Pembelajaran Kooperatif Teknik Kepala Bernomor Terstruktur Meningkatkan Kualitas Pembelajaran
PENERAPAN DAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
DENGAN TEKNIK KEPALA BERNOMOR TERSTRUKTUR
UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN
MATEMATIKA MATERI OPERASI HITUNG CAMPURAN
KELAS IV SEMESTER 2 S D NEGERI TORIYO 01 BENDOSARI
TAHUN PELAJARAN 2016/2017
Iswanti
SD Negeri Toriyo 01 Bendosari
ABSTRAK
Tujuan penelitian adalah untuk mendiskripsikan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Dengan Teknik Kepala Bernomor Terstruktur untuk Meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran Matematika Materi Operasi Hitung Campuran pada siswa Kelas IV Semester 2 SD Negeri Toriyo 01 Tahun Pelajaran 2016/2017. Penelitian tindakan kelas dilakukan dengan langkah-langkah: 1) Perencanaan, 2) Tindakan, 3) Pengamatan dan Interaksi, dan 4) Analisis dan Refleksi. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan, bahwa penggunaan metode pembelajaran kooperatif teknik kepala bernomor terstruktur dapat meningkatkan kualitas pembelajaran matematika siswa yang meliputi peningkatan keaktifan siswa dan hasil belajar siswa. Hal ini terbukti dari meningkatnya keaktifan dan pencapaian hasil kerja. Dengan keaktifan siswa dalam apersepsi siklus I 65,22% meningkat menjadi 75,00 % pada siklus II dan keaktifan siswa selama proses pembelajaran pada siklus I 72,00 % sedangkan siklus II meningkat menjadi 78,26 %. Sedangkan dalam ketepatan dan ketelitian menyelesaikan soal/ tugas pada siklus I menunjukkan 75,00 % sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 100,00%. Rata – rata hasil belajar yang diperoleh melalui tes evaluasi akhir siklus I sebesar 66,25 dan siklus II meningkat menjadi 80,00.Jadi meningkat sebesar 13.75, berarti penggunaan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif dengan teknik Kepala Bernomor dapat meningkatkan keaktifan pembelajaran matematika siswa kelas IV Semester 2 SD Negeri Toriyo tahun 2016/2017.
Kata kunci: Penerapan Model Pembelajaran, Keaktifan Pembelajaran.
PENDAHULUAN
Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang berjalan dengan cepat dan tidak kebanding dengan percepatan ketersediaan sumber daya manusia. Dunia pendidikan tentunya harus lebih aktif dalam merespon bebagai bentuk perkembangan tersebut. Jika hal ini tidak segera di fikirkan, maka tentu nya negara akan tertinggal atau ditingalkan oleh dunia global. Pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas sangat tergantung pada pendidikan. Pendidikan merupakan model penting bagi suatu negara, dan pendidikan mempunyai tanggung jawab besar dan menjadi tumpuan bangsa untuk terciptanya manusia. Manusia yang cakap, mandiri, berbudaya dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Dewasa ini, dunia pendidikan mengalami perubahan yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari proses pembelajaran dulu lebih banyak menggunakan pendekatan behavioristik sekarang menuju pendekatan konstruktivistik. Pendekatan kontruktivistik menekan dalam kegiatan belajar peserta didik dan peran guru membantu peserta didik. Rancangan pembelajaran guru hendaknya difokuskan sesuai dengan kondisi dan perkembangan potensi peserta didik, agar pembelajaran yang dilakukan benar-benar berguna dan bermanfaat bagi peserta didik.
Menurut Lie (2008) mengatakan bahwa pendidik perlu menyusun dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar berdasarkan pokok pemikiran antara lain:
- Pengetahuan ditentukan, di bentuk dan dikembangkan oleh siswa
- Siswa membangun pengetahuan secara aktif
- Pengajar perlu berusaha mengembangkan kompetisi dan kemampuan siswa
- Pendidikan adalah interaksi pribadi diantara peran siswa dan interaksi antara guru da siswa.
Untuk dapat melibatkan siswa aktif dalam proses pembelajaran, guru dituntut kreatif dalam menyelenggarakan kegiatan pembelajaran, dan dapat menerapkan berbagi model pembelajaran sehingga proses belajar mengajar lebih bervariatif serta dapat mencapai tujuan pembelajaran. Pemilihan model pembelajaran harus di sesuaikan dengan tujuan pembelajaran, materi serta bentuk pembelajaran kelompok atau invidu.
Pembelajaran matematika yang efektif dapat meningkatkan pemahaman dan konsep siswa tentang materi matematika (operasi hitung campuran) dan juga keefektifan siswa membentuk pengetahuannya sendiri melalui kerjasama dengan pembimbing (guru dan peserta didik). Salah satu model pembelajaran yang memberikan kesempatan peserta didik untuk mengembangkan kemampuan sosial secara aktif adalah pembelajaran kooperatif yang dapat melatih siswa untuk meningkatkan ketrampilan komunikasi dan ketrampilan berfikir dan nalar peserta didik baik individu maupun kelompok.
Salah satu Teknik pembelajaran kooperatif adalah kepala bernomor terstruktur, dengan teknik ini, siswa belajar melaksanakan tanggung jawab pribadinya dan saling berkaitan dengan rekan-rekan kelompoknya. Teknik kepala bernomor terstruktur diterapkan dengan membagi siswa dalam kelompok. Setiap peserta didik dalam setiap kelompok mendapat nomor dan penugasan berdasarkan nomornya, nomor 1 bertugas membaca soal dan mengumpulkan data, peserta didik nomor 2 bertugas mencari penyelesaian soal, peserta didik nomor 3 mencatat dan melaporkan hasil kerja kelompok dan seterusnya. Melalui model pembelajaran kooperatif teknik kepala bernomor terstruktur dapat melatih dan meningkatkan tanggung jawab dan ketrampilan berkomunikasi, selain itu meningkatkan keaktifan siswa melalui model pembelajaran tersebut.
Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalahnya adalah apakah penerapan model pembelajaran kooperatif dengan teknik kepala bernomor ter struktur dapat meningkatkan kualitas pembelajaran matematika materi operasi hitung campuran pada kelas IV semester 2 SD Negeri Toriyo 01.
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penerapa model pembelajaran kooperatif dengan Teknik kepala bernomor terstruktur dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran matematika materi operasi hitung campuran kelas IV semester 2 SD Negeri Toriyo 01.
KAJIAN PUSTAKA
Model Pembelajaran
Menurut Fathurrohman (2015) berpandangan metode pembelajaran adalah melakukan kegiatan pembelajaran. Secara kongkret dikemukakan bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang mendiskripsikan dan melukiskan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar dan pembelajaran untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman dalam perencanaan pembelajaran bagi pendidik dalam melaksanakan aktivitas pembelajaran.
Menurut Solihatin dan Raharjo (2007) bahwa cooperatif learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja sama atau membantu diantara bersama dalam bekerja sama atau membantu diantara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri.
Salah satu jenis model pembelajaran kooperatif adalah tipe Numbered Heads Together (NHT) yang merupakan sebuah variasi diskusi kelompok dan dapat menjamin keterlibatan total semua peserta didik. Secara singkat, langkah-langkah dalam proses pembelajaran kooperatif tipe NHT yaitu siswa aktif bekerja dalam kelompok. Mereka bertanggung jawab penuh terhadap soal yang diberikan. Misalnya siswa yang bernomor urut 2 dalam kelompoknya mempertanggungjawabkan soal nomor urut 2 dan seterusnya. Walaupun pada soal presentase mereka bisa ditunjuk untuk mengerjakan nomor lain. Pembelajaran kooperatif tipe NHT juga dinilai lebih memudahkan siswa berinteraksi dengan teman-teman dalam kelas dibandingkan dengan model pembelajaran yang selama ini diterapkan oleh guru. Pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT siswa perlu berkomunikasi satu sama lain, sedangkan pada model pembelajaran langsung siswa duduk berhadap-hadapan dengan guru dan terus memperhatikan gurunya. (Andriani, Samparadja dan Tiya, 2019)
Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Menurut Ibrahim dkk, (2007) tujuan pembelajaran:
- Meningkatkan kinerja siswa/peserta didik dalam tugas akademik.
- Penerimaan yang luas terhadap orang-orang yang berbeda menurut ras, budaya, kelas sosial, kemampuan dan ketidakmampuan, mengajarkan untuk saling menghargai satu sama lain
- Mengajarkan kepada siswa ketrampilan kerjasama dan kolaborasi.
Langkah pembelajaran kooperatif kepala bernomor terstruktur anatara lain:
- Siswa dibagi dalam kelompok dan setiap siswa dalam kelompok mendapat nomornya,
- Penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomornya
- Jika perlu guru juga bisa mengadakan kerja sama antar kelompok.
Hakekat Kualitas Pembelajaran
UNESCO yang dikutip Rahim (2019) menetapkan empat pilar pendidikan yang harus diperhatikan secara sungguh-sungguh oleh pngelola dunia pendidikan, yaitu: 1) Learning to know, 2) Learning to do, 3) Learning to live together, 4) Learning to be. Guru merealisasi learning to know, guru sebagai fasilitator learning to do akan bisa berjalan jika sekolah memfasilitasi peserta didik untuk mengaktualisasikan ketrampilan yang dimiliki, bakat dan minatnya. Salah satu tugas penting fungsi lembaga pendidikan adalah tempat bersosialisasi, tatanan kehidupan yang artinya mempersiapkan peserta didik untuk dapat hidup bermasyarakat. Kebiasaan hidup bersama, saling menghargai, terbuka, memberi dan menerima perlu ditumbuh kembangkan sehingga terjadinya proses learning to live together.
Pembelajaran Matematika SD
Beberapa kendala yang sering ditemukan dalam mengajarkan operasi hitung campuran adalah lemahnya materi prasyarat yang dikuasai siswa yang tidak mengerti perbedaan tanda bilangan dan tanda operasi, khususnya operasi hitung campuran bilangan negatif. Apa bila dalam suatu operasi hitung campuran bilangan bulat terdapat tanda kurung, pengerjaanya yang berada tanda kurung harus dikerjakan berlebih dahulu. Apabila dalam suatu operasi hitung bilangan bulat tidak terdapat tanda kurung, pengerjaannya berdasarkan sifat-sifat urutan operasi hitung sebagai berikut: 1) operasi hitung penjumlahan dan pengurangan sama kuat, artinya operasi yang terletak disebelah kiri di kerjakan terlebih dahulu, 2) Operasi perkalian dan pembagian sama kuat, artinya operasi yang terletak disebelah kiri dikerjakan terlebih dahulu, 3) Operasi perkalian dan pembagian lebih kuat dari pada operasi penjumlahan dan pengurangan, artinya operasi perkalian dan pembagian di kerjakan terlebih dahulu dari pada operasi penjumlahan dan pengurangan.
Rancangan Pembelajaran Matematika dengan Metode Pembelajaran Kooperatif teknik Kepala Bernomor Terstruktur
a). Guru menciptakan suasana kondusif kemudian memberikan pembelajaran secara umum. b). Guru membagi siswa dalam kelompok kecil yang terdiri 1 sampai 3 siswa untuk melaksanakan tugas, c). Guru memberitahukan tugas masing-masing siswa dalam kelompok sesuai dengan nomor yang mereka dapatkan, d). Siswa memberi laporan hasil kerja kelompoknya, dan setiap kelompok diberi kesempatan untuk mempresentasikan.
Kerangka Berpikir
Dalam mencapai kualitas proses dan hasil belajar yang optimal maka diperlukan kerangka pemikiran yang sesuai dengtan landasan teori. Berdasarkan observasi bahwa masih terjadi permasalahan dalam proses pembelajaran yaitu kurang ketertarikan dan keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika. Karena guru monoton menggunakan metode ceramah dalam proses pembelajaran, sehingga berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa. Maka perlu adanya perbaikan pembelajaran dengan meningkatkan keaktifan dan pemahaman konsep siswa dalam pembelajaran matematika, dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Teknik kepala bernomor terstruktur. Dengan model pembelajaran kooperatif Teknik kepala bernomor terstruktur diharapkan keaktifan siswa serta hasil belajar siswa meningkat minimal 70% dari jumlah siswa dan memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran matematika yakni 61. Peningkatan keaktifan ditunjukkan dalam proses dan hasil pembelajaran yaitu meningkatnya keaktifan siswa pada saat pembelajaran berlangsung serta hasil yang di dapatkan oleh siswa.
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori diatas, maka hipotesis tindakannya adalah model pembelajaran kooperatif Teknik kepala bernomor terstruktur dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan hasil belajar matematika tentang operasi hitung campuran kelas IV, semester 2 SD Negeri Toriyo 01 Bendosari tahun pelajaran 2016/2017.
METODE PENELITIAN
Setting Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Toriyo 01 Bendosari direncanakan bulan Januari 2017 sampai bulan April 2017 dan dilaksanakan sesuai dengan jadwal pelajaran siswa kelas IV semester 2 tahun pelajaran 2016/2017.
Subyek Penelitian
Dalam penelitian ini kedudukan peneliti sebagai perancang peluang, pelaksana, pengatur pelaksana refleksi dan diskusi untuk menemukan langkah-langkah penelitian. Subyek penelitian adalah siswa kelas IV SD Negeri Toriyo 01 Bendosari dengan jumlah 8 siswa, laki-laki 3 siswa dan perempuannya 5 siswa.
SUMBER DATA
Dalam penelitian ini sumber data dari siswa sebagai subyek penelitian. Data yang diperoleh berupa hasil pengamatan pelaksanaan proses pembelajaran dan hasil belajar siswa. Data yang berupa hasil pengamatan proses pembelajaran diperoleh dengan lembar observasi, proses yang diamati mencakup keaktifan siswa, selama mengikuti pembelajaran serta peran guru mengajar, dan wawancara maupun catatan laporan guru dan siswa, sedangkan hasil belajar siswa diperoleh dari nilai yang didapatkan siswa dalam evaluasi akhir tiap siklus.
PROSEDUR PENELITIAN
Prosedur penelitian ini merupakan suatu rangkaian beberapa siklus dari penelitian awal sampai akhir. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah meningkatkan kualtitas pembelajaran matematika materi operasi hitung campuran kelas IV semester 2 SD Negeri Toriyo 01 dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif dengan Teknik kepala bernomor terstruktur. Prosedur ini meliputi (1) dialog awal, (2) perencanaan tindakan, (3) pelaksanaan tindakan, (4) Pengamatan (observing), (5) Refleksi (reflecting) dalam setiap siklus.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Kondisi Awal
Hasil penelitian meningkatkan kualitas pembelajaran matematika materi operasi hitung campuran kelas IV semester 2 di laksanakan berdasarkan prosedur penelitian tindakan kelas dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Teknik kepala bernomor terstruktur pada siswa kelas IV SD Negeri Toriyo 01. Dapat dideskripsikan sebagai berikut: Hasil pengamatan awal pada proses pembelajaran matematika materi operasi hitung campuran pada siswa kelas IV SD Negeri Toriyo 01 dapat disimpulkan bahwa siswa belum memahami materi dan konsep matematika sepenuhnya, hal tersebut dapat dilihat dari: (1) masih belum dapat memusatkan perhatian pada awal pelajaran, (2) belum bisa bekerja sama dengan anggota kelompok yang lain, siswa yang tidak aktif menggantungkan anggota kelompok lainnya, (3) sebagian masih ada yang tidak bisa mengerjakan soal dengan sempurna, (4) Mereka masih mengalami kesulitan dalam memahami materi sehingga belum mencapai ketuntasan belajar.
Hasil pengamatan peneliti menunjukkan bahwa dalam kegiatan pembelajaran siswa kurang antusias/aktif, masih acuh terhadap pembelajaran, siswa belum berani mengungkapkan pendapat. Oleh karena itu butuh pendekatan yang menarik untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan hasil belajar siswa. Pendekatan pembelajaran kooperatif Teknik kepala bernomor terstruktur ini dengan pendekatan memberikan motivasi siswa, suasana pembelajaran yang menyenangkan dan tidak membosankan dalam diskusi kelompok, dan keberanian siswa dalam presentasi dan berpendapat.
Deskripsi Siklus I
Kualitas pembelajaran dan hasil belajar matematika materi operasi hitung campuran yang ditunjukan dalam aktivitas pembelajaran dan hasil evaluasi akhir siklus I, terdapat 2 siswa yang memiliki nilai dibawah 61 dengan nilai terendah 60 dan nilai tertinggi 70 dengan nilai rata-rata 66,25.
Deskripsi Siklus II
Setelah diadakan tindakan perbaikan pembelajaran terdapat peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata pra siklus adalah 60,63, sedangkan rata-rata nilai siklus I adalah 66,25 dan nilai rata-rata siklus II adalah 80,00.
Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan temuan yang diperoleh dari proses pembelajaran dan nilai mata pelajaran matematika sebelum dan sesudah perbaikan ternyata terjadi peningkatan baik proses pembelajaran maupun pemerolehan hasil belajar secara signifikan. Peningkatan tersebut dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai siswa hasil belajar siswa yang mencapai ketuntasan belajar 100 % berdasarkan kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan yaitu 61,00.
Pra siklus
Dari laporan hasil pengamatan yang dilakukan bahwa terdapat 4 siswa 50%) siswa yang nilainya dibawah standar ketuntasan belajar (61,00) dan 4 siswa yang nilainya telah memenuhi standar ketuntasan belajar. Dalam pra siklus ini dinyatakan banyak siswa yang belum berhasil mencapai aspek/indikator yang diharapkan, sehingga perlu perbaikan proses pembelajaran.
Siklus I
Deskripsi siklus I menunjukkan bahwa proses pembelajaran belum sesuai yang diharapkan oleh guru. Siswa belum aktif dalam melakukan kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah dirancang oleh guru. Hal ini disebabkan karena siswa terbiasa belajar dengan lebih banyak mengandalkan perintah dari guru, dan siswa kurang memahami materi dan konsep pentingnya pembelajaran sehingga terkesan kurang antusias dan bersemangat. Akibatnya proses pembelajaran rendah mengakibatkan hasil belajar rendah dan ketuntasan belajar juga rendah. Hal ini terbukti bahwa siswa yang mendapat nilai 61 keatas atau 6 siswa yang mendapat nilai kurang dari 61 sebanyak 2 siswa, dan nilai rata-rata 66,25 dengan ketuntasan klasikal 70%.
Dari hasil pengamatan, dinyatakan bahwa terdapat peningkatan proses pembelajaran dan hasil pembelajaran jumlah siswa yang mencapai Kriteri Ketuntasan Minimal bertambah menjadi 6 siswa dan 2 siswa belum mencapai hasil yang diharapkan.
SIKLUS II
Deskripsi siklus II, siswa telah mengikuti proses pembelajaran dengan antusias dan baik. Siswa lebih bersemangat dan aktif mengikuti proses pembelajaran, siswa sudah berani menjawa dalam apersepsi maupun memiliki keatifan dalam kerja kelompok/ diskusi. Hal ini akan berpengaruh positif terhadap meningkatnya partisipasi dalam belajar, sehingga akan berpengaruh terhadap meningkatnya hasil belajar siswa. Jika diukur dengan aspek/ indikator kinerja, penguasaan materi dalam memahami materi dan konsep siswa secara klasikal sudah mencapai batas ketuntasan yang telah ditetapkan. Sedangkan secara individual juga sudah mencapai batas ketuntasan. Hal ini terbukti dari hasil evaluasi akhir, 8 siswa mendapatkan nilai diatas 61 dan siswa yang belum tuntas belajar mendapatkan 60 tidak ada, bearti yang tuntas 100 % dengan nilai rata-rata 80,00. Jadi, dari rata-rata siswa pra siklus 60,63, pada siklus I meningkat menjadi 66,25 dan naik menjadi 80,00 pada siklus II. Ketuntasan belajar dalam prosentase pra siklus 50% meningkat menjadi 75% siklus I, dan siklus II meningkat menjadi 100 %.
Berdasarkan pembahasan tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian tindakan kelas pada siklus I mengalami peningkatan dibandingkan dengan kondisi awal. Hasil penelitian tindakan kelas ini mencangkup keaktifan siswa dalam proses pembelajaran,keaktifan siswa dalam diskusi kelompok dan ketepatan/ ketelitian menyelesaikan soal/tugas serta hasil evaluasi akhir siswa siklus I maupun siklus II..
PENUTUP
SIMPULAN
Berdasarkan analisis data, dan pembahasan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif Teknik kepala bernomor terstruktur dalam pembelajaran matematika materi operasi hitung campuran siswa kelas IV Semester 2 SD Negeri Toriyo 01 terdapat peningkatan kualitas pembelajaran matematika, hal ini terbukti meningkatkan keaktifan siswa, serta hasil belajar yang dapat dilihat dari indikator: (1) Siswa makin antusias dan bersemangat dalam mengikuti pembelajaran matematika, (2) Pentingnya kerja sama dalam kelompok menyelesaikan tugas dan diskusi, (3) siswa bertanggung jawab dengan pesan dalam kelompok, (4) adanya peningkatan pecapaian hasil belajar sebelum tindakan nilai rata-rata 60,63 dengan prosentasi ketuntasan klasikal 50%, siklus I nilai rata-rata 66,25 prosentase ketuntasan klasikal 75 % dan siklus II nilai rata-rata 800, 00 dengan prosesntase ketuntasan 100 %.
SARAN
Berkaitan dengan kesimpulan diatas, peneliti mengajukan saran-saran:
Bagi Kepala Sekolah
- Hendaknya Kepal Sekolah secara aktif mengirimkan guru ikut diskusi, seminar dan kegiatan ilmiah.
- Hendaknya menyediakan sarana prasarana dalam proses pembelajaran.
Bagi Guru
- Hendaknya aktif dalam kegiatan pembelajaran.
- Hendaknya menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan materi.
Bagi Siswa
- Hendaknya dapat kerja sama yang aktif dengan guru.
- Hendaknya siswa mampu ketrampilan berkomunikasi.
DAFTAR PUSTAKA
Andriani, N., Samparadja, H., & Tiya, K. (2019). Peningkatan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VII SMP Negeri Mawasangka pada Materi Bentuk Aljabar Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together. NJurnal penelitian Pendidikan Matematika, Vol. 7, No. 2, 113-126.
Fathurrohman, M. (2015). Model-model Pembelajaran Inovatif; Alternatif Desain Pembelajaran yang Menyenangkan. Jakarta: Ar-Ruzz Media.
Ibrahim, d. (2007). Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: UNESA.
Lie, A. (2008). Cooperative Learning. Jakarta: PT. Gramedia.
Rahim, F. R. (2019). Implementasi Research Based Learning (RBL) pada Mata Kuliah IPA Terpadu di Program Studi Pendidikan Fisika. Jurnal Eksakta Pendidikan (JEP), 82-91.
Solihatin, E., & Raharjo. (2007). Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.