Peningkatan Motivasi Dan Hasil Belajar Melalui Model Pembelajaran Sosiodrama
PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR
MATA PELAJARAN IPS MATERI PERSIAPAN KEMERDEKAAN RI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN SOSIODRAMA
BAGI SISWA KELAS VIII B SMP NEGERI 5 UNGARAN
PADA SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2015 – 2016
Masnuah Elliyati
SMP Negeri 5 Ungaran Kabupaten Semarang
ABSTRAK
Tujuan Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan bertujuan untuk mengetahui peningkatan motivasi dan hasil belajar Mata Pelajaran IPS materi Persiapan Kemerdekaan RI bagi siswa kelas VIII B SMP Negeri 5 Ungaran pada Semester II Tahun Pelajaran 2015 – 2016 melalui model pembelajaran sosiodrama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui model pembelajaran sosiodrama dapat meningkatkan motivasi belajar siswa yang diukur dengan menggunakan indikator kesiapan siswa mengikuti pelajaran, keterlibatan siswa dalam pelajaran, keaktifan siswa dalam mencari informasi dan materi, keterlibatan siswa dalam kelompoknya, dan semangat rasa ingin tahu siswa, pada saat pembelajaran dengan model pembelajaran sosiodrama dengan kelompok kecil siklus 1 tergolong kategori baik dengan skor 378 (70%). Motivasi belajar siswa pada siklus 2 terjadi peningkatan yang lebih baik, mengalami peningkatan sebesar 13,33% dari 70% pada siklus 1 dan 83,33% pada siklus 2. Melalui model pembelajaran sosiodrama dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang ditunjukkan dari hasil tindakan siklus 1, terjadi peningkatan hasil belajar dibandingkan kondisi awal (pra siklus) sebesar 2,22 dari rata-rata nilai pada kondisi awal (pra siklus) = 72,64 dan siklus 1 = 74,86 diperoleh peningkatan hasil ketuntasan klasikal sebesar 13,89% dari ketuntasan klasikal pada kondisi awal (pra siklus) = 61,11% dan siklus 1 = 75%. Kemudian berdasarkan hasil tindakan siklus 2, terjadi peningkatan hasil belajar dibandingkan tindakan siklus 1 sebesar 5,56 dari rata-rata nilai pada siklus 1 = 74,86 dan siklus 2 = 80,42 diperoleh peningkatan hasil ketuntasan klasikal sebesar 25% dari ketuntasan klasikal pada siklus 1 = 75% dan siklus 2 = 100%.
Kata Kunci: Motivasi Belajar, Hasil Belajar, Model Pembelajaran Sosiodrama
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Hasil belajar Mata Pelajaran IPS di kelas VIII B SMP Negeri 5 Ungaran pada awal Semester II Tahun Pelajaran 2015-2016 belum menunjukkan hasil yang diharapkan. Kenyataan ini ditunjukkan oleh rendahnya hasil ulangan harian, yang menggambarkan bahwa masih banyak siswa yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal. Berdasarkan hasil tes formatif mata pelajaran IPS pokok bahasan persiapan kemerdekaan RI yang dilaksanakan di kelas VIII B SMP Negeri 5 Ungaran, hanya 24 siswa dari 36 siswa yang dapat menguasai materi pembelajaran, sedangkan 12 siswa nilainya kurang dari 75 (di bawah KKM = 75). Ketuntasan klasikal hanya mencapai 61,11% dan rata-rata nilainya 72,64 sedangkan target yang ingin dicapai adalah 75% siswa menguasai materi.
Melihat kenyataan tersebut, ada dua masalah yang terjadi, yaitu: (1) motivasi dan hasil belajar mata pelajaran IPS siswa kelas VIII B SMP Negeri 5 Ungaran pada Semester II Tahun Pelajaran 2015 – 2016 materi Persiapan Kemerdekaan RI masih rendah. (2) guru dalam proses belajar mengajar belum memanfaatkan model pembelajaran yang sesuai. Memperhatikan pembelajaran Mata Pelajaran IPS di kelas VIII dengan materi materi persiapan kemerdekaan RI memberikan penjelasan bahwa metode yang digunakan guru hendaknya tidak cenderung monoton, sehingga tidak menimbulkan kejenuhan.
Upaya yang harus dilakukan adalah menyelaraskan kegiatan pembelajaran yang dikondisikan dengan keterlibatan siswa dengan metode mengajar yang dapat membuat siswa kreatif dalam proses pembelajaran. Salah satu diantaranya adalah pembelajarannya melalui model pembelajaran sosiodrama. Dengan model pembelajaran sosiodrama diharapkan siswa dapat menggali dan menemukan pokok materi secara bersama-sama dalam kelompok atau secara individu.Tindakan tersebut untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar mata pelajaran IPS materi persiapan kemerdekaan RI bagi siswa kelas VIII B SMP Negeri 5 Ungaran pada Semester II Tahun Pelajaran 2015 – 2016. Harapan peneliti setelah proses belajar mengajar menggunakan model pembelajaran sosiodrama, motivasi dan hasil belajar mata pelajaran IPS meningkat.
Perumusan Masalah
1. Apakah melalui model pembelajaran sosiodrama dapat meningkatkan motivasi belajar Mata Pelajaran IPS materi Persiapan Kemerdekaan RI bagi siswa kelas VIII B SMP Negeri 5 Ungaran pada Semester II Tahun Pelajaran 2015 – 2016?
2. Apakah melalui model pembelajaran sosiodrama dapat meningkatkan hasil belajar Mata Pelajaran IPS materi Persiapan Kemerdekaan RI bagi siswa kelas VIII B SMP Negeri 5 Ungaran pada Semester II Tahun Pelajaran 2015 – 2016?
Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar Mata Pelajaran IPS materi Persiapan Kemerdekaan RI bagi siswa kelas VIII B SMP Negeri 5 Ungaran pada Semester II Tahun Pelajaran 2015 – 2016 melalui model pembelajaran sosiodrama.
2. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar Mata Pelajaran IPS materi Persiapan Kemerdekaan RI bagi siswa kelas VIII B SMP Negeri 5 Ungaran pada Semester II Tahun Pelajaran 2015 – 2016 melalui model pembelajaran sosiodrama.
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Siswa
a. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa, siswa lebih aktif dalam belajar dan memberikan kesempatan bagi siswa untuk memahami materi Persiapan Kemerdekaan RI melalui bermain peran yang pernah dialami sehingga lebih bisa dipahami dan menyenangkan.
b. Untuk meningkatkan motivasi dan kreatifitas belajar siswa.
c. Untuk menumbuhkan ketertarikan dan kesukaan siswa terhadap mata pelajaran IPS.
2. Bagi Guru
a. Untuk meningkatkan profesionalisme guru.
b. Untuk mengembangkan kemampuan merencanakan strategi pembelajaran.
c. Meningkatkan pengalaman dalam mengatasi masalah secara ilmiah.
d. Sebagai upaya peningkatan kualitas pembelajaran IPS di kelas.
3. Bagi Sekolah
a. Membangkitkan prestasi belajar siswa.
b. Berkembangnya metode yang efektif dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan maksimal.
c. Meningkatkan kerjasama dengan guru lain.
d. Termotivasinya guru lain untuk menggunakan beberapa model pembelajaran dalam pembelajaran IPS.
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS
Kajian Teori
Hakikat Motivasi
Motivasi pada dasarnya merupakan dorongan yang muncul dari dalam diri sendiri untuk bertingkah laku. Dorongan itu pada umumnya diarahkan untuk mencapai sesuatu atau bertujuan. Keinginan mencapai suatu keberhasilan merupakan pendorong untuk bertingkah laku atau melakukan kegiatan belajar. Motivasi dapat memberikan semangat (dorongan) yang luar biasa terhadap seseorang untuk berperilaku dan dapat memberikan arah dalam belajar. Motivasi ini pada dasarnya merupakan keinginan yang ingin dipenuhi, maka timbul jika ada rangsangan, baik karena adanya kebutuhan maupun minat terhadap sesuatu (Sumiati, 2007:59).
Motivasi belajar adalah sesuatu yang mendorong siswa untuk berperilaku yang langsung menyebabkan munculnya perilaku dalam belajar. Siswa akan melakukan suatu proses belajar betapapun beratnya jika ia mempunyai motivasi tinggi. Motivasi belajar memegang peranan cukup besar terhadap pencapaian hasil. Oleh karena itu, bagi seorang siswa motivasi untuk belajar pada umumnya timbul karena adanya rangsangan, baik yang datang dari dalam dirinya sendiri maupun dari luar dirinya. Motivasipun berkaitan erat dengan tujuan yang ingin dicapai oleh siswa, karena motivasi dan tujuan merupakan bagian penting dari proses belajar mengajar agar mendapatkan hasil yang diinginkan.
Salah satu prinsip motivasi belajar adalah teknik dan proses mengajar yang bermacam-macam adalah efektif untuk memelihara minat murid. Cara mengajar yang bervariasi ini akan menimbulkan situasi belajar yang menantang dan menyenangkan seperti halnya bermain. Motivasi yang besar erat hubungannya dengan kreativitas murid. Dengan mengajar tertentu, motivasi murid-murid dapat ditujukan kepada kegiatan-kegiatan kreatif. Guru dapat menggunakan berbagai cara untuk menggerakkan atau membangkitkan motivasi belajar siswanya: memberi angka, pujian, hadiah, kerja kelompok, persaingan, tujuan, sarkasme, penilaian, karyawisata, film pendidikan dan belajar melalui radio. Karyawisata dan ekskursi dapat membangkitkan motivasi belajar oleh karena dalam kegiatan ini akan mendapat pengalaman langsung dan bermakna baginya. Selain dari itu, karena obyek yang akan dikunjungi adalah obyek yang menarik minatnya. Suasana bebas, lepas dari keterkaitan ruangan kelas besar manfaatnya untuk menghilangkan ketegangan-ketegangan yang ada, sehingga kegiatan belajar dapat dilakukan lebih menyenangkan (Hamalik, 2011:165).
Hakikat Belajar
Belajar bukan suatu tujuan tetapi merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan. Pengalaman diperoleh berkat interaksi antara individu dengan lingkungan. Pengalaman sebagai sumber pengetahuan dan keterampilan, bersifat pendidikan yang merupakan satu kesatuan di sekitar tujuan murid, pengalaman pendidikan bersifat kontinu dan interaktif, membantu integrasi pribadi murid pada garis besarnya pengalaman itu terbagi menjadi dua (Hamalik, 2011:29).
Proses pembelajaran yang berlandaskan atas asas keaktifan belajar, menekankan pada proses belajar siswa, bukan pada proses pembelajaran itu sendiri. Seorang guru yang menginginkan agar siswanya memahami suatu konsep, misalnya guru yang bersangkutan tidak mengajarkan konsep tersebut, tetapi mendorong keaktifan siswa untuk belajar melalui suatu kegiatan tertentu, sehingga menemukan sendiri konsep itu. Upaya guru dalam mengajar hanya memberikan rangsangan, bimbingan, arahan dan dorongan untuk berlangsungnya proses belajar. Munculnya keaktifan belajar siswa merupakan suatu reaksi terhadap rangsangan yang diberikan guru. Oleh karena itu, guru perlu memahami prinsip-prinsip umum bagaimana memberikan rangsangan agar siswa aktif belajar. Keaktifan belajar dapat ditempuh melalui upaya kelompok, dan dapat pula melalui upaya perseorangan. Kegiatan kelompok misalnya dalam diskusi, karya wisata, melaksanakan proyek kegiatan, dan sebagainya. Sedangkan kegiatan perseorangan dapat dilakukan dalam menyelesaikan masalah perseorangan (Sumiati, 2007:25).
Hasil Belajar
Hasil belajar adalah hasil yang dicapai oleh seseorang setelah ia melakukan perubahan belajar, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Mempunyai arti kurang lebih prestasi adalah standart test untuk mengukur kecakapan atau pengetahuan bagi seseorang didalam satu atau lebih dari garis-garis pekerjaan atau belajar. Dalam kamus populer prestasi ialah hasil sesuatu yang telah dicapai (Purwodarminto, 1995:251)
Hasil belajar merupakan tujuan akhir dari proses belajar yang dilakukan. Hasil belajar dapat diketahui dari sejauh mana kemajuan-kemajuan atau hasil yang telah dicapai oleh individu dalam mengikuti proses pembelajaran. Kemajuan hasil belajar dapat dinilai dengan menggunakan ukuran statistika sebagai alat ukur keberhasilan proses pembelajaran yang telah dilakukan baik menurut aspek isi, maupun aspek perilaku (Winkel, 1987:318)
Prestasi belajar merupakan kebulatan pola tingkah laku. Pola tingkah laku tersebut terlihat pada perbuatan reaksi dan sikap siswa secara fisik maupun mental. Hasil yang dicapai akan mendapat tempat di dalam perbendaharaan pengetahuan siswa. Selanjutnya setiap penambahan pengetahuan akan mempengaruhi perbendaharaan itu secara menyeluruh. Prestasi belajar yang diperoleh masing-masing siswa dapat berbeda-beda. Perbedaan hasil belajar setiap siswa tidak lepas dari faktor-faktor yang sangat berpengaruh di dalam proses belajar dan pencapaian hasil belajar siswa. Prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai seseorang, dimana setiap kegiatan belajar dapat menimbulkan suatu perubahan yang khas, hasil belajar yang tampak pada suatu prestasi yang diberikan kepada siswa. Dengan demikian prestasi belajar merupakan hasil yang telah dicapai setelah seseorang mengadakan suatu kegiatan belajar terwujud dalam bentuk suatu nilai hasil belajar yang diberikan oleh guru (Darsono, 2000:16).
Materi Pembelajaran IPS
IPS pada hakikatnya adalah telaah tentang manusia dalam hubungan sosial dan masyarakat. Manusia sebagai makhluk sosial akan mengadakan hubungan sosial dengan sesamanya, mulai dari keluarga sampai masyarakat, baik pada lingkup lokal, nasional, regional, bahkan global. Hal ini sebagaimana diungkap oleh Nursid Sumaatmadja (2007:1.3) bahwa setiap orang sejak lahir, tidak terpisahkan dari manusia lain. Selanjutnya, dalam pertumbuhan jasmani dan perkembangan rohani sesuai dengan penambahan umur, pengenalan dan pengalaman seseorang terhadap kehidupan masyarakat di lingkungan sekitarnya yang makin berkembang dan meluas.
Ruang lingkup materi IPS meliputi perilaku sosial, ekonomi dan budaya manusia di masyarakat. Masyarakat merupakan sumber utama IPS. Aspek kehidupan sosial terkait dengan ruang tempat tinggalnya apapun yang dipelajari, apakah itu hubungan sosial, ekonomi, budaya, kejiwaan, sejarah, geografis ataukah politik, sumbernya adalah masyarakat. Sebagaimana dijelaskan oleh Winataputra (2007:1.48), bahwa visi pendidikan IPS sebagai program pendidikan yang menitikberatkan pada pengembangan individu peserta didik sebagai aktor sosial yang mampu mengambil keputusan yang bernalar dan sebagai warga negara yang cerdas, memiliki komitmen, bertanggungjawab dan partisipatif. Melalui pendidikan IPS, peserta didik dibina dan dikembangkan kemampuan mental serta intelektualnya menjadi warga negara yang memiliki keterampilan dan kepedulian sosial serta bertanggungjawab terhadap pembangunan nasional dengan memanfaatkan potensi sumber daya yang ada secara optimal dan lestari.
Proses pembelajaran IPS di SMP, tidak menekankan pada aspek teoritis keilmuannya, melainkan lebih menekankan pada segi praktis mempelajari, menelaah, serta mengkaji gejala dan masalah sosial.
Metode dan Model Pembelajaran
Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Metode mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan belajar mengajar. Kemampuan yang diharapkan dapat dimiliki anak didik, akan ditentukan oleh kerelevansian penggunaan suatu metode yang sesuai dengan tujuan. Itu berarti tujuan pembelajaran akan dapat dicapai dengan penggunaan metode yang tepat, sesuai dengan standar keberhasilan yang terpatri didalam suatu tujuan. Dalam kegiatan belajar mengajar metode dipergunakan oleh guru dan penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir. Seorang guru tidak akan dapat melaksanakan tugasnya bila ia tidak menguasai satupun metode mengajar yang telah dirumuskan dan dikemukakan para ahli psikologi dan pendidikan (Bahri, 1995:72).
Metode pembelajaran yang digunakan pada dasarnya hanya berfungsi sebagai bimbingan agar siswa belajar. Metode pembelajaran pada umumnya ditujukan untuk membimbing belajar dan memungkinkan setiap individu siswa dapat belajar sesuai dengan bakat dan kemampuan masing-masing (Sumiati, 2007:91-96).
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yaitu: 1) Hasil Belajar akademik. Meskipun pembelajaran kooperatif meliputi berbagai macam tujuan sosial, pembelajaran kooperatif juga bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit. 2) Penerimaan terhadap Perbedaan Individu. Pembelajaran kooperatif memberi peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama, dan melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai satu sama lain. 3) Pengembangan Keterampilan Sosial. Pengembangan keterampilan sosial berguna untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi (Ibrahim, 2000:7-9).
Macam-macam tipe model pembelajaran Cooperative Learning, antara lain: Role Playing (bermain peran / sosiodrama), Problem Based Intruction (PBI), Course Review Horay (Bingo), Mind Mapping (peta pikiran), Change of pairs (tukar pasangan), Debate, Group Investigation, Group to arround (keliling kelompok), Snowball Throwing, Student Teams Achievement Divisions (STAD), Team Game Tournament (TGT), Jigsaw, Simulation dan Demonstration.
Model Pembelajaran Sosiodrama
Menurut Moreno, sosiodrama adalah satu berpengalaman grup sebagai satu jalan utuh untuk eksplorasi sosial dan transformasi konflik antar kelompok (Kellermann, 2007:1) Sosiodrama menurut Wingkel (1993) merupakan dramatisasi dari berbagai persoalan yang dapat timbul dalam pergaulan dengan orang-orang lain, termasuk konflik yang sering dialami dalam pergaulan sosial.
Menurut Wiryaman (2000:1-27) bahwa model pembelajaran sosiodrama merupakan model pembelajaran dengan cara mempertunjukkan kepada siswa tentang masalah-masalah dengan cara mempertunjukkan kepada siswa masalah hubungan sosial tersebut didramatisasikan oleh siswa di bawah pimpinan guru. Djamarah (2000:200) berpendapat bahwa model sosiodrama adalah cara mengajar yang memberikan kesempatan anak didik untuk melakukan kegiatan memainkan peranan tertentu yang terdapat dalam kehidupan masyarakat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:855), bahwa sosiodrama adalah drama yang bertujuan memberikan informasi kepada masyarakat tentang masalah sosial dan politik.
Jusuf Djajadisastra (1985:13) mendefinisikan model sosiodrama adalah suatu model pembelajaran dimana guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan kegiatan memerankan peranan tertentu seperti yang terdapat dalam kehidupan masyarakatnya atau kejadian-kejadian sosial lainnya. Adapun menurut Roestiyah (2008:90) sosiodrama adalah mendramatisasikan tingkah laku, atau ungkapan gerak-gerik wajah seseorang dalam hubungan sosial antar manusia.
Model pembelajaran sosiodrama dalam aplikasinya melibatkan beberapa siswa untuk dapat memainkan peranannya terhadap suatu tokoh, dan di dalam memainkan peranan siswa tidak perlu menghapal naskah, mempersiapkan diri, dan sebagainya. Pemain hanya berpegangan pada judul dan garis besar skenarionya, dan apa yang dikatakannya. Semua diserahkan kepada penghayatan siswa pemeran pada saat itu, sehingga mereka dibawa ke dalam peristiwa seperti yang pernah terjadi, dan mereka belajar untuk memahami dan menghayati setiap kisah agar dapat mengaplikasikan kemudian.
Dari beberapa pendapat dan definisi tentang sosiodrama dapat disimpulkan bahwa suatu model pembelajaran sosiodrama adalah pembelajaran dimana guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan kegiatan memerankan peranan tertentu seperti yang terdapat dalam masalah-masalah sosial, sehingga memahami mengenai masalah-masalah sosial, yang dapat melatih siswa untuk memahami cara untuk menyelesaikan masalah-masalah sosial yang menghambat atau yang menyebabkan kepercayaan diri menjadi rendah. Selain itu pula dengan metode sosiodrama ini melatih siswa dalam memahami kemampuan akan yang dimiliki.
Tujuan sosiodrama bagi siswa adalah: 1) siswa berani mengungkapkan pendapat secara lisan; 2) memupuk kerjasama diantara para siswa; 3) siswa menunjukkan sikap berani dalam memerankan tokoh yang diperankan; 4) siswa menjiwai tokoh yang diperankan; 5) siswa memberikan tanggapan terhadap pelaksanaan jalannya sosiodrama yang telah dilakukan; 6) melatih cara berinteraksi dengan orang lain. Sedangkan manfaat sosiodrama adalah: 1) siswa tidak saja mengerti persoalan-persoalan psikologis, tetapi mereka juga ikut merasakan perasaan dan pikiran orang lain bila berhubungan dengan sesama manusia; 2) siswa dapat menempatkan diri pada tempat orang lain dan memperdalam pengertian mereka tentang orang lain.
Kerangka Tindakan
Hasil belajar mata pelajaran IPS pada awal semester I Tahun Pelajaran 2015-2016 belum menunjukkan hasil yang diharapkan. Motivasi dan hasil belajar mata pelajaran IPS siswa kelas VIII B SMP Negeri 5 Ungaran masih rendah. Berdasarkan hasil refleksi, kenyataannya guru dalam proses belajar mengajar belum memanfaatkan model pembelajaran yang sesuai.
Tindakannya yaitu memanfaatkan model pembelajaran sosiodrama dalam kelompok klasikal pada kegiatan pembelajaran. Tindakan tersebut untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar mata pelajaran IPS materi persiapan kemerdekaan RI bagi siswa kelas VIII B SMP Negeri 5 Ungaran pada Semester II Tahun Pelajaran 2015 – 2016. Dengan model pembelajaran sosiodrama diharapkan siswa dapat menggali dan menemukan pokok materi secara bersama-sama dalam kelompok atau secara individu. Harapan peneliti setelah proses belajar mengajar menggunakan model pembelajaran sosiodrama, maka motivasi dan hasil belajar mata pelajaran IPS siswa kelas VIII B SMP Negeri 5 Ungaran meningkat.
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka berpikir, hipotesis dalam penelitian tindakan kelas ini adalah melalui model pembelajaran sosiodrama dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar Mata Pelajaran IPS materi Persiapan Kemerdekaan RI bagi siswa kelas VIII B SMP Negeri 5 Ungaran pada Semester II Tahun Pelajaran 2015 – 2016.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan pada Semester II Tahun Pelajaran 2015 – 2016 selama 3 bulan, dimulai bulan Januari sampai bulan Maret 2016. Penelitian dilakukan pada hari-hari efektif sesuai dengan jadwal pelajaran.
Tempat penelitian berada di SMP Negeri 5 Ungaran Kabupaten Semarang. Peneliti sebagai guru Mapel IPS yang ditugasi mengajar kelas VIII B, sedangkan penelitian yang dilakukan ini berada di kelas VIII B pada Semester II Tahun Pelajaran 2015-2016.
Subyek penelitian ini adalah peserta didik kelas VIII B SMP Negeri 5 Ungaran Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2015 – 2016 sejumlah 36 siswa yang terdiri dari 19 siswa laki-laki dan 17 siswa perempuan. Obyek penelitian ini adalah: peningkatan motivasi dan hasil belajar bagi siswa kelas VIII B SMP Negeri 5 Ungaran pada Semester II Tahun Pelajaran 2015-2016 ketika terjadi proses pembelajaran mata pelajaran IPS tentang persiapan kemerdekaan RI.
Data yang didapatkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari data kualitatif yang berupa informasi rekaman keaktifan dan keterlibatan siswa selama proses pembelajaran berlangsung dan hasil belajar yang dicapai akan dianalisis secara deskriptif kualitatif. Untuk menyusun laporan penelitian ini, penulis menggunakan metode pengumpulan data dokumentasi dan observasi langsung. Analisis data menggunakan teknik deskriptif komparatif yaitu membandingkan data motivasi belajar siswa pada kondisi awal dengan motivasi belajar siswa pada siklus 1 dan siklus 2. Motivasi belajar siswa di dalam kelas ketika mengikuti proses pembelajaran diukur menggunakan beberapa indikator yaitu: kesiapan siswa mengikuti pelajaran, keterlibatan siswa dalam pelajaran, keaktifan siswa dalam mencari informasi dan materi, keterlibatan siswa dalam kelompoknya, dan semangat rasa ingin tahu siswa. Begitupun untuk data hasil belajar siswa pada kondisi awal dibandingkan dengan data hasil belajar siswa pada siklus 1 dan siklus 2.
Prosedur tindakan masing-masing siklus mencakup empat tahap kegiatan, yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan (acting), pengamatan (observing) dan refleksi (reflecting). Kegiatan tindakan pada siklus 1 dilakukan di ruang kelas dengan model pembelajaran sosiodrama agar siswa tidak jenuh dengan suasana kelas dan bisa lebih leluasa melakukan kegiatan pembelajaran. Pada pelaksanaan pembelajaran siklus 1 peneliti menggunakan model pembelajaran sosiodrama dengan kelompok kecil untuk memperjelas materi pembelajaran dan mengatasi kebosanan pada siswa. Penelitian tindakan kelas pada siklus 1 ini dilaksanakan dalam 1x pertemuan pada hari Kamis tanggal 21 Januari 2016. Setelah pelaksanaan tindakan, dilakukan kegiatan evaluasi sesuai dengan hasil analisis sebelumnya. Kegiatan tindakan pada siklus 2 juga dilakukan di ruang kelas dengan model pembelajaran sosiodrama secara klasikal. Pada pelaksanaan pembelajaran siklus 2 peneliti menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual dengan model pembelajaran sosiodrama secara klasikal untuk memperjelas materi pembelajaran dan mengatasi kebosanan pada siswa. Penelitian tindakan kelas pada siklus 2 ini dilaksanakan dalam 1x pertemuan pada hari Sabtu tanggal 30 Januari 2016. Setelah pelaksanaan tindakan, dilakukan kegiatan evaluasi lagi dengan soal tentang persiapan kemerdekaan RI sesuai dengan hasil analisis sebelumnya. Hasil evaluasi perbaikan tersebut dianalisis kembali.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Kondisi Awal
Kondisi awal sebelum diadakan tindakan penelitian, peneliti melaksanakan pembelajaran materi tentang proses persiapan kemerdekaan RI dengan pembelajaran konvensional (Senin, 11 Januari 2016), setelah selesai peneliti mengadakan evaluasi belajar yang dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 14 Januari 2016. Peneliti melaksanakan penilaian analisis evaluasi, peneliti merasa kecewa dengan hasil belajar siswa. Ternyata rata-rata kelas tergolong rendah yaitu 72,64. Nilai ini sangat jauh dari ketuntasan minimal (KKM) yang ditentukan sekolah yaitu 75. Siswa yang mencapai ketuntasan ada 24 siswa (61,11%) sedangkan 12 siswa lain (38,89%) dinyatakan tidak tuntas.
Hasil pengamatan peneliti pada kondisi awal proses pembelajaran, dengan model pembelajaran konvensional (ceramah dan tanya jawab), nampak bahwa beberapa siswa tidak memiliki motivasi dan tidak memperhatikan guru dalam mengajar. Simpulan yang dapat ditarik pada pra siklus yang diperoleh peneliti dan guru kolaborasi adalah:
1. Siswa kelas VIII B SMP Negeri 5 Ungaran merasa tidak tertarik dan tidak memiliki motivasi belajar dengan materi yang diajarkan.
2. Siswa membutuhkan model pembelajaran yang menarik sesuai dengan materi pembelajaran.
Deskripsi Data Siklus 1
Tindakan siklus 1 dilaksanakan setelah merefleksi pembelajaran pada pra siklus (kondisi awal), hasil belajar materi proses persiapan kemerdekaan RI masih rendah serta perilaku siswa terhadap pembelajaran kurang termotivasi. Dengan dasar simpulan pada refleksi pra siklus, maka peneliti membuat perencanaan dengan perbaikan yakni dengan model pembelajaran sosiodrama dengan kelompok kecil.
Perlakuan tindakan model pembelajaran sosiodrama dengan kelompok kecil dilaksanakan pada hari Kamis 21 Januari 2016 jam pelajaran ke 1-2. Guru kolaborasi menemani peneliti dengan mengadakan pengamatan/ observasi tentang proses pembelajaran.
Dilihat dari hasil observasi yang dilakukan oleh guru kolaborasi pada siklus 1 menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa dalam pembelajaran Mapel IPS materi persiapan kemerdekaan RI dalam kategori baik dengan skor 378 (70%). Hasil belajar pada siklus 1 ini dengan Kriteria Ketuntasan Minimal 75 sudah tampak adanya peningkatan daripada kondisi awal ditunjukkan dengan perolehan rata-rata kelas 74,86. Siswa yang mencapai ketuntasan ada 27 siswa (75%) sedangkan 9 siswa lain (25%) dinyatakan belum tuntas.
Deskripsi Data Siklus 1
Siklus 2 merupakan pemberlakuan tindakan lanjutan dari refleksi pada siklus 1 menggunakan model pembelajaran sosiodrama secara klasikal, tetapi instrumen evaluasi berbeda dengan asumsi apakah hasil penelitian ini konsisten pada diri siswa jika soal berbeda, dimana kegiatan ini merupakan upaya meningkatkan hasil belajar pada siklus 1. Perlakuan tindakan pembelajaran menentukan hasil belajar materi persiapan kemerdekaan RI bagi siswa kelas VIII B SMP Negeri 5 Ungaran. Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 30 Januari 2016 jam pelajaran ke 1-2, dengan selang waktu 9 hari setelah siklus 1 dilaksanakan.
Dilihat dari hasil observasi yang dilakukan oleh guru kolaborasi pada siklus 2 menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa dalam pembelajaran Mapel IPS materi persiapan kemerdekaan RI dalam kategori baik dengan skor 450 (83,33%). Hasil belajar pada siklus 2 ini dengan Kriteria Ketuntasan Minimal 75 sudah tampak adanya peningkatan dibandingkan pada siklus 1 ditunjukkan dengan perolehan rata-rata kelas 80,42. Siswa yang mencapai ketuntasan ada 36 siswa (100%).
Pembahasan
Berdasarkan hasil observasi guru dengan teman guru sejawat sebagai kolaborator pada siklus 1 dengan perlakuan model pembelajaran sosiodrama dengan kelompok kecil diperoleh hasil bahwa aktivitas dan motivasi belajar siswa pada saat pembelajaran dengan model pembelajaran sosiodrama dengan kelompok kecil tergolong kategori baik dengan skor 378 (70%). Rata-rata aktivitas siswa ketika memperhatikan penjelasan guru dan sebagian besar siswa lebih fokus, cermat, antusias dan aktif dalam mengikuti pembelajaran. Tingkat kerjasama mereka dalam kelompok juga tergolong baik. Hal ini membuktikan bahwa mereka mampu bekerja sesuai dengan langkah kerja dan setiap anggota melaksanakan tugasnya.
Berdasarkan hasil observasi guru dengan teman guru sejawat sebagai kolaborator pada siklus 1 diperoleh hasil bahwa aktivitas dan motivasi belajar siswa pada saat pembelajaran dengan model pembelajaran sosiodrama secara klasikal tergolong kategori baik dengan skor 450 (83,33%). Rata-rata aktivitas siswa ketika memperankan tokoh dalam sosiodrama dengan tingkat kerjasama mereka dalam kelompok juga tergolong baik.
Jika dibandingkan motivasi belajar kondisi awal menggunakan model pembelajaran yang konvensional lebih banyak pada ceramah dan tanya jawab antara guru dan siswa dengan motivasi belajar pada siklus 1 menggunakan model pembelajaran sosiodrama dengan kelompok kecil, jelaslah terjadi peningkatan yang lebih baik. Motivasi belajar siswa pada siklus 2 dibandingkan dengan siklus 1 yang mengalami peningkatan sebesar 13,33% dari 70% pada siklus 1 dan 83,33% pada siklus 2.
Perubahan hasil belajar ini tidak lepas dari persepsi yang positif terhadap kegiatan pembelajaran dan kinerja guru dalam pembelajaran. Pada indikator keberhasilan diharapkan pada akhir siklus 1, hasil ketuntasan klasikal minimal 75% peserta didik di kelas VIII B SMP Negeri 5 Ungaran mampu memahami materi persiapan kemerdekaan RI dengan memenuhi kriteria ketuntasan minimal sebesar 75 dan pada akhir siklus 2, hasil ketuntasan klasikal minimal 85%.
Hasil evaluasi pada kegiatan pra siklus, secara klasikal dengan KKM 75 yang mencapai ketuntasan ada 24 siswa (61,11%) sedangkan 12 siswa lain (38,89%) dinyatakan tidak tuntas dengan rata-rata nilai = 72,64. Berdasarkan hasil tindakan siklus 1, terjadi peningkatan hasil belajar dibandingkan kondisi awal (pra siklus) dari rata-rata nilai pada kondisi awal (pra siklus) = 72,64 dan siklus 1 = 74,86. Dari rata-rata nilai pada kondisi awal dengan perlakuan model pembelajaran sosiodrama pada siklus 1 diperoleh peningkatan hasil belajar sebesar 2,22 atau 3,05% dan peningkatan ketuntasan klasikal sebesar 13,89% dari ketuntasan klasikal pada kondisi awal (pra siklus) = 61,11% dan siklus 1 = 75%. Kemudian berdasarkan hasil tindakan siklus 2, terjadi peningkatan hasil belajar dibandingkan tindakan siklus 1 dari rata-rata nilai pada siklus 1 = 74,86 dan siklus 2 = 80,42. Dari rata-rata nilai pada siklus 1 dengan perlakuan model pembelajaran sosiodrama pada siklus 2 diperoleh peningkatan hasil belajar sebesar 5,56 atau 7,42% dan peningkatan ketuntasan klasikal sebesar 25% dari ketuntasan klasikal pada siklus 1 = 75% dan siklus 2 = 100%.
Perubahan hasil belajar dari setiap siklusnya merupakan pengaruh positif dari motivasi belajar siswa. Dengan diterapkannya model pembelajaran sosiodrama, motivasi dan hasil belajar siswa mengalami peningkatan dan berada dalam kategori tinggi. Adanya peningkatan hasil belajar ini karena pembelajaran menggunakan model pembelajaran sosiodrama membawa siswa pada keadaan yang lebih rileks terutama saat penggunaan model pembelajaran sosiodrama karena lebih menerapkan kegiatan tutorial sebaya yang lebih mengutamakan adanya kerjasama dan komunikasi yang baik antar siswa. Pembelajaran tutor sebaya ini menganut sistem gotong royong yang dapat mencegah timbulnya agresivitas dalam sistem kompetisi dan keterasingan dalam sistem individu. Pembelajaran ini ternyata mampu menciptakan norma-norma yang mendukung akademik di kalangan siswa yang mempunyai dampak terhadap hasil belajar siswa.
Dengan adanya model pembelajaran sosiodrama, bagi siswa yang merasa mampu akan memberikan masukan yang berarti bagi teman kelompoknya pada saat melakukan pembagian peran maupun mengemukakan pendapat. Kondisi ini berdampak positif terhadap hasil belajar siswa, sebab siswa akan merasa nyaman mendapat bantuan dari teman lainnya daripada oleh gurunya. Keberhasilan yang dicapai tercipta juga karena hubungan antar siswa yang saling mendukung, saling membantu dan peduli. Siswa yang lemah mendapat masukan dari siswa yang relatif kuat, sehingga menumbuhkan motivasi belajarnya. Motivasi inilah yang berdampak positif terhadap hasil belajar.
Secara umum terjadinya perubahan hasil belajar ini karena dalam pembelajaran ini dikembangkan keterampilan berpikir dan kerjasama, hubungan antara pribadi yang positif dari latar belakang yang berbeda, menerapkan bimbingan antar teman, dan tercipta lingkungan yang menghargai nilai-nilai ilmiah yang dapat membangun motivasi belajar pada siswa. Hal ini sesuai dengan manfaat yang dapat diambil dalam proses model pembelajaran sosiodrama ini antara lain: 1) ada peningkatan hasil belajar bagi beberapa anak yang enggan atau takut pada gurunya. Hal ini dikarenakan siswa tidak enggan atau takut untuk menanyakan apa yang menjadi kesulitannya kepada teman sendiri. 2) Mempererat hubungan antara sesama teman sehingga perasaan sosialnya semakin kuat. 3) Bagi guru akan memperkuat konsep yang telah diterima karena dengan mengajarkan kembali materi yang telah diberikan sebelumnya.
PENUTUP
Simpulan
- Melalui model pembelajaran sosiodrama dapat meningkatkan motivasi belajar Mata Pelajaran IPS materi Persiapan Kemerdekaan RI bagi siswa kelas VIII B SMP Negeri 5 Ungaran pada Semester II Tahun Pelajaran 2015 – 2016.
- Melalui model pembelajaran sosiodrama dapat meningkatkan hasil belajar Mata Pelajaran IPS materi Persiapan Kemerdekaan RI bagi siswa kelas VIII B SMP Negeri 5 Ungaran pada Semester II Tahun Pelajaran 2015 – 2016.
- Melalui model pembelajaran sosiodrama dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar Mata Pelajaran IPS materi Persiapan Kemerdekaan RI bagi siswa kelas VIII B SMP Negeri 5 Ungaran pada Semester II Tahun Pelajaran 2015 – 2016 secara teoritik atau empirik atau kedua-duanya.
Saran
- Untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Mapel IPS, diharapkan guru Mapel IPS menerapkan model pembelajaran yang mudah diterima oleh siswa.
- Kepada pihak sekolah agar memaksimalkan sarana dan prasarana yang ada di sekolah, khususnya media pembelajaran yang sangat membantu siswa dalam memahami materi pelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Nugroho. 1999. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta
Arikunto, Suharsimi. 2001 Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (edisi revisi). Jakarta: Bumi Aksara
Baharudin dan Nur Wahyuni, Esa. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Darsono, M. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press
Djajadisastra, Jusuf. 1985. Meningkatkan Motivasi Belajar. Jakarta: Erlangga
Djamarah. 2000. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta
Engkoswara. 1984. Bermain Peran dalam Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Hasan. 2006. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Hamalik, Oemar. 2009. Psikologi Belajar dan Mengajar. Jakarta: Sinar Baru Algesindo
——————–. 2011. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara
Ibrahim, M dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press.
Kellermann. 2007. Sociodrama anda Collective Trauma. London: Jessica KB
Moedjiono. 2005. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 103 Tahun 2013 tentang Pembelajaran Pada Pendidikan Dasar dan Menengah
Purwodarminto WJS, 1995. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Roestiyah. 2008.Bimbingan dan Penyuluhan Di Sekolah. Bandung: CV. Ilmu
Saptono, Sigit. 2003. Paparan Kuliah Strategi Belajar Mengajar Biologi. Semarang: Jurusan Biologi FMIPA UNNES
Sumaatmadja, Nursid. 2007. Konsep dasar IPS. Jakarta: UT
Sumiati. 2007. Metode Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima
Syaiful, Bahri dan Zain. 1995. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta