MODEL TWO STAY TWO STRAY

UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA

 

Dwikora Beny Suprihati

SMP Negeri 8 Salatiga

 

ABSTRAK

 Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar IPA materi klsifikasi makhluk hidup bagi pesertarta didik kelas VIIF SMP Negeri 8 Salatiga pada semester 1 tahun pelajaran 2019/2020.  Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada semester satu tahun pelajaran 2019/2020 selama enam bulan, dimulai bulan Juli bulan Desember. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIIF SMP Negeri 8 Salatiga, jumlah siswa keseluruhan 29 anak terdiri dari 16 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan. Metode yang digunakan adalah metode penelitian tindakan kelas dengan menggunakan model two stay two stray. Prosedur tindakan diawali dengan tahapan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Dalam pelaksanaan penelitian ini dibagi menjadi dua siklus. Pengumpulan data menggunakan teknik dokumentasi, lembar pengamatan dan tes. Alat pengumpulan data berupa dokumen daftar nilai, keaktifan dengan menggunakan angket dan hasil belajar dengan menggunakan butir soal. Validasi data melibatkan mitra kerja atau observer, dan penyusunan kisi-kisi sebelum membuat butir soal. Analisis data menggunakan deskripsif komparatif kemudian dilanjutkan refleksi.Keaktifan pada kondisi awal telah mencapai 60,2% dengan predikat cukup bagus dan sudah memenuhi indikator keberhasilan tetapi masih ada indikator yang kurang bagus untuk kriteria kesiapan mengikuti pelajaran, keinginan menemukan informasi saat diskusi, dan selalu bertanya bila menemukan kesulitan. Hal ini perlu diperbaiki pada siklus berikutnya supaya hasil belajar dapat meningkat. Mulai siklus I setiap indikator keaktifan telah mencapai kriteria sehingga diperoleh rata-rata sebesar 69,83%, dan rata-rata siklus II sebesar 87,78%. Peningkatan keaktifan belajar dari kondisi awal ke siklus I = 9,63%, dari siklus I ke siklus II = 17,95% dan dari siklus II ke kondisi awal 27,58%. Ketuntasan keaktifan belajar klasikal 75% dari 29 siswa. Data siklus II masing-masing indikator ketercapaian keaktifan 75% dari 29 siswa memperoleh predikat cukup bagus dengan skor skor > 85%. Keaktifan pada siklus II siswa VIIF mencapai keberhasilan.Hasil belajar siswa VIIF menunjukkan bahwa hasil tes yang diperolehsiswa setiap tindakan dengan rerata sebelum penelitian tindakan kelas atau kondis awal mencapai rerata 56,21; pada siklus I mencapai rerata 68,97; dan pada siklus II mencapai rerata 72,07. Jumlah siswa yang tuntas pada kondisi awal 12 siswa atau 41,38%, pada siklus I = 18 siswa atau 62,07% dan pada siklus II = 25 siswa atau 86,21%. Peningkatan hasil belajar dari kondisi awal ke siklus I = 20,69%, dari siklus I ke siklus II = 24,41% dan dari siklus II ke kondisi awal 44,83%. Ketuntasan belajar klasikal 85% dari 29 siswa pada siklus II dapat mencapai KKM > 70. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah model two stay two stray dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar.

Kata Kunci: Model TSTS, Keaktifan Belajar, Hasil Belajar

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pembelajaran IPA kelas VIIF SMPN 8 Salatiga banyak dijumpai siswa yang kurang antusias dan kurang aktif bahkan tidak memperhatikan guru yang menyampaikan pelajaran. Siswa cenderung duduk, ada yang sangat diam, banyak yang ramai, sedikit yang mendengarkan, tidak mau mencatat, bahkan cenderung bicara dan bergerak terus. Selain itu kelas VIIF setelah menerima pelajaran tidak mengerti dan memahami apa yang dibelajarkan, karena kurang kesiapan mengikuti pelajaran, rasa ingin tahu rendah, kurang kerja sama, keinginan bertanya masih rendah.

Di kelas VIIF terdapat juga siswa bekebutuhan khusu yang keberadaanya berpengaruh terhadap proses pembelajaran. Ada juga cara membelajarkan yang monoton dengan metode ceramah kurang melibatkan yang membuat siswa bosan, jenuh, bahkan ngantuk, dan kurang menarik. Menurut Soli Abimanyu, 2010, metode ceramah adalah metode yang paling popular dan banyak dilakukan guru. Metode ceramah mudah disajikan dan tidak banyak memerlukan media. Ketidak terlibatan siswa membuat suasana kelas kurang menarik dan menjadi pasif sehingga menjadi salah satu penyebab keaktifan dan hasil belajar rendah.

Untuk membangkitkan keaktifan dan hasil belajar guru menggunakan model pembelajaran kooperatif two stay two stray (dua tinggal dua menjadi tamu). Kondisi awal siswa kelas VIIF keaktifan belajar telah mencapai 60,2% dengan predikat cukup bagus. Pada umumnya sudah memenuhi indikator kriteria ketuntasa tetapi hasil belajarnya masih rendah. Berdasarkan data dokumen sebelum melaksanakan penelitian tindakan kelas tiga dari lima indikator keaktifan masih ada yang belum memenuhi skor indikator kriteria ketuntasan keaktifan yang diharapkan yaitu 75% dari 29 siswa dengan predikat cukup bagus masih ada yang belum tuntas. Keaktifan siswa yang kurang mendukung saat pembelajaran sangatlah berpengaruh terhadap hasil belajar. Hasil ulangan kondisi awal 17 siswa yang di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) sebesar 58,62%, 12 siswa yang sudah memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) sebesar 41,38%.

Pendidikan yang merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran atau dengan cara lain yang dikenal dan diakui oleh masyarakat. Seorang guru harus mampu menciptakan suasana pembelajaran dengan baik. Proses pemilihan pendekatan, metode, strategi, dan teknik dilakukan dengan mempertimbangkan situasi, kondisi, kebutuhan dan karakteristik siswa yang dihadapi dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.

Belajar akan lebih bermakna jika siswa mengalami apa yang dipelajari, bukan hanya mengetahuinya. Dari pengalamannya diharapkan siswa dapat memahami IPA secara lebih mendalam dan dapat diingat dalam waktu yang relatif lama. Untuk itu guru perlu menciptakan kondisi pembelajaran IPA yang dapat mendorong siswa untuk aktif dan ingin tahu, sehingga guru harus menentukan model pembelajaran yang tepat.

Melihat permasalahan di atas guru mengadakan penelitian tindakan kelas dengan penerapan metode pembelajaran yang tepat. Diskusi dengan memilih ketua kelompoh yang mampu menghidupkan keaktifan teman sebaya heterogen memang sulit. Sebab rata-rata memiliki kemampuan hampir sama sehingga perlu kecernatan khusus menentukan karakter siswa di kelompok belajar kelas VIIF.

Semangat berbagi tugas dua anggota tinggal di kelompok menerima kunjungan dari kelompok yang datang mengalami kesulitan materi diskusi dan dua anggota kelompok keluar untuk berkunjung ke kelompok lain guna memperoleh jawaban yang di harapkan merupakan usaha dan tanggung jawab bersama untuk menyelesaiakan permasalahan dikelompok.

Pembelajaran kooperatif ini merupakan salah satu model belajar yang
berpusat kepada siswa, dapat digunakan sebagai salah satu alternatif variasi model mengajar guru. Pembelajaran dapat mengarahkan semua siswa agar aktif ketika kegiatan pembelajaran berlangsung serta dalam proses pelaksanaannya terstruktur. Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif two stay two stray diharapkan siswa kelas VIIF SMPN 8 Salatiga meningkat keaktifan dan hasil belajar dalam belajar IPA.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat dirumuskan sebagai berikut “ 1) Bagaimanakah peningkatan keaktifan siswa materi klasifikasi makhluk hidup pada siswa kelas VIIF di SMPN 8 Salatiga setelah mengikuti pembelajaran dengan Model Two Stay Two Stray semester 1 tahun pelajaran 2019/2020?; 2) Seberapa besar peningkatan hasil belajar materi klasifikasi makhluk hidup pada siswa kelas VII F di SMP Negeri 8 Salatiga setelah mengikuti pembelajaran dengan Model Two Stay Two Stray semester 1 tahun pelajaran 2019/2020?

Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah ditentukan, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu: (1) Mengetahui peningkatan keaktifan siswa kelas VII F SMP Negeri 8 Salatiga mata pelajaran IPA dengan menggunakan model two stay two stray materi klasifikasi makhluk hidup semester 1 tahun pelajaran 2019/2020; (2) Mengetahui peningkatan hasil belajar siswa kelas VII F SMP Negeri 8 Salatiga mata pelajaran IPA dengan menggunakan model two stay two stray materi klasifikasi makhluk hidup semester 1 tahun pelajaran 2019/2020.

Kajian Teori

Hakikat IPA

Menurut Leo Sutrisno (2008:1-19), IPA merupakan usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat (correct) pada sasaran, serta menggunakan prosedur yang benar (true), dan dijelaskan dengan penalaran yang sahih (valid) sehingga dihasilkan kesimpulan yang betul (truth).

Laksmi Prihantoro (Trianto, 2008; 62) mengatakan bahwa IPA merupakan suatu produk, proses, dan aplikasi.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA merupakan usaha manusia untuk mempelajari alam semesta meliputi proses, produk, sikap ilmiah yang dapat diaplikasikan dan dipergunakan sebagai cara untuk memecahkan masalah yang dihadapi serta memberi kemudahan bagi kehidupan peserta didik.

Pembelajaran IPA

Pendapat Piaget, yang dikutip oleh Usman Samatowa (2006:12) mengatakan bahwa pengalaman langsung yang memegang peranan penting sebagai pendorong lajunya perkembangan kognitif anak.

Pendidikan IPA diarahkan untuk diskusi sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar (Depdiknas, 2006:484).

Berdasarkan pengertian di atas, penulis menarik kesimpulan bahwa pembelajaran IPA di SMP dilakukan dengan cara melibatkan langsung siswa dalam setiap materi sehingga konsep yang disampaikan dapat berkesan pada diri anak.

Keaktifan Belajar IPA

Menurut Dimyati dan Mudjono (2002:114), keaktifan siswa dalam pembelajaran mengambil beraneka ragam bentuk kegiatan, dari kegiatan fisik yang mudah diamati sampai kegiatan psikis yang sulit diamati.

Semiawan (dalam Agung, 2010:86), ciri-ciri keaktifan belajar yang dapat ditunjukkan siswa dalam keaktifan belajar adalah dorongan ingin tahu yang besar, sering mengajukan pertanyaan yang baik, memberikan banyak gagasan dan usul suatu masalah, bebas mengatakan pendapat, mempunyai pendapat sendiri dan bisa mengungkapkan, dapat bekerjasama dan senang mencoba hal-hal baru.

Menurut pendapat Nana Sudjana dan Ahmad Rifai (dalam Agung, 2010:87), ada lima hal yang mempengaruhi keaktifan belajar antara lain: 1) stimulus belajar, 2) perhatian dan motivasi, 3) respon yang dipelajari, 4) penguasaan, 5) pemakaian dan penindakan.

Jadi dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan yang dilakukan siswa secara aktif baik yang mudah maupun sulit diamati dalam belajar, apabila ciri-ciri keaktifan belajar terdapat dalam proses pembelajaran.

Pengertian Hasil Belajar

Purwanto (2011:46) hasil belajar adalah perubahan perilaku siswa akibat belajar. Perubahan perilaku disebabkan karena dia mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses belajar mengajar. Hamalik (2003:155) hasil belajar adalah sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang dapat diamati dan diukur bentuk pengetahuan, sikap dan ketrampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan sebagai terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik sebelumnya yang tidak tahu menjadi tahu.

Berdasarkan pendapat yang telah dipaparkan di atas, maka dapat dikemukakan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku diri seseorang akibat tindak belajar yang mencakup aspek kognitif afektif dan psikomotorik.

Menurut Slameto (2010:56), faktor-faktor yang mempengaruhi belajar yaitu: 1) faktor internal yang terdiri dari: perhatian, minat, bakat, motivasi, kematangan, kesiapan; 2) faktor dari luar yaitu faktor keluarga misalnya cara orangtua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga, faktor masyarakat misalnya kegiatan siswa dalam masyarakat, mas media, teman bergaul bentuk kehidupan masyarakat, dan faktor sekolah mencangkup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan guru, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pegajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.

Hakikat Two Stay Two Stray

Two Stay Two Stray merupakan salah satu model pembelajaran yang mengaktifkan siswa yang diterapkan dalam kelompok belajar dengan anggota kelompok heterogen, dan memberi kesempatan kepada kelompok satu untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lain (Huda, 2011: 140). Lie (2002:61) menyatakan, “struktur dua tinggal dua tamu memberikan kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lain”.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model Two Stay Two Stray` adalah suatu kegiatan kelompok yang anggotanya heterogen dan saling berbagi hasil informasi dengan kelompok lain.

Hipotesis Tindakan

Melalui penggunaan model Two Stay Two Stray dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar IPA pada siswaKelas VIF SMPN 8 Salatiga semester 1 Tahun 2019/2020.

Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester I (satu) tahun pelajaran 2019/2020, yaitu bulan Juli 2019 sampai Desember 2019. Data penelitian ini diambil di kelas VIIF SMPN 8 Salatiga. Lokasi di Jalan Argo Tunggal Sidorejo Kidul Kecamatan Tingkir Kota Salatiga Telp. (0298) 321653 Salatiga.

Subjek penelitian adalah siswa kelas VIIF Semester 1 tahun pelajaran 2019/2020. Adapun jumlah siswa kelas VIIF yang akan diteliti ada 29. 16 laki-laki dan 13 perempuan. Pengambilan sampel menggunakan teknik dokumen. Objek dalam penelitian adalah keaktifan dan hasil belajar,

Sumber data diperoleh dari angket dan hasil ulangan yang dilaksanakan di akhir siklus. Teknik pengambilan data keaktifan dengan angket setelah pertemuan pelaksanaan pembelajaran dan sedangkan teknik tes digunakan untuk memperoleh data hasil belajar IPA pada siklus I dan II. Teknik validasi data menggunakan triangulasi data dan dianalisis dengan teknik kualitatif dan kuantitatif. Sedangkan indikator kinerja dalam penelitian untuk keaktifan 75% dari 29 siswa minimal mencapai predikat cukup bagus. Hasil belajar ketuntasan minimal 70 dari 29 siswa mencapai 85%.

Tindakan yang akan dilakukan oleh peneliti terbagi dalam dua siklus masing-masing 3 kali pertemuan dengan 4 tahap kegiatan terdiri atas planning, acting, observing, dan reflecting.

Hasil Tindakan Dan Pembahasan

Keaktifan siswa yang masih rendah pada kondisi awal dengan predikat kurang bagus pada umumnya tampak di indikator kesiapan mengikuti pelajaran, keinginan menemukan informasi saat diskusi, dan selalu bertanya bila menemukan kesulitan. Setelah menggunakan penerapan model pembelajaran Two Stay Two Stray dengan teknik diskusi kelompok diluar kelas dan di dalam kelas pada siklus I. Guru memilih satu siswa yang dipandang mampu memimpin diskusi sebagai ketua kelompok.

Setiap kelompok beranggotakan 4 siswa heterogen. Tiga siswa sebagai anggota memilih ketua sesuai keinginan untuk membentuk kelompok diskusi. Teknik ini berlaku untuk pertemuan siklus I pertemuan ke -1 materi diskusi benda-benda disekitar kita dan pertemuan ke-2 materi diskusi membedakan makhluk hidup dengan benda tak hidup. Hasil pengamatan menunjukkan adanya sedikit peningkatan dari siklus I ke sikus II.

Untuk siklus II di pertemuan ke-1 materi diskusi cukup komplek yaitu membuat mading pembelajaran klasifikasi lima kingdom dengan menyiapkan kartu berpasangan yang sudah jadi, sedangkan pertemuan ke-2 pemberian nama makhluk hidup disediakan lembar kerja dan diakhir presentasi diadakan tes ketrampilan. Setiap kelompok diharapkan aktif dan kreatif serta memanfaatkan waktu lebih efisien. Guru menentukan dan membagi setiap kelompok secara merata sesuai kemampuan agar pelaksanaan pembelajaran lebih hidup dan masing-masing siswa benar-benar menyerap apa yang dialami saat pembelajaran.

Hasil pengumpulan dokumen dan hasil penelitian kondisi awal, siklus I dan siklus II keaktifan dan hasil belajar kelas VIIF semester 1 tahun pelajaran 2019/2020 dapat di lihat dari tabel di bawah ini:

Tabel Perbandingan keaktifan peserta didik kelas VIIF kondisi awal, siklus I dan siklus II berdasarkan instrumen angket

No Indikator yang diamati Kondisi awal Siklus I Siklus II
1 Kesiapan mengikuti pelajaran 57,7% 66,69% 87,0%
2 Keinginan menemukan informasi saat diskusi 52,9% 77,72% 86,3%
3 Ikut serta dan mampu bekerja sama saat diskusi 69,5% 71,59% 89,0%
4 Selalu bertanya bila menemukan kesulitan 58,7% 66,38% 86,7%
5 Menghargai teman dan kelompok lain saat presentase 62,4% 66,76% 89,9%
Persentase Keaktifan 60,2% 69,83% 87,78%
Kenaikan keaktifan dari kondisi awal ke siklus I 9,63%  
Kenaikan keaktifan dari siklus I ke siklus II   17,95%
Kenaikan keaktifan dari siklus II ke kondisi awal 27,58%

 

Ranting Sko Ranting Skor Keaktifan:

  1. 117 -145 : Sangat Bagus
  2. 88 – 116 : Bagus
  3. 59 – 87 : Cukup Bagus
  4. 30 -58 : Kurang Bagus
  5. 0 – 29 : Sangat Kurang Bagus

Tabel Perbandingan hasil belajar kondisi awal, siklus I, siklus II

Tindakan Rerata Tertinggi Terendah Tuntas Tidak tuntas Ketuntasan
Kondisi Awal 56,21 90 30 12 17 41,38%
Siklus I 68,97 90 40 18 11 62,07%
Siklus II 72,07 95 50 25 4 86,21%
Kenaikan dari kondisi awal ke siklus I 20,69%
Kenaikan dari siklus I ke siklus II 24,14%
Kenaikan dari siklus II ke kondisi awal 44,83%.

 

Keaktifan belajar pada kondisi awal 60,2%, rerata hasil belajar 56,2, jumlah siswa yang tuntas 12 siswa prosentase (41,38%) yang tidak tuntas 17 siswa prosentase (58,62%). Keaktifan belajar pada siklus I = 69,83%, rerata hasil belajar 68,97 jumlah siswa yang tuntas 18 siswa prosentase (62,07%) yang tidak tuntas 11 siswa prosentase (37,93%%). Keaktifan belajar pada siklus II= 87,78%, rerata hasil belajar 72,07 siswa yang tuntas 25 siswa prosentase (86,21%) yang tidak tuntas 4 siswa prosentase (13,79%).

Pembahasan Hasil Penelitian

Pada indikator kinerja penelitian, indikator keberhasilan keaktifan belajar siswa adalah 75% dari jumlah siswa kelas VIIF ternyata pada siklus II keaktifan belajar siswa mencapai prosentase 87,78%. Peningkatan keaktifan dari kondisi awal ke siklus I 9,63%, dari siklus I ke siklus II 17,95%, dan siklus II ke kondisi awal 27,58%. Begitu juga indikator keberhasilan hasil belajar siswa adalah 85% ternyata pada siklus II hasil belajar siswa mencapai prosentase 86,21%. Peningkatan hasil belajar dari kondisi awal ke siklus I sebesar 20,69%, dari siklus I ke siklus II sebesar 24,14%, dari siklus II ke kondisi awal sebesar 44,83. Jadi indikator keberhasilan keaktifan dan hasil belajar tercapai. Sehingga terbukti bahwa model two stay two stray dapat meningkatkan keaktifan belajar IPA kelas VIIF semester 1 tahun pelajaran 2019/2020.

Hasil Tindakan

Berdasarkan perbandingan data kondisi awal, siklus I, dan siklus II terbukti bahwa model Two Stay Two Stray meningkatkan keaktifan dan hasil belajar IPA materi klasifikasi makhluk hidup kelas VIIF SMPN 8 Salatiga semester 1 tahun pelajaran 2019/2020. Jadi dengan menggunakan model Two Stay Two Stray keaktifan belajar meningkat 27,58% sedangkan hasil belajar mengalami peningkatan 44,83%.

Simpulan

Proses pembelajaran dengan model Two Stay Two Stray (TSTS), dua tinggal dua tamu adalah suatu jenis model pembelajaran yang memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lainnya dapat meningkatkan 27,58% aktifitas belajar dan 44,83% hasil belajar IPA siswa kelas VII F SMPN 8 Salatiga Semester 1 Tahun Pelajaran 2019/2020.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan siswa lebih mudah memahai materi sehingga dapat meningkatkan hasil belajar dan guru lebih meningkatkan kreativitas dalam menggunakan model pembelajaran dalam meningkatka hasil belajar.

Daftar pustaka

Anita Lie. (2002). Cooperative Learning (Memperaktikan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas). Jakarta: PT Gramedia Widiasarana.

http://www.rolahengki.com/2013/12/cara-menghitung-skala-likert-metode-perhitungan-

Hamalik. 2003. Proses Belajar Mengajar. Jakarta:PT Bumi Aksara

Huda , Miftahul, 2011,Cooperatif Learning.Yogyakarta. pustaka pelajar. Isjoni. 2009.

Mardiyan, R. 2012. Peningkatan Keaktifan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Akuntansi Materi Jurnal Penyesuaian Pada Siswa XI IPS 3 SMA Negeri 3 Bukit Tinggi Dengan Metode Bermain Peran (Role Playing) Tahun Ajaran 2011/2012.

 

Niyarti. 2013. Upaya Meningkatkan Keaktifan Belajar IPA Dengan Pendekatan Inkuiri Bagi Siswa Kelas IV SD Negeri Karanganyar Ngemplak Sleman. Jogjakarta. Gava Media.

Purwanto. 2011. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta:Pustaka Belajar.

Riyadi Sugeng.2012. Implementasi Teknik Tsts (Two Stay Two Stray) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Perawatan Dan Perbaikan Motor Otomotif Siswa Kelas Xii Jurusan Teknik Otomotif SMK N 2 Yogyakarta.

Siswanto, B. T. 2016. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Praktik Kelistrikan Otomotif SMK Di Yogyakarta. Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol.6, Nomor 1, P.111-120.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Wibowo,N. 2016. Upaya Meningkatkan Keaktifan Siswa Melalui Pembelajaran Berdasarkan Gaya Belajar Di SMK Negeri 1 Saptosari. Jurnal Electronics, and Vocational Education (ELINVO). Vol.1, Nomor 2, P.128-139.