APLIKASI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DENGAN TEKNIK LEARNING COMMUNITY PADA BIDANG STUDI

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS IX A

SMP NEGERI 2 WIROSARI

 

Shohibi

SMP Negeri 2 Wirosari Kabupaten Grobogan

 

ABSTRAK

Pendidikan Agama Islam di sekolah atau di madrasah, dalam pelaksanaannya masih menunjukkan berbagai permasalahan. Seperti halnya proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah saat ini masih sebatas sebagai proses penyampaian “pengetahuan tentang Agama Islam.” Mayoritas metode pembelajaran agama Islam yang selama ini lebih ditekankan pada hafalan, akibatnya siswa kurang memahami kegunaan dan manfaat dari apa yang telah dipelajari dalam materi PAI yang menyebabkan tidak adanya motivasi siswa untuk belajar materi PAI. Melihat kenyataan yang ada di lapangan, sebagian besar teknik dan suasana pengajaran di sekolah-sekolah yang digunakan para guru kita cenderung monoton dan membosankan. Sehingga menurunkan motivasi belajar siswa. Kondisi ini pada gilirannya berdampak pada prestasi belajar. Untuk menjawab persoalan-persoalan tersebut perlu diterapkan suatu cara alternatif mempelajari PAI yang kondusif dengan suasana yang cenderung rekreatif sehingga memotivasi siswa untuk mengembangkan potensi kreativitasnya. Salah satu alternatif yang bisa digunakan adalah dengan penerapan pembelajaran kontekstual dengan teknik Learning Community. Dengan penggunaan teknik ini diharapkan agar materi pelajaran PAI dapat mudah dipahami dan dapat meningkatkan motivasi-prestasi belajar siswa terhadap mata pelajaran PAI. Dari data di lapangan menunjukkan bahwa terdapat peningkatan motivasi belajar siswa kelas IXA SMP Negeri 2 Wirosari semester genap tahun pelajaran 2015/2016 yang semula nilai rata-rata pre-test sebesar 20 meningkat menjadi 24 atau sekitar 20% pada siklus I, pada siklus II lebih meningkat menjadi 35 atau sekitar 50%, dan pada siklus III semakin meningkat menjadi 40 atau sekitar 100%. Tingkat peningkatan antara siklus I dengan siklus II sekitar 20%, antara siklus II dengan siklus III sekitar 50%, antara siklus III dengan siklus I sekitar 100%. Dengan meningkatnya motivasi belajar siswa, maka prestasi belajar merekapun juga meningkat, yang semula nilai rata-rata pre test 6,60 meningkat menjadi 6,86 atau sekitar 4% pada siklus I, pada siklus II lebih meningkat lagi menjadi 7,60 atau sekitar 15%, dan pada siklus III semakin meningkat menjadi 8,20 atau sekitar 24%. Tingkat peningkatan antara siklus I dengan siklus II sekitar 11%, antara siklus II dengan siklus III sekitar 9%, antara siklus III dengan siklus I sekitar 20%.

Kata Kunci: Pembelajaran Kontekstual, Learning Community, PAI, Motivasi, Prestasi.

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya, memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlakukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Itulah tujuan pendidikan agama Islam yang dicantumkan dalam pasal Undang-undang RI No. 20 tentang SISDIKNAS.

Pendidikan Islam adalah pendidikan individual dan masyarakat, di dalam ajaran Islam berisi tentang sikap dan tingkah laku pribadi masyarakat, menuju kesejahteraan hidup perorangandan bersama serta banyak menekankan kepada perbaikan sikap mental yang akan terwujud dalam amal perbuatan, baik bagi keperluan sendiri maupun orang lain (Zakiah Daradjat, 1996:28).

Pendidikan Agama Islam (PAI) di sekolah/madrasah, pelaksanaannya masih menunjukkan berbagai permasahalan yang kurang menyenangkan. Seperti halnya proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di sekolah saat ini masih sebatas sebagai proses penyampaian “pengetahuan tentang Agama Islam.” Hanya sedikit yang arahnya pada proses internalisasi nilai-nilai Islam pada diri siswa. Hal ini dapat dilihat dari proses pembelajaran yang dilakukan guru masih dominan ceramah. Proses internalisasi tidak secara otomatis terjadi ketika nilai-nilai tertentu sudah dipahami oleh siswa.

Menjawab persoalan-persoalan tersebut perlu diterapkan suatu cara alternatif guna mempelajari PAI yang kondusif , suasana yang cenderung rekreatif, sehingga memotivasi siswa untuk mengembangkan potensi kreativitasnya. Salah satu alternatif yang bisa digunakan adalah dengan penerapan suatu paradigma baru dalam pembelajaran di kelas yaitu dengan metode pembelajaran kontekstual, dikarenakan ada kecenderungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan lebih baik jika lingkungannya diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak-anak “mengalami” apa yang dipelajarinya, bukan “mengetahui”- nya.

Salah satu alternatif yang bisa dilakukan dalam menumbuhkan motivasi belajar siswa pada materi PAI yaitu dengan penerapan teknik Learning Community. Teknik Learning Community adalah salah satu dari tujuh komponen yang mendasari penerapan pembelajaran kontekstual. Teknik Learning Community merupakan suatu teknik belajar dengan bekerja sama dengan orang lain untuk menciptakan pembelajaran yang lebih baik dibanding dengan belajar sendiri (Nurhadi, 2004: 47). Maka dengan penggunaan teknik Learning Community ini diharapkan agar materi pelajaran PAI dapat mudah dipahami dan dapat meningkatkan motivasi serta prestasi belajar siswa terhadap mata pelajaran PAI

Oleh karena itulah maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang berhubungan dengan metode pembelajaran dengan pendekatan kontekstual khususnya teknik Learning Community. Maka penulis berinisiatif mengambil judul “Aplikasi Pembelajaran Kontekstual pada Bidang Study PAI dalam Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Siswa Kelas IX A di SMP Negeri 2 Wirosari”.

Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang tersebut di atas, maka dapat dirumuskan masalah yang akan dibahas oleh penulis dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:

  1. Apakah aplikasi pembelajaran kontekstual dengan teknik Learning Community dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa kelas IX A di SMP Negeri 2 Wirosari pada bidang studi PAI ?
  2. Bagaimana aplikasi pembelajaran kontekstual dengan teknik Learning Community yang dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa kelas IX A SMP Negeri 2 Wirosari pada bidang studi PAI ?

Tujuan Penelitian

            Sebagaimana rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini yaitu:

  1. Mengetahui apakah aplikasi pembelajaran kontekstual dengan teknik Learning Community dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa kelas IX A SMP Negeri 2 Wirosari.pada bidang studi PAI.
  2. Mengetahui aplikasi pembelajaran kontekstual dengan teknik Learning Community yang dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa kelas IX A SMP Negeri 2 Wirosari pada bidang studi PAI.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi semua pihak terutama:

  1. Sekolah

Sebagai sumbangan pemikiran dan bahan masukan dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran PAI.

  1.  Guru Pendidikan Agama Islam

Sebagai bahan pertimbangan bagi guru-guru di sekolah tersebut dalam pemilihan metode dan teknik untuk meningkatan motivasi dan prestasi belajar siswa terhadap mata pelajaran PAI.

  1. Penulis

Mendapatkan wawasan dan pengalaman praktis di bidang penelitian. Selain itu hasil penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai bekal untuk penelitian-penelitian mendatang.

KAJIAN TEORI

Pembahasan tentang Pembelajaran dengan Pendekatan Kontekstual

Pada dasarnya konsep pembelajaran kontekstual dengan prinsip-prinsipnya bukan merupakan konsep baru. Konsep dasar pendekatan ini diperkenalkan pertama kali pada tahun 1916 oleh John Dewey yang menganjurkan agar kurikulum dan metodologi pengajaran dipertautkan dengan pengalaman dan minat siswa. Proses belajar akan sangat efektif bila pengetahuan baru diberikan berdasarkan pengalaman atau pengetahuan yang sudah dimiliki siswa sebelumnya (Kasihani, 2003: 1).

Pembelajaran kontekstual telah berkembang di negara maju. Di negara Belanda berkembang apa yang disebut dengan Realistic Mathematics Education (RME), bahwa pembelajaran matematika harus dikaitkan dengan kehidupan nyata siswa. Di Amerika berkembang apa yang disebut Contextual Teaching and Learning (CTL) yang intinya membantu guru untuk mengaitkan materi pelajaran dengan kehidupan nyata dan memotivasi siswa untuk mengaitkan pengetahuan yang dipelajarinya dengan kehidupan mereka (Depdiknas, 2002: 3-4).

Pembelajaran kontekstual adalah suatu konsepsi yang membantu guru mengkaitkan isi materi pelajaran dengan keadaan dunia nyata. Pembelajaran ini memotivasi siswa untuk menghubungkan pengetahuan yang diperoleh di kelas dan penerapannya dalam kehidupan siswa sebagai anggota keluarga, sebagai warga masyarakat dan nantinya sebagai tenaga kerja. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan dari pada hasil (Kasihani, 2003: 1). Di dalam kelas kontekstual, tugas guru membantu siswa mencapai tujuannya. Guru lebih banyak berusaha dengan strategi dari pada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja sama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu yang baru datang dari menemukan sendiri, bukan dari apa kata guru. Begitulah peran guru di kelas yang berbasis CTL (Kasihani, 2003: 4).

Pengertian Pendidikan Agama Islam

Bila kita akan melihat pengertian pendidikan dari segi bahasa, maka kita harus melihat kepada kata Arab karena ajaran Islam itu diturunkan dalam bahasa tersebut. Kata “pendidikan” yang umum kita gunakan sekarang, dalam bahasa Arab adalah “tarbiyah”, dengan kata kerja “rabba”. Kata “pengajaran” dalam bahasa Arab adalah “ta’lim” dengan kata kerjanya “allama”. Pendidikan dan pengajaran dalam bahasa Arabnya “tarbiyah wa ta’lim” sedangkan “pendidikan Islam” dalam bahasa Arabnya adalah “Tarbiyah Islamiyah” (Daradjad, 1992: 25). Istilah pendidikan berasal dari kata “didik” dengan memberinya awalan “pe” dan akhiran “kan”, mengandung arti “perbuatan” (Ramayulis, 2002: 1).

Di dalam Undang-undang Nomor 2 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1, disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UUSPN, 2003:3).

Pendidikan agama Islam adalah suatu proses yang mengarahkan manusia kepada kehidupan yang baik dan yang mengangkat derajat kemanusiaannya, sesuai dengan kemampuan dasar (fitrah) dan kemampuan ajarannya atau pengaruh dari luar (Arifin, 2000:17). Menurut hasil rumusan seminar Pendidikan Islam se Indonesia tahun 1960

Pendidikan agama Islam adalah sebagai bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh dan mengawasi berlakunya semua ajaran Islam (H.M. Arifin, 2000: 14-15).

Dengan demikian pengertian pendidikan agama Islam adalah pendidikan melalui ajaran-ajaran religius, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap peserta didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran Islam itu sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteran hidup di dunia maupun di akhirat. Pendidikan agama Islam mempunyai tugas memberikan dorongan, rangsangan dan bimbingan agar siswa dapat menyerap nilai yang terkandung dalam ajaran Islam, sehingga dapat membentuk dirinya sesuai nilai agama yang diajarinya, dan dapat mengamalkan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari secara baik sesuai dengan ketentuan Allah.

Tujuan pendidikan agama Islam pada dasarnya sangat berkaitan dengan tujuan manusia hidup di dunia ini atau lebih tegasnya, tujuan pendidikan adalah untuk menjawab persoalan-pesoalan untuk apa kita hidup? Sebagaimana Islam telah memberi jawaban yang tegas dalam hal ini, seperti firman Allah dalam surat Adz-Dzariat: 56, yang berbunyi “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku” (Depag RI, 1989: 862).

Pengertian Motivasi Belajar

Menurut Ngalim Purwanto (2000: 60) motif adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu. Apa saja yang diperbuat manusia, yang penting maupun yang kurang penting, yang berbahaya maupun yang tidak mengandung resiko, selalu ada motivasinya.

Motivasi dapat diartikan sebagai tenaga pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku ke arah suatu tujuan tertentu. Ada tidaknya motivasi dalam diri peserta didik dapat di amati dari observasi tingkah lakunya. Apabila peserta didik mempunyai motivasi, ia akan: (a) bersungguh-sungguh, menunjukkan minat, mempunyai perhatian, dan rasa ingin tahu yang kuat untuk ikut serta dalam kegiatan belajar, (b) berusaha keras dan memberikan waktu yang cukup untuk melakukan kegiatan tersebut, dan (c) terus bekerja sampai tugas-tugas tersebut terselesaikan (Muhaimin, 2001: 138).

Motivasi juga merupakan daya atau perbuatan yang mendorong seseorang; tindakan atau perbuatan merupakan gejala sebagai akibat dari adanya motivasi tersebut. Derajat usaha atau perjuangan di dalam melakukan usaha atau tindakan itu menunjukkan tinggi rendahnya derajat motivasi. Bila motivasi tinggi maka untuk merealisasikan motivasi tersebut dalam bentuk tindakan atau perbuatan akan dilaksanakan dengan usaha yang tinggi pula, atau penuh semangat. Sebaliknya, suatu tindakan yang dilaksanakan dengan sangat santai-santai saja merupakan gejala dari motivasi yang rendah. Dengan kata lain, motivasi adalah kekuatan pendorong yang ada dalam diri seoarang individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu dalam rangka mencapai suatu tujuan (Masnur,1987: 41).

Dari beberapa pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa motivasi adalah suatu dorongan yang terdapat dalam diri seseorang yang menjadi sebab suatu tujuan. Juga merupakan suatu rangsangan yang mendorong seseorang untuk bertingkah laku sehingga akan menggugah dirinya bersemangat untuk meraih cita-citanya.

Motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis yang bersifat non-intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar. Siswa yang memiliki motivasi kuat, akan mempunyai banyak sinergi untuk melakukan kegiatan belajar (Sardiman, 2005: 75).

Dalam perilaku belajar terdapat motivasi belajar. Motivasi belajar tersebut ada yang intristik atau ekstrinstik. Muatan motivasi-motivasi tersebut berada di tangan para guru/pendidik dan anggota masyarakat lain. Guru sebagai pendidik bertugas memperkuat motivasi belajar selama minimum sembilan tahun pada usia wajib belajar. Orang tua bertugas memeperkuat motivasi belajar sepanjang hayat. Ulama sebagai pendidik juga bertugas memperkuat motivasi belajar sepanjang hayat (Dimyati, 1994: 94).

Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individual maupun kelompok. Prestasi tidak akan pernah dihasilkan selama sesorang tidak melakukan suatu kegiatan. Dalam kenyataan, untuk mendapatkan prestasi tidak semudah yang dibayangkan, tetapi penuh perjuangan dengan berbagai tantangan yang harus dihadapi untuk mencapainya. Hanya dengan keuletan dan optimisme dirilah yang dapat membantu untuk mencapainya. Oleh karena itu wajarlah pencapaian prestasi itu harus dengan jalan keuletan kerja (Syaiful Bahri Djamarah, 1994: 19-20).

 Menurut Poerwadarminta (dalam Syaiful Bahri Djamarah, 1994: 20) bahwa prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan dan sebagainya). Sedangkan Nasrun Harahap dan kawan-kawan (dalam Syaiful Bahri Djamarah, 1994: 21) memberikan batasan, bahwa prestasi adalah penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan murid yang berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka serta nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum.

Prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai siswa yang dilakukan melalui tes prestasi hasil belajar yang bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang daya serap siswa untuk menerapkan tingkat prestasi atau tingkat keberhasilan siswa terhadap suatu bahasan (Usman, 1999:9).

 Jadi bisa disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh siswa dalam bentuk nilai atau skor yang merupakan penilaian pengetahuan dan pengalaman terhadap ilmu yang dipelajari. Hasil belajar tiap anak tentulah tidak sama antara yang satu dengan yang lainnya, ada yang tinggi, sedang dan ada yang rendah. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yang pada garis besarnya dapat datang dari dalam dan dari luar yang sedang belajar. Dan prestasi belajar yang dicapai antara yang satu dengan yang lainnya tentu tidak sama, karena kemampuan dan kesempatan setiap orang adalah berbeda.

METODOLOGI PENELITIAN

Desain dan Jenis Penelitian

           Dalam penelitian ini, desain penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research), dengan jenis kolaboratif partisipatoris.

            Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang bertujuan meningkatkan praktek pembelajaran secara berkesinambungan, yang pada dasarnya melekat pada terlaksananya misi profesional pendidikan yang diemban guru.

           Sedangkan jenis penelitian kolaboratif yaitu partisipasi antara guru-siswa dan mungkin asisten atau teknisi yang terkait membantu proses pembelajaran. Hal ini didasarkan pada adanya tujuan yang sama yang ingin dicapai (FX. Soedarsono, 2001: 3).

Kehadiran Peneliti di Lapangan

           Kehadiran peneliti di lapangan sebagai instrumen kunci penelitian mutlak diperlukan karena terkait dengan desain penelitian yang dipilih adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research), yaitu dengan pendekatan kualitatif jenis kolaboratif-partisipatoris.

           Selama penelitian tindakan ini dilakukan, peneliti bertindak sebagai observer, pengumpul data, penganalisis data, dan sekaligus pelopor hasil penelitian. Dalam penelitian ini, kedudukan peneliti adalah sebagai perencana, pelaksana, pengumpul data, penganalisis, penafsir data, dan akhirnya pelapor hasil penelitian (Moleong, 1989:95).

Lokasi Penelitian

           Penelitian ini dilaksanakan di kelas IX A SMP Negeri 2 Wirosari. Penentuan SMP Negeri 2 Wirosari sebagai tempat lokasi penelitian ini karena SMP Negeri 2 Wirosari tersebut merupakan sekolah tempat tugas penulis, sehingga memudahkan di dalam pelaksanaan penyusunan.

           Sedangkan waktu pelaksanaan penelitian akan disesuaikan dengan jam pelajaran PAI pada kelas yang digunakan sebagai obyek penelitian

Sumber Data dan Jenis Data

           Terkait dengan penelitian ini yang akan dijadikan sebagai sumber data adalah siswa-siswi kelas IX A SMP Negeri 2 Wirosari, siswa-siswi tersebut diperlukan sebagai obyek yang dikenai tindakan, juga aktif dalam kegiatan yang dilakukan. Hal ini sesuai dengan salah satu karakteristik penelitian tindakan kelas yaitu a collaborative effort and or participatives (FX. Suedarsono, 2001: 2).

           Data penelitian ini berupa hasil pengamatan, kumpulan, pencatatan lapangan, dan dokumentasi dari setiap tindakan perbaikan penggunaan pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) dengan teknik Learning Community pada bidang studi PAI dalam meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa kelas IX A SMP Negeri 2 Grobogan.Data yang diperoleh dari penelitian tindakan ini ada yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Data yang bersifat kualitatif diperoleh dari: (1) dokumentasi, (2) observasi, (3) interview, sedangkan data yang bersifat kuantitatif berasal dari evaluasi, pre test dan post tes.

Instrumen Penelitian

            Dalam penelitian ini kehadiran peneliti di lapangan menjadi syarat utama, peneliti mengumpulkan data-data dalam latar alamiah, dimana peneliti bertindak sebagai instrumen kunci. Selain itu, peneliti juga berperan sebagai perencana dan pelaksana tindakan yang terlibat langsung dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas, pengumpul dan penganalisis data dan pada akhirnya ia menjadi pelopor hasil penelitian. Pencari tahu alamiah dalam pengumpulan data lebih banyak bergantung pada dirinya sebagai alat pengumpul data. Instrumen pendukung lainnya adalah pedoman observasi dan hasil belajar (Margono, 2000: 38).

Teknik Pengumpulan Data

            Untuk memperoleh data yang benar dan akurat maka penulis menggunakan beberapa metode yang antara lain sebagai berikut:

 

 

  1. Metode Observasi

Metode observasi dapat diartikan sebagai pencatatan sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki (Sutrisno Hadi, 2004: 151).

  1. Pengukuran test hasil belajar

Pengukuran tes hasil belajar ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui peningkatan motivasi dan prestasi belajar siswa. Tes tersebut juga sebagai salah satu rangkaian kegiatan dalam penerapan pembelajaran kontekstual dengan teknik Learning Community.

  1. Metode dokumenter

Metode dokumenter adalah metode untuk mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan-catatan, transkrip, buku-buku, surat kabar, majalah, notulen, raport leger, agenda dan sebagainya (Hadi, 1991: 193).

Analisis Data

            Data yang diperoleh dari tindakan yang dilakukan dianalisis untuk memastikan bahwa dengan mengaplikasikan pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) dengan teknik Learning Community dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa. Data yang bersifat kualitatif yang terdiri dari hasil observasi dan dokumentasi dianalisis secara kualitatif. Menurut FX. Soedarsono (2001: 26), jika yang dikumpulkan berupa data kualitatif, maka analisis dilakukan secara kualitatif pula. Proses tersebut dilakukan melalui tahap: menyederhanakan, mengklasifikasi, memfokuskan, mengorganisasi (mengaitkan gejala) secara sistematis dan logis, serta membuat abstraksi atas kesimpulan makna hasil analisis.

Tahapan Penelitian

Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan. Tahap penelitian ini mengikuti model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart, berupa suatu siklus spiral yang meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi yang membentuk siklus demi siklus sampai tuntas penelitian.

LAPORAN HASIL PENELITIAN

Deskripsi Kondisi Awal

            Pada pelaksanaan pre test, siswa terlihat kurang antusias terhadap pelajaran, mereka terlihat kurang dapat mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan baik. Hal itu diketahui dari kurangnya rasa ingin tahu mereka terhadap materi yang akan diberikan. Kebanyakan dari mereka kelihatannya jenuh terhadap pelajaran. Karena motivasi siswa terhadap pelajaran kurang, maka prestasi belajar mereka juga kurang maksimal. Dari hasil evaluasi pada saat pre test, didapatkan skor rata-rata kelas sebesar 6,60.

Deskripsi Siklus I

            Pada siklus I ini, selama pelaksanaan pembelajaran di kelas dengan menggunakan teknik Learning Community, terlihat bahwasanya para siswa mulai antusias dan merespon positif. Mulai adanya peningkatan motivasi belajar dibandingkan pada saat pre test. Hal ini terlihat dari aktivitas bertanya siswa yang pada saat pre test mereka masih malu-malu dan takut salah, pada siklus I ini mereka sudah mulai berani bertanya meskipun bobot pertanyaannya mereka masih belum mencapai seperti yang diharapkan. Pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung, para siswa tampak gembira dan senang, hal ini dapat dilihat dari roman muka mereka yang tampak memancarkan semangat dan antusias untuk belajar meskipun masih ada beberapa siswa yang belum terbiasa dengan model pembelajaran yang diterapkan oleh peneliti.

Deskripsi Siklus II

            Pada siklus II ini, hasil pengamatan menunjukkan bahwa siswa mengalami peningkatan motivasi dan prestasi belajar yang cukup tinggi dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar, siswa mulai terbiasa bertanya dan mengemukakan pendapat apabila peneliti memberikan permasalahan.

            Memasuki kegiatan inti, hasil pengamatan menunjukkan siswa begitu antusias untuk berlomba mencapai hasil yang lebih baik antar sesama anggota kelompok. Ketika peneliti memberi tugas/pembagian materi pada masing-masing kelompok, siswa menerima tugas dengan senang hati dan atas anjuran peneliti mereka berusaha untuk saling membantu memahami materi yang dibebankan pada masing-masing kelompok. Sering kali peneliti mendengar pertanyaan-pertanyaan berbobot dari sesama anggota kelompok untuk mencapai hasil diskusi yang memuaskan. Sudah mulai ada komunikasi dan kerjasama yang cukup baik pada diskusi antar sesama anggota kelompok, karena masing-masing siswa sudah mulai bisa menghilangkan beban rasa malu dan takut salah dalam mengajukan pendapat. Mayoritas dari mereka sudah mulai terbiasa dengan model pembelajaran yang peneliti terapkan di kelas IX A ini. Ditambah lagi pada siklus II ini, peneliti berusaha memberikan pujian pada salah satu kelompok atas prestasi yang diraih, dengan itu maka akan menjadi penyemangat bagi kelompok lain yang belum pernah mendapatkan pujian dari peneliti.

Deskripsi Siklus III

            Pada siklus III ini, hasil pengamatan menunjukkan bahwa siswa mengalami peningkatan motivasi belajar yang cukup menggembirakan dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar, siswa sudah terbiasa bertanya dan mengemukakan pendapat apabila peneliti memberikan permasalahan. Dan tidak hanya motivasi belajar siswa yang mengalami peningkatan, akan tetapi prestasi atau hasil belajar mereka juga mengalami peningkatan yang begitu menggembirakan.

            Peneliti menangkap komunikasi dan kerjasama yang sudah sangat baik bahkan dapat dikatakan begitu dinamis dan sempurna pada diskusi antar sesama anggota kelompok, karena masing-masing siswa merasa tidak ada beban rasa malu dan takut salah dalam mengajukan pendapat. Selain itu hampir 95% dari mereka sudah sangat terbiasa dan menyatu dengan model pembelajaran yang peneliti terapkan di kelas IVa ini, bahkan mereka mengharapkan agar teknik ini dapat diterapkan pada semua mata pelajaran.

Indikator peningkatan motivasi belajar siswa tercermin dalam bertambahnya semangat, antusias dan rasa ingin tahu siswa dalam KBM. Sedangkan indikator peningkatan prestasi belajar siswa terlihat dari meningkatnya hasil belajar siswa.

 

Pembahasan

            Indikator peningkatan motivasi belajar siswa tercermin dalam bertambahnya semangat, antusias dan rasa ingin tahu siswa dalam KBM. Sedangkan indikator peningkatan prestasi belajar siswa terlihat dari peningkatan hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilaksanakan terdapat peningkatan motivasi yang semula nilai rata-rata kelas dari pre test sebesar 20 meningkat menjadi 31 atau sekitar 55%. Dan peningkatan prestasi belajar siswa terlihat dari rata-rata kelas yang semula nilai rata-rata kelas dari pre test sebesar 6,60 meningkat menjadi 6,84 atau sekitar 17%.

            Sedangkan peningkatan motivasi belajar siswa antara siklus I dengan siklus II adalah pada siklus I nilai rata-rata kelas sebesar 24 meningkat menjadi 31 atau sekitar 29%, dan peningkatan prestasi belajar siswa antara siklus I dengan siklus II adalah pada siklus I nilai rata-rata kelas sebesar 6,84 meningkat menjadi 7,75 atau sekitar 13%. Sedangkan peningkatan motivasi antara siklus III dengan siklus I adalah pada siklus I nilai rata-rata kelas sebesar 24 meningkat menjadi 45 atau sekitar 87%. Dan peningkatan prestasi belajar antara siklus III dengan siklus I adalah pada siklus I nilai rata-rata kelas sebesar 6,84 meningkat menjadi 8,90 atau sekitar 30%.

            Peningkatan motivasi antara siklus III dengan siklus II adalah pada siklus II nilai rata-rata kelas sebesar 31 meningkat menjadi 45 atau sekitar 45%. Dan peningkatan prestasi belajar antara siklus III dengan siklus II adalah pada siklus II nilai rata-rata kelas sebesar 7,75 meningkat menjadi 8,90 atau sekitar 15%.

PENUTUP

Simpulan

Kesimpulan dari hasil penelitian adalah sebagai berikut:

  1. Aplikasi pembelajaran kontekstual dengan teknik Learning Community dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa kelas IX A SMP Negeri 2 Wirosari Terhadap materi PAI. Indikator peningkatan motivasi belajar siswa terlihat dari bertambahnya semangat dan antusias siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar, tidak tampak adanya rasa malas dan letih dari roman muka siswa, mereka selalu menampakkan rasa gembira dan senang selama mengikuti pelajaran, selalu berusaha menyelesaikan tugas-tugas dalam waktu yang telah ditentukan, serta besarnya rasa ingin tahu mereka yang diaplikasikan dengan melontarkan pertanyaan-pertanyaan apabila ada materi yang kurang dipahami oleh mereka. Peningkatan motivasi terlihat dari yang semula nilai rata-rata pre test 20 meningkat menjadi 24 atau sekitar 20% pada siklus I, pada siklus II lebih meningkat menjadi 31 atau sekitar 29%, dan pada siklus III semakin meningkat menjadi 45 atau sekitar 45%. Dengan meningkatnya motivasi belajar siswa, maka prestasi belajar merekapun juga meningkat, yang semula nilai rata-rata pre test 6,60 meningkat menjadi 6,84 atau sekitar 4% pada siklus I, pada siklus II lebih meningkat lagi menjadi 7,75 atau sekitar 13%, dan pada siklus III semakin meningkat menjadi 8,60 atau sekitar 30%.
  2. Aplikasi pembelajaran kontekstual dengan teknik Learning Community yang dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI di SMP Negeri 2 Wirosari adalah dengan menerapkan prinsip-prinsip penerapan pembelajaran kontekstual dan teknik Learning Community secara konsisten.

Saran

           Berdasarkan kesimpulan diatas, penulis mengharapkan kepada pembaca laporan ini untuk meningkatkan pembelajaran khususnya.

1.   Kegiatan ini sebaiknya tidak hanya di kembangkan untuk satu kelas dan satu pokok bahasan saja, tetapi supaya bisa dikembangkan metode penelitian lebih lanjut.

2.   Faktor internal dan eksternal yang berpengaruh terhadap penelitian dapat dikembangkan metode penelitian lebih lanjut.

3.   Guru hendaknya berusaha menciptakan kondisi siswa yang aktif dalam proses belajar mengajar salah satu caranya adalah dengan memanfaatkan metode dan media secara optimal. Selain itu dalam apersepsi guru harus dapat memotivasi siswa dan dapat mengarahkan siswa aktif dalam proses belajar mengajar.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu dan Prasetya, Joko Tri. 1997. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.

A.M, Sardiman. 2005. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Arifin, H.M. 1978. Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di Lingkungan Keluarga. Jakarta: Bulan Bintang.

 2000. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosuder Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Darajat, Zakiah, dkk. 1996. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

DEPAG RI. 1989. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Bandung: Gema Risalah Press.

DEPDIKNAS. 2008. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah edisi keempat. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Djamarah, Syaiful Bahri. 1994. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya: Usaha Nasional.

Gunarso, Singgih D. 1990. Psikologi Perkembangan. Jakarta: P.T. BPK Gunung Mulia.

Hadi, Nur. Dkk. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya Dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang.

Hadi, Sutrisno. 1993. Metode Resech II. Yogyakarta: Andi Offset.

Hamalik, Dr. Oemar. 1992. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru.

Hartatik, dkk, 2002. Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat, Malang: Universitas Negeri Malang.

Kasihani, dkk. 2003. Pembelajaran Berbasis CTL. Makalah Disampaikan pada Sarasehan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual (CTL) di Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang.

Kusrini, Siti. Motivasi Belajar. Malang: Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Malang.          

Makmun, H. Abin Syamsuddin. 2003. Psikologi Kependidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Masnur, dkk. 1987. Dasar-dasar interaksi Belajar Mengajar Mengajar. Malang: Jemmars.

Muhaimin, 2001. Paradigma Pendidikan Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Muhammad, Abu Bakar. 1997. Hadits Tarbawi III. Surabaya: Karya Abditama.

Nizar, samsul M.A. 2002. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Press.

Purwanto. M. Ngalim. 2000. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Ramayulis, 2002. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.

Rohani, Ahmad. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Sabri, H. M. Alisut. 1996. Psikologi Pendidikan. Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya.

Slameto, 2003. Belajar dan Faktor – faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Soedarsono, FX. 2001. Aplikasi Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Sudjana, Nana. 1991. Dasar-dasar Proses Balajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.

Sukardi, Dewa Ketut. 1983. Bimbingan dan Penyuluhan Belajar di Sekolah. Surabaya: Usaha Nasional.

Suparno, 2003. “Pembelajaran Berbasis CTL” Makalah Disampaikan pada Sarasehan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual (CTL) di Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang.

Surachmad, Winarno. 1986. Pengantar Interaksi Belajar Mengajar Dasar dan Teknik Metodologi Pengajaran. Bandung: Tarsito.

Suryabrata, Sumadi. 1990. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Perss.