PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PKn TENTANG ORGANISASI

MELALUI MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLE NON EXAMPLE

PADA SISWA KELAS V SDN 1 NGILEN KECAMATAN KUNDURAN SEMESTER II TAHUN 2014/2015

Endang Sri Kusdiarti

Kepala SDN 1 Ngilen Kecamatan Kunduran Kabupaten Blora

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar PKn materi Organisasi melalui model pembelajaran Example Non Example pada siswa kelas V SDN 1 Ngilen Kecamatan Kunduran tahun pelajaran 2014/2015. Penelitian ini dilakukan di SDN 1 Ngilen Kecamatan Kunduran semester II tahun pelajaran 2014/2015 tepatnya pada bulan Januari sampai dengan April 2015. Subjek penelitian adalah siswa kelas V SDN 1 Ngilen Kecamatan Kunduran yang berjumlah 22 siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik tes dan nontes. Analisis data dilakukan dengan teknik analisis data diskriptif komparatif. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa melalui model pembelajaran Example Non Example dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas V SDN 1 Ngilen Kecamatan Kunduran tahun pelajaran 2014/2015 pada mata pelajaran PKn materi Organisasi. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan prestasi belajar siswa pada setiap siklus. Prestasi belajar siswa pada pra siklus, dari 22 siswa kelas V hanya 9 siswa (40,9%) yang tuntas belajar dan rata-rata nilai ulangan hariannya adalah 59,1 menjadi 14 siswa (63,6%) tuntas belajar dan rata-rata nilai ulangan hariannya 68,6 pada siklus I. Pada siklus II kembali meningkat menjadi 18 siswa (81,8%) tuntas belajar dan nilai rata-rata ulangan hariannya 74,6.

Kata kunci : aktivitas belajar, prestasi belajar, pembelajaran PKn, Mind Mapping

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang bertakwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pendidikan Kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia, suku bangsa untuk menjadi warga negara yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang dilandasi oleh Pancasila dan UUD 1945”.

Untuk mencapai tujuan ini peranan guru sangat menentukan. Menurut Wina Sanjaya (2008: 19), peran guru adalah: “Sebagai sumber belajar, fasilitator, pengelola, demonstrator, pembimbing, dan evaluator”. Sebagai motivator guru harus mampu membangkitkan motivasi siswa agar aktivitas siswa dalam proses pembelajaran berhasil dengan baik.

Salah satu cara untuk membangkitkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran adalah dengan mengganti cara atau model pembelajaran yang selama ini tidak diminati lagi oleh siswa, seperti pembelajaran yang dilakukan dengan ceramah dan tanya-jawab, model pembelajaran ini membuat siswa jenuh dan tidak kreatif. Suasana belajar mengajar yang diharapkan adalah menjadikan siswa sebagai subjek yang berupaya menggali sendiri, memecahkan sendiri masalah-masalah dari suatu konsep yang dipelajari, sedangkan guru lebih banyak bertindak sebagai motivator dan fasilitator. Situasi belajar yang diharapkan di sini adalah siswa yang lebih banyak berperan/aktif.

Peneliti sebagai guru mata pelajaran PKn kelas IV, V, dan VI di SDN 1 Ngilen selama ini sering menggunakan metode ceramah dalam pebelajaran. Model pembelajaran ini tidak dapat membangkitkan aktivitas siswa dalam belajar. Hal ini tampak dari perilaku siswa yang cenderung hanya mendengar dan mencatat pelajaran yang diberikan guru. Siswa tidak mau bertanya apalagi mengemukakan pendapat tentang materi yang diberikan. Melihat kondisi ini, peneliti berusaha untuk mencarikan model pembelajaran lain yaitu model pembelajaran diskusi. Siswa dibagi atas beberapa kelompok yang beranggotakan 2 orang (melihat kondisi siswa di kelas). Dari diskusi yang telah dilaksanakan, ternyata siswa masih kurang mampu dalam mengemukakan pendapat, sebab kemampuan dasar siswa rendah. Dalam bekerja kelompok, hanya satu atau dua orang saja yang aktif, sedangkan yang lainnya membicarakan hal lain yang tidak berhubungan dengan tugas kelompok.

Dalam melaksanakan diskusi kelompok, peneliti juga melihat di antara anggota kelompok ada yang suka mengganggu teman karena mereka beranggapan bahwa dalam belajar kelompok (diskusi) tidak perlu semuanya bekerja. Karena tidak semua anggota kelompok yang aktif, maka tanggung jawab dalam kelompok menjadi kurang, bahkan dalam kerja kelompok (diskusi), peneliti juga menemukan ada di antara anggota kelompok yang egois sehingga tidak mau menerima pendapat teman. Melihat kenyataan-kenyataan yang peneliti temui pada sikap siswa di dalam proses pembelajaran tersebut di atas, peneliti berpendapat bahwa aktivitas siswa di Kelas V SDN 1 Ngilen dalam pembelajaran PKn sangat kurang. Dalam hal ini peneliti berani mengungkapkan karena memang aktivitas siswa SDN 1 Ngilen masih jauh dari pengertian aktivitas yang diungkapkan dari para ahli, seperti Paul D. Dierich dalam Oemar Hamalik (2001: 173), mengemukakan bahwa jenis aktivitas dalam kegiatan lisan atau oral adalah mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi dan interupsi.

Dari proses belajar yang tidak efektif seperti yang peneliti jabarkan di atas, sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Data nilai ulangan harian mata pelajaran PKn materi Organisasi menunjukkan hanya 9 siswa (40,9%) dari 22 siswa kelas V SDN 1 Ngilen yang mampu mencapai KKM yang ditentukan yaitu 70. Sisanya sejumlah 13 siswa (59,1%) nilai ulangan hariannya masih di bawah KKM. Rata-rata nilai ulangan harian juga masih rendah, yaitu 59,1. Rendahnya hasil belajar siswa disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain rendahnya perhatian siswa dalam mengikuti pelajaran PKn. Guru sering memberikan pelajaran dalam bentuk ceramah dan tanya-jawab, sehingga siswa tidak terangsang untuk mengembangkan kemampuan berfikir kreatif. Untuk itu guru berusaha mencarikan model pembelajaran lain, sehingga pembelajaran lebih bermakna dan lebih berkualitas.

Model pembelajaran yang akan diterapkan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran Example Non Example. Ketertarikan peneliti mengambil model pembelajaran Example Non Example, karena peneliti melihat dalam model pembelajaran Example Non Example semua anggota kelompok diberi tugas dan tanggungjawab, baik individu maupun kelompok. Jadi, keunggulan pada pembelajaran Example Non Example dibanding dengan diskusi yaitu seluruh anggota dalam kelompok harus bekerja sesuai dengan tugas yang diberikan, sebab tugas itu ada yang merupakan tanggung jawab individu dan ada pula tanggung jawab kelompok. Oleh sebab itu, dalam penelitian ini peneliti mengambil sebuah judul yaitu: “Peningkatan Prestasi Belajar PKn Tentang Organisasi Melalui Model Pembelajaran Example Non Example Pada Siswa Kelas V SDN 1 Ngilen Kecamatan Kunduran Tahun 2014/2015”.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah pembelajaran di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Apakah penerapan model pembelajaran Example Non Example dapat meningkatkan prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan materi Organisasi pada siswa kelas V SDN 1 Ngilen Kecamatan Kunduran Kabupaten Blora semester II tahun pelajaran 2014/2015?

Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah meningkatkan prestasi belajar siswa kelas V SDN 1 Ngilen pada mata pelajaran PKn materi Organisasi melalui penerapan model pembelajaran Example Non Example tahun pelajaran 2014/2016.

Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang telah diuraikan di atas, maka peneliti mengharapkan penilitian ini bermanfaat sebagai berikut:

Bagi Guru

a. Mengembangkan kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran yang berkualitas.

b. Melatih guru agar lebih cermat dalam memperhatikan kesulitan belajar siswa.

c. Meningkatkan kualitas pembelajaran di dalam kelas.

Bagi Siswa

a. Memberikan motivasi suasana pembelajaran yang menggairahkan

b. Menghilangkan anggapan bahwa belajar kelompok itu cukup dikerjakan oleh satu atau dua orang saja.

c. Memotivasi pribadi siswa lebih aktif dan kreatif.

d. Meningkatkan tanggung jawab individu maupun kelompok.

e. Meningkatkan prestasi belajar siswa.

Bagi Sekolah

a. Meningkatkan mutu proses belajar mengajar Pkn di SDN 1 Ngilen Kecamatan Kunduran.

b. Meningkatkan prestasi belajar PKn di SDN 1 Ngilen Kecamatan Kunduran

KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS

Prestasi Belajar

Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara individu maupun secara kelompok (Djamarah, 1994:19). Sedangkan menurut Mas’ud Hasan Abdul Dahar dalam Djamarah (1994:21) bahwa prestasi adalah apa yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja.

Dari pengertian yang dikemukakan tersebut di atas, jelas terlihat perbedaan pada kata-kata tertentu sebagai penekanan, namun intinya sama yaitu hasil yang dicapai dari suatu kegiatan. Untuk itu, dapat dipahami bahwa prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, yang menyenangkan hati, yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja, baik secara individual maupun secara kelompok dalam bidang kegiatan tertentu.

Menurut Slameto (2003: 2) bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Secara sederhana dari pengertian belajar sebagaimana yang dikemukakan oleh pendapat di atas, dapat diambil suatu pemahaman tentang hakekat dari aktivitas belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri individu. Sedangkan menurut Nurkencana (2005: 62) mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai atau diperoleh anak berupa nilai mata pelajaran. Ditambahkan bahwa prestasi belajar merupakan hasil yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar.

Setelah menelusuri uraian di atas, maka dapat dipahami bahwa prestasi belajar adalah hasil atau taraf kemampuan yang telah dicapai siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar dalam waktu tertentu baik berupa perubahan tingkah laku, keterampilan dan pengetahuan dan kemudian akan diukur dan dinilai yang kemudian diwujudkan dalam angka atau pernyataan.

Berdasarkan uraian diatas dapat dikatakan bahwa prestasi belajar yang dicapai oleh siswa dengan melibatkan seluruh potensi yang dimilikinya setelah siswa itu melakukan kegiatan belajar.Pencapaian hasil belajar tersebut dapat diketahui dengan megadakan penilaian tes hasil belajar.Penilaian diadakan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah berhasil mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru. Di samping itu guru dapat mengetahui sejauh mana keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar di sekolah.Sejalan dengan prestasi belajar, maka dapat diartikan bahwa prestasi belajar adalah nilai yang dipreoleh siswa setelah melibatkan secara langsung/aktif seluruh potensi yang dimilikinya baik aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan) dalam proses belajar mengajar.

Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang secara umum bertujuan untuk mengembangkan potensi individu warga negara Indonesia, sehingga memiliki wawasan, sikap, dan keterampilan kewarganegaraan yang memadai dan memungkinkan untuk berpartisipasi secara cerdas dan bertanggung jawab dalam berbagai kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Berdasarkan pendapat di atas jelas bagi kita bahwa PKn bertujuan mengembangkan potensi individu warga negara, dengan demikian maka seorang guru PKn haruslah menjadi guru yang berkualitas dan profesional, sebab jika guru tidak berkualitas tentu tujuan PKn itu sendiri tidak tercapai. Secara garis besar mata pelajaran Kewarganegaraan memiliki 3 dimensi yaitu:

1. Dimensi Pengetahuan Kewarganegaraan (Civics Knowledge) yang mencakup bidang politik, hukum dan moral.

2. Dimensi Keterampilan Kewarganegaraan (Civics Skills) meliputi keterampilan partisipasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

3. Dimensi Nilai-nilai Kewarganegaraan (Civics Values) mencakup antara lain percaya diri, penguasaan atas nilai religius, norma dan moral luhur. (Depdiknas 2003: 4)

Berdasarkan uraian di atas dapat ditegaskan bahwa dalam mata pelajaran Kewarganegaraan seorang siswa bukan saja menerima pelajaran berupa pengetahuan, tetapi pada diri siswa juga harus berkembang sikap, keterampilan dan nilai-nilai. Sesuai dengan Depdiknas (2003: 33) yang menyatakan bahwa tujuan PKn untuk setiap jenjang pendidikan yaitu mengembangkan kecerdasan warga negara yang diwujudkan melalui pemahaman, keterampilan sosial dan intelektuan, serta berprestasi dalam memecahkan masalah di lingkungannya. Untuk mencapai tujuan Pendidikan Kewarganegaraan tersebut, maka guru berupaya melalui kualitas pembelajaran yang dikelolanya, upaya ini bisa dicapai jika siswa mau belajar. Dalam belajar inilah guru berusaha mengarahkan dan membentuk sikap serta perilaku siswa sebagai mana yang dikehendaki dalam pembelajaran PKn.

Pembelajaran PKn di Sekolah Dasar bukan bertujuan untuk memenuhi ingatan para siswa dengan berbagai fakta dan materi yang harus dihafalnya, melainkan untuk mengenal, menyikapi dan mengapresiasikan olah raga serta menanamkan kebiasan berpikir dan berperilaku yang kritis, kreatif dan mandiri.Pengalaman langsung yang memegang peranan penting sebagai pendorong lajunya perkembangan kognitif anak. Pengalaman langsung anak terjadi secara spontan sejak lahir sampai anak berumur 12 tahun. Efisiensi pengalaman langsung tergantung pada konsistensi antara hubungan metode dan objek dengan tingkat perkembangan kognitif anak. Anak akan siap untuk mengembangkan konsep tertentu apabila anak telah memiliki struktur kognitif (schemata) yang menjadi prasyaratnya yakni perkembangan kognitif yang bersifat hirarkhis dan integratif.

Dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran PKn di SD merupakan upaya menerapkan teori, konsep-konsep PKn yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Melalui upaya ini, pembelajaran PKn melatih ketrampilan para siswa baik fisiknya maupun kemampuan berfikir, serta mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.Pada garis besarnya pembelajaran PKn bermaksud mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara PKn, lingkungan, teknologi dan masyarakat serta meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara lingkungan, dan meningkatkan hasil belajar PKn.

Pengertian Example Non Example

Model Pembelajaran Example Non Example atau juga biasa di sebut Example and Non-example merupakan model pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai media pembelajaran. Metode Example non Example adalah metode yang menggunakan media gambar dalam penyampaian materi pembelajaran yang bertujuan mendorong siswa untuk belajar berfikir kritis dengan jalan memecahkan permasalahan-permasalahan yang terkandung dalam contoh-contoh gambar yang disajikan. Penggunaan media gambar ini disusun dan dirancang agar anak dapat menganalisis gambar tersebut menjadi sebuah bentuk diskripsi singkat mengenai apa yang ada didalam gambar. Penggunaan Model Pembelajaran Example Non Example ini lebih menekankan pada konteks analisis siswa. Biasa yang lebih dominan digunakan di kelas tinggi, namun dapat juga digunakan di kelas rendah dengan menenkankan aspek psikoligis dan tingkat perkembangan siswa kelas rendah seperti: (1) kemampuan berbahasa tulis dan lisan, (2) kemampuan analisis ringan, dan (3) kemampuan berinteraksi dengan siswa lainnya.

Model Pembelajaran Example Non Example menggunakan gambar dapat melalui OHP, Proyektor, ataupun yang paling sederhana adalah poster. Gambar yang kita gunakan haruslah jelas dan kelihatan dari jarak jauh, sehingga anak yang berada di belakang dapat juga melihat dengan jelas.

Metode Example non Example juga merupakan metode yang mengajarkan pada siswa untuk belajar mengerti dan menganalisis sebuah konsep. Konsep pada umumnya dipelajari melalui dua cara. Paling banyak konsep yang kita pelajari di luar sekolah melalui pengamatan dan juga dipelajari melalui definisi konsep itu sendiri. Example and Non-example adalah taktik yang dapat digunakan untuk mengajarkan definisi konsep. Strategi yang diterapkan dari metode ini bertujuan untuk mempersiapkan siswa secara cepat dengan menggunakan 2 hal yang terdiri dari example dan non-example dari suatu definisi konsep yang ada, dan meminta siswa untuk mengklasifikasikan keduanya sesuai dengan konsep yang ada.

Example memberikan gambaran akan sesuatu yang menjadi contoh akan suatu materi yang sedang dibahas, sedangkan non-example memberikan gambaran akan sesuatu yang bukanlah contoh dari suatu materi yang sedang dibahas. Metode Example non Example penting dilakukan karena suatu definisi konsep adalah suatu konsep yang diketahui secara primer hanya dari segi definisinya daripada dari sifat fisiknya. Dengan memusatkan perhatian siswa terhadap example dan non-example diharapkan akan dapat mendorong siswa untuk menuju pemahaman yang lebih dalam mengenai materi yang ada.

Kerangka Berpikir

Dari kajian teori yang penulis kemukakan dan dari permasalahan yang timbul untuk diberikan solusi agar hasilnya bisa memuaskan, maka penulis memberikan gambaran singkat tentang alur berpikir dalam pelaksanaan penelitian ini.

Kondisi awal pembelajaran PKn, aktivitas belajar siswa rendah. Dari aktivitas belajar yang rendah berdampak pada prestasi belajar juga rendah ketika dilakukan ulangan harian. Kondisi seperti ini membuat guru merencanakan untuk melakukan tindakan perbaikan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Example non Example. Dengan menggunakan model pembelajaran Example non Example diharapkan aktivitas belajar siswa meningkat. Dengan meningkatnya aktivitas belajar siswa diharapkan dapat memberikan peningkatan pada prestasi belajar siswa.

Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan dalam Penelitian ini adalah: “Diduga model pembelajaran pembelajaran Example non Example dapat meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran PKn tentang Organisasi pada siswa kelas V SDN 1 Ngilen Kecamatan Kunduran semester II tahun pelajaran 2014/2015.

METODOLOGI PENELITIAN

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini adalah di SDN 1 Ngilen Kecamatan Kunduran Kabupaten Blora. Penelitian dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran 2014/2015 tepatnya selama 4 bulan yaitu pada bulan Januari sampai dengan April 2015.

Yang menjadi subyek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 1 Ngilen Kecamatan Kunduran tahun pelajaran 2014/2015 sejumlah 22 siswa yang terdiri dari 6 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan. Penelitian difokuskan pada peningkatan prestasi belajar mata pelajaran PKn materi Organisasi melalui penerapan model pembelajaran Example non Example.

Sumber data diperoleh dari hasil pengamatan dan hasil ulangan harian siswa. Banyak data dalam penelitian ini ada tiga yaitu: (1) data prestasi belajar kondisi awal; (2) data prestasi belajar siklus I; dan (3) data prestasi belajar siklus II.

Data hasil penelitian tersebut dikumpulkan dengan teknik tes. Data prestasi belajar siswa dikumpulkan dengan teknik tes melalui ulangan harian dan menggunakan alat pengumpul data berupa butir-butir soal tes. Data yang sudah dikumpulkan dianalisis dengan melalui tiga tahapan yaitu display data, reduksi data dan dilanjutkan dengan penarikan kesimpulan. Metode yang digunakan dalam analisis data adalah deskriptif komparatif.

Penelitian ini dilaksanakan dengan mengunakan metode penelitian tindakan kelas. Untuk mengatasi permasalahan peneliti menetapkan pelaksanaan tindakan sebanyak dua tindakan dalam dua siklus. Adapun langkah-langkah dalam setiap siklus tindakan adalah perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.

Indikator keberhasilan penelitian ini adalah apabila prestasi belajar hasil ulangan harian siswa mampu mencapai ketuntasan belajar sebesar 80% dari jumlah siswa.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi (Kondisi Awal) Pra Siklus

Masalah yang dialami dalam pembelajaran PKn materi Organisasi di kelas V SDN 1 Ngilen adalah rendahnya prestasi belajar yang dilihat dari hasil ulangan harian. Dari hasil ulangan harian pra siklus diperoleh data tingkat ketuntasan belajar siswa pra siklus adalah 40,9%. Dari 22 siswa, hanya 9 siswa yang mampu mencapai KKM yang ditentukan yaitu 70. Sementara 59,1% atau 13 siswa tidak tuntas belajar. Rata-rata nilai ulangan harian pada pembelajaran pra siklus adalah 59,1 dengan rincian jumlah siswa dengan nilai 40 adalah 4 anak, nilai 50 adalah 4 anak, nilai 60 adalah 5 anak, nilai 70 adalah 8 anak, dan nilai 80 adalah 1 anak. Keadaan ini mendorong peneliti untuk menerapkan model pembelajaran yang lebih mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran. Akhirnya peneliti merencanakan untuk menerapkan model pembelajaran Example non Example untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.

Deskripsi Siklus I

Pembelajaran siklus I dilaksanakan tanggal 9, 16, dan 23 Februari 2015. Peneliti menerapkan model pembelajaran Example non Example sesuai dengan yang direncanakan. Pada akhir siklus dilakukan ulangan harian. Data prestasi belajar hasil ulangan harian menunjukkan 14 siswa (63,6%) tuntas belajar. Masih terdapat 8 siswa (36,4%) tidak tuntas belajar. Perolehan nilai ulangan harian pada siklus I adalah jumlah siswa dengan nilai 50 adalah 2 anak, nilai 60 adalah 6 anak, nilai 70 adalah 9 anak, nilai 80 adalah 3 anak, dan nilai 90 adalah 2 anak. Dari data tersebut diperoleh rata-rata nilai ulangan harian sebesar 68,6.

Deskripsi Siklus II

Siklus II dilaksanakan tanggal 16, 23, dan 30 Maret 2015. Peneliti masih menerapkan model pembelajaran Example non Example sesuai dengan yang direncanakan. Pada siklus II pembagian kelompok dibuat lebih kecil dan peneliti membagi kelompok secara heterogen terutama dari komposisi tingkat kepandaian siswa secara merata. Pada akhir siklus dilakukan ulangan harian. Data prestasi belajar hasil ulangan harian menunjukkan 18 siswa (81,8%) tuntas belajar. Terdapat 4 siswa (18,2%) tidak tuntas belajar. Perolehan nilai ulangan harian pada siklus II adalah jumlah siswa dengan nilai 60 adalah 4 anak, nilai 70 adalah 9 anak, nilai 80 adalah 5 anak, nilai 90 adalah 3 anak, dan nilai 100 adalah 1 anak. Dari data tersebut diperoleh rata-rata nilai ulangan harian sebesar 74,6.

Pembahasan

Pada kondisi awal sebelum pelaksanaan tindakan, prestasi belajar materi Organisasi dalam pembelajaran PKn pada siswa kelas V SDN 1 Ngilen, nilai rata-rata ulangan harian siswa adalah 59,1 dengan jumlah siswa yang tuntas belajar sebanyak 9 anak (40,9%). Pada siklus I, melalui penerapan model pembelajaran Example Non Example pada pembelajarn PKn materi Organisasi, rata-rata nilai ulangan harian siswa meningkat menjadi 68,6 dengan ketuntasan belajar klasikal sebanyak 14 anak (63,6%). Peningkatan ini menunjukkan model pembelajaran Example Non Example cukup efektif diterapkan pada materi Organisasi. Indikator keberhasilan penelitian belum tercapai pada siklus I. Hal ini dikarenakan peneliti belum tepat dalam melakukan pembagian kelompok. Pada siklus I, jumlah anggota kelompok masih terlalu banyak yaitu 6 – 7 siswa dalam setiap kelompok. Selain itu, dalam satu kelompok masih terdapat kumpulan siswa dengan tingkat kepandaian yang tinggi sementara di kelompok lain terkumpul siswa dengan tingkat kepandaian yang rendah. Hai ini perlu dibenahi pada pelaksanaan siklus II. Pada siklus II, pembagian kelompok dibuat lebih merata dan jumlah siswa dalam satu kelompok adalah 3 – 4 anak. Hasil yang dicapai pada siklus II lebih baik dari pembelajaran sebelumnya. Jumlah siswa yang tuntas belajar meningkat menjadi 18 siswa (81,8%) dengan rata-rata nilai ulangan harian 74,6.

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan model pembelajaran Example Non Example dapat meningkatkan prestasi belajar PKn materi Organisasi pada siswa kelas V SDN 1 Ngilen Kecamatan Kunduran semester II tahun pelajaran 2014/2015.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakuakan, maka saran-saran yang diberikan sebagai sumbangan pemikiran untuk meningkatkan mutu pendidikan pada umumnya dan meningkatkan prestasi belajar siswa SDN 1 Ngilen Kecamatan Kunduran pada khususnya adalah:

Bagi Siswa

a. Siswa diharapkan mempersiapkan diri terlebih dahulu dengan belajar di rumah tentang materi pelajaran yang akan dipelajari di kelas.

b. Siswa hendaknya dapat berperan aktif dengan kegiatan belajar mengajar agar tujuan pembelajaran tercapai.

c. Siswa diharapkan meningkatkan keberaniannya untuk menyampaikan pendapat dan idenya dalam kegiatan pembelajaran

Bagi Guru

d. Melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan model dan metode pembelajaran yang tepat sehingga menciptakan suasana yang menyenangkan di dalam kelas.

e. Memberi tugas yang sudah diukur dengan kemampuan siswa, mempertimbangkan waktu penyelesaian tugas, tentang cara pengerjaan tugas, memberi penjelasan tentang maksud dan teknik penyelesaiannya dalam setiap memberi tugas.

f. Selalu memberikan bimbingan dalam pembelajaran yang mengarahkan siswa untuk lebih aktif dalam pembelajaran

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Pusat Data dan Informasi Pendidikan, Balitbang-Depdiknas.

Depdiknas. 2003. Pendidikan Kewarganegaraan, Kurikulum dan Silabus Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Depdiknas

Djamarah, Syaiful Bahri. 1994. Prestasi Belajar dan kompetensi Guru. Surabaya: Usaha Nasional.

Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: P.T. Bumi Aksara

Nurkencana. 2005. Evaluasi Hasil Belajar Mengajar. Surabaya: Usaha Nasional.

Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.


Â