PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

DENGAN TEKNIK LEARNING COMMUNITY

UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PAI DI SD N CUKILAN 03

 

Suwandi Mahmudi

Sekolah Dasar Negeri Cukilan 03 Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang

 

ABSTRAK

Pendidikan Agama Islam (PAI) di berbagai lembaga pendidikan baik di sekolah ataupun di madrasah, dalam pelaksanaannya masih menunjukkan berbagai permasalahan. Seperti halnya proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah saat ini masih sebatas sebagai proses penyampaian “pengetahuan tentang Agama Islam.” Mayoritas metode yang digunakan dalam pembelajaran Agama Islam selama ini lebih ditekankan pada hafalan, akibatnya siswa kurang memahami kegunaan dan manfaat dari apa yang telah dipelajari dalam materi PAI yang dapat menyebabkan tidak adanya motivasi belajar siswa untuk belajar materi PAI. Melihat kenyataan yang ada di lapangan, sebagian besar metode dan suasana pengajaran di sekolah-sekolah yang digunakan oleh guru cenderung monoton dan membosankan. Hal tersebut jelas dapat menurunkan motivasi belajar siswa. Kondisi ini pada gilirannya berdampak pada hasil belajar siswa. Untuk menjawab persoalan- persoalan tersebut perlu diterapkan suatu cara alternatif mempelajari PAI yang kondusif dengan suasana yang cenderung rekreatif sehingga memotivasi siswa untuk mengembangkan potensi dan kreativitasnya dalam belajar. Salah satu alternatif yang bisa digunakan adalah dengan penerapan pembelajaran kontekstual melalui teknik Learning Community (Masyarakat Belajar). Dengan penggunaan teknik Learning Community ini diharapkan agar materi pelajaran PAI dapat mudah dipahami serta dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran PAI. Dari hasil penelitian ini, peneliti memberikan beberapa saran sebagai bahan pertimbangan bagi beberapa pihak, antara lain bagi: 1. Lembaga pendidikan yang berwenang diharapkan dapat merealisasikan pembelajaran kontekstual karena dari hasil penelitian terbukti dapat meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar siswa; 2. Tenaga pengajar, hendaknya dapat mengimplementasikan pembelajaran kontekstual dengan teknik Learning Community pada kegiatan belajar mengajar PAI, agar guru senantiasa melakukan upaya-upaya perbaikan dalam tindakan pengajarannya guna meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar siswa; 3. Selain itu perlu diadakan penelitian lebih lanjut untuk membuktikan pengaruh pembelajaran kontekstual terhadap motivasi belajar dan hasil belajar siswa dengan menggunakan teknik, kelompok variabel dan metode penelitian yang berbeda sehingga dapat menghasilkan penelitian yang lebih akurat, valid dan reliabel.

Kata Kunci:               Pembelajaran Kontekstual, Learning Community, PAI, Motivasi Belajar, dan Hasil Belajar.

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pendidikan Agama Islam merupakan sebuah sistem pendidikan yang dapat memberikan kemampuan seseorang untuk memimpin kehidupannya sesuai dengan cita-cita Islam, karena nilai-nilai Islam telah menjiwai dan mewarnai corak kepribadian. Pengertian Pendidikan Islam adalah suatu sistem pendidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh hamba Allah.

Sebagaimana diketahui bahwasanya manusia Indonesia yang kita cita- citakan adalah manusia yang saleh dan produktif dengan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi bagi peningkatan taraf kehidupannya. Dengan demikian, misi Pendidikan Agama Islam ialah mewujudkan nilai-nilai keIslaman di dalam pembentukan manusia Indonesia seutuhnya.

Selain itu secara historis, filosofis dan konstitusional status Pendidikan. Agama Islam di Indonesia merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sistem Pendidikan Nasional. Konsekuensinya adalah bahwa tanpa sistem Pendidikan Agama Islam (PAI), maka Pendidikan Nasional belum lengkap karena PAI merupakan wadah tumpuan utama bagi mayoritas warga negara. Dengan demikian, maka pendidikan agama sebagai salah satu mata pelajaran di sekolahmemiliki peranan yang sangat strategis dan signifikan dalam pembentukan moral, akhlak dan etika bagi peserta didik.

Tujuan utama dari PAI adalah untuk meningkatkan keimanan, penghayatan, dan pengalaman peserta didik tentang Agama Islam itu sendiri sehingga peserta didik berhasil dalam menjadi manusia muslim yang bertaqwa kepada Allah SWT dan berakhlak mulia baik dalam kehidupan pribadi mereka, maupun dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Namun dalam realitasnya, kedudukan PAI sebagai sub-sistem dari Pendidikan Nasional yang mempunyai peranan urgen tersebut belum mampu sepenuhnya mengaktualisasikan peranannya karena dalam pelaksanaannya masih dijumpai beberapa masalah, antara lain: 1) kurangnya jumlah jam pelajaran yang diberikan, 2) metode pembelajaran yang diterapkan kurang tepat, 3) adanya dikotomi antara pendidikan agama dengan pendidikan umum. Dari berbagai kendala yang muncul inilah, kiranya sangat sulit bagi peserta didik untuk mencapai hasil belajar PAI yang optimal.

Salah satu dari hal yang berpengaruh terhadap hasil belajar PAI di atas adalah metode pembelajaran yang kurang tepat. Kebanyakan metode pembelajaran yang kurang tepat adalah metode yang monoton dan tentunya hal itu dapat mengakibatkan turunnya motivasi peserta didik dalam pembelajaran mereka yang nantinya akan berdampak pada hasil belajarnya. Hal ini dapat dilihat dari proses pembelajaran yang dilakukan guru masih dominan ceramah. Proses internalisasi tidak secara otomatis terjadi ketika nilai-nilai tertentu sudah dipahami oleh siswa. Artinya, metode ceramah yang digunakan guru ketika mengajar PAI berpeluang besar gagalnya proses internalisasi nilai-nilai Agama Islam pada diri siswa.

Melihat kenyataan yang ada di lapangan, sebagian besar teknik dan suasana pengajaran di sekolah-sekolah yang digunakan para guru kita tampaknya lebih banyak menghambat untuk perkembangan potensi otak. Sebagai contoh, seorang peserta didik hanya disiapkan sebagai seorang anak yang harus mau mendengarkan, mau menerima seluruh informasi dan mentaati segala perlakuan gurunya. Dan yang lebih parah lagi adalah fakta bahwa semua yang dipelajari di bangku sekolah itu ternyata tidak integratif dengan kehidupan sehari-hari. Bahkan tak jarang realitas sehari-hari yang mereka saksikan bertolak belakang dengan pelajaran di sekolah. Budaya dan mental semacam ini pada gilirannya membuat siswa tidak mampu mengaktivasi kemampuan otaknya. Sehingga mereka tidak memiliki keberanian menyampaikan pendapat, lemah penalaran dan tergantung pada orang lain.

Salah satu alternatif yang bisa digunakan untuk mengatasi hal tersebut dan untuk lebih mengembangkan motivasi dan hasil belajar siswa adalah dengan penerapan suatu paradigma baru dalam pembelajaran di kelas yaitu dengan metode pembelajaran kontekstual, dikarenakan ada kecenderungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan lebih baik jika lingkungannya diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak-anak “mengalami” apa yang dipelajarinya, bukan “mengetahui”-nya.

Untuk memilih metode dan teknik yang digunakan memang memerlukan keahlian tersendiri. Seorang pendidik harus pandai memilih metode dan teknik yang akan dipergunakan, dan teknik tersebut harus dapat memotivasi serta memberikan kepuasan bagi anak didiknya seperti hasil atau prestasi belajar siswa yang semakin meningkat. Dan salah satu alternatif yang bisa dilakukan dalam menumbuhkan semangat belajar siswa pada materi PAI yaitu dengan penerapan teknik Learning Community. Teknik Learning Community adalah salah satu dari tujuh komponen yang mendasari penerapan pembelajaran kontekstual. Teknik Learning Community merupakan suatu teknik belajar dengan bekerja sama dengan orang lain untuk menciptakan pembelajaran yang lebih baik disbanding dengan belajar sendiri.

Maka dengan penggunaan teknik Learning Community ini diharapkan agar materi pelajaran PAI dapat mudah dipahami dan dapat meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran PAI. Hal ini sejalan dengan pernyataan yang menyatakan bahwa salah satu cara menggerakkan motivasi belajar siswa adalah dengan pelaksanaan kelompok belajar. Oleh karena itulah maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang berhubungan dengan metode pembelajaran dengan pendekatan kontekstual khususnya teknik Learning Community. Maka penulis berinisiatif untuk mengambil judul “Penerapan Pembelajaran Kontekstual dengan Teknik Learning Community untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran PAI di SD Negeri Cukilan 03”.

Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka peneliti mengemukakan rumusan masalah sebagai berikut:

1.     Bagaimanakah penerapan pembelajaran kontekstual dengan teknik Learning Community dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar PAI siswa kelas III di SD Negeri Cukilan 03?

2.     Apakah kendala dari penerapan pembelajaran kontekstual dengan Teknik Learning Community pada siswa kelas III di SDN Negeri Cukilan 03?

3.     Upaya apa yang dilakukan untuk mengatasi kendala penerapan pembelajaran kontekstual dengan teknik Learning Community pada siswa kelas III di SD Negeri Cukilan 03?

Tujuan Penelitian

Dari latar belakang masalah dan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1.     Untuk mengetahui bagaimana penerapan pembelajaran kontekstual dengan teknik Learning Community dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar PAI siswa kelas III di SD Negeri Cukilan 03.

2.     Untuk mengetahui kendala dari penerapan pembelajaran kontekstual dengan teknik Learning Community pada siswa kelas III di SD N Negeri Cukilan 03.

3.     Untuk mengetahui upaya yang dilakukan dalam mengatasi kendala penerapan pembelajaran kontekstual dengan teknik Learning Community pada siswa kelas III di SD Negeri Cukilan 03.

Manfaat Penelitian

Teoritik

a.     Bagi lembaga pendidikan, sebagai tambahan bacaan dan upaya dalam meningkatkan mutu pendidikan dengan metode pembelajaran yang variatif.

b.     Bagi pengembangan khazanah ilmu, sebagai dasar untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan dasar pijakan bagi penelitian lebih lanjut serta sebagai pembanding dari penelitian yang sudah ada.

Praktisi

a.     Bagi guru, sebagai informasi untuk menggali potensi siswa dan menerapkan model-model baru dalam kegiatan pembelajaran.

b.     Bagi siswa, sebagai inovasi baru dalam mengatasi kejenuhan dalam proses pembelajaran.

c.     Bagi peneliti sendiri, yaitu sebagai wahana belajar dan aplikasi dari teori- teori belajar yang telah didapat.

KAJIAN PUSTAKA

Konsep Pembelajaran Kontekstual

Pada dasarnya konsep pembelajaran kontekstual dengan prinsip- prinsipnya bukan merupakan konsep baru. Konsep dasar pendekatan ini diperkenalkan pertama kali pada tahun 1916 oleh John Dewey yang menganjurkan agar kurikulum dan metodologi pengajaran dipertautkan dengan pengalaman dan minat siswa. Proses belajar akan sangat efektif bila pengetahuan baru diberikan berdasarkan pengalaman atau pengetahuan yang sudah dimiliki siswa sebelumnya.

Dewasa ini pembelajaran kontekstual telah berkembang di negara-negara maju dengan berbagai nama. Di negara Belanda berkembang apa yang disebut dengan Realistic Mathematics Education (RME) yang menjelaskan bahwa pembelajaran matematika harus dikaitkan dengan kehidupan nyata siswa. Di Amerika berkembang apa yang disebut Contextual Teaching and Learning (CTL) yang intinya membantu guru untuk mengaitkan materi pelajaran dengan kehidupan nyata dan memotivasi siswa untuk mengaitkan pengetahuan yang dipelajarinya dengan kehidupan mereka.

Di Indonesia, dalam rangka peningkatan mutu pendidikan, Departemen Pendidikan Nasional melalui Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama (PLP), mulai tahun pelajaran 2003/2004 memberlakukan pendidikan keterampilan hidup (life skill education-LSE) dan pembelajaran serta pengajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning-CTL) di setiap jenjang lanjutan pertama.

Esensi pendekatan CTL adalah membantu siswa mengaitkan antara materi yang dipelajarinya dengan konteks kehidupan/situasi dunia nyata mereka sehari-hari sebagai individu, anggota keluarga, anggota masyarakat, dan anggota bangsa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Dengan pendekatan CTL, proses belajar mengajar akan lebih konkret, lebih realistis, lebih aktual, lebih nyata, lebih menyenangkan, dan lebih bermakna.

Teknik Learning Community

Dalam bukunya Roestiyah mengatakan teknik pengajaran adalah cara yang digunakan oleh guru atau instruktur dalam menyajikan pelajaran, pengertian lain ialah sebagai teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas, agar pelajaran tersebut dapat ditangkap, dipahami dan digunakan oleh siswa dengan baik.

Teknik Learning Community adalah teknik dimana situasi belajar yang diciptakan berdasarkan konsep CTL, dimana proses dan hasil pembelajaran diperoleh dari bekerja sama dan berkolaborasi dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari sharing antar teman, antar kelompok, dan antara yang tahu ke yang belum tahu. Di ruang ini, di kelas ini, di sekitar ini dan juga yang ada di luar sana, semua adalah anggota masyarakat belajar.

Kata kunci dari learning community (masyarakat belajar) adalah berbicara dan berbagi pengalaman dengan orang lain, bekerja sama dengan orang lain untuk menciptakan pembelajaran yang lebih baik dibandingkan dengan belajar sendiri.

Learning Community atau masyarakat belajar bisa terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah. Hasil belajar diperoleh dari sharing antar teman, antar kelompok, dan antara yang sudah tahu ke yang belum tahu. Dua kelompok atau lebih yang terlibat dalam komunikasi pembelajaran saling belajar. Di dalam masyarakat belajar ini setiap orang harus bersedia untuk berbicara dan berbagi pendapat, mendengarkan pendapat orang lain dan berkolaborasi membangun pengetahuan dengan orang lain dalam kelompoknya.

METODE PENELITIAN

Desain dan Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, desain penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research), dengan jenis kolaboratif partisipatoris. Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang bertujuan meningkatkan praktek pembelajaran secara berkesinambungan, yang pada dasarnya melekat pada terlaksananya misi profesional pendidikan yang diemban guru.

Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas III yang bertempat di SD Negeri Cukilan 03. Penentuan SD Negeri Cukilan 03 sebagai tempat lokasi penelitian ini karena SD Negeri Cukilan 03tersebut merupakan salah satu sekolah yang dekat dengan tempat tinggal peneliti, sehingga memudahkan di dalam pelaksanaan penelitian.

Sedangkan waktu pelaksanaan penelitian akan disesuaikan dengan jam pelajaran PAI pada kelas yang digunakan sebagai obyek penelitian.

Sumber Data dan Jenis Data

Terkait dengan penelitian ini yang akan dijadikan sebagai sumber data adalah siswa-siswi kelas III SD Negeri Cukilan 03, dimana siswa-siswi tersebut tidak hanya diperlukan sebagai obyek yang dikenai tindakan, tetapi juga aktif dalam kegiatan yang dilakukan. Data penelitian ini mencakup:

1.     Skor tes awal siswa dalam mengerjakan soal yang diberikan (pre test), hasil diskusi pada saat pelajaran berlangsung dan hasil tes yang dilakukan pada akhir tindakan setiap siklus (post test).

2.     Hasil lembar observasi kegiatan guru saat KBM.

3.     Hasil observasi motivasi belajar siswa dan aktivitas kelompok saat KBM.

Data penelitian ini berupa hasil pengamatan, pencatatan lapangan, dan dokumentasi dari setiap tindakan penggunaan pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) dengan teknik Learning Community pada mata pelajaran PAI dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas III di SD Negeri Cukilan 03. Jenis data yang diperoleh dari penelitian tindakan ini ada yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Data yang bersifat kualitatif diperoleh dari: (1) dokumentasi, (2) observasi, (3) interview, sedangkan data yang bersifat kuantitatif berasal dari evaluasi, pre test, post test, dan lembar observasi yang berbentuk angka.

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Pembahasan Hasil Penelitian

Dalam penelitian tindakan kelas yang berlokasi di kelas III SD Negeri Cukilan 03 ini dilakukan sebanyak dua siklus. Siklus I yang dilaksanakan selama dua kali pertemuan yaitu pertemuan pertama pada tanggal 14 September dan pertemuan kedua pada tanggal 17 September 2016. Siklus II dilaksanakan selama tiga kali pertemuan yaitu pertemuan pertama pada tanggal 20 September 2016, pertemuan kedua pada tanggal 24 September 2016 dan pertemuan ketiga pada tanggal 14 September 2016.

Sebelum diadakan PTK dengan dua siklus diatas, terlebih dahulu peneliti melakukan observasi sebagai awal penelitian untuk memperoleh gambaran kegiatan pembelajaran sebelum diadakan tindakan yang mana dilaksanakan pada tanggal 22 Agustus 2016.

Siklus I

Secara umum hasil penelitian siklus I ini menunjukkan bahwa motivasi siswa dalam mengikuti KBM cukup berhasil. Hal ini dapat ditunjukkan dari mulai aktifnya siswa ketika mengikuti pelajaran dibandingkan pada saat pre test. Awalnya pada pertemuan pertama siswa masih terlihat malu dalam mengutarakan apa yang belum mereka mengerti namun pada pertemuan kedua sebagian siswa banyak yang mulai berantusias dalam mengutarakan ketidakpahaman mereka.

Peneliti melihat adanya penerimaan yang positif dari siswa kelas IIIb terhadap penerapan pendidikan kontekstual dengan teknik Learning Community dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa terhadap materi PAI. Hal ini dapat ditunjukkan dari hasil observasi yang telah dilaksanakan terdapat peningkatan motivasi yang semula nilai rata-rata dari pre test sebesar 21 pada siklus I ini meningkat menjadi 27 atau sekitar 30%. Dan peningkatan hasil belajar siswa yang semula nilai rata-rata dari pre test sebesar 65,4 pada siklus I ini meningkat menjadi 72,7 atau sekitar 12%.

Siklus II

Dari sini peneliti melihat adanya peningkatan motivasi dan hasil belajar yang menggembirakan. Hal ini tampak pada antusias siswa yang begitu besar selama pembelajaran. Mereka cukup bersemangat dalam mengerjakan tugas dalam waktu yang ditentukan, serta gembira dan senang selama mengikuti pembelajaran, dan juga dapat dilihat dari hasil yang mereka dapatkan dari tugas-tugas yang diberikan. Tidak tampak rasa letih dari roman muka mereka, bahkan ketika peneliti memberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan, dengan serentak para siswa berebut bertanya kepada guru.

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilaksanakan terdapat peningkatan motivasi yang semula nilai rata-rata dari pre test sebesar 21 pada siklus II ini meningkat menjadi 36 atau sekitar 75%. Dan peningkatan hasil belajar siswa yang semula nilai rata-rata pre test sebesar 65,4 pada siklus II ini meningkat menjadi 82,8 atau sekitar 29%.

Maka secara keseluruhan, peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa terhadap materi PAI melalui pembelajaran kontekstual dengan teknik. Learning Community adalah sebagai berikut, peningkatan motivasi dari pre test ke siklus I sekitar 30%, dari siklus I ke siklus II sekitar 45%, dan dari pre test ke siklus II sekitar 75%. Dan peningkatan hasil belajar dari pre test ke siklus I sekitar 12%, dari siklus I ke siklus II sekitar 17%, dan dari pre test ke siklus II sekitar 29%.

Dengan data-data hasil penelitian yang telah dipaparkan di atas, maka terbukti bahwa penerapan pembelajaran kontekstual dengan teknik Learning Community dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas IIIb SDN Gadang 1 Malang terhadap materi PAI.

Adapun pengecekan keabsahan data dalam penelitian ini, penulis menggunakan triangulasi dengan sumber, yaitu yang berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif.

Pengecekan keabsahan data dilakukan dalam dengan membandingkan data hasil pengamatan dengan lembar hasil observasi.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan pembelajaran kontekstual dengan teknik Learning Community dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa terhadap materi PAI dengan indikator keberhasilan:

a.     Siswa semakin aktif dalam kegiatan pembelajaran.

b.     Siswa terlatih untuk bekerjasama dalam kelompok dan berani mengungkapkan pendapat serta menghargai pendapat orang lain.

c.     Hasil (nilai) yang mereka dapatkan lebih baik atau meningkat dari hasil yang mereka dapatkan sebelumnya.

d.     Dengan penerapan pembelajaran kontekstual dengan teknik Learning Community siswa mendapatkan pengalaman untuk menyelesaikan masalah dengan masyarakat dan lingkungan, ini merupakan aktualisasi dari kecakapan berfikir rasional.

e.     Selama pembelajaran berlangsung siswa tampak senang dan gembira, hal ini dapat dilihat dari roman muka mereka yang selalu tampak berseri-seri dalam mengerjakan tugas.

Dengan demikian setelah selesainya siklus II ini tampak jelas terjadinya efektivitas belajar siswa serta terjadinya peningkatan yang lebih signifikan pada variabel-variabel yang diteliti pada penelitian tindakan kelas ini, yaitu motivasi belajar dan hasil belajar siswa kelas III pada mata pelajaran PAI di SD Negeri Cukilan 03.

Adapun penerapan pembelajaran kontekstual yang optimal dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar menggunakan teknik Learning Community. Penerapan pembelajaran Learning Community yang maksimal dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.

Dengan demikian kedua hal diatas telah menjawab rumusan masalah yang dipaparkan pada bab terdahulu yaitu: Apakah pembelajaran kontekstual teknik Learning Community dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar PAI siswa kelas III SD SD Negeri Cukilan 03? Dan Bagaimanakah penerapan pembelajaran kontekstual dengan teknik Learning Community yang dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar PAI siswa kelas III SD SD Negeri Cukilan 03? sehingga menurut peneliti tidak perlu dilakukan tindakan selanjutnya karena terjawabnya rumusan masalah diatas.

PENUTUP

Kesimpulan

1.     Penerapan pembelajaran kontekstual dengan teknik Learning Community yang dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI di SD SD Negeri Cukilan 03 adalah dengan menerapkan prinsip- prinsip penerapan pembelajaran kontekstual dan teknik Learning Community secara konsisten. Prinsip kontekstual yaitu pembelajaran sesuai dengan kewajaran perkembangan mental siswa, membentuk kelompok belajar yang saling tergantung, menyediakan lingkungan yang mendukung pembelajaran mandiri, mempertimbangkan keragaman siswa, menggunakan teknik-teknik bertanya, dan menerapkan penilaian autentik. Sedangkan prinsip penerapan teknik Learning Community yaitu dengan menciptakan masyarakat belajar, yaitu belajar dalam kelompok-kelompok, hasil belajar diperoleh dari sharing antar teman, antar kelompok, dan antara yang tahu ke yang belum tahu. Sedangkan tugas guru dalam pembelajaran ini adalah memberikan dorongan tentang manfaat materi pelajaran yang dipelajari, terutama pada kelompok yang pasif, memotivasi siswa agar lebih berani mengungkapkan gagasannya, memacu siswa agar lebih banyak membaca buku, dll.

2.     Kendala-kendala yang dihadapi saat penerapan pembelajaran kontekstual teknik Learning Community adalah:

a.     Siswa belum terbiasa dengan penerapan strategi pembelajaran kontekstual dengan metode learning community

b.     Kegiatan diskusi kelompok masih kurang bisa membawa siswa untuk aktif berbicara mengemukakan pendapat, bertanya dan menjawab pertanyaan,

c.     Guru masih kurang dalam memotivasi siswa sehingga masih memerlukan rangsangan belajar yang lebih bagi siswa,

d.     Motivasi belajar siswa terhadap materi PAI hanya dimiliki mereka yang sebagian besar memiliki prestasi di kelas, sedangkan mereka yang berprestasi rendah/kurang cenderung pasif dalam kegiatan belajar mengajar. Hal ini tidak terlepas dari kebiasaan siswa dalam proses belajar yang dialami sebelumnya.

3.     Upaya-upaya yang dilakukan dalam mengatasi kendala yang terjadi adalah:

a.     Membiasakan siswa dalam penerapan pembelajaran kontekstual dengan metode learning community,

b.     Memotivasi siswa agar lebih aktif dalam mengungkapkan gagasan dan pendapatnya dalam diskusi,

c.     Guru harus lebih banyak memberikan dorongan/motivasi pada siswa tentang manfaat materi pelajaran yang dipelajari, sehingga siswa lebih bersemangat dalam memaknai suatu pelajaran.

d.     Memacu siswa untuk lebih banyak membaca buku pegangan terutama bagi yang mempunyai prestasi dan cenderung pasif dalam pembelajaran.

 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang membuktikan adanya hubungan yang positif antara teknik Learning Community dengan peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa, maka dapat diajukan saran-saran sebagai berikut:

1.     Diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan antara lain:

a.     Lembaga pendidikan yang berwenang

Diharapkan dapat merealisasikan pembelajaran kontekstual karena dari hasil penelitian terbukti dapat meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar siswa.

b.     Bagi Guru

Dapat menerapkan pembelajaran kontekstual dengan teknik Learning Community seperti yang disebutkan di atas perlu diterapkan secara berkesinambungan, agar guru senantiasa melakukan upaya-upaya perbaikan dalam tindakan pengajarannya sehingga akan terjadi peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa.

c.     Bagi Siswa

1)    Agar siswa selalu antusias dalam KBM, lebih berani mengungkapkan gagasannya, berkomunikasi dan berkerjasama dengan teman kelompoknya, membiasakan aktif dalam segala permasalahan yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari, mengaktualisasikan materi yang dipelajari dalam kehidupan sehari-hari.

2)    Agar siswa lebih meningkatkan motivasi belajar, sebab terbukti bahwa siswa yang memiliki hasil belajar yang baik adalah siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi.

d.     Bagi Penulis dapat memberikan wawasan dan pengalaman segai bekal untuk menjadi guru yang profesional di masa mendatang.

2.     Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk membuktikan pengaruh pendidikan kontekstual dengan teknik Learning Community terhadap motivasi dan hasil belajar siswa dengan desain eksperimen yang menggunakan kelompok kontrol, sehingga dapat menghasilkan penelitian yang lebih akurat, valid dan reliabel.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu dan Widodo Supriyono, 1991. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta, Cet 1.

Arifin, H. M. 1991. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Bukhori, M. 1983. Teknik-teknik Evaluasi dalam Pendidikan. Bandung: Jemars. Bukhori, Shokhih. Kitab Akhaditsul Anbiya’.

Darajat, Zakiah. dkk. 1996. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Depag RI. 1985. Al Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penerjemah Al Qur’an.

Depag RI. 1989. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Bandung: Gema Risalah Press.

Dimyati dan Mujiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Djamarah, Syaiful Bahri. 1994. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya: Usaha Nasional.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2003. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Ghofir, Abdul dan Zuhairini. 2004. Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Malang: UM Press.

Hadi, Nur. dkk. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya Dalam KBK. Malang: UM Press.

Hadi, Sutrisno. 2004. Metode Resech II. Yogyakarta: Andi Offset.

Hamalik, Oemar. 2001. Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar Berdasarkan CBSA. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Pembelajaran PAI. Surabaya: NIZAMIA Jurnal Pendidikan dan Pemikiran Islam Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel.