MOTIVASI BELAJAR SISWA DARI KELUARGA BERCERAI

 

Anindita Dwi Kusti Aprilia1)

Arri Handayani2)

Padmi Dhyah Yulianti3)

 

1) Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling, Universitas PGRI Semarang

2) 3) Dosen Universitas PGRI Semarang

 

ABSTRAK

Latar belakang masalah yang mendorong penelitian ini adalah siswa dari keluarga bercerai (yang masih terlihat) kurang termotivasi dalam belajarnya. Hal ini dapat dilihat saat siswa mengikuti jam pelajaran, siswa masih terlihat pasif,kurang antusias saat mengikuti jam pelajaran, sering keluar masuk kelas saat jam pelajaran sedang berlangsung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui motivasi belajar siswa dari keluarga bercerai. Penelitian ini termasuk dalam penelitian kualitatif karena data yang diperoleh tidak berupa angka-angka melainkan berupa kalimat atau pernyataan-pernyataan yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara. Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus yang dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta atau fenomena di lapangan. Data yang diperoleh selanjutnya akan dianalisis dan diuraikan untuk mengetahui motivasi belajar dari siswa dari keluarga bercerai. Berdasarkan data yang diperoleh dari tiga subyek penelitian, menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa dapat dilihat dari kuatnya kemauan untuk belajar, jumlah waktu yang disediakan, kerelaan meninggalkan kewajiban atau tugas lain, dan ketekunan dalam mengerjakan tugas belajarnya. Saran yang disampaikan oleh peneliti hendaknya guru BK dapat terus memberikan dukungan, motivasi, dan perhatian lebih kepada siswa yang berasal dari keluarga bercerai agar nantinya siswa termotivasi belajarnya.

Kata kunci: motivasi belajar, perceraian, studi kasus

 

PENDAHULUAN

Banyaknya kasus perceraian di Indonesia dapat dilihat dari berita-berita tentang perceraian di kalangan para selebritis belakangan ini. Jumlah perceraian di Indonesia setiap provinsi bervariasi. Jawa Tengah memiliki jumlah kasus perceraian sebanyak: 71.901 kasus (tahun 2015); 71373 kasus (tahun 2016); dan 69.857 kasus (tahun 2017). Sedangkan angka perceraian khususnya di kabupaten Pemalang sejak Januari sampai November 2018 ada sebanyak 2.475 kasus. Sedangkan cerai talak dari suami sebanyak 847 sehingga secara keseluruhan mencapai 3.322 perkara perceraian. Rata-rata kasus perceraian di Kabupaten Pemalang tergolong pada usia muda, berkisar dari 22 hingga 25 tahun, atau baru memiliki satu anak(Smartlegal.id, 2018. Di unduh tanggal 22 Maret 2019) .

Menurut Indriani (2018) penyebab utama terjadinya perceraian, yaitu (a) faktor ketidaksetiaan salah satu pasangan atau perselingkuhan, (b) faktor ekonomi, (c) menikah di usia muda, (d) adanya perselisihan dan pertengkaran secara terus-menerus. Selain itu menurut Matondang (2014: 144) faktor penyebab perceraian yaitu percekcokan yang sering terjadi didalam keluarga karena sang suami tidak dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari, faktor usia, kurang pengetahuan tentang agama, adanya ketidaksesuaian pendapatan dalam rumah tangga. Salah satu faktor yang paling dominan adalah faktor ekonomi , selain itu munculnya sejumlah media sosial yang disalahgunakan sehingga berpotensi mengarah percecokan rumah tangga sehingga percerian merupakan salah satu upaya yang dipilih sebagai jalan keluar ketika sudah tidak ada lagi kecocokan antara suami dan istri. Namun apapun itu alasannya, perceraian dapat menimbulkan akibat buruk pada remaja dan keluarga (Yusuf,201: 2014)

Keretakan rumah tangga atau ketidakharmonisan sebuah keluarga akan berakibat buruk terhadap perkembangan kepribadian remaja bahkan akan berdampak pada kurangnya motivasi belajar remaja. Remaja yang tinggal bersama orang tua akan mengalami hambatan dalam belajar, apabila tidak adanya kekompakan diantara kedua orang tuanya. Perselisihan, pertengkaran, perceraian akan menimbulkan keadaan yang tidak diinginkan terhadap diri remaja dan akan menghambat proses belajarnya. Menurut Indriani (2018) dampak perceraian orang tua terhadap motivasi belajar anak yaitu(a) motivasi belajar rendah, (b) konsentrasi belajar terganggu, dan (c) kurang disiplin.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru BK di SMA N 3 Pemalang ada beberapa anak dari keluarga yang orang tuanya bercerai cenderung mempunyai masalah malas belajar, tidak memiliki motivasi untuk belajar dan tidak jarang anak menjadi minder dan sangat pendiam saat di kelas. Mengenai prestasi atau nilai belajarnya itu sendiri tidak begitu buruk, cukup stabil, dan ketika diberi tugas oleh guru pun selalu dikerjakan walaupun tidak lengkap dalam pengerjaannya. Sebenarnya anak itu memiliki potensi hanya saja karena kurangnya kasih sayang dan dukungan dari kedua orang tuanya maka motivasi belajar anak menjadi menurun.

Di SMA N 3 Pemalang kebanyakan remaja kurang mendapat perhatian dari kedua orang tuanya karena orang tuanya yang bekerja keras sehingga komunikasi antara suami-istri, atau orang tua dengan anak tidak lancar bahkan ada juga yang orang tuanya bercerai karena pekerjaan orang tua, faktor ekonomi orang tua yang mengakibatkan remaja menjadi malas untuk belajar. Remaja tersebut sebenarnya mempunyai potensi, hanya saja karena kurangnya motivasi belajar anak yang disebabkan karena adanya masalah yang berasal dari lingkungan terdekat kita yaitu keluarga.

Remaja dari keluarga bercerai mengalami kesulitan dalam belajar, dikarenakan memang kedua orang tuanya kurang memperhatikan perkembangan belajar dari remaja sehingga remaja kurang memiliki motivasi dalam belajar. Remaja yang kurang memiliki motivasi dalam belajar cenderung memiliki tingkat penangkapan dalam belajar lebih lambat dari teman-temannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana motivasi belajar siswa yang menjadi korban perceraian di SMA Negeri 3 Pemalang, serta bagaimana agar siswa tetap termotivasi dalam belajarnya ?

LANDASAN TEORI

Noehi Nasution (dalam Djamarah, 2011: 200) berpendapat bahwa motivasi adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.

Menurut Slameto (2010: 2) Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali baik sifat maupun jenisnya karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar.

Handoko (dalam Suprihatin,2015: 75) mengemukakan bahwa motivasi belajar memiliki ciri sebagai berikut: a) kuatnya kemauan untuk berbuat, b) jumlah waktu yang disediakan, c) kerelaan meninggalkan kewajiban atau tugas lain, d) ketekunan dalam mengerjakan tugas.

Mudjiono (2009:97-99) berpendapat bahwa faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa, antara lain: Cita-cita atau aspirasi siswa, Kemampuan siswa, Kondisi siswa, Kondisi lingkungan siswa, Unsur-unsur dinamis dalam belajar.

Menurut Ibrahim Amini (dalam Hayati,2016: 3) keluarga adalah orang-orang yang secara terus menerus atau sering tinggal bersama si anak, seperti ayah, ibu, kakek, nenek, saudara laki-laki dan saudara perempuan dan bahkan pembantu rumah tangga, di antara mereka disebabkan mempunyai tanggung jawab menjaga dan memelihara si anak dan yang menyebabkan si anak terlahir ke dunia, mempunyai peranan yang sangat penting dan kewajiban yang lebih besar bagi pendidikan si anak.

Helmawati (2014: 42) menjelaskan bahwa keluarga adalah kelompok kecil yang memiliki pemimpin dan anggota, mempunyai pembagian tugas dan kerja, serta hak dan kewajiban bagi masing-masing anggotanya. Keluarga adalah tempat pertama dan yang utama di mana anak-anak belajar.

Menurut Dariyo (2004: 94) perceraian (divorce) merupakan suatu peristiwa perpisahan secara resmi antara pasangan suami-istri dan mereka berketetapan untuk tidak menjalankan tugas dan kewajiban sebagai suami-istri. Pasangan suami-istri tidak lagi hidup dan tinggal serumah bersama, karena tidak ada ikatan yang resmi.

Menurut Razack (dalam Matondang, 2014: 143) perceraian adalah putusnya hubungan perkawinan. Dengan kata lain perceraian adalah penghapusan status perkawinan antara laki-laki dengan perempuan atau suami-istri dengan putusan hakim.

Sedangkan menurut UU No. 1 Tahun 1974, ditegaskan bahwa yang dimaksud dengan perceraian adalah: “Terlepasnya ikatan perkawinan antara kedua belah pihak, setelah putusan pengadilan mempunyai kekuatan hukum yang tetap berlaku sejak berlangsungnya perkawinan.

Menurut Sudarto,dkk (dalam Dariyo,2004: 95) faktor penyebab perceraian yaitu: kekerasan verbal, masalah atau kekerasan ekonomi, keterlibatan dalam perjudian, perselingkuhan, penyalahgunaan narkoba.

Menurut Taufiqurohman (2015: 61-63) dampak perceraian bagi anak, antara lain: depresi, cenderung berperilaku kasar, sulit fokus, kehilangan rasa hormat, memilih jalan yang salah, termasuk penyalahgunaan narkoba atau alkohol, pelecehan seksual, dan hal buruk lainnya. Mereka melakukan itu semua sebagai bentuk pelarian terhadap kenyataan.

Dari sekian banyak uraian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa motivasi belajar dari keluarga bercerai adalah adanya kemauan yang kuat untuk berbuat, jumlah waktu yang disediakan, kerelaan meninggalkan kewajiban atau tugas lain, ketekunan dalam mengerjakan tugas belajar, minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran, semangat siswa untuk melakukan tugas-tugas belajarnya, tanggung jawab siswa dalam mengerjakan tugas-tugas belajarnya.

METODE

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Tujuan studi kasus adalah dapat disusun untuk mengilustrasikan kasus yang unik, kasus yang memiliki kepentingan yang tidak biasa dalam dirinya dan perlu dideskripsikan atau diperinci. Atau, tujuan dari studi kasus tersebut adalah untuk memahami isu, problema, atau keprihatinan yang spesifik (misalnya, kehamilan remaja) dan kasus atau beberapa kasus diseleksi untuk memahami permasalahan tersebut dengan baik (Cresswell,2014: 137).

Subyek penelitian ini terdiri dari tiga orang remaja yang kedua orangtuanya bercerai di SMA N 3 Pemalang. Ketiga subyek tersebut adalah MSA, AS, dan NH (nama yang disamarkan). Penelitian ini dilaksanakan di SMA N 3 Pemalang yang beralamatkan di Jl. Mochtar 2,Kebondalem, Kecamatan Pemalang, Kabupaten Pemalang.

HASIL PENELITIAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti diperoleh hasil sebagai berikut:

Analisis Subyek MSA

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan oleh peneliti pada subyek pertama yaitu MSA, hasil analisis menunjukkan bahwa motivasi belajar MSA sempat terjadi penurunan karena adanya permasalahan salah satunya yang berkaitan dengan keluarga yaitu perceraian yang terjadi antara kedua orangtua. Motivasi belajar siswa dapat dilihat dengan kuatnya kemauan untuk berbuat dan dalam hal ini ditunjukkan dengan ketika berada di kelas MSA jarang sekali terlihat aktif bertanya atau menjawab ketika berada di kelas, selain itu diakui oleh MSA bahwa dirinya memilih untuk bertanya langsung kepada teman daripada harus bertanya langsung kepada guru, MSA juga merasa kurang antusias ketika mengikuti pelajaran karena faktor guru juga sangat berpengaruh.Bisa dikatakan bahwa MSA tergolong siswa yang pasif, karena jarang sekali atau bahkan tidak pernah terlihat aktif saat di kelas.

Motivasi belajar juga dapat dilihat dari jumlah waktu yang disediakan untuk belajar. Hasil observasi menunjukkan bahwa MSA terlihat kurang dapat memanfaatkan waktu yang ada untuk sekedar berdiskusi tentang pelajaran baik dengan teman maupun dengan guru. Selain itu terlihat sesekali subyek menunda mengerjakan tugas atau soal ketika guru memberikan tugas dan bahkan sesekali terlihat memilih untuk diam dan menunggu jawaban dari temannya atau bahkan mengobrol dengan temannya. Selain itu hasil wawancara menunjukkan bahwa MSA merencanakan kegiatan belajarnya baik ketika di rumah maupun di sekolah, meskipun terkadang masih tidak dilakukan secara konsisten. Akan tetapi MSA kurang dapat memanfaatkan waktu luang untuk belajar atau bahkan sekedar membaca buku.

Selain itu motivasi belajar juga dapat dilihat dengan kerelaan meninggalkan kewajiban atau tugas lain. Hasil observasi menunjukkan bahwa MSA tidak terlihat aktif membaca buku untuk mencari sumber jawaban yang benar dalam mengerjakan soal atau tugas saat proses pembelajaran sedang berlangsung. Selain hasil observasi, hasil wawancara juga menyatakan bahwa MSA memilih untuk tidak belajar ketika guru tidak memberikan tugas, selain itu MSA mengaku dirinya masih belum bisa membagi waktu antara belajar dan bermain akan tetapi MSA berusaha untuk dapat membagi waktu antara belajar dan bermain agar bisa seimbang.

Motivasi belajar selanjutnya dapat dilihat dari ketekunan dalam mengerjakan tugas. Hasil observasi menunjukkan bahwa MSA kurang berani menyampaikan pendapat dalam forum diskusi di kelas, akan menyampaikan pendapat ketika guru menunjuk dirinya secara langsung. Selain itu MSA kurang memiliki kesabaran dalam mengerjakan soal atau tugas yang diberikan oleh guru saat jam pelajaran sedang berlangsung di kelas, terlihat MSA memilih untuk bertanya langsung atau bahkan menunggu jawaban dari temannya. MSA terlihat kurang mampu mempertahankan pendapat beserta alasannya dihadapan teman-temannya di kelas, akan tetapi MSA sesekali menjawab dengan celotehan bercandaannya. Selain itu hasil wawancara menunjukkan bahwa MSA lebih memilih untuk mengerjakan tugas secara langsung ketika guru memberikan tugas saat situasi dan kondisi memang benar-benar memungkinkan. MSA juga lebih senang mengerjakan tugas secara individu daripada harus bersama dengan teman-temannya.

Analisis subyek AS

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan oleh peneliti pada subyek kedua yaitu AS, hasil analisis menunjukkan bahwa motivasi belajar MSA sempat terjadi penurunan karena adanya permasalahan salah satunya yang berkaitan dengan keluarga yaitu perceraian yang terjadi antara kedua orangtua. Motivasi belajar siswa dapat dilihat dengan kuatnya kemauan untuk berbuat dan dalam hal ini ditunjukkan dengan ketika berada di kelas AS jarang sekali terlihat aktif bertanya atau menjawab ketika berada di kelas, selain itu diakui oleh AS bahwa dirinya memilih untuk bertanya langsung kepada teman daripada harus bertanya langsung kepada guru, AS juga merasa kurang antusias ketika mengikuti pelajaran karena faktor guru juga sangat berpengaruh. Bisa dikatakan bahwa AS tergolong siswa yang pasif, karena jarang sekali atau bahkan tidak pernah terlihat aktif saat di kelas.

Motivasi belajar juga dapat dilihat dari jumlah waktu yang disediakan untuk belajar. Hasil observasi menunjukkan bahwa AS terlihat kurang dapat memanfaatkan waktu yang ada untuk sekedar berdiskusi tentang pelajaran baik dengan teman maupun dengan guru. Selain itu terlihat sesekali AS menunda mengerjakan tugas atau soal ketika guru memberikan tugas dan bahkan sesekali terlihat memilih untuk diam dan menunggu jawaban dari temannya atau bahkan mengobrol dengan temannya. Selain itu hasil wawancara menunjukkan bahwa AS tidak merencanakan kegiatan belajarnya baik ketika di rumah maupun di sekolah,dengan alasan karena semua dilakukan secara otodidak, dan AS kurang dapat memanfaatkan waktu luang untuk belajar atau bahkan sekedar membaca buku.

Selain itu motivasi belajar juga dapat dilihat dengan kerelaan meninggalkan kewajiban atau tugas lain. Hasil observasi menunjukkan bahwa AS tidak terlihat aktif membaca buku untuk mencari sumber jawaban yang benar dalam mengerjakan soal atau tugas saat proses pembelajaran sedang berlangsung. Selain hasil observasi, hasil wawancara juga menyatakan bahwa AS memilih untuk tidak belajar ketika guru tidak memberikan tugas, selain itu AS mengaku dirinya masih belum bisa membagi waktu antara belajar dan bermain karena diakui oleh AS bahwa dirinya lebih banyak waktu untuk bermain daripada waktu untuk belajar.

Motivasi belajar juga dapat dilihat dengan ketekunan dalam mengerjakan tugas. Hasil observasi menunjukkan bahwa AS kurang berani menyampaikan pendapat dalam forum diskusi di kelas, akan menyampaikan pendapat ketika guru menunjuk dirinya secara langsung. Selain itu AS kurang memiliki kesabaran dalam mengerjakan soal atau tugas yang diberikan oleh guru saat jam pelajaran sedang berlangsung di kelas, terlihat AS memilih untuk bertanya langsung atau bahkan menunggu jawaban dari temannya. AS terlihat kurang mampu mempertahankan pendapat beserta alasannya dihadapan teman-temannya di kelas. Selain itu hasil wawancara menunjukkan bahwa AS lebih memilih untuk mengerjakan tugas secara langsung ketika guru memberikan tugas saat situasi dan kondisi memang benar-benar memungkinkan. AS juga lebih senang mengerjakan tugas bersama dengan temannya dengan alasan agar bisa mengobrol dan saling bertukar pikiran ketika ada sesuatu yang dianggapnya susah.

Analisis Subyek NH

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan oleh peneliti pada subyek ketiga yaitu NH, hasil analisis menunjukkan bahwa motivasi belajar MSA sempat terjadi penurunan karena adanya permasalahan salah satunya yang berkaitan dengan keluarga yaitu perceraian yang terjadi antara kedua orangtua. Motivasi belajar siswa dapat dilihat dengan kuatnya kemauan untuk berbuat dan dalam hal ini ditunjukkan dengan ketika berada di kelas NH jarang sekali terlihat aktif bertanya atau menjawab ketika berada di kelas, selain itu diakui oleh NHbahwa dirinya memilih untuk bertanya langsung kepada teman daripada harus bertanya langsung kepada guru, MSA juga merasa kurang antusias ketika mengikuti pelajaran karena faktor guru juga sangat berpengaruh.

Motivasi belajar juga dapat dilihat dari jumlah waktu yang disediakan untuk belajar. Hasil observasi menunjukkan bahwa NH terlihat sedang mengerjakan tugas secara langsung ketika guru baru saja memberikan tugas, hal ini terlihat dengan NH yang sering bertanya atau berdiskusi dengan teman di belakangnya tentang materi yang dibahas. Selain itu hasil wawancara menunjukkan bahwa NH tidak merencanakan kegiatan belajarnya baik ketika di rumah maupun di sekolah, dengan alasan karena semuanya dilakukan secara otodidak sesuai dengan situasi dan kondisi. Selain itu diakui oleh NH bahwa dirinya kurang dapat memanfaatkan waktu luang untuk belajar atau bahkan sekedar membaca buku.

Selain itu motivasi belajar juga dapat dilihat dengan kerelaan meninggalkan kewajiban atau tugas lain. Hasil observasi menunjukkan bahwa NH sesekali terlihat aktif membaca buku untuk mencari sumber jawaban yang benar dalam mengerjakan soal atau tugas saat proses pembelajaran sedang berlangsung. Selain hasil observasi, hasil wawancara juga menunjukkan bahwa NH memilih untuk tidak belajar ketika guru tidak memberikan tugas, selain itu NH mengaku dirinya masih belum bisa membagi waktu antara belajar dan bermain akan tetapi NH berusaha untuk dapat membagi waktu antara belajar dan bermain agar bisa seimbang.

Motivasi belajar selanjutnya dapat dilihat dari ketekunan dalam mengerjakan tugas. Hasil observasi menunjukkan bahwa NH kurang berani menyampaikan pendapat dalam forum diskusi di kelas, akan menyampaikan pendapat ketika guru menunjuk dirinya secara langsung. Selain itu NH kurang memiliki kesabaran dalam mengerjakan soal atau tugas yang diberikan oleh guru saat jam pelajaran sedang berlangsung di kelas, terlihat NH memilih untuk bertanya langsung kepada temannya untuk memastikan jawabannya. NH terlihat kurang mampu mempertahankan pendapat beserta alasannya dihadapan teman-temannya di kelas. Selain itu hasil wawancara menunjukkan bahwa MSA lebih memilih untuk mengerjakan tugas secara langsung ketika guru memberikan tugas saat situasi dan kondisi memang benar-benar memungkinkan. MSA juga lebih senang mengerjakan tugas secara individu daripada harus bersama dengan teman-temannya dengan alasan justru tidak bisa konsentrasi ketika mengerjakan tugas dalam kondisi ramai.

PEMBAHASAN

Berdasarkan dari hasil analisis yang dilakukan oleh peneliti dengan ketiga subyek yaitu MSA,AS dan NH bahwa motivasi belajar siswa dari keluarga bercerai sempat terjadi penurunan karena salah faktornya adalah keluarga yaitu perceraian kedua orangtua subyek. Menurut Handoko (dalam Suprihatin, 2015: 75) motivasi belajar siswa dapat dilihat dari kuatnya kemauan untuk berbuat seperti keaktifan siswa dalam mengikuti jam pelajaran, keantusiasan subyek dalam mengikuti proses pembelajaran saat di kelas. Dalam hal ini dapat dilihat dari hasil observasi yang menunjukkan bahwa ketiga subyek terlihat kurang aktif baik bertanya ataupun menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh guru saat di kelas. Selain hasil wawancara menujukkan bahwa ketiga subyek menyatakan memilih untuk tidak bertanya langsung kepada guru melainkan lebih memilih bertanya langsung kepada teman. Sesekali bertanya ketika pelajaran yang dianggapnya sulit, selain itu faktor guru juga sangat berpengaruh terhadap keantusiasan subyek dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas.

Motivasi belajar juga dapat dilihat dari jumlah waktu yang disediakan untuk belajar, seperti perencanaan kegiatan belajar baik di rumah maupun di sekolah, memanfaatkan waktu luang untuk belajar, berdiskusi atau bahkan sekedar membaca buku. Dalam hal ini dapat dilihat ketika subyek mengikuti kegiatan pembelajaran di dalam kelas. Dari hasil observasi menunjukkan bahwa kedua subyek yaitu MSA dan AS terlihat kurang dapat memanfaatkan waktu yang ada untuk sekedar berdiskusi tentang pelajaran baik dengan teman maupun dengan guru. Selain itu terlihat sesekali subyek menunda mengerjakan tugas atau soal ketika guru memberikan tugas dan bahkan sesekali terlihat memilih untuk diam dan menunggu jawaban dari temannya atau bahkan mengobrol dengan temannya. Akan tetapi tidak terjadi kepada NH yang sesekali terlihat berdiskusi dengan teman di belakangnya tentang materi yang sedang di bahas, NH terlihat untuk mencoba mengerjakan secara langsung ketika guru memberikan soal meskipun sesekali NH sering bertanya kepada teman di belakangnya. Selain dilihat dari hasil observasi, dapat juga dilihat dari hasil wawancara yang menunjukkan bahwa satu subyek yaitu MSA merencanakan kegiatan belajar baik di rumah maupun di sekolah, meskipun terkadang tidak dilakukan secara konsisten. Akan tetapi tidak terjadi pada kedua subyek yaitu AS dan NH yang tidak merencanakan kegiatan belajarnya dengan alasan semuanya dilakukan secara otididak. Selain itu ketiga subyek yaitu MSA,AS dan NH menyatakan bahwa ketiganya tidak bisa memanfaatkan waktu luang untuk belajar atau bahkan sekedar membaca buku.

Motivasi belajar selanjutnya dapat dilihat dari kerelaan meninggalkan kewajiban atau tugas lain. Hasil observasi menunjukkan bahwa kedua subyek yaitu MSA dan AS tidak terlihat aktif membaca buku untuk mencari sumber jawaban yang benar dalam mengerjakan soal atau tugas saat proses pembelajaran sedang berlangsung, akan tetapi tidak terjadi pada subyek NH yang sesekali terlihat sedang membaca buku dan berdiskusi dengan teman di belakangnya untuk memastikan jawabannya. Hasil wawancara menunjukkan bahwa ketiga subyek yaitu MSA, AS dan NH memilih untuk tidak belajar ketika guru tidak memberikan tugas. Selain itu ketiga subyek baik MSA, AS dan NH juga mengaku masih belum bisa membagi waktu antara belajar dan bermain, akan tetapi ketiganya berusaha untuk bisa membagi antara waktu belajar dan bermain agar bisa seimbang.

Selain itu motivasi belajar juga dapat dilihat dari ketekunan dalam mengerjakan tugas. Hasil observasi menunjukkan bahwa ketiga subyek kurang berani menyampaikan pendapat dalam forum diskusi di kelas, akan menyampaikan pendapat ketika guru menunjuk dirinya secara langsung. Selain itu ketiga subyek kurang memiliki kesabaran dalam mengerjakan soal atau tugas yang diberikan oleh guru saat jam pelajaran sedang berlangsung di kelas, terlihat ketiganya memilih untuk bertanya langsung atau bahkan menunggu jawaban dari temannya. Selain itu ketiga subyek terlihat kurang mampu mempertahankan pendapat beserta alasannya dihadapan teman-temannya di kelas, kedua subyek yaitu AS dan NH memilih untuk balik bertanya kepada teman di depan atau di belakangnya untuk memastikan jawabannya, sedangkan MSA sesekali menjawab dengan celotehan bercandaannya. Selain itu hasil wawancara menunjukkan bahwa kedua subyek yaitu MSA dan NH memilih untuk mengerjakan secara langsung ketika situasi dan kondisinya memungkinkan saat guru memberikan tugas. Sedangkan AS memilih untuk bertanya atau menunggu jawaban dari temannya yang sudah selasai mengerjakan. Selain itu kedua subyek yaitu MSA dan NH mengaku lebih senang mengerjakan tugas secara individu, dengan alasan tidak bisa fokus ketika mengerjakan tugas secara bersama-sama sedangkan AS lebih senang mengerjakan tugas secara kelompok dengan alasan agar bisa mengobrol, bertanya langsung saat ada sesuatu yang belum dipahami.

Selain itu menurut Sudjana (2016: 61) motivasi belajar siswa juga dapat dilihat dari minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran, semangat siswa dalam melakukan tugas-tugas belajarnya, tanggung jawab siswa dalam mengerjakan tugas-tugasnya, dan rasa senang dan puas dalam mengerjakan tugas yang diberikan. Secara garis besar ketiga subyek menunjukkan ketiga subyek menunjukkan motivasi belajar yang rendah, salah satu faktor penyebabnya yaitu karena permasalahan keluarga dimana kedua orangtuanya yang bercerai. Faktor penyebab perceraian itu sendiri disebabkan karena sudah tidak ada lagi kecocokan antara suami-istri, sering terjadinya pertengkaran antara suami-istri, dan bahkan tak jarang karena adanya kekerasan di dalam rumah tangga, serta adanya sosok wanita lain atau perselingkuhan yang dilakukan oleh salah satu dari mereka. Hal ini senada dengan yang disampaikan oleh Sudarto (dalam Dariyo,2004: 95) bahwa faktor penyebab perceraian antara lain kekerasan verbal, masalah ekonomi, perselingkuhan, selain itu percekcokan yang sering terjadi di dalam keluarga (Matondang,2014: 144). Hal ini senada dengan yang disampaikan oleh NH dimana faktor penyebab kedua orangtuanya bercerai yaitu salah satunya karena perselingkuhan. Menurut hasil wawancara peneliti dengan subyek NH mengunngkapkan bahwa NH pernah diajak oleh ibunya untuk mengikuti ayahnya dari dalam mobil secara diam-diam dan NH melihat secara langsung ayahnya bertemu dengan wanita lain.

Adapun dampak perceraian orangtua bagi anak menurut Tauqirohman (2015: 61-63) antara lain depresi,dalam hal ini anak akan mengisolasi diri dalam dunia mereka dan menjauhi hal-hal yang biasa dilakukan oleh anak seusianya. Anak akan melakukan itu karena dia tidak bisa menerima perceraian yang dilakukan oleh kedua orangtuanya. Hal ini dapat dilihat dari hasil observasi yang menunjukkan bahwa kedua subyek yaitu AS dan NH terlihat resah pada saat akan mengikuti jam pelajaran, hal itu terlihat saat pertama kali peneliti masuk ruang kelas. Akan tetapi tidak dengan MSA yang tampak terlihat biasa saja dan tidak menunjukkan sika resah saat mengikuti jam pelajaran di kelas. Selain itu ketiga subyek juga tidak menunjukkan duduk menyendiri, namun sesekali ketiga subyek terlihat sedang melamun saat proses pembelajaran sedang berlangsung. Selain hasil observasi, dapat juga dilihat dari hasil wawancara yang menunjukkan bahwa ketiga subyek pernah murung pada saat ayah dan ibunya sedang bertengkar. Selain itu kedua subyek yaitu AS dan NH mengaku sangat kecewa dengan keputusan yang diambil oleh kedua orangtuanya untuk memutuskan bercerai. Akan tetapi tidak terjadi pada subyek MSA yang justru merasa biasa saja ketika kedua orangtuanya bercerai, diakui oleh MSA sempat terlihat murung pada saat ibunya memutuskan untuk menikah lagi

Dampak selanjutnya adalah cenderung berperilaku kasar, dalam hal ini perilaku muncul karena anak mulai merasa seolah-olah dirinya ditipu oleh orangtuanya, sehingga sebisa mungkin anak akan bersikap demikian untuk menarik perhatian kedua orangtuanya sehingga dia berharap apa yang dilakukannya bisa kembali mempersatukan kedua orangtuanya. Dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa ketiga subyek tidak menunjukkan berperilaku kasar saat di kelas. Dari hasil wawancara juga menunjukkan bahwa ketika sedang marah kedua yaitu AS dan MSA memilih untuk melakukan hal-hal yang disukai seperti bermain game, bermain keluar rumah bersama dengan temannya, dan lain sebagainya. Berbeda dengan NH yang pernah memukul kaca dengan tangannya secara langsung hingga berdarah pada saat merasa marah karena merasa kecewa dengan kedua orangtuanya yang memutuskan untuk bercerai. Hal tersebut senada dengan yang disampaikan oleh Maryanti, dkk (2007: 63-64) di mana dampak perceraian anak salah satunya adalah anak mempunyai kemarahan, frustasi dan dia mau melampiaskannya, dan pelampiasannya adalah dengan melakukan hal-hal yang berlawanan dengan peraturan memberontak, dan lain sebagainya.

Selain itu dampak perceraian orangtua terhadap anak adalah sulit fokus, dalam hal Perceraian memberikan dampak buruk pada perfoma anak, terutama untuk prestasinya disekolah. Itu dikarenakan dia terus memikirkan tentang perceraian orang tuanya, sehingga dia tidak dapat fokus pada hal lain terutama belajarnya. Jika terus dibiarkan, prestasi anak akan terus menurun dan bahkan hancur. Dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa satu subyek yaitu MSA menunjukkan suka berpindah-pindah tempat duduk dan bahkan sesekali MSA menghampiri peneliti dan duduk di samping peneliti. Selain itu MSA sesekali terlihat mengajak berbicara temannya saat proses pembelajaran sedang berlangsung. Akan tetapi tidak dengan kedua subyek yaitu AS dan NH yang tidak terlihat berpindah-pindah tempat duduk saat proses pembelajaran sedang berlangsung di kelas, hanya saja sesekali baik AS maupun NH saling berbicara karena kebetulan NH dan AS adalah teman satu bangkunya. Sedangkan dari hasil wawancara ketiga subyek merasa terganggu ketika sedang belajar akan tetapi kedua orangtuanya malah bertengkar. Hal tersebut senada dengan yang disampaikan oleh Indriyani (2018) yang menyatakan bahwa dampak perceraian orangtua terhadap motivasi belajar salah satunya adalah sulit fokus, sebab konsentrasi belajar menjadi terganggu karena masalah di rumah selalu terpikirkan hingga sampai di sekolah. Seketika konsentrasi belajar di sekolah menjadi terganggu karena memikirkan masalah keluarga, sehingga anak cenderung lebih memilih diam atau jarang berpendapat, sulit menerima pelajaran dan mengalami kesulitan dalam belajar.

Dampak perceraian selanjutnya juga dikemukakan oleh Agency (2011: 4-5) bagi anak antara lain anak merasa tidak aman, karena orangtua sejatinya menjadi tempat berlindungnya. Selain itu anak merasa tidak diinginkan karena anak akan merasa kehadirannya tidak diingkan oleh kedua orantuanya, selanjutnya anak akan merasa kesepian karena tidak adanya sosok orangtua yang utuh serta adanya kekosongan jiwa jika terus menerus dibiarkan maka akan menimbulkan hal lebih buruk. Misalnya anak akan lebih cenderung menyukai bermain dengan temannya daripada harus di rumah. Hal tersebut senada dengan yang disampaikan oleh ketiga subyek dimana dirinya lebih betah bermain dengan temannya daripada harus dirumah. Selain itu dampak yang lainnya adalah anak akan merasa marah, hal ini senada dengan subyek tiga yaitu AS dan NH yang merasa marah dengan keputusan yang diambil oleh kedua orangtuanya untuk bercerai. selain itu NH juga mengaku masih marah dengan ayahnya sehingga sampai dengan sekarang NH malas untuk berkomunikasi dengan sang ayah.

KESIMPULAN

Peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa motivasi belajar siswa dapat dilihat dari beberapa indikator salah satunya adalah kuatnya kemauan untuk berbuat, jumlah waktu yang disediakan untuk belajar, serta kurangmampuan subyek dalam memanfaatkan waktu luang untuk belajar atau bahkan sekedar membaca buku. Indikator selanjutnya yaitu kerelaan meninggalkan kewajiban atau tugas yang lain, dapat dilihat dari subyek yang memilih untuk tidak belajar ketika guru tidak memberikan tugas, serta subyek yang merasa kurang mampu membagi waktu antara belajar dan bermain. Indikator yang terakhir yaitu ketekunan dalam mengerjakan tugas, dapat dilihat ketika subyek memilih untuk mengerjakan secara langsung ketika guru memberikan tugas, akan tetapi satu subyek memilih untuk tidak mengerjakan secara langsung dan memilih untuk menunggu jawaban dari temannya, serta lebih senang mengerjakan tugas secara individu daripada harus bersama dengan temannya.

DAFTAR RUJUKAN

Suprihatin,Siti. 2015. Upaya Guru Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa. Pendidikan Ekonomi Universitas Muhammadhiyah Metro.

Sudjana, Nana. 2014. Penilaian Hasil Proses Belajar mengajar.Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Helmawati, Poetri. 2014. Pendidikan Karakter. Bandung: CV Pustaka Setia

Mattondang, Armansyah. 2014. Faktor Yang Mempengaruhi Perceraian Dalam Perkawinan. Ilmu Pemerintahan dan Sosial Politik.

Dariyo, Agoes. 2004. Memahami Psikologi Perceraian dalam Keluarga. Fakultas Psikologi Universitas Indonusa Esa Unggul.

Taufiqurohman. 2012. Mencegah perceraian.

Sugiyono. 2017. Metode Penelitian. Bandung: Alfabeta Cv.

Cresswell. 2014. Penelitian Kualitatif dan Desain Riset. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.