Model Student Team Achievement Division Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
MENERAPKAN MODEL STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MENEMUKAN TEMA SYAIR BERDASARKAN INTI PENGUNGKAPAN SYAIR
DI KELAS IX-D SMP NEGERI 1 HABINSARAN TP.2018/2019
Sulastri Nababan
SMP Negeri 1 Habinsaran
ABSTRAK
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan menggunakan ruangan kelas sebagai wadah beserta dengan siswa yang ada didalamnya dimana proses pembelajaran sebagai sasaran utama. Penelitian dalam hal ini adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sumber data dilakukan melalui penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian tindakan Kelas ini adalah siswa Kelas IX-D Sm.Ganjil SMP Negeri 1 Habinsaran dengan sampel berjumlah 32 orang terdiri dari 19 perempuan dan 13 laki-laki penelitian kelas ini diambil berdasarkan hasil observasi terhadap kelas yang akan diteliti dengan dasar penarikan sampel dengan mengikut sertakan seluruh populasi.
Setelah dilakukan penerapan metode Penerapan model STAD pada siklus I nilai rata-rata hasil belajar siswa meningkat 80,08 dari perolehan nilai meningkat 7,75 nilai awal menjadi 80,08 pada siklus I, dengan jumlah siswa yang tuntas 26 orang dan yang belum tuntas 6 orang. Pada siklus II nilai rata-rata kelas lebih meningkat lagi, siswa yang tuntas 31 orang (97,00) sedangkan yang belum tuntas 1 orang (3,00%) dengan nilai rata-rata 86,95. Jadi selisih peningkatan nilai rata-rata siswa pada siklus I dan siklus II sebesar 6.87%. Hal ini berarti pembelajaran dengan menerapkan model STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan Kemampuan menemukan tema syair berdasarkan inti pengungkapan syair
Kata Kunci: Model STAD , Tema Syair
PENDAHULUAN
Kenyataan menunjukkan pada masa sekarang ini di SMP Negeri 1 Habinsaran, masih banyak di antara guru dalam mengajar di sekolah kurang menggunakan keterampilan mengembangkan materi dalam pembelajaran menerapkan model pembelajaran, sehingga banyak siswa yang selalu jenuh, sehingga mengakibatkan tujuan belajar tidak tercapai.
Penggunaan pendekatan pembelajaran kooperatif memberikan banyak manfaat dalam proses belajar mengajar terutama dalam meningkatkan prestasi akademis siswa. Pendekatan pembelajaran dengan penerapan model merupakan pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada keaktifan siswa yang berbentuk kelompok sehingga saling ketergantungan positif serta menuntut tiap anggota kelompok saling membantu demi keberhasilan kelompok dan menuntut adanya akuntabilitas individual. Dalam pelaksanaan pembelajaran siswa bukan sekedar objek dalam pemeblajaran namun harus dapat kita posisikan sebagai subjek atau pelaku dari pembelajaran itu sendiri.
Penerapan model student team achievement division (STAD) merupakan metode pembelajaran yang menarik perhatian siswa dimana guru secara langsung menjadikan materi pelajaran di persiapkan materi diskusi untuk dikerjakan secara bersama-sama siswa di dalam kelomponya yang telah di persiapkan sebelumnya dengan materi yang bervariasi untuk setiap kelompoksiswa. Dalam melakukan proses belajar siswa perlu mengikuti aturan tertentu untuk mencapai tujuan yang akan dicapai sesuai kompetensinya dengan model STAD dapat meningkatkan minat dan motivasi siswa dalam belajar karena dengan model ini siswa dapat menunjukkan kemampuan dalam memahami dan menganalisa materi pembelajaran secara spesifik dalam diskusi kelompok. Pembelajaran penerapan model STAD merupakan cara mengajar yang dilaksanakan dalam bentuk praktek dimana cara menyampaikan pelajaran siswa langsung dengan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran.
KAJIAN PUSTAKA
Model pembelajaran yang menarik dan variatif akan berimplikasi pada minat maupun motivasi peserta didik dalam mengikuti proses belajar mengajar di kelas. Dengan penerapan kurikulum KTSP dan tuntutan untuk mengembangkan model pembelajaran kreatif maka Guru harus pula mampu mengikuti tuntutan perkembangan dunia pendidikan terkini. Guru harus berani berinovasi dan beradaptasi dengan metode pembelajaran PAIKEM seperti Talking Stick, Example non Example, Think Pair Share dan tidak hanya terpaku pada metode ceramah saja. Untuk memperjelas mengapa model pembelajaran perlu dikembangkan secara berkesinambungan, kita harus kembali pada pengertian model pembelajaran secara umum. Beberapa pengertian model pembelajaran menurut pendapat tokoh pendidikan antara lain: dikemukakan oleh Colin Marsh (1996: 10) yang menyatakan bahwa “ Guru harus memiliki kompetensi mengajar, memotivasi peserta didik, membuat model instruksional, mengelola kelas, berkomunikasi, merencanakan pembelajaran, dan mengevaluasiâ€. Model pembelajaran menurut Joyce (Trianto, 2011:5) adalah “Suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lainâ€.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan menggunakan ruangan kelas sebagai wadah beserta dengan siswa yang ada didalamnya dimana proses pembelajaran sebagai sasaran utama. Subjek penelitian tindakan Kelas ini adalah siswa Kelas IX-D Sm.Ganjil SMP Negeri 1 Habinsaran dengan sampel berjumlah 32 orang terdiri dari 19 perempuan dan 13 laki-laki penelitian kelas ini diambil berdasarkan hasil observasi terhadap kelas yang akan diteliti dengan dasar penarikan sampel dengan mengikut sertakan seluruh populasi
Prosedur dalam penelitian ini direncanakan dua siklus. Adapun tahapannya sbb:
Siklus I
a. Tahap Perencanaan, Kegiatan yang dilakukan adalah:
1) Merencanakan tindakan yaitu penyusunan skenario pembelajaran.
2) Mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran
3) Mempersiapkan materi ajar dengan menggunakan model student team achievement division (STAD)
4) Merancang pembagian kelompok dibagi menjadi 5 kelompok dari 25 siswa
5) Menyusun alat evaluasi untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam setiap siklus dengan diterapkannya model student team achievement division (STAD)
6) Tahap Pelaksanaan Tindakan
7) Setelah perencanaan disusun, kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melaksanakan rencana pembelajaran yang telah dilaksanakan. Adapun langkah-langkah pembelajarannya yaitu:
§ Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok
§ Guru memberikan LKS kepada masing-masing siswa
§ Guru meminta siswa melakukan pengamatan menganalisis mengkaji untuk menjawab soal yang ada di lembar kerja siswa (LKS).
§ Guru menjelaskan secara singkat tentang materi pembelajaran
§ Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan hambatan kesulitan yang dialami selama proses pembelajaran
§ Guru memberikan kesimpulan bersama dengan siswa
b. Tahap Refleksi
Kegiatan refleksi dilakukan untuk melihat perkembangan pelaksanaan membuat kesimpulan serta melihat kesesuaian yang dicapai dengan yang diinginkan dalam pembelajaran yang pada akhirnya ditemukan kelemahan maupun kekurangan dalam pembelajaran siswa, untuk kemudian diperbaiki pada siklus II.
Setelah siklus I dilakukan belum mendapat hasil yang maksimal, maka dalam hal ini dilakukan Siklus II dengan tahapan yang sama sebagai berikut:
Siklus II
a. Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan siklus II merupakan tahap refleksi dari siklus I. Pada tahap ini guru dapat mengetahui seberapa banyak siswa yang kurang berhasil dalam belajar dan mempokuskan kesulitan yang dialami siswa pada siklus I.
Dari hasil evaluasi dan analisis yang dilakukan pada tindakan pertama dengan menemukan alternative permasalahan yang muncul pada siklus I yang selanjutnya diperbaiki pada siklus II dengan kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan yaitu:
1. Mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran baru sesuai dengan permasalahan yang muncul pada siklus I dengan terhadap materi pelajaran, setelah dilakukan diagnose tentang kemampuan siswa.
2. Sebelum masuk materi baru terlebih dahulu membahas soal mengenai tes pada siklus I sehingga siswa dapat menyelesaikan soal
3. Guru memberi pengarahan kepada siswa untuk lebih teliti dan semangat lagi untuk mengatasi kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal.
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap tindakan ini berusaha mungkin memberikan pengarahan dan bimbingannya kepada siswa. Tahap ini mempokuskan kepada pengembangan daya nalar siswa untuk menemukan sendiri hal penting dari materi pembelajaran. Hasil yang diharapkan yaitu agar seluruh materi yang diajarkan kepada siswa dapat memahami dan benar-benar dapat meningkatkan hasil belajarnya.
Berikut Pelaksanaan siklus II:
1. Membahas materi yang dianggap sulit oleh siswa sehingga siswa kurang memahami konsep materi tersebut semakin mengerti.
2. Menjelaskan tahap-tahap penggunaan penerapan model student team achievement division (STAD) pada materi pelajaran sehingga siswa yang kurang memahami materi diatas dengan memberikan kesempatan bertanya kepada tentang hal yang masih belum diketahui siswa
3. Memberikan contoh penerapan model student team achievement division (STAD) sesuai dengan tahap-tahap prosedur penggunaannya
4. Peneliti mengarahkan siswa yang tidak termotivasi untuk mempraktekkan hasil pembelajarannya serta memberikan kesempatan untuk bertanya
5. Memotivasi siswa agar selalu aktif dalam memperhatikan materi pembelajaran
6. Memberikan pengarahan kepada siswa yang masih kurang memahami pembelajaran
7. Memantau aktivitas siswa selama melakukan diskusi
c. Tahap Refleksi
Hasil dari tes yang diberikan, digunakan sebagai dasar pengembangan kesimpulan. Apakah kegiatan yang dilakukan telah berhasil. Jika pada siklus II ini masih banyak siswa yang mengalami kesulitan belajar dan kesalahan menyelesaikan soal, maka akan direncanakan siklus selanjutnya. Namun jika memenuhi indikator keberhasilan belajar, maka tidak perlu dilanjutkan kesiklus berikutnya.
Desain Penelitian
Menurut Arikunto (2008:16) mengemukakan secara garis besar terhadap empat tahap yang dilalui dalam melaksanakan penelitian tindak kelas, yaitu:
1. Perencanaan
2. Pelaksanaan
3. Pengamatan
4. Refleksi
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil tes ini dijadikan patokan dalam merancang pembelajaran oleh guru dengan penerapan model STAD dalam pembelajaran berikutnya diperoleh tingkat ketuntasan dari tes awal.
Hasil Perolehan Nilai Pada Saat Tes Awal
Belum Tuntas |
Tuntas |
||||
|
Jumlah Nilai |
|
2328 |
|
|
|
Rata-rata |
|
72.73 |
|
|
|
Tuntas (persen) |
|
|
18 |
64% |
|
Belum Tuntas (pesen) |
|
|
14 |
44% |
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai rata-rata hasil belajar siswa 72.73, dengan jumlah siswa yang tuntas sebanyak 18 orang (64%) dan belum tuntas sebanyak 14 orang (44%)
Pada siklus I, peneliti memberikan tes hasil belajar sebagai bahan evaluasi terhadap hasil belajar siswa
Hasil Perolehan Nilai Pada Saat Siklus I
No |
Nama Siswa |
Skor |
Nilai |
Keterangan |
|
Belum Tuntas |
Tuntas |
||||
|
Jumlah Nilai |
|
2563 |
|
|
|
Rata-rata |
|
80.08 |
|
|
|
Tuntas (persen) |
|
|
26 |
81.3% |
|
Belum Tuntas (pesen) |
|
|
6 |
18.8% |
Dari tabel di atas diperoleh nilai rata-rata hasil belajar siswa meningkat 4,38 dari nilai awal rata-rata nilai 77,89 menjadi 82,27 pada siklus I, dengan jumlah siswa yang tuntas 27 orang (84%) dan yang belum tuntas 5 orang (16%).
Pada siklus II dilaksanakan sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran yang telah disusun sebelumnya. peneliti memberikan tes hasil belajar sebagai bahan evaluasi terhadap hasil belajar siswa
Daftar nilai siswa Siklus II
No |
Nama Siswa |
Skor |
Nilai |
Keterangan |
|
Belum Tuntas |
Tuntas |
||||
|
Jumlah Nilai |
|
2783 |
|
|
Rata-rata |
|
86.95 |
|
|
|
Tuntas (persen) |
|
|
31 |
97% |
|
Belum Tuntas (pesen) |
|
|
1 |
3% |
Dari tabel di atas diketahui bahwa siswa yang tuntas 31 orang (97%) sedangkan yang belum tuntas 1 orang (3%) dengan nilai rata-rata 86,95. Jadi selisih peningkatan nilai rata-rata siswa pada siklus I dan siklus II sebesar 6.87%.
Hasil pengamatan pada siklus II siswa parkan pada tabel di bawah ini:
Hasil Observasi Pengajaran Siklus II
Aspek |
Indikator |
Diskriptor |
|||
1 |
2 |
3 |
4 |
||
A. Membuka Pelajaran
|
1. Menarik perhatian siswa 2. Menjelaskan Tujuan Pembelajaran 3. Membagi dan menyusun kelompok |
|
|
√ √ |
√ |
B. Penggunaan Waktu dan Strategi Pembelajaran |
1. Menyediakan sumber belajar dan alat-alat bantu pelajaran 2. Melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran 3. Mendemonstrasikan alat peraga di depan kelas |
|
|
|
√
√ √ |
C. Melibatkan dalam Proses Pembelajaran |
1. Upaya guru melibatkan siswa dalam proses pembelajaran 2. Mengamati kegiatan siswa dalam menggunakan alat peraga dan dalam menyelesaikan tugas |
|
|
√ |
√ |
D. Komunikasi dengan siswa |
1. Mengungkapkan pertanyaan yang jelas dan tepat 2. Memberi jawaban atas pertanyaan siswa 3. Mengembangkan keberanian siswa dalam mengemukakan pendapat |
|
|
√ √ |
√ |
E. Menutup Pelajaran |
1. Menerangkan isi pelajaran |
|
|
|
√ |
Jumlah |
|
|
5 |
7 |
Dari tabel di atas dapat diketahui persentase hasil pengamatan sebagai berikut: dan kategori penilaian adalah baik. Dengan demikian peneliti sudah melakukan 89,58% dari seluruh indikator.
Hasil Observasi Aktivitas Siswa Pada Saat Pelaksanaan Siklus II
Aspek |
Indikator |
Diskriptor |
|||
1 |
2 |
3 |
4 |
||
1. Tekun menghadapi tugas.
|
a. Melakukan kegiatan belajar terumenerus b. Memberikan perhatian dan konsentrasi c. Semangat yang tinggi untuk mengerjakan tugas d. Memahami materi yang dijelaskan dengan baik |
|
|
√
|
√ √ √ |
2. Ulet menghadapi kesulitan |
a. Melakukan kegiatan belajar tanpa paksaan b. Tidak cepat merasa puas dengan prestasi yang dicapainya c. Mendapatkan nilai yang baik d. Berusaha menyelesaikan tugas-tugas e. Bekerja sendiri dalam menyelesaikan tugas |
|
|
√
√
|
√
√ √ |
3. Senang mencari dan memecahkan masalah (soal-soal) |
a. Memiliki sikap aktif dalam pembelajaran b. Aktif bertanya dan menjawab soal c. Kerjasama siswa dalam kelompok |
|
|
√ |
√ √ |
Jumlah |
|
|
4 |
8 |
Sesuai dengan tabel data observasi di atas maka hasil pengamatan aktivitas siswa pada saat kegiatan belajar mengajar adalah dengan kategori penilaian baik sekali. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa selama proses belajar mengajar berlangsung 91,66% aktivitas siswa sudah berjalan dengan baik sekali sesuai dengan yang diharapkan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Setelah dilakukan penerapan model STAD pada siklus I nilai rata-rata hasil belajar siswa meningkat pada siklus I menjadi 82,27 dari nilai sebelumnya 77,89, dengan jumlah siswa yang tuntas 26 orang dan yang belum tuntas 6 orang. Pada siklus II nilai rata-rata kelas lebih meningkat lagi 86,41, siswa yang tuntas 31 orang (97) sedangkan yang belum tuntas 1 orang (3%) dengan nilai rata-rata 86,95 Jadi selisih peningkatan nilai rata-rata siswa pada siklus I dan siklus II sebesar 687%.
Hal ini berarti pembelajaran dengan penerapan model STAD pada materi pelajaran meningkatkan kemampuan menemukan tema syair berdasarkan inti pengungkapan syair untuk siswa kelas IX-d Sm.Ganjil SMP Negeri 1 Habinsaran T.P 2018/2019
SARAN
1. Hendaknya guru dapat menggunakan media dan metode pembelajaran yang bervariasi sehingga Pembelajaran menyenangkan dapat terwujud.
2. Siswa diharapkan dapat membangun pola interaksi dan kerjasama, baik dengan sesama siswa, dengan guru, dan lingkungan demi terlaksananya proses belajar mengajar yang baik
DAFTAR PUSTAKA
Gunawan, Ary H., 1986, Kebijakan-kebijakan Pendidikan di Indonesia, Jakarta: Bina Aksara.
Hort. 2005. Model Belajar dan Kesulitan – Kesulitan Belajar Bahasa. Bandung: Tarsito
Khadijah, Nyayu, (2009).Psikologi Pendidikan, Palembang, Grafika Telindo Press, Sumatera Selatan.
Miarso, Yusufhadi, 1994, Posisi dan Fungsi Profesi Teknologi Pendidikan. Makalah Seminar IKIP Jakarta.
Muhaimin, Abdul Mujib. 1993. Pemikiran Pendidikan Islam. Bandung: Trigenda Karya
Mulyasa E,(2005). Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Pembelajaran KBK, Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Nana, Sudjana. 1991. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Purba. 2002. Belajar Dan Pembelajaran. Medan: Iniversitas Nergri Medan
Roestiyah, NK. 1989. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara
Semiawan, Conny. Dkk. 1984. Memupuk Bakat Kreativitas Siswa Sekolah Menengah. Jakarta: Gramedia
Slameto. 1995. Belajar Dan Fakror-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta