PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR DAN HASIL BELAJAR

ASPEK PENGETAHUAN IPS MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLE NON EXAMPLE BAGI SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 MAYAHAN UPTD PENDIDIKAN

KECAMATAN TAWANGHARJO KABUPATEN GROBOGAN SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2017/2018

 

Suparjo

SD Negeri 2 Mayahan Uptd Pendidikan Kecamatan Tawangharjo Kabupaten Grobogan

 

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan peningkatan keaktifan dan hasil belajar IPS melalui penerapan model pembelajaran Example Non Example, bagi siswa kelas IV SD Negeri 2 Mayahan Kecamatan Tawangharjo Kabupaten Grobogan semester II Tahun Pelajaran 2017/2018. Desain penelitian yang digunakan adalah desain penelitian tindakan kelas. Penelitian dilaksanakan di Kelas IV SD Negeri 2 Mayahan Kecamatan Tawangharjo Kabupaten Grobogan. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV sebanyak 41 siswa. Teknik pengumpulan data dengan observasi. Tindakan dianggap berhasil apabila seluruh siswa telah tuntas yang ditandai dengan nilai hasil belajar telah mencapai nilai ≥ 72, dan keaktifan belajar siswa dalam mengikkuti pembelajaran telah mencapai lebih dari 85%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui model pembelajaran example non example, dapat meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar IPS siswa di kelas IV Semester II SD Negeri 2 Mayahan Kecamatan Tawangharjo. Peningkatan aktivitas belajar siswa dari prasiklus sebanyak 41,46%, pada siklus I meningkat menjadi 60,98%, siklus II meningkat menjadi 77,64%, pada siklus III meningkat menjadi 93,90%. Nilai rata-rata hasil belajar prasiklus 71,17 dan jumlah ketuntasan sebanyak 20 siswa (48,78%), siklus I meningkat menjadi 74,39 dengan jumlah ketuntasan 29 siswa (70,73%), siklus II meningkat menjadi 77,56 dan jumlah ketuntasan sebanyak 34 siswa (82,93%), dan pada siklus III meningkat menjadi 83,54 dan jumlah ketuntasan sebanyak 41 siswa (100%).

Kata kunci: example non example, keaktifan belajar, hasil belajar.

 

PENDAHULUAN

Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar dilaksanakan secara terpadu dengan menggabungkan antara ekonomi, geografi dan sejarah. Penyampaian materi IPS yang luas tersebut tidak cukup hanya dengan model konvensional saja, tetapi juga memerlukan model pembelajaran dapat memudahkan siswa dalam memahami berbagai konsep ilmu sosial diajarkan serta melatih keaktifan siswa.

Pembelajaran IPS di SD, khususnya di SD Negeri 2 Mayahan, pembelajaran IPS saat ini lebih menekankan pada metode mengajar secara informatif yaitu guru menjelaskan atau ceramah dan siswa mendengarkan atau mencatat. Karena metode ini dianggap mudah dilaksanakan oleh guru, dan guru mudah mengendalikan situasi kelas. Walaupun sebenarnya metode ini sudah tidak lagi dianjurkan, sebab pada kenyataannya model pembelajaran tersebut membuat siswa bosan dan mudah jenuh, karena siswa tidak terlibat langsung dalam proses pembelajaran, sehingga keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran cenderung rendah. Hal ini terbukti berdampak negatif pada hasil belajar siswa.

Rendahnya keaktifan siswa dan hasil belajar IPS tersebut terlihat dari hasil pengamatan awal yang dilaksanakan pada awal semester II Tahun Pelajaran 2017/2018 terhadap 41 siswa kelas IV SD Negeri 2 Mayahan, diketahui bahwa keaktifan siswa yang diukur dengan menggunakan indikator: mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan siswa maupun guru, memberi saran, mengemukakan pendapat, mempresentasikan hasil kerja kelompok, dan menyelesaikan tugas kelompok, rata-rata siswa yang terlihat aktif baru sebanyak 17 Siswa atau 41,46%. Hasil belajar yang diperoleh melalui ulangan harian, siswa yang tuntas baru mencapai 20 siswa atau 48,78%.

Rendahnya aktivitas dan hasil belajar IPS tersebut perlu diperbaiki, mengingat faktor penyebab utamanya adalah penerapan metode pembelajaran yang membosankan karena menerapkan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada Guru (Teacher Centered Learning), maka siswa dapat terlibat langsung dalam proses pembelajaran, perlu penerapan model pembelajaran yang berpusat pada siswa (Student Centered Learning). Salah satu model pembelajaran tersebut adalah Example Non Example, yaitu suatu model pembelajaran kooperatif yang lebih menekankan pada konteks analisis siswa. Model pembelajaran ini menggunakan gambar sebagai media pembelajaran. Penggunaan media gambar ini disusun dan dirancang agar anak dapat menganalisis gambar tersebut menjadi sebuah bentuk diskripsi singkat mengenai apa yang ada di dalam gambar. Dengan mengunakan model pembelajaran tersebut, maka siswa terangsang untuk mendiskusikan dengan teman lain dalam kelompoknya melakukan analisis tentang gambar yang telah disiapkan oleh guru. Sehingga siswa lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran, yang akhirnya diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar.

Penerapan model pembelajaran Example Non Example merupakan suatu bentuk upaya untuk mengatasi permasalahan nyata yang terjadi di dalam kelas IV SD Negeri 2 Mayahan UPTD Pendidikan Kecamatan Tawangharjo yang dialami langsung dalam pelaksanaan pembelajaran, sehingga sangat tepat bila upaya ini dilaksanakan dalam bentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sekaligus untuk meningkatkan mutu pendidikan, dan sebagai kegiatan pengembangan profesionalisme. Adapun judul yang sesuai dengan permasalahan dan upaya yang digunakan yaitu: “Peningkatan Keaktifan Belajar dan Hasil Belajar Aspek Pengetahuan IPS Melalui Penerapan Model Pembelajaran Example Non Example bagi Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Mayahan UPTD Pendidikan Kecamatan Tawangharjo Kabupaten Grobogan Semester II Tahun Pelajaran 2017/2018.

Rumusan Masalah

Rumusan masalah penelitian ini adalah: “Apakah model pembelajaran Example Non Example mampu meningkatkan keaktifan dan hasil belajar IPS siswa kelas IV SD Negeri 2 Mayahan Kecamatan Tawangharjo, Kabupaten Grobogan, semester II, tahun Pelajaran 2017/2018?

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan peningkatan keaktifan dan hasil belajar IPS melalui penerapan model pembelajaran Example Non Example, bagi siswa kelas IV SD Negeri 2 Mayahan Kecamatan Tawangharjo Kabupaten Grobogan semester II Tahun Pelajaran 2017/2018.

KAJIAN TEORI

Pembelajaran IPS

Menurut Sardjiyo (2009: 26) IPS merupakan bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala dan masalah sosial di masyarakat dengan meninjau berbagai aspek dalam kehidupan. Pembelajaran IPS di sekolah dasar yaitu agar siswa memiliki kemampuan antara lain: mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya, memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, mempunyai rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah dan keterampilan dalam kehidupan sosial, memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk ditingkat lokal, nasional dan global (Depdiknas, 2006: 575).

“IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) adalah bidang studi yang terdiri dari bagian-bagian ilmu sosial yang dipadukan untuk keperluan pendidikan di sekolah” (Wiryohandoyo dkk. 1998). Tim Penyusun Depdiknas (2003: 1) Pengetahuan Sosial merupakan seperangkat fakta, peristiwa, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan perilaku dan tindakan manusia untuk membangun dirinya, masyarakatnya, bangsanya, dan lingkungannya berdasarkan pada pengalaman masa lalu yang dapat dimaknai untuk masa kini, dan diantisipasi untuk masa yang akan datang.

Model Pembelajaran Example non example

Examples non examples merupakan model pembelajaran dengan mempersiapkan gambar, diagram, atau tabel sesuai materi bahan ajar dan kompetensi, sajian gambar ditempel atau memakai LCD/OHP, dengan petunjuk guru siswa mencermati sajian, diskusi kelompok tentang sajian gambar tadi, presentasi hasil kelompok, bimbingan penyimpulan, evaluasi, dan refleksi (Roestiyah. 2001: 73). Selanjutnya Slavin dalam Djamarah, (2006: 1) dijelaskan bahwa examples non examples adalah model pembelajaran yang menggunakan contoh-contoh. Contoh-contoh dapat diperoleh dari kasus atau gambar yang relevan dengan Kompetensi Dasar.

Hasil Belajar

Hasil belajar menurut Sudjana (2005:22) hasil belajar siswa adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar tersebut merupakan kemampuan yang diperoleh individu setelah proses belajar berlangsung, yang dapat memberikan perubahan tingkah laku baik pengetahuan, pemahaman, sikap dan ketrampilan siswa sehingga menjadi lebih baik dari sebelumnya. Menurut Suprijono (2011:7) hasil belajar merupakan perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya dari hasil belajar yang diperoleh oleh siswa harus mencakup segala aspek yang diajarkan oleh pendidik, baik aspek kognitif, afektif maupun psikomotor siswa.

 

 

Keaktifan Belajar

Menurut Mulyono (2001: 26) aktivitas artinya kegiatan/keaktifan. Jadi segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non fisik, merupakan suatu aktivitas. Sardiman (2006: 100) menyatakan bahwa aktivitas belajar merupakan aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Dalam kegiatan belajar keduanya saling berkaitan. Hamalik (2009: 179) menyatakan bahwa aktivitas belajar merupakan kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam kegiatan pembelajaran.

Kerangka Berpikir

Pembelajaran IPS di SD Negeri 2 Mayahan, pembelajaran IPS saat ini lebih menekankan pada metode mengajar secara informatif yaitu guru menjelaskan atau ceramah dan siswa mendengarkan atau mencatat, sehingga keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran cenderung rendah, dan hasil belajar dari 41 siswa, baru tuntas sebanyak 20 siswa atau 48,78%. Rendahnya aktivitas dan hasil belajar IPS tersebut perlu diperbaiki, mengingat faktor penyebab utamanya adalah penerapan metode pembelajaran yang membosankan karena menerapkan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada Guru (Teacher Centered Learning), sehingga siswa cenderung tidak diberi kesempatan untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka dilakukan upaya dengan menerapkan model pembelajaran yang mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran, yaitu menerapkan model pembelajaran Example non example yang merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang lebih menekankan pada konteks analisis siswa. Model pembelajaran ini menggunakan gambar sebagai media pembelajaran. Agar lebih efektif dan terlihat hasilnya secara langsung, maka penerapan model pembelajaran tersebut dilaksanakan dalam bentuk penelitian tindakan kelas (PTK).

Hipotesis Tindakan

Melalui penerapan model pembelajaran example non example dapat meningkatkan keaktifan belajar dan hasil belajar IPS aspek pengetahuan bagi Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Mayahan Pulokulon Semester II Tahun Pelajaran 2017/2018.

METODE PENELITIAN

Setting Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kelas IV SD Negeri 2 Mayahan UPTD Pendidikan Kecamatan Tawangharjo, Kabupaten Grobogan. Dipilihnya tempat ini karena peneliti adalah guru kelas IV, dan berdasarkan hasil pengamatan siswa kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran, selain itu hasil ulangan harian pada awal semester II, tahun pelajaran 2017/2018, tergolong kurang. Waktu penelitian, mulai dari pengamatan awal, hingga penyusunan laporan dilaksanakan selama 6 (enam) bulan yaitu pada semester II Tahun Pelajaran 2017/2018, tepatnya mulai bulan Januari 2018 sampai dengan bulan Juni 2018, dengan alasan waktu tersebut saat yang tepat untuk mempersiapkan siswa menghadapi ulangan kenaikan kelas, dan sekaligus sebagai langkah pembiasaan siswa untuk melaksanakan model pembelajaran example non example.

 

Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian tindakan kelas ini, adalah siswa kelas IV SD Negeri 2 Mayahan UPTD Pendidikan Kecamatan Tawangharjo, yang berjumlah 41 (empat puluh satu) siswa. Dalam penelitian tindakan kelas ini objek penelitian adalah upaya peningkatan keaktifan belajar dan hasil belajar IPS aspek pengetahuan siswa kelas IV SD Negeri 2 Mayahan UPTD Pendidikan Kecamatan Tawangharjo Kabupaten Grobogan, semester II, Tahun Pelajaran 2017/2018, melalui penerapan model pembelajaran example non example.

Prosedur Kerja

Agar proses penelitian dapat berjalan dengan baik, maka perlu disusun prosedur kerja yang jelas. Sesuai dengan jenis penelitian ini, yaitu Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau claas Action, maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan model yang dilakukan oleh Kemmis dan Mc Taggart yang merupakan pengembangan dari model Kurt Lewin. Arikunto (2006: 83) mengemukakan model yang didasarkan atas konsep pokok bahwa peneltian tindakan terdiri dari empat komponen pokok yang juga menunjukkan langkah, yaitu: Perencanaa atau planning, Tindakan atau acting. Pengamatan atau observing, dan Refleksi atau reflecting.

Teknik Analisis Data

Data yang dianalisa adalah aktivitas siswa dan hasil belajar IPS yang diperoleh selama berlangsungnya penelitian tindakan kelas, nilai dari setiap siklus yang diperoleh melalui observasi dan tes ulangan harian dilaksanakan pada akhir setiap akhir siklue. Analisis data aktivitas siswa dan hasil belajar aspek pengetahuan dilakukan dengan teknik perbandingan. Artinya dalam menganalisis peneliti membandingkan antara hasil penilaian aktivitas belajar dan hasil belajar aspek pengetahuan sebelum dilakukan tindakan dengan setelah dilakukan tindakan, sebelum dilakukan tindakan I dan setelah dilakukan tindakan I, setelah dilakukan tindakan II, dan setelah tindakan ke II, demikian seterusnya hingga penelitian terakhir.

Indikator Kinerja

Indikator prestasi belajar dalam penelitian ini ditetapkan berdasarkan Standart Ketuntasan Belajar Mengajar (SKBM) yang digunakan pada mata pelajaran IPS Kelas IV SD Negeri 2 Mayahan UPTD Pendidikan Kecamatan Tawangharjo Kabupaten Grobogan Semester II Tahun Pelajaran 2017/2018, sebesar 72, dengan demikian siswa dikatakan tuntas secara individual apabila telah mencapai nilai ≥ 72. Tindakan dianggap berhasil apabila seluruh siswa telah dapat mencapai SKBM, dan keaktifan belajar siswa telah mencapai lebih dari 85%.

HASIL PENELITIAN

Prasiklus

Kegiatan prasiklus dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui permasalahan yang timbul sebelum dilakukan tindakan nyata berupa pembelajaran example non example. Pembelajaran prasiklus dilakukan 2 (dua) kali pertemuan dengan menggunakan metode pembelajaran ceramah, tanya jawab, dan pemberian tugas. Pertemuan pertama kegiatan prasiklus dilaksanakan sesuai dengan jadwal pelajaran kelas IV, semester II, Tahun Pelajran 2017/2018 SD Negeri 2 Mayahan yaitu pada tanggal 9 Januari 2018, jam 08:05 – 09:50 sedangkan pertemuan kedua dilaksanakan tanggal 16 Januari 2018, jam 08:05 – 09:50. Seperti daftar hadir terlampir.

Pembelajaran prasiklus pertemuan pertama, dan pertemuan kedua dilaksanakan dengan menggunakan metode ceramah, tanya jawab, dan penugasan dengan kompetensi dasar 3.1. “Mengidentifikasi karakteristik ruang dan pemanfaatan sumberdaya alam untuk kesejahteraan masyarakat dari tingkat kota/kabupaten sampai tingkat provinsi”, masing-masing pertemuan dilaksanakan 2 (dua) jam pelajaran, seperti RPP terlampir. Pada pertemuan kedua peneliti melakukan obervasi untuk mengetahui aktivitas belajar siswa, dengan cara menghitung jumlah siswa berdasarkan indikator keaktifan belajar. Hasil perhitungan aktivitas belajar prasiklus terlihat seperti tabel berikut. Aktivitas pembelajaran prasiklus dapat diketahui bahwa nilai rata-rata keaktifan siswa dalam belajar yang dinilai dengan menggunakan 6 (enam) indikator adalah 17 siswa atau 41,46%. Hal ini menunjukkan bahwa siswa yang aktif dalam mengikuti pembelajaran berkisar 17 siswa atau 41,46%, artinya sebagian besar siswa belum perpartisipasi dalam mengikuti pembelajaran.

Selanjutnya untuk mengetahui hasil belajar aspek pengetahuan, peneliti melakukan ulangan harian pada tanggal 23 Januari 2018 jam 08:05 – 08:40, degan menggunakan soal terlampir. Setelah dilakukan ulangan harian peneliti menyampaikan jawaban dan menjelaskannya. Kegiatan ulangan harian prasiklus seperti terlihat pada dokumentasi terlampir. Hasil ulangan harian seperti terlampir. Berdasarkan hasil ulangan tersebut selanjutnya dilakukan rekapitulasi dan ditentukan ketuntasan belajar, dihitung jumlah siswa tuntas dan tidak tuntas, dihitung skor rata-rata, nilai tertinggi, nilai terendah. Hal ini nantinya digunakan sebagai bahan perbandingan dengan hasil belajar siklus berikutnya. Ringkasan hasil belajar prasiklus diketahui bahwa dari 41 siswa terdapat 20 siswa (48,78%) telah dapat mencapai ketuntasan belajar. sedangkan jumlah siswa yang belum tuntas sebanyak 21 siswa (51,22%), dengan nilai rata-rata kelas sebesar 71,17. Nilai tertinggi 80 dan nilai terendah 60.

Berdasarkan nilai keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPS yang dilakukan dengan metode ceramah seperti dilakukan pada kegiatan prasiklus, hasilnya tidak maksimal, hal ini disebabkan, siswa tidak terlibat langsung dalam pembelajaran, bahkan siswa cenderung pasif, sehingga timbul kejenuhan dalam mengikuti pembelajaran. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pembelajaran prasiklus kurang efektif, maka perlu adanya tindakan perbaikan, yaitu dengan menerapkan metode pembelajaran yang memungkinkan siswa terlibat langsung dalam proses pembelajaran, dan secara aktif berpartisipasi dalam pelaksanaan pembelajaran, yaitu dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe example non example.

Siklus I

Untuk mengetahui perkembangan keaktifan siswa, peneliti melakukan penilaian, melaui observasi, obervasi dilaksanakan selama proses pembelajaran di kelas berlangsung yaitu pada pertemuan kedua tanggal 6 Februari 2018, jam ketiga dan jam keempat. Pada tahap ini peneliti memperhatikan aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran. Caranya menghitung berapa siswa yang indikator penilaian. Hasil penilaian tentang aktivitas belajar kelompok siklus I, dapat diketahui bahwa nilai rata-rata keaktifan siswa dalam belajar siswa adalah 25 siswa atau 60,98%. Hal ini menunjukkan bahwa siswa yang aktif dalam mengikuti pembelajaran example non example berkisar 25 siswa atau 60,98%, artinya masih ada sebagian siswa yang belum aktif dalam mengikuti pembelajaran example non example.

Selanjutnya untuk mengetahui hasil belajar aspek pengetahuan, dilakukan ulangan harian pada tanggal 13 Januari 2018, dengan menggunakan soal seperti terlampir, berdasarkan hasil tersebut selanjutnya ditentukan ketuntasan belajar berdasarkan Standart Ketuntasan Belajar Mengajar (SKBM) mata pelajaran IPS klas IV, sebesar 72, hasil ulangan harian siklus I diketahui bahwa dari 41 siswa terdapat 29 siswa (70,73%), sedangkan jumlah siswa yang belum tuntas sebanyak 12 siswa (29,27%), dengan nilai rata-rata kelas sebesar 74,39.

Berdasarkan penilaian hasil belajar IPS dan pengamatan aktivitas belajar siswa, diketahui bahwa hasil tersebut telah mengalami peningkatan dibandingkan dengan sebelum dilakukan tindakan (prasiklus), namun jika dibandingkan dengan indikator keberhasilan tindakan, hasil belajar tersebut belum mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan. Untuk itu perlu dilakukan tindakan perbaikan pada siklus berikutnya (siklus II).

Siklus II

Observasi dilaksanakan selama proses pembelajaran di kelas berlangsung yaitu pada pertemuan kedua tanggal 27 Februari 2018, jam ketiga dan keempat. Pada tahap ini peneliti memperhatikan aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran, peneliti menilai keaktifan berdasarkan indikator pada lembar observasi. Caranya menghitung berapa siswa yang indikator penilaian. Hasil penilaian tentang aktivitas belajar kelompok siklus II, dapat diketahui bahwa nilai rata-rata aktivitas belajar siswa adalah 31,83 siswa atau 77,64%. Hal ini menunjukkan bahwa siswa yang aktif dalam mengikuti pembelajaran example non example sebanyak 31,83 siswa atau 77,64%, artinya sebagian besar siswa telah aktif dalam mengikuti pembelajaran dengan model example non example.

Selanjutnya untuk mengetahui hasil belajar siklus II, peneliti melakukan ulangan harian pada tanggal 6 Maret 2018. Hasilnya diketahui bahwa dari 41 siswa terdapat 34 siswa (82,93%), sedangkan jumlah siswa yang belum tuntas sebanyak 7 siswa (17,07%), dengan nilai rata-rata kelas sebesar 77,56.

Berdasarkan penilaian aktivitas belajar dan hasil belajar IPS siswa siklus II, diketahui bahwa aktivitas dan hasil belajar siswa telah mengalami peningkatan dibandingkan dengan siklus I, namun jika dibandingkan dengan indikator keberhasilan tindakan, belum mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan, yaitu apabila seluruh siswa telah mencapai SKBM, dan rata-rata kelas telah mencapai ≥ 72, dan keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran telah mencapai lebih dari ≥85%. Untuk itu perlu dilakukan tindakan perbaikan pada siklus berikutnya (siklus III).

Siklus III

Observasi siklus II dilaksanakan pada pertemuan kedua tanggal 20 Maret 2018, jam ketiga dan keempat. Pada tahap ini peneliti memperhatikan aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran, peneliti menilai keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran berdasarkan indikator pada lembar observasi. Caranya seperti yang dilakukan pada siklus sebelumnya yaitu menghitung berapa siswa yang indikator penilaian. Hasil penilaian tentang aktivitas belajar kelompok siklus III, dapat diketahui bahwa nilai rata-rata keaktifan siswa dalam belajar adalah 38,5 atau 93,90%. artinya hampir semua siswa telah aktif dalam mengikuti pembelajaran dengan model example non example.

Selanjutnya untuk mengetahui hasil belajar siklus III, peneliti melakukan ulangan harian pada tanggal 27 Maret 2018. Hasilnya diketahui bahwa dari 23 siswa terdapat 41 siswa (100%), sedangkan jumlah siswa yang belum tuntas sebanyak 0 siswa (0%), dengan nilai rata-rata kelas sebesar 83,54.

Berdasarkan penilaian aktivitas belajar dan hasil belajar IPS siswa siklus III, diketahui bahwa aktivitas dan hasil belajar siswa telah mengalami peningkatan dibandingkan dengan siklus I dan siklus II, dan jika dibandingkan dengan indikator keberhasilan tindakan, sudah mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan, yaitu seluruh siswa telah mencapai SKBM, dan rata-rata kelas telah mencapai ≥ 72, dan keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran telah mencapai lebih dari ≥85%. Untuk tindakan tidak perlu dilanjutkan.

PEMBAHASAN

Kondisi Prasiklus

Pada kegiatan prasiklus, keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran IPS cenderung masih sangat kurang. Hasil pengamatan keaktifan siswa dsalama belajar menunjukkan siswa yang aktif sebesar 41,46%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa belum aktif dalam mengikuti pembelajaran.

Hasil belajar siswa berdasarkan ulangan harian menunjukkan bahwa ketuntasan belajar baru mencapai 20 siswa (48,78%) dari jumlah siswa keseluruhan yaitu 41 siswa. Sedangkan siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar sebanyak 21 (51,22%), sehingga dapat dikatakan bahwa sebagian besar siswa masih belum dapat mencapai kreteria ketuntasan belajar, nilai rata-rata kelas sebesar 71,17. dilihat dari keaktifan siswa dan hasil belajar siswa menunjukkan bahwa proses pembelajaran belum berjalan dengan maksimal.

Kondisi Siklus I

Setelah dilakukan tindakan penerapan model pembelajaran example non example, terjadi perubahan keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran, dimana siswa yang aktif dalam belajar meningkat menjadi 25 siswa atau 60,98%. Demikian pula dengan hasil belajar siswa berdasarkan ulangan harian, terbukti jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar meningkat menjadi 29 siswa atau sebesar 70,73% sedangkan siswa yang belum tuntas turun menjadi 12 siswa (29,27%). Hal ini membuktikan bahwa melalui model pembelajaran example non example, dapat meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar.

Kondisi Siklus II

Setelah tindakan dilanjutkan siklus II, yaitu menerapkan model yang sama seperti siklus I pada materi yang berbeda keaktifan belajar siswa meningkat mejadi 31,83 siswa atau 77,64%. Artinya siswa yang aktif dalam belajar semakin banyak. Demikian pula dengan hasil belajar siswa berdasarkan ulangan harian yang dilakukan setelah pertemuan pertama dan kedua, jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar terbukti meningkat menjadi 34 siswa atau sebesar 70,73% dan siswa yang tidak tuntas turun menjadi 7 siswa (17,07%), sedangkan rata-rata kelas mencapai 77,56. hal ini membuktikan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran example non example, dapat meningkatkan hasil belajar IPS dan aktivitas belajar siswa dari siklus I ke siklus II.

Kondisi Siklus III

Setelah dilakukan tindakan ke III yang merupakan perbaikan dari siklus II dengan menerapkan model yang sama seperti siklus I dan siklus II pada materi yang berbeda, keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran kelompok meningkat menjadi 38,5 siswa atau 93,90%. Demikian dengan hasil belajar siswa berdasarkan ulangan harian, terbukti jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar terbukti meningkat menjadi 41 siswa (100%) dan siswa yang tidak tuntas menjadi 0, sedangkan rata-rata kelas meningkat menjadi 83,54. Hal ini membuktikan bahwa dengan melalui model pembelajaran example non example, dapat meningkatkan hasil belajar IPS dan aktivitas belajar siswa dari siklus II ke siklus III.

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa melalui model pembelajaran example non example, dapat meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar IPS siswa di kelas IV Semester II SD Negeri 2 Mayahan Kecamatan Tawangharjo. Peningkatan aktivitas belajar siswa dari prasiklus sebanyak 17,00 siswa (41,46%) meningkat menjadi 25,00 siswa (60,98%) pada siklus I (peningkatan sebanyak 8 siswa atau 19,51%). Peningkatan aktivitas belajar siswa dari siklus I sebanyak 25,00 siswa (60,98%) meningkat menjadi 31,83 siswa (77,64%) pada siklus II (peningkatan sebanyak 6,83 siswa atau 16,67%). Peningkatan aktivitas belajar siswa dari siklus II sebanyak 31,83 siswa (77,64%) meningkat menjadi 38,5 siswa atau 93,90% pada siklus III (peningkatan sebanyak 6,67 siswa atau 16,26%).

Hasil belajar IPS di SD Negeri 2 Mayahan Kecamatan Tawangharjo pada kegiatan prasiklus dengan nilai rata-rata sebesar 71,17 dan jumlah ketuntasan sebanyak 20 siswa (48,78%). Setelah dilakukan tindakan I, nilai rata-rata pada siklus I sebesar 74,39 dengan jumlah ketuntasan 29 siswa (70,73%) dengan demikian terjadi kenaikan nilai rata-rata sebesar 3,22 dan jumlah ketuntasan meningkat 9 siswa. Peningkatan pada siklus II ditunjukkan dengan nilai rata-rata adalah 77,56 dan jumlah ketuntasan sebanyak 34 siswa (82,93%). Hal tersebut membuktikan bahwa telah terjadi peningkatan nilai rata-rata 3,17 dan jumlah ketuntasan meningkat 5 siswa. Peningkatan pada siklus III ditunjukkan dengan nilai rata-rata adalah 83,54 dan jumlah ketuntasan sebanyak 41 siswa (100%). Hal tersebut membuktikan bahwa telah terjadi peningkatan nilai rata-rata 5,98 dan jumlah ketuntasan meningkat 7 siswa.

Implikasi

Berdasarkan simpulan tersebut di atas, maka hasil penelitian membuktikan bahwa hipotesis penelitian yang menyatakan: ”Melalui penerapan model pembelajaran example non example dapat meningkatkan keaktifan belajar dan hasil belajar IPS aspek pengetahuan bagi Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Mayahan Pulokulon Semester II Tahun Pelajaran 2017/2018” terbukti benar. Terbuktinya hipotesis tersebut mempunyai makna bahwa apabila pembelajaran dilaksanakan dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Example non Exampel, maka siswa semakin aktif dalam mengikuti pembelajaran, dan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran dapat meningkat.

Saran-Saran

Untuk Kepala Sekolah

Sebaiknya kepala sekolah selalu melakukan monitoring terhadap pelaksanaan pembelajaran agar setiap guru menerapkan model pembelajaran yang mendorong meningkatnya partisipasi siswa dalam mengikuti pembelajaran, dan memberikan teguran kepada guru yang menerapkan model pembelajaran konvensional, yaitu pembelajaran yang berpusat pada guru (Teacher Centered Learning).

Untuk Guru lain

Sebaiknya dalam guru mulai berangsur angsur meninggalkan pendekatan pembelajaran konvensional seperti ceramah, tanya jawab, dan penugasan, karena siswa akan mudah bosan dalam mengikuti pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto S, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Ed Revisi VI, Jakarta: Penerbit PT Rineka Cipta.

Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas

Djamarah, Saiful Bahri, 2006, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Rineka Cipta

Hamalik, Oemar, 2006, Proses Belajar Mengajar, PT Bumi Aksara, Jakarta.

Mulyono, Anton M, 2000, Kamus Besar Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka

Roestiyah. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta

Sardiman AM. 2007. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sardjiyo. 2009. Tinjauan Pustaka. Repository.upi.edu/operator/upload/s-pgsd-0802684-chapter2.pdf

Sudjana, Nana, 2005, Penilaian Hasil dan Proses Belajar Mengajar, Bandung: Penerbit PT. Remaja Rosdakarya.

Suprijono, Agus. 2011. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Wiryohandoyo, Sudarno, dkk. 1998. Pendidikan Ilmu Sosial. IKIP: Unnes Press