PEMBELAJARAN DAN PENGAJARAN KOSAKATA

DI ERA KURIKULUM 2013

 

Harwandi

Guru SMK Negeri 2 Sukoharjo

 

ABSTRAK

Bahasa Inggris sebagai bahasa Internasional yang sangat berperan dalam semua bidang wajib diperkenalkan dan diajarkan di Indonsesia. Kemampuan bahasa Inggris meliputi empat keterampilan yaitu mendengarkan, membaca, berbicara, dan menulis. Empat keterampilan digunakan bersama untuk berkomunikasi. Empat keterampilan bahasa itu didukung oleh aspek bentuk lain, yaitu fonologi. kosakata, dan tatabahasa. Pembelajaran kosakata adalah penguasaan atau pemerolehan kosa kata dan pengajarannya. Pembelajaran tersebut untuk membantu atau memfasilitasi dalam pemerolehan kosakata. Selain itu pembelajaran kosakata tidak terlepas dari penguasaan kosa kata. Proses pembelajaran dan pengajaran kosakata di era kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik. Hal itu dilakukan dengan lima langkah yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan.

Kata Kunci: pembelajaran, pengajaran, kosakata, kurikulum 2013

 

PENDAHULUAN

Bahasa Inggris sebagai bahasa Internasional mempunyai banyak peran di dunia seperti ilmu pengetahuan, perdagangan, politik, pariwisata, dan sebagainnya. Hampir semua negara menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pertama, kedua, atau asing. Bahasa Inggris dimasukkan sebagai salah satu mata pelajaran wajib dari Sekolah Menengah Pertama (SMP) sampai Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).

Kemampuan bahasa Inggris meliputi 4 keterampilan berbahasa yaitu mendengarkan, membaca, menulis, dan berbicara. Keterampilan-keterampilan tersebut didukung oleh fonologi, kosakata, dan tatabahasa. Fonologi berhubungan dengan pengucapan. Kosakata berhubungan dengan arti, dan tatabahasa berhubungan dengan perubahan kata dan kalimat.

Belajar bahasa Inggris sebagai bahasa asing membutuhkan kosakata yang cukup untuk bermain dalam keterampilan berbahasa baik mendengarkan, membaca, menulis, dan berbicara., Kosakata mempunyai peran yang penting dalam program pengajaran bahasa Inggris. Ini terlihat kosakata tampil pada setiap pengajaran keterampilan bahasa baik mendengarkan, membaca, menulis, berbicara, dan juga pada fonologi dan tatabahasa. Oleh karena itu, pembelajaran dan pengajaran kosakata menjadi prioritas yang utama.

PEMBELAJARAN DAN PENGAJARAN KOSAKATA

 Pembelajaran berasal dari kata “belajar”. Pembelajaran adalah pengusaan atau pemerolehan pengetahuan tentang suatu subjek atau sebuah keterampilan dengan belajar, pengalaman, atau instruksi (Douglas, 2007:7). Lebih jauh dipandang dari tinjauan psikologi pendidikan, pembelajaran adalah sebuah perubahan dalam diri seorang yang disebabkan oleh pengalaman.

Pengajaran berasal dari kata “ajar” yang didefinisikan sebagai suatu yang menunjukkan atau membantu seseorang mempelajari cara melakukan sesuatu, memberi instruksi, memandu dalam pengkajian sesuatu, menyiapkan pengetahuan, menjadikan tahu atau paham (Douglas, 2007:8).

Jelaslah bahwa pengajaran tidak bisa didefinisikan terpisah dari pembelajaran. Pengajaran adalah memandu dan memfasilitasi pembelajaran, memungkinkan pembelajaran untuk belajar, menetapkan kondisi-kondisi pembelajaran.

Permbelajaran kosakata tidak terlepas dari pemerolehan bahasa (Second Language Acquisition), khususnnya bahasa kedua, yaitu bahasa Inggris. Pembelajaran bahasa berpusat pada siswa bagaimana siswa memporelah bahasa kedua yaitu bahasa Inggris sedangkan pengajaran bahasa berpusat pada guru yang bersifat membantu atau memfasilitasi siswa dalam belajar kedua yaitu bahasa Inggris. Menurut Yorio, 1976: 6 dalam teori SLA (Second Language Acquisition) dalam buku Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa oleh H. Douglas Brown (2007:313-314), ada klasifikasi variabel-variabel dalam pembelajaran bahasa kedua, yakni: (1) Usia yang terbagi menjadi masa kanak-kanak yang bersusia 1-10 tahun, masa remaja yang berusia 11-15 tahun, dan dewasa 16 ke atas. Pembelajaran bahasa kedua lebih terarah pada usia dewasa karena kematangan biologis dan sosial. (2) Kognisi yang merupakan kecerdasan umum dan bakat bahasa yang dimiliki oleh pembelajar. Strategi pembelajaran merupan peran utama dalam variabel kognisi. Strategi pembelajaran yang tepat yaitu dapat menngkatkan pemerolehan bahasa kedua. (3) Bahasa asli yang mempengaruhi secara fonologis, gramatikal, dan semantik dalam mentrasfer bahasa kedua.

Variabel-variabel digunakan sebagai masukan yang terbagi pembelajar bebas dan pembelajar terbimbing. Pembelajar bebas dipengaruhi oleh kontek pada pengajaran yang meliputi tempat pembelajaran termasuk lingkungan bahasa asing, lingkungan bahasa kedua dan lingkungan dwibahasa, jenis kontak bahasa, lingkungan bahasa keluarga, dan lingkungan bahasa kawan sebaya. Pembelajar terbimbing juga dipengaruhi oleh konteks pembelajaran yang meliputi tipe bimbingan baik secara formal intensif dan tidak intensif maupun secara informal, lamanya bimbingan yang meliputi jumlah tahun dan jumlah jam tatap muka, tempat bimbingan termasuk lingkungan bahasa asing, lingkungan bahasa kedua, dan lingkungan dwibahasa, materi bimbingan termasuk materi berjenjang beurutan, materi tak berjenjang, dan materi berorientasi keterampilan, dan sumber bimbingan yang berasal dari guru secara sikap maupun pelatihan merupakan bagian terakhir dari konteks pembelajaran.

Wilayah afektif yang merupakan variabel yang dipengaruhi faktor sosial budaya, faktor egosentris, dan faktor motivasi. Faktor sosial budaya meliputi sikap terhadap budaya asli, sikap terhadap budaya bahasa kedua, sikap terhadap warga asli, dan sikap terhadap warga bahasa kedua. Faktor egosentris meliputi depresi, kecemasan, rindu rumah, daya resap diri, mawas, dan sebagainnya. Faktor motivasi yang integratif instrumental baik pilihan sendiri maupun terpaksa.

Variabel tentang latar belakang pendidikan yang dipengaruhi faktor buta huruf dan faktor melek huruf. secara non-profesional maupun profesional. Secara non-profesional meliputi jumlah tahun yang tediri dari tingkat dasar, tingkat menengah, dan tingkat tinggi, dan tempat belajar terdiri dari sikap terhadap pendidikan dan sistem pendidsikan. Secara profesional meliputi sistem pendidikan dan bidang studi yang spesialis. Jelaslah bahwa ada beberapa variabel yang mempengaruhi pembelajaran bahasa kedua atau bahasa Inggris yaitu usia, kognisi, bahasa asli, masukan, wilayah afektif, dan latar belakang pendidikan.

Kosakata merupakan sekumpulan abjad yang diatur di dalam kamus yang terdiri dari satu kata atau lebih dari satu kata yang mempunyai arti. (Ur, 1998:60). Pembelajaran kosakata terbagi menjadi dua yaitu pembelaaran yang sifatnya menerima (receptive learning) dan pembelajaran yang sifatnnya menghasilkan (productive learning) (Nation, 1990:5). Sifat menerima yaitu kemampuan pembelajar untuk mengenali kata dan mengingat arti kata itu melalui mendengarkan dan menulis, sedangkan sifat produktif yaitu kemampuan mengenali kata dan mengingat arti kata, dan sekaligus digunakan untuk berbicara atau menulis dalam waktu yang tepat.

Menurut Brown & Payne dalam Hatch dan Brown (1995: 373), ada 5 langkah yang penting dalam pembelajaran kosakata yaitu: (1) Memiliki sumber untuk menemukan kata-kata baru. Sumber teks berbagai bacaan baik dari buku maupun media masa adalah yang paling tepat untuk menemukan kosakata baru. (2) Memporoleh gambaran yang jelas dari kata-kata baru itu baik yang dapat dilihat maupun didengar atau dua-duannya. Ini jelas kata-kata baru itu dapat dilihat bentuknnya terutama kata benda, atau didengar kata-kata baru itu dalam suatu pembicaraan atau interaksi lisan baik satu arah seperti sambutan, pidato, ceramah, dan sebagainnya, maupun pembicaraan dua arah atau dialog. (3) Mempelajari arti kata itu. Dalam hal ini, kata baru yang ditemukan harus dipelajari apakah itu kata benda, kata kerja, kata sifat, keterangan, dan sebagainnya. (4) Membuat konstruksi yang kuat antara bentuk dan arti kata itu. Konstruksi dalam mengubah bentuk kata dari berbagai jenis kata, misalnya dari kata sifat menjadi kata kerja, atau kata benda, kata benda menjadi kata sifat, dan sebagainnya. (5) Menggunalkan kosakata atau mengaplikasikannya kosakata baru itu dalam menulis maupun berbicara. Ada beberapa alasan mengapa kosakata diajarkan (Nation, 1990:2-3), diantarannya: (1) penelitian yang akurat tenang kosakata dapat membantu pembelajar untuk mengembangkan keteram pilan berbahasa yang berguna, khususnnya berbicara, (2) pembelajar atau siswa masih mempunyai kosakata yang sedikit, (3) pembelajar atau siswa dan peneliti memandang bahwa kosakata itu sangat penting dalam belajar bahasa. Pembelajar berpikir bahwa banyak kesulitan mereka dalam penggunaan keterampilan berbahasa baik yang sifatnnya menerima (receptive skills) dan menghasilkan (productive skills).

Tujuan utama program pengajaran bahasa Inggris adalah membantu pembelajar memporoleh kosakata yang luas. Di setiap pelajaran, guru harus memperkenalkan kata-kata baru dan menyuruh pembelajar berlatih kata-kata itu, dan mencarinnya dalam arti yang jelas (Cross, 1992:17).

Secara umum, teknik pengajaran kosakata terbagi menjadi 4, yaitu: ke-1 Media yang dapat dilihat (visual aids). Media yang paling tepat dalam hal ini adalah gambar. Gambar dapat memudahkan mengenali kosakata baru dan memberi rangsangan untuk belajar kosakata baru. Media gambar sangat tepat diberikan pada pembelajar tahap awal dan usia kanak-kanak karena pada tahap awal ini kosakata yang diberikan hanya mendasar seperti nama-nama binatang, buah-buahan, sayur-sayuran, dan sebagainnya. Gambar dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti buku, majalah, koran, internet ataupun membuat sendiri. Gambar untuk penyampaian haruslah sedemikian menarik dan mudah untuk mengenali sehingga pembelajar akan teringat dan digunakan terus kosakata itu. Selain gambar, media yang dapat dilihat bisa berupa benda-benda nyata sebagai obyek yang dipelajari dengan membawa obyek tersebut di dalam kelas, juga demontrasi yang menggunakan ungkapan raut muka atau wajah, inyarat, mimik, dan aksi.

Penjelasan secara verbal (verbal explanation) yang merupakan teknik pengajaran kosakata yang ke-2, mengajar yang banyak menggunakan penjelasan secara lisan. Dalam penyampaian kosakata baru, guru mempunyai peran aktif dalam penjelasan secara lisan untuk mengarahkan pembelajar menemukan kosakata baru. Penjelasan secara verbal lebih tepat diberikan kelompok pembelajar yang sulit memahami kosakata baru itu. Teknik penjelasan secara verbal meliputi: a) kelompok kata yaitu memperkenalkan kata-kata yang saling berhubungan dalam suatu kelompok, seperti child, boy, girl, infant, youngster yang merupakan kelompok manusia, b) persamaan kata yang ditandai dengan “=”, seperti fierce=savage, shore=beach, residence=home, dan sebagainnya, c) lawan kata yang ditandai dengan “≠”, seperti hot ≠ cold, full ≠ empty, improve ≠ reduce, dan sebagainnya, d) kata-kata yang sama atau mirip dengan bahasa milik pembelajar, seperti book = buku, action = aksi, hotel = hotel, dan sebagainnya, e) ilustrasi kalimatyaitu menyusun kalimat untuk memporoleh arti kata baru seperti kata hate: My father hates potatoes, but he loves rice. He likes carrots, beans, and most other vegetables, but he refuses to eat potatoes. He hates them.

Penjelasan secara verbal juga dapat menggunakan skala atau grade seperti never-seldom-sometimes-often-usually/generally-always, penterjemahan, penjelasan lewat bahasa milik pembelajar sendiri, kolokasi atau pengelompokan seperti appeal (to my friend for help, him to learn from this, obey their parents, lewat kamus, permainan kata, penyebaran seperti clothes = shirt, pants, dress, skirt, blouse, dan peta dinding yang berisi obyek gambar pada kosakata yang dipelajari.

Teknik pengajaran yang ke-3 yaitu presentasi lewat suara (audio) dengan menandai sebuah arti kata baru lewat suara dalam tape. Dalam hal ini, pengenalan kosakata baru melalui keterampilan mendengarkan (listening). Pembelajar dapat mengenali bunyi dan pengucapan, sekaligus arti kosakata baru itu. Alat bantu untuk mendukung teknik ini dengan gambar yang diperdengarkan lewat mendengarkan (listening), sehingga pembelajar dapat mengenali pengucapan dan arti kosakata baru itu.

Teknik pengajaran yang ke-4 yaitu secara kontekual (running context) dengan cara mengajarkan kosakata dengan menghubungkan kata-kata baru itu dengan kata-kata baru dengan kata-kata sekelilingnya yang telah dikenali atau diketahui, kemudian menyimpulkan atau mengira arti kata baru itu. Teknik ini dianggap paling tepat diterapkan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) atau Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) karena sebagaian besar materi pada kurikulum yang digunakan saat ini adalah dengan membaca berbagai macam dan bentuk teks.

 

KURIKULUM 2013

Kurikulum bisa diartikan sebagai rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran. Kurikulum bisa juga dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran. Kurikulum yang berlaku saai ini dikenal dengan kurikulum 2013. Menurut Permendikbud Nomor 69 Tahun 2013, kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.

Esensi kurikulum 2013 adanya keseimbangan sikap, pengetahuan dan keterampilan yang perlu dibangun dan ditumbuhkan pada diri siswa, yang nantinya pembelajar tidak hanya kuat dalam pengetahuan tetapi memilki keterampilan-keterampilan mengolah pengetahuan yang dimiliki menjadi ide-ide kreatif yang cerdas dan tentunnya memiliki sikap spiritual dan sikap sosial yang baik. Kurikulum 2013 bertujuan untuk menjadikan manusia-manusia yang produktif, kritis, dan kreatif sangatlah tepat sesuai tantangan abad 21. Di abad 21, arus globalisasi terus meningkat, perubahan terus terjadi dengan dengan begitu cepatnya. Berbagai isue di era global ini seperti masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi dan informasi, kebangkitan industri kreatif dan budaya, serta perkembangan pendidikan di tingkat internasional yang menjadi perhatian masyarakat saat ini.

Arus globalisasi akan menggeser pola pikir dan pola hidup masyarakat, misalnnya masyarakat agraris dan perniagaan tradisional menjadi masyarakat industri dan perdagangan modern. Tentunnya situasi ini perlu disikapi dengan mempersiapkan masyarakat yang kritis dan kreatif. Di abad 21 ini diperlukan manusia yang fleksibel dan cepat menyesuaikan diri, mandiri dan penuh inisiatif, produktif dan bertanggung jawab, memiliki keterampilan sosial dan budaya, berjiwa pemimipin. Dengan ciri manusia seerti itu nampaknya cukup hanya dengan berpengetahuan saja, harus dilengkapi kemampuan kreatif, kritis, berkarakter kuat, bertanggung jawab, sosial, toleran, produktif, adaptif, di samping kemampuan memanfaatkan informasi dan berkomunikasi. Dengan begitu, kurikulum 2013 dikembangkan untuk menghasilkan insan indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi dalam rangka mensikapi perkembangan pada abad 21 ini.

 Berpikir kritis adalah berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan. Oleh karena itu, sejak berada dibangku sekolah para siswa banyak dilatih dan ditumbuhkan pikiran-pikiran kritisnya. Berpikir kreatif adalah cara berpikir yang dipenuhi dengan ide atau gagasan dalam pengembangan daya imaginasi. Berpikir kreatif juga kemampuan mendayagunakan potensi yang dimiliki yang muncul dari berbagai keadaan.

Menjadikan siswa kritis dan kreatif tergantung pada bagaimana proses pembelajaran berlangsung. Kegiatan pembelajaran merupakan proses pendidikan yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi mereka menjadi kemampuan yang semakin lama semakin meningkat dalam sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang diperlukan dirinya hidup dan untuk bermasyarakat, berbangsa, serta berkontribusi pada kesejahteraan hidup umat manusia. Proses pendidikan diartikan sebagai proses yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi diri menjadi kemampuan berpikir rasional dan kecenderungan akademik dengan memberikan makna terhadap apa yang dilihat, didengar, dibaca, dipelajari dari warisan budaya berdasarkan makna yang ditentukan oleh lensa budayanya dan sesuai dengan tingkat kematangan psikologis serta kematangan fisik peserta didik. Selain mengembangkan kemampuan berpikir rasional juga cemerlang dalam akademik.

Pembelajaran kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik atau pendekatan berbasias proses keilmuan. Pembelajaran saintifik meliputi 5 pengalaman belajar yaitu melalui: (1) Mengamati. Deskripsi kegiatannya dengan indera seperti membaca, mendengar, menyimak, melihat, menonton, dan sebagainnya (tanpa atau dengan alat) yang tujuannya untuk melatih kesungguhan, ketelitian dan mencari informasi. Bentuk hasil belajar yaitu perhatian pada waktu mengamati suatu obyek, membaca suatu tulisan, mendengar suatu penjelasan, catatan yang dibuat tentang yang diamsati, kesabaran, waktu yang digunakan untuk mengamati. (2) Menanya. Deskripsi kegiatanya dengan membuat dan mengajukan petanyaan yang tidak dipahami dari apa yang diamati, tanya jawab, berdiskusi tentang informasi yang belum dipahami, informasi tambahan yang ingin diketahui, atau sebagai klarifikasi yang tujuannya untuk mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat. Bentuk hasil hasil belajar yaitu jenis, kualitas, dan jumlah pertanyaan yang diajukan peserta didik (pertanyaan faktual, konseptual, prosedural, dan hipotetik). (3) Mengumpulkan informasi. Deskripsi kegiatannya dengan mengeksplorasi, mencoba, berdiskusi, mendemonstrasikan, meniru bentuk/gerak, melakukan eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengumpulkan data dari nara sumber melalui angket, wawancara, dan memodifikasi/menambah/mengembangkan informasi itu. Kegiatan mengumpulkan informasi bisa dilakukan melalui kegiatan eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengamati objek/ kejadian/aktivitas, wawancara dengan nara sumber. Tujuannya mengembangkan sikap teliti, jujur, sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar sepanjang hayat. Bentuk hasil belajar yaitu jumlah dan kualitas sumber yang dikaji/digunakan, kelengkapan informasi, validitas informasi yang dikumpulkan, dan instrumen/alat yang digunakan untuk mengumpulkan data. (4) Mengasosiasi. Deskripsi kegiatannya melalui kegiatan mengolah informasi yang sudah dikumpulkan, menganalisis data dalam bentuk membuat kategori, mengasosiasi atau menghubungkan fenomena/informasi yang terkait dalam rangka menemukan suatu pola, dan menyimpulkan. Tujuannya mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan. Bentuk hasil belajar yaitu mengembangkan interprestasi, argumentasi dan kesimpulan mengenai keterkaitan informasi dari dua fakta/konsep, interpretasi argumentasidan kesimpulan mengenai keterkaitan lebih dari dua fakta/konsep/teori, menyintesis argumentasi serta kesimpulan keterkaitan antar berbagai jenis fakta/konsep/teori/pendapat, mengembangkan interprestasi, struktur baru, argumentasi, dan kesimpulan yang menunjukkan hubungan fakta/konsep/teori dari dua sumber atau lebih yang tidak bertentangan, dan mengembangkan interpretasi, struktur baru, argumentasi dan kesimpulan dari konsep/teori/pendapat yang berbeda. (5) Mengkomunikasikan. Deskripsi kegiatannya menyajikan laporan dalam bentuk bagan, diagram, atau grafik, menyusun laporan tertulis, dan menyajikan laporan meliputi proses, hasil, dan kesimpulan secara lisan dari hasil pengamatan atau kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya. Tujuannya mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar. Bentuk hasil belajar yaitu menyajikan hasil kajian (dari mengamati sampai menalar) dalam bentuk tulisan, grafis, media elektronik, multi media dan lain-lain.

Lima langkah tersebut dikenal dengan pendekatan saintifik. Keberhasilan siswa menjadi kritis dan kreatif juga tergantung pada peran siswa ketika mengikuti pelajaran di kelas. Kuncinnya terletak pada siswa itu sendiri. Dalam kegiatan pembelajaran yang mengacu kurikulum 2013, siswa harus aktif, harus berani berpendapat, harus berani bertanya.

PEMBELAJARAN DAN PENGAJARAN KOSAKATA KURIKULUM 2013

Di era kurikulum 2013, pembelajaran dan pengajaran kosakata tidak diberikan secara terpisah, namun secara terintegrasi dengan kompetensi dasar yang ada pada silabus sesuai dengan jenjangnya. Penyajian kosakata bisa diberikan melalui 5 langkah pada pendekatan saintifik kurikulum 2013 yang disesuaikan dengan kopetensi dasar. Pada langkah mengamati diantarannya: (1) Mengamati objek berupa penyajian gambar pada kompetensi dasar yang akan dibahas. Peserta didik akan berusaha menerka apa saja yang ada di gambar itu lewat bimbingan guru. Hal ini akan dapat memperluas kosakata peserta didik. (2) Melihat daftar atau sekelompok kosakata yang berhubungan dengan kompetensi dasar, dan peserta didik diarahkan untuk menemukan arti di dalam kamus. (3) Mendengarkan guru membacakan sekelompok kosakata yang berhubungan dengan kompetensi dasar, dan kemudian peserta didik menirukannya. Dengan kosakata yang diperdengarkan dan diucapkannya, peserta didik akan berusaha mencari arti kosakata itu sendiri yang mereka tidak tahu artinnya. (4) Mengamati bacaan dalam bentuk esei atau teks dialog pendek, dan kemudian membaca perlahan atau dalam hati. Peserta didik dengan sendirinya akan menemukan beberapa kosakata yang mereka belum tahu, dan akan menemukan arti kosakata itu sendiri.

Pada langkah menanya diantaranya: (1) Mengajukan beberapa pertanyaan tentang kosakata bahasa Inggris beberapa gambar itu. Setelah mengamati gambar-gambar yang berkaitan dengan kopetensi dasar, peserta didik menanyakan kosakata dalam bahasa Inggris apa saja dalan gambar itu. Guru tidak secara langsung menjawab, tetapi meminta peserta didik lain untuk menemukan kosakata dalan bahasa Inggris. (2) Mengajukan beberapa pertanyaan kosakata baru atau yang belum tahu artinnya di dalam teks atau bacaan pendek berupa esei atau dialog. Guru tidak secara langsung menjawab, tetapi meminta bantuan peserta didik lain menemukan arti kosakata itu, atau peserta didik bisa mencarinnya di dalam kamus. Untuk lebih efektif dan komunikatif, guru bisa menjelaskan kosakata itu lewat definisi dalam bahasa Inggris, dan kemudian peserta didik menebaknnya arti kosakata itu sendiri.

Pada langkah mengumpulkan informasi diantaranya: (1) Membaca berbagai sumber lain yang berkaitan dengan kopetensi dasar. Sumber-sumber lain bisa berupa teks atau bacaan baik esei atau dialog yang lebih panjang. Setiap bacaan atau teks diberikan beberapa pertanyaan yang jawabannya bisa tersirat atau tersurat. Peserta didik dituntut untuk menemukan informasi secara rinci. Dengan menemukan informasi secara rinci sekaligus menjawab pertanyaan secara tersirat dan tersurat, secara tidak langsung dengan sendirinya, peserta didik menemukan kosakata baru. (2) Mendiskusikan beberapa kosakata baru di dalam bacaan atau teks esei atau dialog. Dalam hal ini, guru mengaris bawahi atau mencetak tebal kosakata baru dalam teks atau bacaan tersebut, dan kemudian secara berkelompok mencari arti kosakata itu. Ini diberikan pada kompetensi dasar yang banyak memunculkan kosakata baru atau bacaan atau teks yang tingkat kesulitannya tinngi.

Pada langkah mengasosiasi diantaranya: (1) Mengembangkan kosakata yang sudah dipelajari dengan melengkapi beberapa kalimat dengan kosakata yang tersedia. Kosakata pada jawaban yang tersedia berhubungan dengan kosakata yang sudah ditetemukan atau dipelajari yang berhubungan dengan kompetensi dasar. Latihan ini diberikan secara individu untuk mengetahui sejauh mana paserta didik menguasai kosakata yang sudah dipelajari atau ditemukan. (2) Mengembangkan kosakata yang sudah dipelajari dengan melengkapi beberapa kalimat dengan kosakata dengan huruf abjad yang pertama sebagai pancingan. Latihan ini juga diberikan secara individu karena kosakata untuk jawabannya dapat dicari pada teks atau bacaan yang sudah dibahas sebelumnya. (3) Mengembangkan kosakata yang sudah dipelajari dengan mencari persamaanya atau sinonim. Sinonim atau persamaan kata sebagai jawaban adalah kosakata yang sudah dipelajari sesuai kompetensi dasar.

Pada langkah mengkomunikasikan diantaranya: (1) Menyajikan kosakata dalam bentuk lisan yaitu dengan membuat percakapan secara berpasangan dengan menggunakan ungkapan-ungkapan atau kosakata yang sudah dipelajari. Ungkapan-ungkapan atau kosakata harus sesuai dengan kompetensi dasar yang sedang dibahas dan kompetensi dasar yang isinya sifatnya ungkapan-ungkapan percakapan. (2) Menyajikan kosakata dalam bentuk tulis yaitu dengan menulis teks yang sederhana dengan menggunakan kosakata yang sudah dipelajari. Teks sederhana bisa berupa esai ( narrative, recount, report, descriptive, atau procedure), undangan, surat, kartu ucapan, iklan, dan sebagainnya.

SIMPULAN

Berdasarkan pembahasan mengenai pembelajaran dan pengajaran kosakata di era kurikulum 2013, pembelajaran kosakata tidak terlepas dari pengajaran kosakata. Pengajaran merupakan upaya memandu dan memfasilitasi pembelajaran, memungkinkan pembelajaran untuk belajar, menetapkan kondisi-kondisi pembelajaran. Kurikulum 2013 disusun untuk menghasilkan insan yang produktif, kreatif, inovatif, afektif, kritis, berkarakter kuat, bertanggung jawab, sosial, toleran, dan adaptif. Pembelajaran dan pengajaran kosakata di era kurikulum 2013 dapat dimasukkan ke dalam 5 langkah pendekatan saintifik yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasi yang disesuaikan dengan kompetensi dasar. Oleh karena itu, pembelajaran dan pengajaran kosakata dengan menerapkan kurikulum 2013 perlu ditingkatkan untuk peningkatan kemampuan berbahasa Inggris.

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Brown, Douglas, H. 1994. Principles of Language Learning and Teaching. New Jersey: Englewood Cliffs.

Brown, Douglas, H. 2007 (Penterjemah: Noor Cholis dan Yusi Avianto Pareanom). Prinsip Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa. Pearson Education, Inc., Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta.

Cross, David. 1992. A Practical Handbook of Language Teaching. Bath: The Bath Press.

Echols, M John and Shadily Hassan. 1992. Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: Gramedia

Hatch and Brown. 1995. Vocabulary, Semantics, and Language Education. New York: Cambridge.

Nation, ISP. 1990. Teaching and Learning Vocabulary. New York: Newbury House Publishers.

Subiyati, Dra. 1992. Study Pengajaran Tentang Kosakata Bahasa Inggris Lulusan SLTA. Yogyakarta: Sub Proyek NKK. FPBS IKIP Yogyakarta.

Permendikbud Nomer 69 Tahun 2013.

Ur, Penny. 1998. A Course in Language Teaching. New York: Cambridge University Press.