. Rata-rata kelas pada pembelajaran pra siklus adalah 69,05.
Deskripsi Siklus I
Siklus I dilaksanakan pada bulan Maret 2014. Dari hasil pengamatan proses pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti dan teman sejawat diperoleh data tentang data aktivitas belajar siswa. Pada pembelajaran siklus I aktivitas belajar siswa Kelas VI SDN 2 Ngronggah dalam pembelajaran teknik dasar passing bola voli melalui model pembelajaran STAD masuk dalam kategori “cukup aktifâ€.
Hasil belajar yang dilakukan dengan melakukan tes unjuk kerja pada akhir siklus I menunjukkan bahwa siswa yang tuntas belajar adalah 20 siswa (54,05%). Sisanya, sejumlah 17 siswa (45,95%) tidak tuntas belajar. Jumlah siswa yang mendapat nilai 55 sebanyak 3 anak, yang mendapat nilai 60 sebanyak 3 anak, yang mendapat nilai 65 sebanyak 5 anak, yang mendapat nilai 70 sebanyak 6 anak, yang mendapat nilai 75 sebanyak 9 anak, yang mendapat nilai 80 sebanyak 6 anak, yang mendapat nilai 85 sebanyak 3 anak, dan yang mendapat nilai 90 sebanyak 2 anak. Rata-rata kelas pada pembelajaran pra siklus adalah 72.43.
Deskripsi Siklus II
Siklus II dilaksanakan pada bulan April 2014. Dari hasil pengamatan proses pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti dan teman sejawat diperoleh data tentang data aktivitas belajar siswa. Pada pembelajaran siklus II aktivitas belajar siswa Kelas VI SDN 2 Ngronggah dalam pembelajaran teknik dasar passing bola voli melalui model pembelajaran STAD masuk dalam kategori “aktifâ€.
Hasil belajar yang dilakukan dengan melakukan tes unjuk kerja pada akhir siklus II menunjukkan bahwa siswa yang tuntas belajar adalah 30 siswa (81,08%). Sisanya, sejumlah 7 siswa (18,92%) tidak tuntas belajar. Jumlah siswa yang mendapat nilai 60 sebanyak 2 anak, yang mendapat nilai 65 sebanyak 2 anak, yang mendapat nilai 70 sebanyak 3 anak, yang mendapat nilai 75 sebanyak 9 anak, yang mendapat nilai 80 sebanyak 8 anak, yang mendapat nilai 85 sebanyak 7 anak, yang mendapat nilai 90 sebanyak 4 anak, dan yang mendapat nilai 95 sebanyak 2 anak. Rata-rata kelas pada pembelajaran pra siklus adalah 78,92.
Pembahasan
Aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan pada setiap siklus pembelajaran. Aktivitas siswa yang pada kondisi awal masuk kategori kurang aktif, pada pembelajaran siklus I menujukkan peningkatan menjadi kategori cukup aktif. Pada pembelajaran siklus II, aktivitas siswa dalam pembelajaran kembali meningkat menjadi kategori aktif. Peningkatan aktivitas siswa pada setiap siklus pembelajaran dikarenakan siswa merasa lebih nyaman dalam kelompok yang dibentuk dalam model pembelajaran STAD. Pembentukan kelompok yang dilakukan dengan mempertimbangkan pemerataan kemampuan menjadikan tidak ada kelompok yang bagus dan kurang bagus. Semua kelompok seimbang ketika dilakukan pertandingan bola voli antar kelompok. Rasa kebersamaan juga lebih bagus karena kelompok yang dibentuk juga memperhatikan kedekatan antas anggota kelompok. Siswa lebih kompak karena dalam keseharian mereka juga sudah sering bermain bersama-sama.
Peningkatan juga terjadi pada hasil belajar siswa. Pada pembelajaran pra siklus tingkat ketuntasan belajar siswa adalah 43,24% dengan rata-rata hasil belajar 69,05. Pada pembelajaran siklus I, aktivitas siswa semakin meningkat. Hal ini menjadikan hasil belajar siswa juga turut meningkat. Pada pembelajaran siklus I, tingkat ketuntasan belajar siswa mencapai 54,05% dengan rata-rata hasil belajar 72,43. Pada pembelajaran siklus II, siswa semakin terbiasa dengan model pembelajaran yang diterapkan. Ketuntasan belajar pada siklus II mencapai 81,08% dan rata-rata hasil belajar siswa adalah 78,92’
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis data yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Penerapan model pembelajaran STAD dapat meningkatkan aktivitas belajar mata pelajaran PJOK tentang teknik dasar passing bola voli bagi siswa Kelas VI SDN 2 Ngronggah Kecamatan Kunduran tahun pelajaran 2013/2014.
2. Penerapan model pembelajaran STAD dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran PJOK tentang teknik dasar passing bola voli bagi siswa Kelas VI SDN 2 Ngronggah Kecamatan Kunduran tahun pelajaran 2013/2014.
Saran
Berdasarkan simpulan di atas, disarankan kepada guru Penjasorkes agar dapat mengimplementasikan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) pada pembelajaran teknik dasar passing (passing bawah dan passing atas) bola voli karena dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar teknik dasar passing (passing bawah dan passing atas) bola voli.
DAFTAR PUSTAKA
Ali Muhammad Syaikh Quthb. 2005. Amal Shaleh Pengantar ke Surga dan Penyelamat dari Neraka. Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar
Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta
Sardiman, A.M. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:Rineka Cipta.
Slavin, Robert E. (2009). Cooperatif Learning: Teori, Riset, dan Praktik(Alih bahasa: Nurulita). Bandung: Nusa Media.
Sudjana, Nana. 2001. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdikarya
Sudjana, Nana. 2005. Dasar-Dasar Proses Belajar. Bandung: Sinar Baru Aglesindo
Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Group