PEMANFAATAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD

(STUDENT TEAMS ACHIEVMENT DIVISIONS) DAN PENERAPAN GAME DOMINO CARD UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN

DAN PRESTASI BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VII

DI SMP NEGERI I MAPITARA

Agustina Elizabeth

Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Nusa Nipa Maumere

ABSTRAK

Berdasarkan observasi awal yang telah dilakukan di SMP Negeri I Mapitara, diketahui bahwa kelas VII mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran fisika. Mereka kurang mampu untuk menguasai materi fisika yang diberikan oleh guru. Hal ini dapat dilihat dari nilai ulangan fisika siswa yang terakhir. Hanya 39 % siswa yang memenuhi SKM (Standart Ketuntasan Minimum). Pembelajaran kelas dikatakan tuntas apabila siswa memenuhi SKM yaitu ³ 70. Pihak sekolah dan guru pun mencoba untuk menyelesaikan masalah tersebut agar kompetensi yang diharapkan dapat tercapai. Untuk mengatasi masalah-masalah dalam proses pembelajaran sering dilakukan penelitian-penelitian. Salah satu penelitian yang dapat dilakukan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang merupakan ragam atau bentuk penelitian pembelajaran yang berkonteks kelas yang dilaksanakan oleh guru untuk memecahkan masalah-masalah pembelajaran yang dihadapi oleh guru, memperbaiki mutu proses (praktik) dan mencobakan hal-hal baru di bidang pembelajaran demi peningkatan hasil pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD ( Student Teams Achievment Divisions) dan pemanfaatan Game Domino Card merupakan salah satu upaya untuk memecahkan masalah di kelas VII . Melalui TGT, siswa dapat lebih aktif belajar dalam kelompok, menyelesaikan masalah bersama, dan berpikir serta saling membantu dalam memahami materi fisika. Guru dengan aktif mengawasi siswa secara berkelompok maupun individual, serta membantu siswa apabila mengalami kesulitan dalam pembelajaran ini. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan pembelajaran dimana siswa dikelompokkan ke dalam kelompok-kelompok belajar. Game Domino Card merupakan game dimana siswa diminta untuk menyusun kartu sehingga terbentuk susunan yang benar.

Kata kunci: Student Teams Achievment Divisions, Game Domino Card, hasil belajar siswa.

PENDAHULUAN

Dari observasi awal yang telah dilakukan di SMP Negeri I Mapitara, diketahui bahwa kelas VII mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran fisika. Mereka kurang mampu untuk menguasai materi fisika yang diberikan oleh guru. Hal ini dapat dilihat dari nilai ulangan fisika siswa yang terakhir. Hanya (40) % siswa yang memenuhi SKM (Standart Ketuntasan Minimum). Pembelajaran kelas dikatakan tuntas apabila siswa memenuhi SKM yaitu ³ 70. SKM tidak dapat terpenuhi karena siswa kurang berkonsentrasi pada saat proses pembelajaran. Mereka kurang memperhatikan saat guru menjelaskan di depan kelas, mereka lebih suka bermain dan berbicara sendiri dengan temannya. Siswa kelas VII B lebih suka pembelajaran dengan berdiskusi dengan kelompok. Mereka merasa jenuh dengan pembelajaran pada penghafalan materi saja. Pihak sekolah dan guru pun mencoba untuk menyelesaikan masalah tersebut agar kompetensi yang diharapkan dapat tercapai. Model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams –Games-Tournament) merupakan salah satu upaya untuk memecahkan masalah tersebut, khususnya pada pelajaran fisika pokok bahasan Pengukuran. Melalui TGT, siswa dapat lebih aktif belajar dalam kelompok, menyelesaikan masalah bersama, dan berpikir serta saling membantu dalam memahami materi fisika. Guru dengan aktif mengawasi siswa secara berkelompok maupun individual, serta membantu siswa apabila mengalami kesulitan dalam pembelajaran ini. Model pembelajaran TGT pada pokok bahasan Pengukuran diharapkan dapat memudahkan siswa dalam memahami konsep pelajaran yang disampaikan dengan baik, karena model TGT merupakan pembelajaran dengan memakai game dan turnamen sehingga dalam pembelajaran siswa juga dapat bermain. Untuk mengatasi masalah-masalah dalam proses pembelajaran sering dilakukan penelitian-penelitian. Salah satu penelitian yang dapat dilakukan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang merupakan ragam atau bentuk penelitian pembelajaran yang berkonteks kelas yang dilaksanakan oleh guru untuk memecahkan masalah-masalah pembelajaran yang dihadapi oleh guru, memperbaiki mutu proses (praktik) dan mencobakan hal-hal baru di bidang pembelajaran demi peningkatan hasil pembelajaran. Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti melaksanakan penelitian tindakan kelas dengan judul Pemanfaatan Model Pembelajaran Kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) dalam Pokok Bahasan Pengukuran untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Fisika Siswa Kelas VII di SMP Negeri I Mapitara.

KAJIAN PUSTAKA

Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan suatu pembelajaran dengan peserta didik dikelompok-kelompokkan dalam tim-tim kecil untuk menyelesaikan tugas dan memecahkan masalah secara bersama untuk mencapai tujuan yang saling menguntungkan yang beragam, setiap anggota bertanggungjawab atas keberhasilan belajarnya baik secara individu maupun kelompok. Dalam belajar kooperatif sangat dimungkinkan timbulnya komunikasi interaksi yang lebih berkualitas antara peserta didik dengan peserta didik dalam antar kelompok. Pada pembelajaran kooperatif peserta didik ditempatkan pada peran yang sama untuk mencapai tujuan belajar yang tidak lain adalah penguasaan bahan pelajaran dan keberhasilan belajar yang merupakan tanggungjawab bersama. Tujuan dibentuknya kelompok-kelompok kecil pada belajar kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajar. Empat prinsip dasar yang merupakan ciri belajar kooperatif adalah: saling ketergantungan yang positif, adanya interaksi tatap muka yang secara langsung, adanya hubungan interpersonal, dan adanya akuntabilitas individu. Metode-metode dalam pembelajaran kooperatif yaitu:

STAD (Student Teams Achievement Divisions)

TGT (Teams Games Tournament)

CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition)

TAI (Team Accelerated Instruction)

Learning Together

Metode STAD (Student Team Achievement Division)

Dalam STAD, para siswa dibagi dalam kelompok yang terdiri dari empat orang yang berbeda-beda tingkat kemampuan, jenis kelamin, dan tingkat etniknya. Guru menyampaikan pelajaran, lalu siswa bekerja dalam kelompok mereka untuk mengerjakan kuis mengenai materi yang telah disampaikan. Tetapi mereka harus mengerjakan kuis tersebut secara sendiri-sendiri dan tidak diperbolehkan saling membantu. Skor kelompok diperoleh dari hasil mengerjakan kuis yang telah diberikan pada tiap siswa, dengan menjumlahkannya. Apabila ingin mendapatkan penghargaan kelompok, maka harus saling membantu dalam penguasaan materi pelajaran. Gagasan utama dari STAD adalah untuk memotivasi siswa supaya dapat saling mendukung dan membantu satu sama lain dalam menguasai kemampuan yang diajarkan oleh guru.

Metode Teams Games Tournament

Team-Game-Turnament, pada mulanya dikembangkan oleh David DeVries dan Keith Edwards, ini merupakan metode pembelajaran pertama dari Johns Hopkins. Metode ini menggunakan pelajaran yang sama yang disampaikan guru dan tim kerja yang sama seperti dalam STAD (Student Team Achievement Division) yaitu para siswa dibagi dalam tim belajar yang terdiri atas empat orang yang berbeda-beda tingkat kemampuan, jenis kelamin, dan latar belakang etniknya. Guru menyampaikan pelajaran, lalu siswa bekerja dalam tim mereka untuk memastikan bahwa semua anggota tim telah menguasai pelajaran. Selanjutnya, semua siswa mengerjakan kuis mengenai materi secara sendiri-sendiri, di mana saat itu mereka tidak diperbolehkan untuk saling bantu. Tetapi dalam TGT, kuis akan digantikan dengan turnamen mingguan, di mana siswa memainkan game akademik dengan anggota tim lain untuk menyumbangkan poin bagi skor timnya. Siswa memainkan game ini bersama tiga orang pada “meja turnamen”, di mana ketiga peserta dalam satu meja ini adalah para siswa yang memiliki rekor nilai matematika terakhir yang sama. Sebuah prosedur”menggeser kedudukan” membuat permainan ini cukup adil. Peraih rekor tertinggi dalam tiap meja turnamen akan mendapatkan 60 poin untuk timnya, tanpa menghiraukan dari meja mana ia mendapatkannya; ini berarti bahwa mereka yang berprestasi rendah (bermain dengan yang berprestasi rendah juga) dan yang berprestasi tinggi (bermain dengan yang berprestasi tinggi) keduanya memiliki kesempatan yang sama untuk sukses. Tim dengan kinerja tertinggi mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan tim lainnya. TGT memiliki banyak kesamaan dinamika dengan STAD, tetapi menambahkan dimensi kegembiraan yang diperoleh dari penggunaan permainan. Teman satu tim akan saling membantu dalam mempersiapkan diri untuk permainan dengan mempelajari lembar kegiatan dan menjelaskan masalah-masalah satu sama lain, tetapi sewaktu siswa sedang bermain dalam game temannya tidak boleh membantu, memastikan telah terjadi tanggung jawab individual. Materi yang sama yang digunakan dalam STAD dapat juga digunakan dalam TGT-kuis STAD digunakan sebagai game dalam TGT. Sebagian guru lebih memilih TGT karena faktor menyenangkan dan kegiatannya menarik.

Landasan Teoritik

Secara umum TGT sama saja dengan STAD kecuali satu hal: TGT menggunakan turnamen akademik, dan menggunakan kuis-kuis dan sistem skor kemajuan individu, di mana para siswa berlomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim lain yang kinerja akademik sebelumnya setara seperti mereka. TGT sangat sering digunakan dengan dikombinasikan dengan STAD, dengan menambahkan turnamen tertentu pada struktur STAD yang biasanya.

Tahapan-tahapan dalam TGT:

Presentasi di kelas. Materi dalam TGT pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi di dalam kelas. Ini merupakan pengajaran langsung seperti yang sering dilakukan atau diskusi pelajaran yang dipimpin oleh guru, tetapi bisa juga memasukkan presentasi audiovisual. Dengan cara ini, para siswa akan menyadari bahwa mereka harus benar-benar memberi perhatian selama presentasi kelas, karena dengan demikian akan sangat membantu mereka mengerjakan kuis-kuis, dan skor kuis mereka menentukan skor tim mereka.

Tim. Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas. Fungsi utama dari dari tim ini adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar, dan lebih khususnya lagi, adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk bias mengerjakn tugasnya dengan baik.

Game. Gamenya terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang kontennya relevan yang dirancang untuk menguji penngetahuan siswa yang diperolehnya dari presentasi di kelas dan pelaksanaan kerja tim. Game tersebut dimainkan di atas meja dengan tiga orang siswa, yang masing-masing mewakili tim yang berbeda. Kebanyakan game hanya berupa nomor-nomor pertanyaan yang ditulis pada lembar yang sama. Seorang siswa mengambil sebuah kartu bernomor dan harus menjawab pertanyaan sesuai nomor yang tertera pada kartu tersebut. Sebuah aturan tentang penantang memperbolehkan para pemain saling menantang jawaban masing-masing.

Turnamen. Turnamen adalah sebuah struktur di mana game berlangsung. Biasanya berlangsung pada akhir minggu atau akhir unit, setelah guru memberikan presentasi di kelas dan tim telah melaksanakan kerja kelompok terhadap lembar kegiatan pada turnamen pertama, guru menunjuk siswa untuk berada pada meja turnamen-tiga siswa berprestasi tinggi sebelumnya pada meja 1, tiga berikutnya pada meja 2, dan seterusnya. Kompetisi yang seimbang ini, memungkinkan para siswa dari semua tingkat kinerja sebelumnya berkontribusi secara maksimal terhadap skor tim mereka jika mereka melakukan yang terbaik. Setelah turnamen pertama, para siswa akan bertukar meja tergantung pada kinerja mereka pada turnamen terakhir. Pemenang pada tiap meja “naik tingkat” ke meja berikutnya yang lebih tinggi (misalnya, dari meja 6 ke meja 5): skor tertinggi kedua tetap tinggal pada meja yang sama; dan yang skornya paling rendah”diturunkan.” Dengan cara ini, jika pada awalnya siswa sudah salah ditempatkan, untuk seterusnya mereka akan terus dinaikkan atau diturunkan sampai merekamencapai tingkat kinerja mereka yang sesungguhnya.

METODE

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri I Mapitara kelas VII sebanyak 20 siswa. Metode pengkajian dilakukan dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) berdasarkan model Kemmis dan McTaggart (1992). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan dengan empat aspek utama yang saling berkaitan, yaitu: 1) perencanaan tindakan, 2) tindakan, 3) observasi, dan 4) refleksi. Keempat aspek itu dihubungkan sebagai suatu siklus sebagaimana tampak pada Gambar 1. Penelitian indakan Kelas dilakukan secara kolaboratif antara guru dan peneliti. Tugas guru dan peneliti dalam penelitian ini adalah: 1) Peneliti bertugas sebagai pelaksana tindakan, dan 2) Guru pada bertugas sebagai observer atau pengamat. Berdasarkan observasi awal dirancang suatu tindakan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa menggunakan model pembelajaran cooperative dengan teori game domino card. Untuk memperoleh hasil yang maksimal pada penelitian ini dilakukan dalam siklus, jika satu siklus belum memperoleh hasil sesuai indikator pencapaian, maka dilanjutkan siklus berikutnya yang disesuaikan dengan hasil refleksi pada siklus sebelumnya.

Dalam penelitian ini dilakukan tiga jenis penilaian yaitu penilaian keaktifan siswa, motivasi siswa, dan penilaian hasil belajar yang mengarah pada aspek kognitif. Penilaian terhadap proses pembelajaran siswa diperoleh dari kajian dokumentasi terhadap data pada partisipasi belajar siswa, sedangkan penilaian terhadap hasil belajar siswa diperoleh berdasarkan hasil tes pada tiap siklus.

HASIL

Bukti rendahnya partisipasi siswa yang rendah terlihat saat pengamatan dengan waktu 70 menit terhadap 20 siswa di kelas VII, sebagian besar siswa menahan ribut, bermain game dari telepon selular, menggambar, dan bercerita. Penerapan tindakan yang sesuai langkah-langkah pembelajaran kooperatif dengan permainan domino selalu terjadi peningkatan prestasi siswa dalam pembelajaran fisika. Melalui kegiatan siswa dalam mengerjakan Lembar Kerja Siswa secara berpasangan atau dalam kelompok, memberi peluang kepada siswa untuk memperhatikan penjelasan guru, membaca, melakukan praktikum, mengajukan pendapat dan bertanya, hingga menyampaiakan hasil kerja. Hasil yang diperoleh, bahwa siswa lebih bersemangat dan berpartisipasi aktif dalam pembelajaran Fluida. Prestasi siswa dapat dilihat pada hasil belajar siswa dari 69,56% pada siklus I menjadi 76 % pada siklus II dengan 18 siswa yang mencaapai SKM; keaktifan siswa 65,22 % pada siklus I menjadi 86,95 % pada siklus II, motivasi siswa 64,37 % pada siklus I menjadi 81,3 % padasiklus II.

KESIMPULAN

Dengan menerapkan pembelajaran pada Fluida dengan metode kooperatif dengan game domino card selalu terjadi peningkatan keaktifan, motivasi, dan hasil belajar siswa. Kegiatan pembelajaran ini dapat mengatasi masalah belajar fisika siswa di kelas VII sehingga siswa mampu mengikuti pelajaran dengan baik dan menyenangkan.

PUSTAKA

Damari, Ari. 2007. Kupas Fisika SMA untuk kelas 1,2, & 3. Jakarta: Wahyu Media.

Foster, Bob. 2004. Ringkasan Materi dan Contoh soal serta pembahasan soal-soal Fisika. Jakarta: Airlangga

Freedman, Young. 2002. Fisika Universitas. Jakarta: Erlangga

Husain. 2004. Pembelajaran Fisika Pokok Bahasan Cahaya Dengan Model Siklus Belajar (Learning Cycle ) Untuk Mengembangkan Kemampuan Siswa Dalam Memecahkan Masalah Pada MTsN Barabai Kalimantan Selatan: Skripsi

Halliday & Resnick. 1985. Fisika (jilid 1) (Pantur Silaban, penerjemah). Jakarta: Erlangga.

Hamzah, 2011. Belajar Dengan Pendekatan PAILKEM

Ibnu, Sahudi & Susilo, Herawati. 2005. Metodologi Penelitian Tindakan Kelas. Dikti.

Iskandar. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Ciputat: Gaung Persada

Kanginan, Marthen.2004. Fisika SMA Kelas XI. Jakarta: Airlangga

Komang, Dewa. 2005. Konsep Dasar dan Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Denpasar: Dikti.

Resnick, Halliday. 1996: FISIKA(terjemahan). Jakarta: Erlangga

Sari, Kumala Herlina. 2010. “Partisipasi Belajar”. 28 desember 2010. Telyna.wordpress.com. [diakses 23 Oktober 2011]

Sunardi,dkk. Fisika Bilingual.2006.Bandung: Yrama Widya

Surya, Yohanes . Olimpiade Fisika.1996. Jakarta: PT Primatika Cipta Ilmu

Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Trianto. 2011. Panduan Lengkap Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Pustaka Raya

 

Zaelani, Ahmad,dkk. 2006. FISIKA untuk SMA/MA.Bandung: Yrama Widya.