PENGARUH PEMANFAATAN LINGKUNGAN SEKITAR

SEBAGAI SUMBER BELAJAR TERHADAP KEAKTIFAN

DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

 

Desi Maria EL Puang

Unversitas Nusa Nipa Maumere

 

                                                                      ABSTRACT

This study aimed to indentify the effect of the utilization of environment as a source of learning through scientific approach toward the activeness of the fourth grade students in learning and to indentify the effect of the utilization of environment as a source of learning through scientific approach toward the learning outcomes of the fourth grade students. This research was conducted at the Presidential Instruction Elementary School of Nogodue—Nitakloang Village with the students of class IV A and B 2013/2014 school year as the research subjects. The type of the research was experimental research with pretest-postest control group research design. The test results of the first hypothesis showed that the activeness of the students in the experimental class was better than that in the control class. This was shown by the mean value of 20,3000 compared with the results of the students learning using lecture method which was equal to 11,000. It means that there was an effect from the use of environment as a source of learning through scientific approach toward the activeness of the students in learning. As for the second hypothesis testing, it was found that student learning outcomes in the experimental class were higher than that in the control class. This was shown by the sig. value of 0.000 <α 0.05 and t-test (7.372) <t-table (1.684) with a mean value of 59.8500 compared with the results of the student learning using lecture method which was 48.9000. It can be concluded that the use of environment as a source of learning can improve the activeness and the learning outcomes of the students significantly.

Keywords: environment as a source of learning, the activeness of student, learning outcomes

 


PENDAHULUAN

Pendidikan di Sekolah Dasar (SD) pada umumnya belum menunjukkan indikasi ke arah pembelajaran yang mandiri. Hal ini terlihat dari pendapat beberapa orang guru yang menyatakan bahwa, dalam pembelajaran di kelas siswa lebih banyak diam dan hanya mendengar-kan apa yang disampaikan guru. Keaktifan dan kreativitas anak kurang terlihat pada setiap pembelajaran. Selain itu, terlihat juga pendidikan di SD hanya sebatas untuk mempersiapkan anak untuk menghadapi ujian semester, sedangkan penanaman kesadaran manfaat ilmu bagi peserta didik sering sekali terabaikan.

Kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis kompetensi yang dirancang untuk mengantisipasi kebutuhan kompetensi Abad 21. Pada abad itu, kemampuan kreativitas anak menjadi sangat penting. Anak dituntut untuk mampu mencari informasi tentang suatu masalah, kemudi-an mengasosiasikan dan selanjutnya mam-pu mengkomunikasikan apa yang telah diperoleh. Sejalan dengan itu, rumusan kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dipergunakan dalam Kurikulum 2013 mengedepankan penting-nya kreativitas anak.

Kompetensi yang diharapkan dari seorang lulusan SD/MI harus memiliki kemampuan pikir dan tindak yang produktif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret. Kemampuan tersebut diperjelas dalam kompetensi inti yang salah satunya adalah menyajikan pengetahuan dalam bahasa yang jelas, logis dan sistematis dalam karya yang estetis atau dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak sehat, beriman, dan berakhlak mulia. Kompetensi tersebut dirancang untuk dicapai melalui proses pembelajaran berbasis penemuan (discovery learning) melalui kegiatan-kegiatan berbentuk tugas (project based learning) yang mencakup proses-proses yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi-kan, dan mengkomunikasikan.

Salah satu sumber belajar yang dapat digunakan sebagai sumber belajar adalah melalui lingkungan. lingkungan sebagai sumber belajar adalah pemanfaat-an sumber daya (alam dan manusia) yang ada di sekitar untuk digunakan oleh guru bersama siswa agar dapat memperoleh informasi dan meningkatkan pengetahuan. Pendekatan saintifik merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang cocok dengan menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar.

Menurut Musfiqon (2012:129), “sumber belajar adalah pengalaman-peng-alaman yang pada dasarnya sangat luas, yakni seluas kehidupan yang mencakup segala sesuatu yang dapat dialami dan dapat menimbulkan peristiwa belajar”. Maksudnya, adanya perubahan tingkah laku ke arah yang lebih sempurna sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan.

Sementara menurut Hamalik (2009: 195), “lingkungan (environment) yang dipergunakan sebagai dasar peng-ajaran merupakan faktor kondisional yang mempengaruhi tingkah laku individu dan merupakan faktor belajar yang penting”. Sudjana dan Rivai (2007:212) juga menge-mukakan bahwa, “dari semua lingkungan masyarakat yang dapat digunakan dalam proses pendidikan dan pengajaran secara umum dapat dikategorikan menjadi tiga macam lingkungan belajar yakni: lingkungan sosial, lingkungan fisik (alam), dan lingkungan buatan”. Lingkungan sosial dapat digunakan untuk memperdalam ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan, sedang-kan lingkungan alam dapat digunakan untuk mempelajari tentang gejala-gejala alam dan dapat menumbuhkan kesadaran peserta didik akan cinta alam dan partisipasi dalam memelihara dan meles-tarikan alam.

Dalam proses pembelajaran terda-pat komponen yang saling mempengaruhi. Komponen-komponen tersebut adalah siswa, bahan ajar, dan guru. Pemahaman dan penggunaan sifat-sifat siswa penting bagi guru SD. Bahan ajar dapat diterima dengan baik apabila siswa memiliki pemahaman dan perhatian yang tinggi. Peran guru harus dapat memilih strategi pembelajaran yang tepat untuk mengatasi setiap permasalahan yang muncul dalam proses pembelajaran.

Pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar berpijak pada pemikiran mengenai empat pilar belajar yang dikemukakan UNESCO (Setiadi, 2007), yaitu: 1) Learning to know, yaitu proses pembelajaran yang memungkinkan siswa menguasai teknik menemukan pengeta-huan dan bukan semata-mata hanya memperoleh pengetahuan; 2) Learning to do, yaitu memberdayakan siswa agar mampu berbuat untuk memperkaya pengalaman belajarnya, meningkatkan interaksi dengan lingkungannya baik fisik, sosial maupun budaya, sehingga siswa mampu membangun pemahaman dan pengetahuannya terhadap dunia sekitar; 3) Learning to live together, dengan membe-kali kemampuan untuk hidup bersama orang lain yang berbeda dengan penuh toleransi, saling pengertian; dan 4) Learning to be, adalah keberhasilan yang dicapai dari tiga pilar belajar di atas.

Pembelajaran tematik dimaknai sebagai pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu. Dalam pembahasannya tema itu ditinjau dari berbagai mata pelajaran. Pembelajaran tematik menyediakan keluasan dan kedalaman implementasi kurikulum menawarkan kesempatan yang sangat banyak pada siswa untuk memunculkan dinamika dalam pendidikan.

Menurut Trianto (2010:78), pem-belajaran tematik sebagai model pembela-jaran termasuk salah satu tipe/jenis dari pada model pembelajaran terpadu. Istilah pembelajaran tematik pada dasarnya adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa (Depdiknas, 2006:5).

Tema berbagai pekerjaan merupa-kan salah satu dari beberapa tema yang telah disusun untuk siswa kelas IV SD dalam Kurikulum 2013. Tema ini terdiri atas empat sub tema. Empat sub tema tersebut antara lain jenis-jenis pekerjaan, barang dan jasa, pekerjaan orangtuaku, dan pekerjaan di sekitarku yang merupakan rangkuman dari ke tiga sub tema sebelumnya. Tiap-tiap sub tema yang ada, dibagi lagi ke dalam 6 pembelajaran, dan untuk tiap pembelajaran, diharapkan dapat selesai dalam waktu satu hari.

Sub tema yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah pekerjaan orangtuaku dengan pembelajaran yang dipilih adalah pembelajaran pertama dan kedua. Mata pelajaran yang ditematikan dalam pembelajaran yaitu IPS, IPA, dan Bahasa Indonesia. Dalam pembelajaran ini, diharapkan peserta didik mampu membandingkan alat-alat yang dibutuhkan dalam pekerjaan dari masa ke masa, mampu memprediksi alat-alat teknologi yang dibutuhkan di masa mendatang, dan mampu menceritikan apa yang telah diamati.

Dalam pembelajaran ini, peserta didik belajar selain melalui guru, teman-teman dalam kelas, juga bisa belajar di lingkungan, di rumah, dan secara khusus dengan orangtua. Sikap yang perlu tumbuh dan dikembangkan dalam pembelajaran ini adalah menghargai setiap pekerjaan, selalu berusaha, bekerja keras, dan peduli dengan lingkungan.

Proses pembelajaran pada hake-katnya untuk mengembangkan aktivitas dan kreatifitas peserta didik melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar. Keaktifan belajar siswa merupakan unsur dasar yang penting bagi keberhasilan proses pembelajaran. Keaktifan adalah kegiatan yang bersifat fisik maupun mental, yaitu berbuat dan berfikir sebagai suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan (Sardiman, 2004: 98).

Belajar yang berhasil harus melalui berbagai macam aktivitas, baik aktivitas fisik maupun psikis. Aktivitas fisik adalah siswa giat aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain maupun bekerja, ia tidak hanya duduk dan mendengarkan, melihat atau hanya pasif. Siswa yang memiliki aktivitas psikis (kejiwaan) adalah jika daya jiwanya bekerja sebanyak–banyaknya atau banyak berfungsi dalam rangka pembelajaran. Keaktifan siswa dalam kegiatan belajar tidak lain adalah untuk mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri. Mereka aktif membangun pemahaman atas persoalan atau segala sesuatu yang mereka hadapi dalam proses pembelajaran.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, aktif berarti giat (bekerja, berusaha). Keaktifan diartikan sebagai hal atau keadaan dimana siswa dapat aktif. Menurut Rousseau (dalam Sardiman, 2004: 95) menyatakan bahwa, “setiap orang yang belajar harus aktif sendiri, tanpa ada aktifitas proses pembelajaran tidak akan terjadi”.

Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa, keaktifan siswa dalam belajar merupakan segala kegiatan yang bersifat fisik maupun non fisik siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar yang optimal sehingga dapat menciptakan suasana kelas menjadi kondusif.

Keaktifan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Gagne dan Briggs (dalam Martinis, 2007:84), faktor-faktor yang mempengaruhi keaktifan belajar siswa yaitu: 1) memberikan motivasi atau menarik perhatian peserta didik, sehingga mereka berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran; 2) menjelaskan tujuan instruksional (kemampuan dasar kepada peserta didik); 3) mengingatkan kompetensi belajar kepada peserta didik; 4) memberikan stimulus (masalah, topik, dan konsep yang akan dipelajari); 5) memberikan petunjuk kepada peserta didik cara mempelajari; 6) memunculkan aktivitas, partisipasi peserta didik dalam kegiatan pembelajaran; 7) memberikan umpan balik (feedback); 8) melakukan tagihan-tagihan kepada peserta didik berupa tes sehingga kemampuan peserta didik selalu terpantau dan terukur; dan 9) menyimpulkan setiap materi yang disampaikan di akhir pembelajaran.

Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat disimpulkan, keaktifan dipengaruhi oleh berbagai macam faktor seperti menarik atau memberikan motivasi kepada siswa dan keaktifan juga dapat ditingkatkan. Salah satu cara meningkatkan keaktifan yaitu dengan mengenali keadaan siswa yang kurang terlibat dalam proses pembelajaran.

Hamalik (2009:52) menyatakan bahwa, indikator keaktifan belajar siswa berdasarkan jenis aktivitasnya dalam proses pembelajaran yaitu: 1) kegiatan visual (visual activities), yaitu membaca, memperhatikan gambar, mengamati demonstrasi atau mengamati pekerjaan orang lain; 2) Kegiatan lisan (oral activities), yaitu kemampuan menyatakan, merumuskan, diskusi, bertanya atau interupsi; 3) kegiatan mendengarkan (listening activities), yaitu mendengarkan penyajian bahan, diskusi atau mendengarkan percakapan; 4) kegiatan menulis (writing activities), yaitu menulis cerita, mengerjakan soal, menyusun laporan atau mengisi angket; 5) kegiatan menggambar (drawing activities), yaitu melukis, membuat grafik, pola, atau gambar; 6) kegiatan emosional (emotional activities), yaitu menaruh minat, memiliki kesenangan atau berani; 7) kegiatan motorik (motor activities), yaitu melakukan percobaan, memilih alat-alat atau membuat model; dan 8) kegiatan mental, yaitu mengingat, memecahkan masalah, menganalisis, melihat hubungan-hubungan atau membuat keputusan.

Hasil belajar merupakan hal yang paling terpenting dalam pembelajaran. Menurut Sudjana, (2003:3), “hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar, dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik”. Dimyati dan Mudjiono (2006:3-4) juga mendefinisikan “hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar”. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar.

Hasil belajar sebagai salah satu indikator pencapaian tujuan pembelajaran di kelas tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar itu sendiri. Menurut Sugihartono, dkk (2007:76-77), terdapat dua faktor yang mempengaruhi hasil belajar, yaitu: 1) Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor internal meliputi: faktor jasmaniah dan faktor psikologis dan 2) Faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor eksternal meliputi: faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.

Dari faktor-faktor yang mempenga-ruhi hasil belajar ini, peneliti menggunakan faktor eksternal berupa penggunaan ling-kungan sebagai sumber belajar. Peng-gunaan lingkungan ini menuntut keterli-batan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran.

Pendekatan saintifik merupakan pendekatan pembelajaran yang memung-kinkan siswa-siswa menguatkan, memper-luas, dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan akademik mereka dalam berbagai tatanan baik dalam sekolah maupun di luar sekolah agar dapat memecahkan masalah dunia nyata atau masalah-masalah yang disimulasikan. Pendekatan scientific menekankan pada berpikir tingkat lebih tinggi, transfer pengetahuan tingkat disiplin, serta pe-ngumpulan, penganalisisan dan pensinte-sisan informasi serta data dari berbagai sumber dan pandangan. Lingkungan mem-bantu siswa untuk dapat menghubungkan apa yang didapat di sekolah dengan keadaan sebenarnya di lingkungan sekitar. Lingkungan merupakan salah satu sumber belajar yang amat penting dan memiliki nilai-nilai yang sangat berharga dalam rangka proses pembelajaran siswa. Lingkungan dapat memperkaya bahan dan kegiatan belajar. Menurut Hamalik (2009:195), “lingkungan (environment) yang dipergunakan sebagai dasar pengajaran merupakan faktor kondisional yang mempengaruhi tingkah laku individu dan merupakan faktor belajar yang penting”. Lingkungan yang ada di sekitar anak merupakan salah satu sumber belajar yang dapat dioptimalkan untuk pencapaian proses dan hasil pendidikan yang berkualitas bagi anak tingkat sekolah dasar.

Memanfaatkan lingkungan sekitar dengan membawa anak-anak untuk mengamati lingkungan akan menambah keseimbangan dalam kegiatan belajar. Artinya belajar tidak hanya terjadi di ruangan kelas namun juga di luar ruangan kelas dalam hal ini lingkungan sebagai sumber belajar yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan fisik, keterampilan sosial, dan budaya, perkembangan emosional serta intelektual. Dengan kata lain, pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar dapat menumbuhkan aktivitas belajar anak karena anak dilatih untuk berinteraksi dengan temannya dan anak juga dihadapkan dengan pengalaman hidup yang nyata, dimana siswa belajar dengan bekerja untuk memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan aspek-aspek tingkah laku lain, serta dapat mengembangkan keterampilan yang bermakna untuk hidup di masyarakat.

Hasil belajar merupakan produk, keterampilan, dan sikap yang tercermin di dalam perilaku sehari-hari (Ibrahim, 2005). Produk mencakup serangkaian fakta, konsep, teori, hukum, dan prinsip serta prosedur. Keterampilan terdiri dari kete-rampilan berpikir, keterampilan mengguna-kan alat, keterampilan sosial, keterampilan proses (keterampilan melakukan penelitian, dan keterampilan-keterampilan mengguna-kan strategi-strategi belajar). Sikap mencakup budi pekerti, etika, dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Hasil belajar tidak hanya tergantung pada guru, melainkan dipengaruhi oleh hasil interaksi antara berbagai informasi yang seharusnya diberikan pada siswa dan bagaimana siswa mengolah informasi berdasarkan pema-haman yang dimiliki sebelumnya (Rohandi, 1998). Menurut Sudjana (2003), “hasil belajar yang dicapai oleh siswa dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor dari dalam diri siswa itu dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan”. Faktor yang datang dari diri siswa terutama kemampuan yang dimilikinya. Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai. Hasil belajar siswa di sekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan.

Lingkungan menyediakan berbagai hal yang dapat dipelajari siswa, memperkaya wawasannya, dan kebenaran-nya lebih akurat, kegiatan belajar akan lebih menarik, tidak membosankan, belajar akan lebih bermakna, dan aktivitas siswa akan lebih meningkat seperti proses mengamati, bertanya, atau wawancara, membuktikan sesuatu, dan menguji fakta (Anitah, 2007).

Dengan demikian pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar dapat mmberikan kesempatan kepada siswa untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Siswa dapat secara aktif menggali pengetahuan yang diperoleh dari lingkung-an sekitar dengan mengamati, menginter-pretasi, memprediksi, menganalisis, menilai, dan mengkomunikasikan sehingga materi yang dipelajari oleh siswa melekat lebih lama sehingga hasil belajar siswa akan meningkat. Oleh karena itu dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar diharapkan siswa lebih aktif dan hasil belajarnya meningkat.

Berikut ini beberapa paparan hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini, yaitu: 1) penelitian yang dilakukan oleh Sriartha (2000) dengan judul “Penggunaan Peta dan Lingkungan Sekitar Melalui Keterampilan Proses untuk Meningkatkan Kualitas Proses dan Hasil Pembelajaran IPS di SD”, menunjukan bahwa perolehan hasil belajar siswa lebih meningkat dibandingkan dengan metode ceramah, serta cukup berhasil mencegah verbalisme di kalangan siswa tentang konsep-konsep materi IPS yang dipelajari; 2) penelitian yang dilakukan oleh Rosmalah (2002), tentang pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar dalam pembelajaran IPS di SDN Sumbersari Kota Malang menunjukkan hasil belajar siswa lebih meningkat jika dibandingkan dengan menggunakan metode ceramah; 3) Penelitian yang dilakukan oleh Hendarwati (2011), tentang Pengaruh Pemanfaatan Lingkungan sebagai Sumber Belajar Melalui Metode Inkuiri terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS Kelas IV Sekolah Dasar menunjukkan bahwa, pembelajaran IPS dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar merupakan salah satu alternatif pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar. hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian bahwa, hasil belajar siswa antara kelompok eksperimen dengan siswa pada kelompok yang mengikuti pembelajaran (ceramah), kelompok eksperimen mempunyai ketuntasan belajar lebih tinggi dibanding siswa pada kelompok kontrol.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen, yang dilakukan dalam 2 kelas yaitu kelas kontrol dan eksperimen. Dalam rancangan ini, kelompok eksperimental diberi perlakuan dengan pembelajaran yang memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar, sedangkan kelompok kontrol tidak.

Subjek penelitian adalah siswa Kelas IV SD Inpres Nogodue tahun ajaran 2013/2014 sebanyak 20 anak. Pertimbang-an sebagai tempat penelitian karena memiliki keanekeragaman sumber belajar yang belum dimanfaatkan untuk pembela-jaran dan sekolah tersebut terbuka meneri-ma upaya dalam inovasi dalam pendidikan. Sedangkan pelaksanaan penelitian direnca-kan pada bulan April sampai Mei 2014.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi dan pembe-rian tes. Kemudian teknik analisis data yang dilakukan adalah sebagai berikut. Teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif, yaitu mendiskripsikan hasil validasi perangkat pembelajaran, keterlak-sanaan kegiatan pembelajaran yang meng-gunakan Pendekatan Ilmiah. Analisis data validasi komponen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Tes Hasil Belajar (THB) dilakukan dengan analisis deskriptif kualitatif yaitu dengan merata-rata skor masing-masing komponen.

Berdasarkan ketetapan kriteria ketuntasan minimal (KKM) dari SD Inpres Nogodue, siswa dinyatakan tuntas belajar-nya jika telah mencapai nilai 65. Data kemampuan keaktifan siswa pada saat proses pembelajaran dinilai melalui pengamatan oleh dua orang guru yang sudah ditunjuk sebagai pengamat. Keaktifan iini meliputi perhatian siswa terhadap penjelasan guru, kerjasama dalam kelompok, kemampuan mengemukakan pendapat, memberi kesempatan berpendapat kepada teman, mendengarkan dengan baik ketika teman berpendapat, dan saling membantu dalam menyelesaikan masalah.

Hasil tes berupa nilai kuantitatif yang akan dianalisis peningkatannya dari skor pada saat pretest dibandingkan dengan skor posttest, peningkatan antara pretest dan posttest dinilai dari gain skornya. Nilai gain skor menunjukkan seberapa besar terjadinya peningkatan.

Uji asumsi klasik yang digunakan adalah uji normalitas dan homogenitas. Uji normalitas digunakan untuk menguji data apakah mempunyai sebaran normal atau tidak, sedangkan uji homogenitas diguna-kan untuk menguji kesamaan varians antara dua kelompok yang homogen atau tidak dilakukan dengan uji. Baik uji normalitas maupun homogenitas dihitung dengan menggunakan SPSS 16.00 for windows.

Pengujian hipotesis dianalisis dengan menggunakan analisis inferensial yaitu menggunakan uji t satu pihak dengan dasar pengambilan keputusan thitung dengan ttabel, dengan keterangan: Jika thitung lebih besar dari ttabel (thitung > ttabel), maka hipotesis nihil (Ho) yang diajukan ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima, dan jika thitung lebih kecil dari ttabel (thitung < ttabel), maka hipotesis nihil (Ho) yang diajukan diterima dan hipotesis alternatif (Ha) ditolak, (Sugiyono, 2010).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil validasi RPP menunjukkan bahwa rata-rata validasi kelayakan RPP dari validator adalah dengan kategori baik dengan skor rata-rata dari kedua validator adalah 46,50, maka dapat disimpulkan bahwa kategori RPP baik dan layak digunakan dengan sedikit revisi. Sedangkan THB yang dibuat peneliti divalidasi oleh validator. Pakar/validator memberikan validasi terhadap THB meliputi validasi isi, bahasa dan penulisan soal. Hasil validasi THB dari para validator menunjukkan bahwa soal tes hasil belajar valid dan dapat dipahami dengan sedikit revisi.

Soal tes dan keaktifan siswa terlebih dahulu dilakukan dengan uji validitas dan reliabilitas. Uji validitas untuk keaktifan siswa diperoleh semua item pertanyaan pada variabel keaktifan siswa adalah valid, karena tingkat signifikan yang dihasilkan kurang dari 5% yaitu lebih dari 0,444, dan uji reliabilitasnya diperoleh Cronbach’s Alpha 0,858. Validitas THB digunakan rumus pearson product moment dengan kriteria pengujian dilakukan jika butir instrumen dikatakan valid apabila rhitung > rtabel (Suharsimi, 2006). Hasil analisis diperoleh masing-masing butir soal memiliki nilai rhitung > rtabel dengan tingkat signifikansi 5% adalah 0,444. Dapat disimpulkan bahwa butir pertanyaan THB dinyatakan valid kecuali butir soal no 1 dan 3 tidak valid. Untuk butir soal no 1 direvisi dan butir soal nomor 3 dianggap gugur sehingga tidak digunakan dalam penelitian. Sedangkan reliabilitasnya diperoleh Cronbach’s Alpha 0,731.

Data pelaksanaan pembelajaran pada penelitian eksperimen diperoleh dengan menggunakan lembar pengamatan. Jumlah pengamat instrumen adalah 2 orang. Aspek yang diamati meliputi kegiatan pra pembelajaran, pembukaan pembelajaran, kegiatan inti pembelajaran, dan kegiatan penutup.

Rata-rata kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar melalui pendekatan saintifik reliabilitasnya adalah pada RPP I yaitu 98,62% dan RPP II yaitu 93,99%, sedangkan rata-rata kemampuan guru antara 3 sampai 4, maka kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran sudah dapat dikatakan baik, dan reliabilitasnya di atas 75% ini berarti instrumen yang digunakan reliabel. Hasil dari pengamatan pengelolaan pembelajaran ini hanya digunakan sebagai data pendukung dalam penelitian.

Selain aktivitas guru, aktivitas siswapun diamati oleh dua orang pengamat. Hasil pengamatan aktivitas siswa selama proses pembelajaran kelas eksperimen RPP I dan II, aktivitas terpusat pada aktivitas mengidentifikasi mengenai sub tema pekerjaan orangtuaku yang dilakukan dengan bimbingan guru, terlihat antusias siswa untuk mencari informasi yang berkaitan dengan hal yang ditemukan di tempat perontokan padi dengan melalui bertanya pada pegawai atau pemilik perontokan padi. Siswa juga sangat antusias untuk menyampaikan pendapat-nya dengan menjawab petanyaan secara berkelompok. Sedangkan pada kelas kontrol aktivitas ini tidak terlaksana.

Hasil penelitian untuk THB menunjukkan bahwa hasil pretest siswa yang diberikan pada pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar melalui pendekatan santifik memiliki nilai pretest rata-rata 55 dengan nilai minimum 41 dan nilai maksimum 68, hasil postest setelah diajarkan dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar nilai rata-rata 88 dengan nilai minimum 76 dan nilai maksimum 100. Dari hasil pretest terdapat 2 orang siswa yang tuntas untuk sub tema pekerjaan orangtuaku pembelajaran 1 dan 2. Setelah dilakukan pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar seluruh siswa tuntas. Sementara hasil pretest siswa yang diberikan pada pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah hasil pretest memiliki nilai rata-rata 53 dengan nilai minimum 41 dan nilai maksimum 65. Hasil postest setelah diajar menggunakan metode ceramah nilai rata-rata 70 dengan nilai minimum 59 dan nilai maksimum 79. Dari hasil pretest siswa tidak tuntas. Setelah dilakukan pembelajar-an dengan menggunakan metode ceramah, ada sebagian siswa mencapai ketuntasan dalam belajar dan ada juga sebagian siswa yang tidak tuntas dalam belajar.

Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, data terlebih dahulu diuji normalitasnya dan homogenitasnya. Hasil analisis menunjukkan bahwa asumsi normalitas sudah terpenuhi dilihat dari tingkat signifikan pada variabel hasil belajar dan keaktifan belajar siswa pada kelas kontrol dan eksperimen lebih dari 5%. Sedangkan nilai signifikan untuk masing-masing variabel lebih dari 0,05% yang berarti Ho ditolak yang artinya varians kedua sampel (kelas) adalah homogen, sehingga asumsi independent sample t test terpenuhi.

Kemudian langkah selanjutnya adalah pengujian hipotesis. Hasil pengujian hipotesis diperoleh, pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keaktifan belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis dengan uji Independent Sample T test sampel independen diperoleh sig. sebesar 0,000 < α 0,05 dengan t sebesar 8,879, kemudian hasil thitung dikonsultasikan dengan ttabel untuk uji satu pihak dimana ttabel 1,684 (N=40) karena thitung > ttabel berarti hasil kedua sampel berbeda secara signifikan.

Selain berpengaruh terhadap keatifan siswa, pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajarpun mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis dengan uji Independent Sample T test sampel independen diperoleh sig. sebesar 0,000 < α 0,05 dengan t sebesar 7,372, kemudian hasil thitung dikonsultasikan dengan ttabel untuk uji satu pihak dimana ttabel 1,684 (N=40) karena thitung > ttabel berarti hasil kedua sampel berbeda secara signifikan.

Berdasarkan diskusi hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa keaktifan siswa yang memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar lebih tinggi secara signify-kan dibanding dengan hasil belajar siswa yang menggunakan metode ceramah. Menurut Andrich & Styles (dalam Slavin, 2008), menjelaskan bahwa tahap berpikir peserta didik berada pada tahap berpikir kongkrit ke tahap berpikir abstrak. Untuk itu pembelajaran harus dirancang sedemikian rupa sehingga sehingga dapat merangsang keaktifan siswa dalam mem-peroleh informasi atau pesan pembejaran.

Pendapat lain dikemukakan oleh Rouseau (dalam Sardiman, A.M., 2004:97) yang memberikan penjelasan bahwa, Dalam kegiatan belajar mengajar segala pengetahuan itu hatu haru diperoleh dengan pengamatan sendiri, pengalaman sendiri, penyelidikan sendiri, baik secara rohani maupun teknis.

Pada diskusi hasil penelitia juga menunjukkan bahwa, hasil belajar siswa kelas IV SD pada sub tema pekerjaan orangtuaku pada pembelajaran 1 dan 2 yang memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar lebih tinggi secara signifikan dibanding dengan hasil belajar siswa tanpa memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar (ceramah).

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Endah Herawati (2011) tentang “Pengaruh Pemanfaatan Lingkungan Seba-gai Sumber Belajar Melalui Metode Inkuiri Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS Kelas IV Sekolah Dasar. Dari perolehan hsil uji Independent Sample T Test diperoleh signifikasi sebesar 0,000 < 0,05 dengan thitung = 6,2650 > ttabel = 1,671, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran dengan mengunakan lingkungan sebagai sumber belajar melalui metode inkuiri lebih baik daripada hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah.

Hasil penelitian yang diperoleh sesuai dengan yang tertuang dalam teori pada Bab II Menurut Ibrahim (2005:99) lingkungan merupakan salah satu sumber belajar yang amat penting dan memiliki nilai-nilai yang sangat berharga dalam rangka proses pembelajaran siswa, lingkungan dapat memperkaya bahan dan kegiatan belajar.

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan hasil temuan yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar melalui pendekatan saintifik mempunyai pengaruh terhadap keaktifan belajar dan hasil belajar siswa.

Saran

Berdasarkan hasil penilitian disarankan bahwa guru sebaiknya selalu memanfaatkan segala sesuatu yang ada di lingkungan yang berhubungan dengan materi yang akan disampaikan agar anak dapat lebih semangat dan mempunyai aktivitas belajar yang tinggi, dan bagi peneliti selanjutnya yang akan meneliti dengan variabel yang sama diharapkan menggunakan faktor lingkungan yang berbeda sehingga keaktifan dan hasil belajar dapat dilihat dari beberapa faktor lain yang mempengaruhinya.

DAFTAR PUSTAKA

Anitah, S. (2007). Strategi Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.

Depdiknas. (2006). Model Penilian Kelas: KTSP SD/MI. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum. Departemen Pendidikan Nasional.

Dimyati dan Mudjiono. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Departemen P dan K DIKTI.

Hamalik, O. (2009). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Hendarwati, E. (2011). Pengaruh Pemanfaatan Lingkungan sebagai Sumber Belajar Melalui Metode Inkuiri terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS Kelas IV Sekolah Dasar (Tesis magister pendidikan tidak dipublikasikan. Univeritas Negeri Surabaya.

Ibrahim, M. (2005). Asesmen Berkelanjutan. Surabaya: Unesa University Press.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2008). Jakarta: Balai Pustaka.

Musfiqon, H. M. (2012). Pengembangan Media dan Sumber Pembelajaran. Jakarta: PT Prestasi Pustakaraya.

Rohandi, R. (1998). Memberdayakan Anak Melalui Pendidikan Sains. Yogyakarta: Kanisius.

Rosmalah. (2002). Pemanfaatan Lingkungan sebagai Sumber Belajar dalam Pembelajaran IPS di SDN Sumbersari Kota Malang. (Tesis magister pendidikan tidak dipublikasikan). Universitas Negeri Malang.

Sardiman. (2004). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Gravindo Persada.

Setiadi, dkk. (2007). Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sudjana. (2003). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Sudjana dan Rivai. (2007). Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Suharsimi, A. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Sriartha, P. I. (2000). Penggunaan Peta dan Lingkungan Sekitar Melalui Keterampilan Proses untuk Meningkatkan Kualitas Proses dan Hasil Pembelajaran IPS SD. Jurnal PGSD. Malang: Universitas Negeri Malang.

Trianto. (2010). Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik. Surabaya: Prestasi Pustaka Publisher.