Model SQ3R Dalam Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar
PENERAPAN MODEL SQ3R DALAM PEMBELAJARAN KOOPERATIF UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPS MATERI HUBUNGAN SOSIAL KELAS VIIIC SMP NEGERI 3 SURUH SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2016/2017
Suprapti
SMP Negeri 3 Suruh
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana peningkatan keaktifan dan hasil belajar IPS pada materi Hubungan Sosial dengan menerapkan model SQ3Rdalam Pembelajaran Kooperatif pada siswa kelas VIIIC SMP Negeri 3 SuruhSemester II tahun pelajaran 2016/2017.Penelitian ini dilaksanakan selama empat bulan yaitu mulai bulan Januari sampai dengan April 2017. Tempat penelitian di kelas VIIIC SMP N 3 Suruh Kabupaten Semarang, dengan mengambil subjek penelitian yaitu siswa kelas VIIIC yang memiliki jumlah 28 siswa terdiri dari 20 siswa putra dan 8 siswa putri. Medel Pembelajaran SQ3R dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas dengan melalui tindakan dua siklus, untuk tiap siklus terdiri dari perencanaan, melakukan tindakan, melakukan observasi, dan melakukan refleksi. Analisis data yang digunakan dengan diskriptif Komparatif yaitu dengan membandingkan aktivitas dan hasil belajar IPS dari kondisi awal, siklus I, dan siklus II.Hasil penelitian ini memberikan data aktivitas belajar IPS pada materi Hubungan Sosial dari kondisi awal rendah menjadi aktivitas belajar IPS yang meningkat pada kondisi akhir, dan dari kondisi awal ketuntasan belajar siswa 28,57% kemudian pada siklus I menjadi 67,86% serta pada akhir siklus II meningkat menjadi 82,14%. Hal ini membuktikan bahwa model SQ3R sangat efektif diterapkan untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS materi Hubungan Sosial.
Kata kunci: Keaktifan Belajar IPS, Hasil BelajarIPS,Model SQ3R, PembelajaranKooperatif.
PENDAHULUAN
Selama ini, pembelajaran IPS di SMP Negeri 3 Suruh diperoleh hasil lebih dari 60% siswa kelas VIII masih pasif dalam pembelajaran. Beberapa kebiasaan siswa seperti diam, melamun, kurang semangat belajar,kurang berani untuk bertanya dan menjawab pertanyaan, serta mengungkapkan pendapat menyebabkan proses pembelajaran menjadi monoton. Guru masih banyak menggunakan metode ceramah, sementara siswa hanya menjadi sekelompok pendengar. Aktivitas siswa masih sangat kurang. Padahal aktivitas siswa itu sangat diperlukan untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimum.Ketika siswa hanya menerima dari pengajar tanpa mereka aktif teribat dalam pembelajaran, ada kecenderungan untuk cepat melupakan apa yang telah diberikan guru.
Menurut pengamatan guru, salah satu kesulitan yang dihadapi oleh siswa dalam memahami materi IPS adalah memahami isi bacaan. Materi yang perlu dipahami sangat banyak. Hal tersebut dapat dilihat pada saat peserta didik disuruh untuk membaca materi, kemudian guru memberikan pertanyaan yang berkaitan dengan materi bacaan, ternyata sebagian besar siswa tidak dapat menjawab pertanyaan dari guru. Siswa tidak memahami tentang apa yang mereka baca, sehingga berakibat pada rendahnya hasil belajar.Indikator rendahnya hasil belajar siswa ini dapat dilihat dari nilai ulangan harian siswa sebagai refleksi kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Nilai ulangan harian IPS menunjukkan rerata di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), salah satunya adalah pada materi Hubungan Sosial.Diantara nilai ulangan peserta didik kelas VIII, ketuntasan belajar yang paling rendah adalah kelas VIIIC. Observasi awal terhadap pembelajaran IPS diperoleh data bahwa rata-rata nilai ulangan harian siswa kelas VIII C pada materi Hubungan Sosial memiliki hasil belajar yang berada di bawah Kriteria Ketuntasan Belajar, yaitu 79. Hal ini terbukti dari ketuntasan belajar klasikal siswa sebesar 28,57%. Sebuah alternatif model pembelajaran yang dapat membantu meningkatkan kemampuan membaca dan memahami materi IPS adalah model pembelajaran SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, dan Review) dalam pembelajaran Cooperative Learning. Model pembelajaran SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review) dikemukakan oleh Francis P. Robinson di Universitas Negeri Ohio Amerika Serikat.
Bertolak dari permasalahan di atas dapat dirumuskan permasalahan dalam pebelitian ini adalah:a.Apakah dengan penerapan model SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review)dalam pembelajarankooperatif mata pelajaran IPS materi Hubungan Sosial dapat meningkatkan keaktifan siswa kelas VIII C SMP Negeri 3 Suruh semester II tahun pelajaran 2016/2017?; b.Apakah dengan penerapan model SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review)dalam pembelajaran kooperatif mata pelajaran IPS materi Hubungan Sosial dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII C SMP Negeri 3 Suruh semester II tahun pelajaran 2016/2017?
KAJIAN TEORETIS
Model Pembelajaran SQ3R
Model pembelajaran SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review) dikemukakan oleh Francis P. Robinson di Universitas Negeri Ohio Amerika Serikat. Metode tersebut bersifat praktis dan bisa diaplikasikan dalam berbagai pendekatan belajar.Model pembelajaran SQ3R pada prinsipnya merupakan singkatan dari langkah – langkah mempelajari teks, yang meliputi: Pertama, Survey yaitu memeriksa atau meneliti atau mengidentifikasi seluruh teks. Kedua, Question, yakni menyusun daftar pertanyaan yang relevan dengan teks. Ketiga, Read, yakni membaca teks secara aktif untuk mencari jawaban atas pertanyaan –pertanyaan yang telah tersusun. Keempat, Recite , yaitu menghafal setiap jawaban yang telahditemukan. Kelima, Review, yakni meninjau ulang seluruh jawaban atas pertanyaan yang tersusun pada langkah kedua dan ketiga.
Pembelajaran Kooperatif
Menurut Nurhadi (2004: 112), pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.Cooperative Learning juga dapat diartikan sebagai suatu struktur tugas bersama dalam suasana kebersamaan diantara sesama anggota kelompok (Solihatin dan Raharjo, 2007:4). Dalam keberhasilan belajar menurut model belajar ini bukan semata-mata ditentukan oleh kemampuan individu secara utuh, melainkan perolehan belajar itu akan semakin baik apabila dilakukan secara bersama-sama dalam kelompok-kelompok belajar kecil yang terstruktur dengan baik. Melalui belajar dari teman yang sebaya dan di bawah bimbingan guru maka proses pemerimaan dan pemahaman siswa akan semakin mudah dan cepat terhadap materi yang dipelajari.
Keaktifan Siswa
Aktivitas belajar merupakan segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan belajar. Aktivitas yang dimaksudkan di sini penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan adanya aktivitas siswa dalam pembelajaran terciptalah situasi belajar aktif, seperti yang dikemukakan oleh Rochman Natawijaya dalam Depdiknas (2005: 31) , belajar aktif adalah “Suatu sistem belajar mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, metal intelektual dan emosional guna memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
Faktor – Faktor yang mempengaruhi aktivitas belajar , menurut Jessica (2009:1-2) yaitu: 1. Faktor Internal (dari dalam individu yang belajar). Faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar ini lebih ditekankan pada faktor psikologis, antaralain yaitu: motivasi, perhatian, pengamatan, tanggapan dan lain sebagainya.Faktor Eksternal (dari luar individu yang belajar). Pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan belajar yang kondusif. Hal ini akan berkaitan dengan faktor dari luar siswa. Adapun faktor yang mempengaruhi adalah mendapatkan pengetahuan, penanaman konsep dan ketrampilan, dan pembentukan sikap.
Indikator keaktifan siswa dalam proses pembelajaran adalah:1)Siswa tidak hanya menerima informasi tetapi lebih banyak mencari dan memberikan informasi; 2) Siswa banyak mengajukan pertanyaan baik kepada guru maupun kepada siswa lainnya.; 3) Siswa lebih banyak mengajukan pendapat terhadap informasi yang disampaikan oleh guru atau siswa lain.4) Siswa memberikan respon yang nyata terhadap stimulus belajar yang dilakukan guru.5) Siswa berkesempatan melakukan penilaian sendiri terhadap hasil pekerjaannya, sekaligus memperbaiki dan menyempurnakan hasil pekerjaan yang belum sempurna.6) Siswa membuat kesimpulan pelajaran dengan bahasanya sendiri.
7) Siswa memanfaatkan sumber belajar atau lingkungan belajar yang ada disekitarnya secara optimal.
Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu:1) Faktor dari dalam diri siswa, meliputi kemampuan yang dimilikinya, motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis.2) Faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan, terutama kualitas pengajaran (Rachmad Ardiansyah,2014).
HIPOTESIS TINDAKAN
Hipotesis tindakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah:
1. Melalui penerapan model pembelajaran SQ3R(Survey, Question, Read, Recite, dan Review) dalam pembelajaran kooperatif akan meningkatkan keaktifan belajar IPS materi Hubungan Sosial pada siswa kelas VIIIC SMP Negeri 3 Suruh semester II tahun pelajaran 2016/2017.
2. Melalui penerapan model pembelajaran SQ3R(Survey, Question, Read, Recite, dan Review) dalam pembelajaran kooperatif akan meningkatkan hasil belajar IPS materi Hubungan Sosial pada siswa kelas VIIIC SMP Negeri 3 Suruh semester II tahun pelajaran 2016/2017.
METODE PENELITIAN
Setting Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Suruh yang beralamatkan di Jalan Suruh Gunung Tumpeng Km.05 ,Desa Medayu, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang. Peneliti memilih SMP Negeri 3 Suruh sebagai lokasi penelitian dengan pertimbangan bahwa sekolah tersebut merupakan tempat peneliti mengajar, sehingga peneliti mengetahui secara pasti kondisi belajar siswa dan dapat terlibat secara langsung dalam penelitian.
Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas VIII C SMP Negeri 3 Suruh Tahun Pelajaran 2016/2017dengan jumlah peserta didik28 orang, yang terdiri dari 20siswa putra dan 8siswa putri
Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada Semester II Tahun Pelajaran 2016/2017 dalam kurun waktu mulai bulan Januari sampai dengan April 2017.Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus, untuk mengetahui peningkatan keaktifan dan hasil belajar mata pelajaran IPS materi Hubungan Sosial pada siswa kelas VIIIC SMP Negeri 3 Suruh Semester II Tahun Pelajaran 2016/2017.
Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini dapat diperoleh dari:1). Siswa, Subjek dalam penelitian ini adalah siswa , yang sekaligus sebagai sumber data untuk diketahui keaktifan dan hasil belajarnya 2). Teman Sejawat sebagai Observer. Bertindak sebagai observer dalam penelitian tindakan kelas ini adalah teman sejawat yaitu guru asesor (pendamping) yang lebih senior dari peneliti. Observer mencatat semua kejadian yang ada dalam proses pembelajaran dalam lembar pengamatan (observasi) yang sudah disediakan.
Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi:1) non tes 2) tes 3) dokumentasi
Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data meliputi: 1. Lembar Observasi Aktivitas Siswa; 2) Lembar Observasi Kinerja Guru; 3) Angket Tanggapan Siswa.dan 4) Lembar Soal Tes.
HASIL PENELITIAN
Deskripsi Kondisi Awal
Pada kondisi awal peneliti belum menerapkan model SQ3R dalam pembelajaran kooperatif. Peneliti masih menggunakan metode ceramah, ternyata aktivitas belajar IPS siswa masih rendah, terbukti dengan masih sangat sedikit siswa yang mau membuka materi terlebih dahulu sebelum pelajaran, mengajukan pertanyaan, membaca, mengingat sambil menyebutkan kembali, mengulang kembali, dan menjawab pertanyaan. Dari data pengamatan aktivitas belajar pada kondisi awal siswa masih banyak siswa yang pasif dalam pelajaran. Beberapa kebiasaan diam, melamun, bermain sendiri,, bersenda gurau, tidur saat pelajaran masih sering nampak pada pembelajaran IPS.
Hasil belajar IPS khususnya materi Hubungan Sosial pada kondisi awal dapat dilihat pada Tabel 1.1 berikut.
Tabel 1.1 Ketuntasan Hasil Belajar IPS Pada Kondisi Awal
No. |
Rentang Nilai |
F |
% Ketuntasan Belajar (KKM = 79) |
1 |
93-100 |
0 |
0 |
2 |
86–92 |
0 |
0 |
3 |
79–85 |
8 |
28,57 |
4 |
<79 |
20 |
71,43 |
Deskripsi Tiap Siklus
Deskripsi siklus I
Hasil pengamatan pada siklus I adalah sebagai berikut.
1) Data Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran
Data hasil observasi aktivitas siswa dengan pembelajaran menggunakan metode SQ3R dalam pembelajaran kooperatif pada siklus I dapat dilihat pada Tabel 1.2 berikut.
Tabel 1.2 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I
No |
Indikator |
Skala Penilaian |
Kriteria |
||||
1 |
2 |
3 |
4 |
5 |
|||
1 |
Meneliti secara singkat pada keseluruhan teks (survey) |
|
|
|
√ |
|
Baik |
2 |
Menyusun pertanyaan yang berkaitan dengan pokok bahasan (question) |
|
|
√ |
|
|
Cukup |
3 |
Membaca materi untuk mencari jawaban (read) |
|
|
√ |
|
|
Cukup
|
4 |
Menjawab pertanyaan melalui diskusi kelompok |
|
|
√ |
|
|
Cukup |
5 |
Mengingat kembali dam memahami jawaban atas pertanyaan (recite) |
|
|
|
√ |
|
Baik |
6 |
Meninjau ulang jawaban atas pertanyaan (review) |
|
|
|
√ |
|
Baik |
7 |
Menyajikan hasil belajar kelompok |
|
|
√ |
|
|
Cukup |
8 |
Menyimpulkan hasil pembelajaran |
|
|
|
√ |
|
Baik |
Jumlah Skor |
26 |
Baik |
|||||
Sko Maksimal |
40 |
|
|||||
% Skor |
65 |
|
Secara keseluruhan aktivitas siswa dalam pembelajaran pada siklus I dalam kriteria baik dengan jumlah skor 26 dan persentase skor 65%.Meskipun demikian, masih ada beberapa kekurangan yang harus diperbaiki dalam siklus berikutnya. Berdasarkan data hasil penelitian pada siklus I, menunjukkan bahwa siswa belum mampu menyesuaikan pada proses pembelajaran dengan metode SQ3R dalam pembelajaran kooperatif, karena metode pembelajaran itu masih dirasakan sebagai hal yang baru. Hal tersebut dapat dilihat dari beberapa temuan sebagai berikut.
a) Sebagian siswa belum membaca materi pembelajaran yang akan dibahas atau dipelajari di dalam kelas, sehingga siswa kurang siap dalam menerima materi, dan masih merasa kebingungan saat melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode SQ3R dalam pembelajaran kooperatif.
b) Masih banyak siswa yang belum mampu menyusun atau membuat daftar pertanyaan, sehingga guru perlu membimbing mereka dalam menyusun pertanyaan.
2) Siswa masih kurang optimal dalam memahami jawaban atas pertanyaan, sehingga pada saat menyajikan hasil kerja kelompok dan kegiatan diskusi berlangsung, masih banyak siswa yang kurang aktif
3) .Hasil belajar IPS khususnya materi Hubungan Sosial pada siklus I dapat dilihat pada Tabel 1.3 berikut:
Tabel 1.3 Ketuntasan Hasil Belajar IPS Pada Siklus I
No. |
Rentang Nilai |
f |
% Ketuntasan Belajar (KKM = 79) |
1 |
93-100 |
1 |
3,57 |
2 |
86–92 |
0 |
0 |
3 |
79–85 |
18 |
64,29
|
4 |
<79 |
9 |
32,14 |
Dari Tabel 1.3 memperlihatkan hasil belajar IPS materi hubungan sosial siswa pada siklus I, siswa yang mencapai KKM nilai 79 ke atas ada 19 siswa (67,86%) masih ada 9 siswa (32,14%) yang belum mencapai KKM dengan nilai dibawah 79 (belum tuntas belajarnya).
Deskripsi siklus II
Hasil pengamatan pada siklus II adalah sebagai berikut.
1) Data Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran
Data hasil observasi aktivitas siswa dengan pembelajaran menggunakan metode SQ3R dalam pembelajaran kooperatif pada siklusII dapat dilihat pada Tabel 1. 4 berikut:
Tabel 1.4 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II
No |
Indikator |
Skala Penilaian |
Kriteria |
||||
1 |
2 |
3 |
4 |
5 |
|||
1 |
Meneliti secara singkat pada keseluruhan teks (survey) |
|
|
|
√ |
|
Baik |
2 |
Menyusun pertanyaan yang berkaitan dengan pokok bahasan (question) |
|
|
|
|
√ |
Sangat Baik |
3 |
Membaca materi untuk mencari jawaban (read) |
|
|
|
√ |
|
Baik |
4 |
Menjawab pertanyaan melalui diskusi kelompok |
|
|
|
√ |
|
Baik |
5 |
Mengingat kembali dam memahami jawaban atas pertanyaan (recite) |
|
|
|
√ |
|
Baik |
6 |
Meninjau ulang jawaban atas pertanyaan (review) |
|
|
|
√ |
|
Baik |
7 |
Menyajikan hasil belajar kelompok |
|
|
|
|
√ |
Sangat Baik |
8 |
Menyimpulkan hasil pembelajaran |
|
|
|
|
√ |
Sangat Baik |
Jumlah Skor |
35 |
Baik |
|||||
Sko Maksimal |
40 |
|
|||||
% Skor |
87,5 |
|
Secara keseluruhan aktivitas siswa lebih baik dari siklus I. Pada siklus II sebagian besar siswa telah mempersiapkan materi yang akan dipelajari karena siswa diberikan pekerjaan rumah. Hal tersebut tampak dari perolehan skor yang mencapai 35 atau dalam kriteria sangat baik, dengan persentase skor sebesar 87,5%. Dalam kegiatan Question, mereka sudah dapat menyusun pertanyaan-pertanyaan dan menjawabnya dengan baik, sehingga dalan kegiatan diskusi siswa lebih siap dan siswa aktif dalam kegiatan diskusi.Penggunaan peta konsep pada saaat menjelaskan kepada siswa menjadikan siswa lebih tertarik untuk mendengarkan penjelasan guru dan mudah memahami materi.
2). Hasil belajar IPS khususnya materi Hubungan Sosial pada siklus II dapat dilihat pada tabel 1.5 berikut:
Tabel 1.5 Ketuntasan Hasil Belajar IPS Pada Siklus II
No. |
Rentang Nilai |
f |
% Ketuntasan Belajar (KKM = 79) |
1 |
93-100 |
2 |
7,14 |
2 |
86–92 |
11 |
35,71 |
3 |
79–85 |
10 |
39,29 |
4 |
<79 |
5 |
17,86 |
Dari Tabel 1.5 memperlihatkan hasil belajar IPS materi hubungan sosial siswa pada siklus II, siswa yang mencapai KKM nilai 79 ke atas ada 23 siswa (82,14%) masih ada 5 siswa (17,86%) yang belum mencapai KKM dengan nilai dibawah 79.
Berdasarkan data tes hasil belajar siswa pada siklus II diperoleh ketuntasan belajar yang dicapai untuk penilaian kognitif sebesar 82,14% yang menunjukkan ketuntasan belajar klasikal siswa sudah tercapai (> 75%). Dalam proses pembelajaran pada siklus II, aktivitas siswa semakin optimal. Hal ini dapat dilihat dari sebagian besar siswa yang sudah dapat membuat pertanyaan dengan baik.Siswa juga tidak merasa malu-malu lagi untuk menjawab pertanyaan dan mengungkapkan pendapat pada saat diskusi berlangsung.. Guru tidak lagi mendominasi dalam kegiatan diskusi, tetapi guru tetap mengarahkan jalannya diskusi. Berdasarkan hasil refleksi siklus II, maka indikator keberhasilan telah tercapai secara nyata.
Pembahasan Hasil Penelitian
Pembahasan Kondisi awal
Rendahnya hasil belajar IPS siswa kelas VIII C pada materi Hubungan Sosial menunjukkan bahwa siswa mengalami kesulitan mempelajari materi tersebut.Berbagai kesulitan siswa dalam menerima materi Hubungan Sosial membawa konsekuensi bagi guru untuk menciptakan metode belajar yang berbeda dari sebelumnya. Sebagaimana telah dijelaskan bahwa kendala siswa mempelajari Hubungan Sosial diantaranya adalah kesulitan siswa memahami bacaan, karena materi tersebut berbentuk uraian teks yang panjang. Selain itu, keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran juga masih rendah. Beberapa kebiasaan peserta didik seperti rasa malu, malas, kurang berani untuk bertanya dan menjawab pertanyaan, serta mengungkapkan pendapat menyebabkan proses pembelajaran menjadi pasif. Pembelajaran IPS yang dilakukan pada siswa kelas VIII selama ini masih sekedar memberikan konsep-konsep dan kadang menuntut hafalan siswa. Metode ceramah juga masih mendominasi dalam pembelajaran IPS. Guru selalu berperan sebagai sumber informasi utama, dan siswa sebagai sekelompok pendengar, tidak ada variasi pembelajaran bahkan pembelajaran cenderung monoton.Hal inilah yang juga mempengaruhi minat dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS.
Pembahasan Siklus I
.Pada siklus I, aktivitas siswa saat melakukan pembelajaran dengan metode SQ3R dalam pembelajaran kooperatif meskipun termasuk pada kriteria baik, tetapi masih ada kekurangan-kekurangan yang perlu diperbaiki. Hal ini dikarenakan siswa belum mampu menyesuaikan dengan proses pembelajaran dengan metode SQ3R dalam pembelajaran kooperatif, karena metode pembelajaran itu masih dirasakan sebagai hal yang baru.
. Guru masih perlu meningkatkan motivasi belajar siswa. Menurut Mulyasa (2004), upaya meningkatkan motivasi belajar ada beberapa prinsip yang dapat diterapkan, diantaranya: siswa akan belajar lebih giat apabila materi yang dipelajarinya menarik, dan berguna bagi dirinya, pemberian pujian dan hadiah lebih baik daripada hukuman, serta usahakan untuk memperhatikan perbedaan inidvidual siswa, misalnya perbedaan kemampuan, latar belakang, dan sikap terhadap sekolah atau subjek tertentu.
Untuk mengetahui hasil pembelajaran yang telah dilakukan selama siklus I, maka dilakukan evaluasi pada akhir siklus. Ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 67,86%. Hal tersebut menunjukkan bahwa pemahaman siswa belum seperti yang diharapkan yaitu ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 75%.Meskipun demikian hasil belajar tersebut sudah mengalami peningkatan dibanding sebelum penelitian. Ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 28,57% menjadi 67,86%.
Berdasarkan hasil observasi masih ada kekurangan yang perlu diperbaiki, diantaranya siswa masih pasif, dalam kegiatan diskusi guru masih terlihat mendominasi.Peningkatan hasil belajar kognitif terjadi karena menurut Syah (2005) dengan metode SQ3R siswa menjadi pembaca aktif dan terarah langsung pada intisari atau kandungan pokok yang tersirat dan tersurat dalam teks. Sedangkan keberhasilan belajar menurut model belajar kooperatif bukan semata-mata ditentukan oleh kemampuan individu secara utuh melainkan perolehan belajar itu akan semakin baik apabila dilakukan secara bersama-sama dalam kelompok-kelompok belajar yang kecil yang terstruktur dengan baik (Solihatin dan Raharjo, 2007: 5).
Pembahasan Siklus II
Sesuai hasil observasi aktivitas siswa pada siklus II, menunjukkan peningkatan dari siklus I ke siklus II.Pada siklus II sebagian besar siswa telah mempersiapkan materi sebelumnya karena siswa diberikan penugasan berupa pekerjaan rumah.Begitu pun pada kegiatan question, mereka sudah dapat menyusun pertanyaan, mampu menyusun pertanyaan dari bagain-bagian penting yang ada pada teks yang sudah diberi garis bawah.Siswa juga sudah tidak malu lagi untuk menyajikan pekerjaan kelompok dan dan tidak ragu-ragu lagi dalam menjawab pertanyaan, mengungkapkan pendapat, dan menyimpulkan hasil pembelajaran.
Setelah pembelajaran pada siklus II berakhir, maka dilakukan evaluasi. berdasarkan hasil tes,. Untuk hasil belajar afektif, ketuntasan klasikal sebesar 75%. Untuk lembar observasi aktivitas siswa pada siklus II diperoleh persentase 87,5% dengan skor 35 (kategori sangat baik). Keberhasilan pencapaian rata-rata ketuntasan belajar siswa disebabkan beberapa hal sebagai berikut:
1). Siswa telah banyak yang mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan dari temannya sendiri secara baik. Mereka sudah tidak lagi merasa malu dalam mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan, dan memberikan pendapat.
2). SQ3R dalam pembelajaran kooperatif merupakan metode pembelajaran yang baru bagi siswa yang belum pernah diperoleh sebelumnya
3). Motivasi siswa untuk mempelajari konsep atau materi pelajaran IPS menjadi bertambah, karena dalam pembelajaran ini siswa dapat mengajukan pertanyaan yang belum jelas dan menjawab pertanyaan yang diajukan dari teman sendiri.
4). Keberanian siswa bertambah, karena dengan metode SQ3R dalam pembelajaran kooperatif siswa dituntut aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Hambatan
Selama pelaksanaan penelitian terdapat beberapa hambatan yang dapat mempengaruhi hasil penelitian sebagai berikut.
1) Cakupan materi pada pokok bahasan hubungan sosial sangat luas, sedangkan pelaksanaan model pembelajaran SQ3R dalam pembelajaran kooperatif memerlukan waktu lama dan membutuhkan konsentrasi yang tinggi.
2) Adanya keterbatasan bahan ajar, yaitu kurang tersedianya buku-buku penunjang lain yang mendukung buku paket sekolah. Buku yang tersedia di perpustakaan selain jumlahnya terbatas juga macamnya terbatas. Hal ini didukung oleh tanggapan siswa bahwa beberapa siswa merasa kesulitan untuk mencari literatur di perpustakaan.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang upaya meningkatkan hasil belajar dan keaktifan siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Suruh Kabupaten Semarang semester II tahun pelajaran 2016/2017 pada mata pelajaran IPS Terpadu materi Hubungan Sosial melalui penerapan model pembelajaran SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review dalam Pembelajaran kooperatif dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Model pembelajaran SQ3R dalam pembelajaran kooperatif terbukti efektif dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas VIIIC SMP Negeri 3 Suruh pada mata pelajaran IPS materi Hubungan Sosial.
b. b. Model pembelajaran SQ3R dalam pembelajaran kooperatif efektif dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIIIC SMP Negeri 3 Suruh pada mata pelajaran IPS materi Hubungan Sosial. Bukti peningkatan hasil belajar siswa adalah pada siklus I ketuntasan belajar klasikal siswa sebesar 67,86%. Pada siklus II, ketuntasan belajar klasikal siswa meningkat sebesar 82,14%.
Saran
Berdasarkan simpulan hasil penelitian tersebut, maka peneliti mengajukan beberapa saran sebagai berikut.
a. Penerapan model pembelajaran SQ3R dalam pembelajaran kooperatif terbukti sangat efektif dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran, maka sangat dianjurkan bagi guru untuk dapat menerapkannya dalam kegiatan pembelajaran.
b. Penerapan model pembelajaran SQ3R dalam pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan hasil belajar siswa, sehingga metode ini dapat dijadikan alternatif bagi guru dalam kegiatan pembelajaran.
c. Perlu adanya penelitian dan kajian lebih lanjut untuk menyempurnakan penelitian ini sehingga dapat lebih bermanfaat bagi peningkatan hasil belajar siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Arsyad, Ashar. 2007. Media Pembelajaran.Jakarta:Raja Grafindo Persada.
Dahar,Wilis Ratna.2015.Teori – Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Penerbit Erlangga
Dimyati dan Mujiono. 1994. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Proyek Pembinaan dan Peningkatan Mutu Tenaga Kependidikan Dikti, Depdikbud.
Dokumen Isi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. 2012. Jakarta: Dikti.
Kasbolah, Kasihani E.S. 1999. Peneltiian Tindakan Kelas. Malang: Universitas Malang.
Kurniasari, Nita. 2007. Skripsi: Penggunaan Metode Survey, Question, Reat, Recite, Review (SQ3R) dalam Pembelajaran Kooperatif untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ekonomi Pokok Bahasan Sistem Perekonomian Indonesia pada Siswa Kelas VIII SMP NU 01 Muallimin Weleri Tahun Pelajaran 2006/2007.Semarang: UUNES.
Kusuma Dewi, Rini Sustanti. 2010. Skripsi: Penerapan Metode Survey, Question, Read, Recite, Review (SQ3R) dalam Pembelajaran Koopertif untuk Meningkatkan Hasil Belajar Materi Pokok Kewirausahaan pada Siswa Kelas X Semester I SMK Nusantara 1 Comal Tahun Pelajaran 2010/2011. Semarang: UNNES.
Morsey. 1976. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Bandung: Remaja Rosdakarya
Muhibbin Syah.2003. Tehnik Membaca SQ3R.posted 0n 24 Juni 2008 by Ahmad Sudrajad
Sholmin, Aris.2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif Kurikulum 2013. Jakarta
Sudono.2003. Membuat Peserta didik Aktif Belajar. Bandung: Mandar Maju
Widowati, Rosi. 2010. Skripsi: Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahaman dengan Menggunakan Metode SQ3R pada Mata Pelajaran IPS (Survey pada Siswa Kelas IX.PK SMP Muhamadiyah 7 Surakarta Tahun ajaran 2010/2011. Surakarta: UMS.