Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS GEOGRAFI PADA MATERI POKOK MEMAHAMI
USAHA MANUSIA UNTUK MENGENALI PERKEMBANGAN LINGKUNGAN
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD
(STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION)
BAGI SISWA KELAS VIII D
SMP NEGERI 2 JATISRONO
SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Endang Sulistyawati P
Guru SMP Negeri 2 Jatisrono
ABSTRAK
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Geografi kelas VII D di SMP Negeri 2 Jatisrono kabupaten Wonogiri berlangsung kurang efektif dan efisien hal ini tercermin dari tingkat penguasaan materi yang cenderung tidak bertahan lama, dan tingkat pencapaian kriteria ketuntasan minimal rendah (65%) yang seharusnya (85%). Setelah dilakukan observasi dan wanancara dengan siswa, kemudian dilanjutkan sharing ide dengan observer , serta melihat hasil ulangan harian dan ulangan akhir semester pada kelas VIID, maka disimpulkan sebagai peyebab rendahnya penguasaan/pe-mahaman kompetensi dasar IPS Geografi adalah guru belum menerapkan model pembelajaran yang variatif dan menarik serta kurang melibatkan aktivitas maupun tanggung jawab siswa baik secara individual maupun kelompok. Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar Ilmu Penge-tahuan Sosial Geografi melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Studens Teams Achievement Division). Penelitian ini dilakasanakan mulai tanggal 1 Januari sampai dengan 31 Maret 2012 di SMP Negeri 2 Jatisrono pada kelas VII D dengan jumlah peserta didik 32 terdiri dari 17 laki-laki dan 15 perempuan. Penelitian tindakan ini dilaksanakan 2 siklus dengan hasil sebagai berikut: a) siklus I nilai rata-rata 75,63 dengan 65,62% siswa tuntas belajar. b) Siklus II nilai rata-rata 81,88 dengan 93,75% siswa tuntas belajar. Kesimpulan dari penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Studens Teams Achievement Division) dapat meningkatkan hasil belajar IPS Geografi pada materi pokok memahami usaha manusia untuk mengenali perkembangan lingkungannya pada Siswa Kelas VIID SMP Negeri 2 Jatisrono Semester II Tahun 2011/2012. Saran setelah selesai penelitian ini, bagi siswa hendaknya lebih terbuka terhadap variasi model pembelajaran, dan guru perlu menerapkan model pembelajaran yang variatif sehingga siswa menjadi aktif, kreatif, inovatif, senang dalam belajar.
Kata kunci: STAD, hasil belajar
PENDALUAN
Pendidikan merupakan usaha yang kompleks untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia suatu bangsa. Peningkatan kualitas ini salah satunya dari sektor pendidikan yang dapat diukur dari hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Hal ini akan membawa implikasi bagi pendidik agar memiliki kemampuan dalam proses belajar mengajar. Untuk mendukung proses tersebut, pendidik harus mempelajari dan menguasai model-model pembelajaraan yang menarik bagi siswa. Kenyataanya saat ini guru-guru SMP Negeri 2 Jatisrono hanya menggunakan model dan metode pembelajaraan konvensioanal sehingga pembelajaran berpusat pada guru yaitu dengan ceramah. Jika guru tidak melakukan perubahan dengan menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan materi dan kondisi siswa akan berakibat pemahaman materi menjadi kurang, sehingga hasil belajar siswa rendah. Ini terbukti ketika ulangan harian kelas VII D SMP Negeri 2 Jatisrono Semester II pada tahun pelajaran 2011/2012 yang mencapai atau melampui kriteria ketuntasan minimal (75) yaitu 65% yang seharusnya (85%) untuk mencapai ketuntasan klasikal.
Rendahnya hasil belajar siswa tersebut, tentunya bukan semata-mata bersumber dari kemampuan siswa, tetapi dikarenakan pelaksanaan pembelajaran yang masih bersifat konvensional dan tidak menyentuh ranah dimensi siswa itu sendiri yaitu bagaimana sebenarnya belajar itu. Dalam arti yang subtansial, bahwa proses pembelajaran di SMP Negeri 2 Jatisrono masih di dominasi guru dan tidak memberi akses bagi siswa untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dan proses berpikir. Pada pembelajaran ini cenderung teacher centered, guru sebagai satu-satunya sumber informasi sehingga siswa menjadi pasif. Guru tidak menggunakan alat peraga, media pembelajaran, cukup menjelaskan konsep-konsep yang ada pada buku dan siswa tidak diajarkan strategi belajar yang dapat membantu bagaimana belajar, berpikir, kemudian memotivasi diri sendiri.
Melihat permasalahan di atas untuk meningkatkan hasil belajar, dalam proses kegiatan belajar mengajar khususnya kelas VII D SMP Negeri 2 Jatisronio perlu menerapkan suatu strategi belajar yang dapat membantu siswa dapat memahami materi ajar dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu guru harus bijaksana dalam menentukan model pembelajaran yang sesuai dapat menciptakan situasi dan kondisi kelas yang kondusif agar proses belajar mengajar dapat berlangsung sesuai tujuan dan hasil yang diharapkan.
Untuk memecahkan masalah diatas sebagai solusinya adalah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Studens Teams Achievement Division) merupakan salah satu strategi guru dalam meningkatkan hasil belajar kelas VII D. Dalam implementasi pembelajaran kooperatif selalu melibatkan kerja kelompok, sehingga setiap siswa dituntut untuk berinteraksi dan berpatisipasi bersama teman-temannya. Jadi dalam pembelajaran ini, siswa dapat berperan ganda yaitu sebagai siswa dan guru. Ada beberapa tipe pembelajaran kooperatif tetapi dalam pembelajaran ini dipilih tipe STAD (Students Teams Achievement Division) untuk menunjang proses belajar mengajar. Dengan model STAD, seluruh anggota tim dituntut untuk saling bekerja sama menguasai bahan ajar melalui tanya jawab, diskusi dan bertanggung jawab terhadap kinerjanya sendiri pada saat mengerjakan tes atau kuis.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, masalah dapat dirumuskan sebagai berikut: “Apakah hasil belajar IPS Geografi pada materi memahami usaha manusia untuk mengenali perkembangan lingkungannya dapat ditingkatkan melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD bagi siswa Kelas VIID SMP Negeri 2 Jatisrono Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012?” Berangkat dari permasalahan yang muncul perlu dicarikan solusi yang tepat dengan menggunakan langkah-langkah yang logis dan sistematis, solusi yang ditawarkan untuk meningkatkan sikap ilmiah siswa dalam penelitian tindakan kelas ini adalah pembelajaran IPS Geografi model pembelajaran koopreratif tipe STAD.
Tujuan dari penelitian ini adalah agar guru dapat lebih terampil menggunakan model pembelajaran yang bervariatif sesuai dengan karakter siswa dan meteri pembelajaran yang diberikan sehingga lebih bermakna. Untuk meningkatan hasil belajar IPS Geografi pada materi pokok Memahami usaha manusia untuk mengenali perkembangan lingkungannya bagi siswa kelas VIID Semester II SMP Negeri 2 Jatisrono tahun 2011/2012 melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Manfaat penelitian tindakan kelas ini adalah: (1) bagi siswa dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pokok Memahami usaha manusia untuk mengenali perkembangan lingkungan. (2) Manfaat bagi guru agar dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menerapkan model pembelajaran STAD. (3) Manfaat bagi sekolah dapat meningkatkan mutu pendidikan khususnya mata pelajaran IPS Geografi.
LANDASAN TEORI
Pengertian Belajar
Belajar, (Asep Jihad, Abdul Haris, 2010: 1) adalah kegiatan berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamen-tal dalam penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan, hal ini berarti keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan sangat tergantung pada keberhasilan proses belajar siswa di sekolah dan lingkungan sekitarnya. Pada dasarnya belajar merupakan tahapan perubahan perilaku siswa yang sangat relatif positif dan mantap sebagai hasil interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif, Syah, (Asep Jihat, Abdul Haris, 2010: 1).
Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar, Abdurahman (Asep Jihat dan Abdul Haris, 2010: 14). Hasil belajar adalah segala sesuatu yang menjadi milik siswa akibat dari kegiatan belajar yang dilakukan, Juliah (Asep Jihat, Abdul Haris, 2010: 15). Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh perubahan perilaku yang relative menetap. Dalam kaitan pembelajaran atau kegiatan instruksional, biasanya guru menetapkan tujuan belajar. Siswa yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional.
Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah yang komplek. Jadi, hakikat social dan penggunaan teman sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran kooperatif, (Trianto, 2007: 41). Didalam kelas kooperatif, siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang siswa yang sederajad tetapi heterogen kemampuan, jenis kelamin, suku/ras, dan satu sama lain saling membantu. Tujuan dibentuknya kelompok tersebut, memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajar, Selama bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh pendidik, dan saling membantu teman sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan belajar.
Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang secara heterogen. Diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi,kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok. Slavin, (Trianto, 2007: 52) menyatakan bahwa pada STAD siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan 4-5 orang yang merupakan campuran menurut tingkat jenis kelamin, prestasi, suku. Guru menyajikan pelajaran, dan kemudian siswa bekerja dalam tim , mereka memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Kemudian seluruh siswa diberi tes tentang materi tersebut, pada saat tes mereka tidak diperbolehkan saling membantu.
HIPOTESIS TINDAKAN
Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran di atas, maka dapat diambil hipotesis tindakan: “melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar IPS Geografi pada materi pokok Memahami usaha manusia untuk mengenali perkembangan lingkungannya bagi siswa kelas VIID SMP Negeri 2 Jatisrono semester II tahun 2011/2012.
METODELOGI PENELITIAN
Tempat Penelitian
Tempat Penelitian Tindakan Kelas ini di SMP Negeri 2 Jatisrono yang berkedudukan di kecamatan Jatisrono, wilayah Kabupaten Wonogiri. SMP Negeri 2 Jatisrono memiliki lokasi yang strategis yaitu di ujung barat perbatasan antara kecamatan Jatisrono dan kecamatan Sidoharjo yang keberadaannya persis di sisi jalur utama jurusan Wonogiri-Ponorogo. Penelitian tindakan kelas ini berlangsung selama tiga bulan mulai dari bulan 2 Januari sampai dengan bulan 31 Maret 2012.
Subyek Penelitian
Subyek dari penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas VII D SMP Negeri 2 Jatisrono Wonogiri tahun ajaran 2011/2012. Pengambilan subyek penelitian ini didasarkan pada kondisi kelas yang sebagian siswanya kurang disiplin dan hasil belajarnya tergolong rendah, ini dipilih sebagai objek penelitian dikarenakan peneliti ingin menerapkan metode pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan penguasaan materi memahami usaha manusia untuk mengenali perkembangan lingkungannya bagi siswa kelas VIID SMP Negeri 2 Jatisrono Wonogiri.
Data penelitian dikumpulkan dari berbagai sumber yang meliputi: (1) Informan atau nara sumber, yaitu guru dan siswa; (2) Tempat dan peristiwa berlangsungnya proses pembelajaran, aktifitas guru dan aktifitas siswa selama kegiatan belajar mengajar; (3) Dokumen atau arsip, antara lain: Daftar nilai siswa dan daftar nama siswa.
Dalam penelitian ini, pengumpulan data menggunakan teknik tes dan non tes. Tes tertulis digunakan pada akhir siklus I dan siklus II, yang terdiri atas materi pokok Memahami usaha manusia untuk mengenali perkembangan lingkungannya .Sedangkan teknik non tes meliputi teknik observasi dan dokumentasi, dan diskusi dengan teman sejawat yang bertindak sebagai observer. Observasi dilakukan pada saat pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada siklus I dan siklus II. Sedangkan teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data khu-susnya nilai mata pelajaran IPS Geografi. Peran observer untuk memberi masukan setelah kegiatan pelaksanaan penelitian tindakan kelas selesai, yaitu pada tahap refleksi.
Data yang diperoleh agar obyektif dan valid maka dilakukan teknik triangulasi sumber yaitu menggali data yang sama dari sumber yang berbeda misal peneliti, observer dan kepala sekolah. Sedangkan triangulasi metode, yaitu dengan menggunakan metode yang berbeda untuk menggali data yang sama misal untuk menilai hasil belajar siswa dengan tes baik tertulis maupun lesan.
Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik deskriptif analitik dengan penjelasan sebagi berikut: (1) Data kuantitatif yang diperoleh dari hasil tes diolah dengan menggunakan deskripsi persentase. Nilai yang diperoleh siswa di rata-rata untuk menentukan tingkat pemahaman konsep pada siswa dalam pembelajaran IPS Geografi; (2) Data kualitatif yang diperoleh dari observasi dikelasifikasikan berdasarkan aspek-aspek yang dijadikan fokus analisis. Data kuantitatif dan kualitatif ini kemudian dikaitkan sebagai dasar untuk mendeskripsikan keberhasilan melalui pembelajaran kooperatif tipe card sort, yang ditandai dengan meningkatnya pemahaman konsep pada siswa dalam pembelajaran IPS Geografi secara kelasikal, dan perubah-an tingkah laku yang menyertainya.
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas artinya penelitian dengan berbasis pada kelas. Dengan penelitian diperoleh manfaat berupa perbaikan praktis yang meliputi penanggulangan berbagai permasalahan belajar siswa dan kesulitan mengajar oleh guru. Sebagai indikator penelitian tindakan ini adalah siswa mempunyai minat yang semakin besar dalam mengikuti pembelajaran IPS Geografi yang akhirnya berdampak pada meningkatnya penguasan dan pemahaman kompetensi, yang ditunjukkan: (a) Sekurang-kurangnya 85% siswa mendapatkan nilai ulangan harian 75; (b)Suasana kelas menjadi lebih kondusif untuk pembelajaran.
Prosedur Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus, masing-masing siklus terdiri atas kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.
Siklus I
Perencanaan meliputi: (1) Menyusun rencana pelak-sanaan pembelajaran; (2) Menyusun skenario pembelajaran; (3) Membuat lembar kegiatan siswa; (4) Menetapkan indikator ketercapaian.
Pelaksanaan Tindakan meliputi: (1) Menyajikan materi; (2) Menerapkan model pembelajaran STAD dengan membentuk enam kelompok diskusi, empat kelompok terdiri dari lima siswa, dan dua kelompok beranggotakan enam siswa; (3) Membimbing kelompok pada saat mengerjakan tugas mereka; (4) Mengevaluasi kegiatan pembelajaran melaui ulangan harian diakhir siklus 1; (5) Memberikan pengahargaan kepada kelompok atau individu yang memiliki kinerja dan hasil belajar terbaik.
Pengamatan meliputi: (1) Melakukan penilaian terhadap hasil belajar melalui ulangan harian yang dikerjakan siswa secara mandiri; (2) Mengamati proses kegiatan belajar mengajar meliputi respon positif pada guru, partisipasi aktif siswa, prestasi belajar siswa, komukasi siswa dalam pembela-jaran, komunikasi siswa dalam pembelajaran, kepuasan dalam belajar, hubungan antara siswa dengan guru dan siswa lain; (3) Learning logs siswa dipergunakan untuk mengungkapkan pendapat siswa tentang jalannya proses pembelajaran yang baru saja dilaksanakan.
Refleksi, menyimpulkan terhadap kegiatan perenca-naan, pelaksanaan dan pengamatan, bahwa terdapat kelemahan pada siklus I yaitu ketuntasan klasikal, jumlah kelompok diskusi terlalu besar, pemahaman model pembelajaran yang masih bervariasi, kerjasama siswa yang masih rendah.
Siklus II
Perencanaan meliputi: (1) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran berdasarkan hasil refleksi siklus I; (2) Menyusun scenario pembelajaran; (3) Membuat lembar kegiatan siswa
Pelaksanaan tindakan meliputi: (1) Menyajikan materi; (2) Menerapkan model pembelajaran STAD dengan membentuk delapan kelompok diskusi, yang masing-masing kelompok beranggotakan empat siswa; (3) Membimbing kelompok pada saat mengerjakan tugas mereka; (4) Mengevaluasi kegiatan pembelajaran dengan ulangan harian diakhir siklus 2; (5) Memberikan pengahargaan kepada kelompok atau individu yang memiliki kinerja dan hasil belajar terbaik
Pengamatan tindakan meliputi: (1) Melakukan penilaian terhadap hasil belajar melalui ulangan harian yang dikerjakan siswa secara mandiri; (2) Mengamati proses kegiatan belajar mengajar meliputi respon positif pada guru, partisipasi aktif siswa, prestasi belajar siswa, komukasi siswa dalam pembelajaran, komunikasi siswa dalam pembelajaran, kepuasan dalam belajar, hubungan antara siswa dengan guru dan siswa lain; (3) Learning logs siswa dipergunakan untuk mengungkapkan pendapat siswa tentang jalannya proses pembelajaran yang baru saja dilaksanakan.
Refleksi, menyimpulkan semua kegiatan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, ternyata ada peningkatan hasil belajar yang signifikan sesuai dengan indikator ketercapaian.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Kondisi Awal Sebelum Dilakukan Tindakan
Kondisi awal hasil belajar kelas VII D SMP Negeri 2 Jatisrono sebelum dilakukan tindakan kelas adalah sebagai berikut: motivasi belajar siswa rendah, hal ini ditunjukkan dengan sikap siswa yang kurang antusias dalam mengikuti pelajaran IPS Geografi (tidak mendengarkan saat dijelaskan, malas mengerjakan latihan, pasif dalam pembelajaran, tugas di rumah tidak dikerjakan). Demikian juga hasil ulangan harian kelas VII D SMP Negeri 2 Jatisrono Semester II pada tahun pelajaran 2011/2012 yang mencapai atau melampui kriteria ketuntasan minimal (75) yaitu 65% yang seharusnya (85%) untuk mencapai ketuntasan klasikal.
Hasil Penelitian
Pada kegiatan penelitian tindakan kelas ini diperoleh dua jenis hasil penelitian yaitu: (1) data hasil belajar siswa meliputi data tiap-tiap akhir siklus sebagi data utama; (2) data nontes meliputi pengamtan observer dan learning logs siswa selama kegiatan pembelajaran sebagai data pendukung.
Pra Siklus
Sebelum dilakukan tindakan kelas dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, untuk mengetahui kemampuan awal siswa maka diadakan tes dengan mengerjakan soal diperoleh hasil sebagai berikut:
Hasil Penilaian Sebelum dilakukan Tindakan (Pretes)
No |
Rentang Nilai |
Jumlah |
Persentase |
Keterangan |
1 |
50-55 |
5 |
15,63% |
Belum Tuntas |
2 |
56-61 |
5 |
15,63% |
Belum Tuntas |
3 |
62-67 |
6 |
18,75% |
Belum Tuntas |
4 |
68-73 |
3 |
9,38% |
Belum Tuntas |
5 |
74-79 |
8 |
25% |
Tuntas |
6 |
81-85 |
5 |
15,63% |
Tuntas |
Jumlah Belum Tuntas |
19 |
59,38% |
Belum Tuntas Klasikal |
|
Jumlah Tuntas |
13 |
40,62% |
Secara klasikal belum tuntas karena yang diatas KKM 40,62% |
Sumber data: Hasil pretes sebelum dilakukan tindakan
Hasil Pretes sebelum dilakukan tindakan
Berdasarkan tabel dan grafik diatas maka dapat disimpulkan bahwa jumlah siswa 32 yang belum tuntas 19 siswa (59,38%), tuntas 13 siswa (40,62%) sehingga secara klasikal dinyatakan belum tuntas. Karena banyak siswa yang mengalami permasalahan 19 (59,38%) dan nialai rata-rata kelas 68,13 maka perlu dilakukan tindakan untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu menerapakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Hasil yang diperoleh dari tidakan prasiklus ini dipergunakan sebagai dasar dan bahan perbandingan peningkatan hasil tindakan pada siklus-siklus berikutnya.
Siklus 1
Pada pelaksanaan siklus 1 selama dua pertemuaan siswa melakukan proses pembelajaran dengan baik, rasa percaya dirinya mulai tumbuh, sikap toleransi dan kerjasama mulai tumbuh, sehingga diperoleh hasil sebagai berikut:
Hasil belajar siswa
Hasil belajar pada silkus 1 diperoleh dari kegiatan ulangan harian pada akhir siklus diperoleh hasil sebagai berikut:
Hasil Penilaian Tes
No |
Rentang Nilai |
Jumlah |
Persentase |
Kterangan |
1 |
60-65 |
7 |
21,87% |
Belum Tuntas |
2 |
66-71 |
4 |
12,5% |
Belum Tuntas |
3 |
72-77 |
8 |
25% |
Tuntas |
4 |
78-83 |
6 |
18,75% |
Tuntas |
5 |
84-89 |
4 |
12,5% |
Tuntas |
6 |
90-95 |
3 |
9, 37% |
Tuntas |
Jumlah Belum Tuntas |
11 |
34,37% |
Belum Tuntas |
|
Jumlah Tuntas |
21 |
65,63% |
Secara klasikal belum tuntas karena yang diatas KKM 65,63% |
Sumber data: Ualngan Harian akhir Siklus 1
Grafik Ulangan harian akhir siklus 1
Berdasarkan tabel dan grafik diatas maka dapat disimpulkan bahwa jumlah siswa 32 yang belum tuntas 11 siswa (34,37%), tuntas 21 siswa (65,63%) dengan rata-rata kelas 75,63. Siswa belum tuntas belajar karena menurut standar ketuntasan belajar secara klasikal harus mencapai 85%, sedangkan pencapaian hasil belajar setelah siklus 1 baru mencapai 65,63%, sehingga untuk mencapai ketuntasan klasikal masih kurang 19,37% .
Dari data tersebut diperoleh informasi bahwa terjadi peningkatan pencapaian hasil belajar oleh siswa bila diban-dingkan dengan kegiatan prasiklus, tetapi belum mencapai tingkat ketuntasan sebagaimana telah ditetapkan. Proses pembelajaran kemudian dikaji ulang untuk menentukan sebab-sebab ketidaktuntasan, padahal terjadi peningkatan hasil belajar siswa.
Hasil non tes
Pemantauan peningkatan kondisi pembelajaran di kelas dilakukan melalui observasi oleh observer yaitu guru lain, menunjukan bahwa terjadi peningkatan kwaliatas pembelajaran. Hal ini tampak pada kegiatan bealajar mengajar mulai tumbuh gairah, semangat, peran serta dan kepedulian siswa serta tanggungjawab selama proses belajar mengajar berlangsung.
Kondisi Pembelajaran
No |
Kondisi Pembelajaran |
Perkebangan Siklus 1 |
1 |
Respon positif pada guru |
70% |
2 |
Partisispasi aktif siswa |
65% |
3 |
Prestasi belajar siswa |
70% |
4 |
Komunikasi siswa dalam pembelajaran |
60% |
5 |
Kepuasan dalam belajar |
70% |
6 |
Hubungan siswa dengan guru |
75% |
Sumber Data: Istrumen pengamatan
Grafik hasil pengamatan kondisi pembelajaran
Berdasarkan tabel dan grafik diatas maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD sudah mulai berjalan sesuai dengan rencana hal ini didukung data: jumlah siswa yang memberi respon positif pada guru (70%), prestasi belajar (70%), kepuasan belajar (70%), hubungan siswa dengan guru (75%) perlu peningkatakn sehingga kegiatan pembelajaran akan lebih bermakna bagi siswa. Sedangkan pertsipasi aktif siswa (65%), dan komunikasi antar siswa dalam pembela-jaran (60%) perlu peningkatan dengan memberikan penjelasakan tentang pentingnya pastisipasi aktif dan komunikasi antar siswa dalam pembelajaran.
Learning logs siswa dipergunakan untuk mengungkapkan pendapat siswa tentang jalannya proses pembelajaran yang baru saja dilaksanakan. Angket ini diberikan kepada semua siswa setelah selesai mengikuti kegiatan pembelajaran diakhir siklus, dengan harapan dapat memberikan informasi kepada peneliti guna perbaikan perencanaan siklus berikutnya.
Hasil Learning Log Siswa
No |
Indikator |
Respon |
Siklus 1 |
1 |
Pendapat siswa tentang kegiatan belajar yang baru saja berlangsung |
1. Senang 2. Biasa 3. Tidak |
25% 45% 30% |
2 |
Pemahaman kompetensi yang baru saja berlangsung |
1. Mudah 2. Biasa 3. Sulit |
25% 45% 30% |
3 |
Perbandingan PBM konvensional dengan model kooperatif tipe STAD |
1. Variasi 2. Biasa 3. Tidak |
50% 35% 15% |
4 |
Kendala pembelajaran yang dialami siswa melalui model kooperatif tipe STAD |
1. ada 2. biasa 3. tidak |
45% 35% 25% |
5 |
Saran dalam upaya meningkatkan pemahaman kompetensi materi pelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD |
1. Variasi 2. biasa 3. tidak |
50% 30% 20% |
Sumber Data: Learning logs siswa setelah pemberla-kuan tindakan.
Berdasarkan data learning logs diatas dapat disimpulkan kegiatan belajar mengajar yang baru saja dilak-sanakan 45% berpendapat biasa, pemahaman terhadapat kompetensi 42,5% biasa dan 30% sulit, perbandingan model pembelajaran yang baru saja dilaksanakan 50% menyatakan bervariasi, kedala yang dihadapi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran 25% kesulitan, penggunaan model pembelajar-an koopretif tipe STAD 50% menyatakan bervariasi.
Setelah kegiatan siklus 1 berakhir maka antara peneliti dan observer melakukan refleksi untuk mengetahui tingkat ketercapaian indicator dan permasalahan yang terjadi selama kegiatan pembelajaran untuk dicarikan solusi pemecahannya. Berdasarkan data tes dan non tes diatas diperoleh informasi bahwa: (1) Terjadi peningkatan pencapai-an ketuntasan belajar belajar siswa akhir siklus 1 (65,63%) bila dibandingkan dengan prasiklus (40,62%), tetapi belum mencapai tingkat ketuntasan sebagaimana telah ditetapkan yaitu 85%; (2) Berdasarkan hasil pengamatan observer yaitu guru lain, menunjukan bahwa terjadi peningkatan kwaliatas pembelajaran; (3) Berdasarkan hasil learning logs siswa diperoleh informasi peningkatan kwalitas pembelajaran yang baru saja dilaksanakan, tetapi 50% siswa masih mengalami kendala untuk mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD; (4) Bedasarkan informasi tersebut diperkirakan yang menjadi penyebab ketidaktuntas-an adalah siswa kuarang latihan, jumlah anggota kelompok terlalu besar yaitu 5-6 siswa, pemahaman siswa tentang model pembelajaran yang masih bervariasi sehingga menggangu kelancaran kerja kelompok; (5) Sebagai solusi untuk siklus 2 adalah penambahan latiahan menjadi 10 soal, jumlah anggota kelompok dikurangi menjadi 4 siswa dan jumlah kelompok menjadi 8, peningkatan pemahaman tentang model pembelajaran yang diterapkan dan pentingnya peran aktif dan kerjasama antar siswa dalam pembelajaran.
Siklus 2
Berdasarkan hasil refleksi antara peneliti dan observer pada siklus 1, maka pada siklus 2 siswa diingatkan akan kekurangan, kelamahan pada siklus 1 untuk diperbaiki dan tidak diulang kembali. Sebagai solusinya adalah penambahan latiahan menjadi 10 soal, jumlah anggota kelompok dikurangi menjadi 4 siswa dan jumlah kelompok menjadi 8, peningkatan pemahaman tentang model pembelajaran yang diterapkan dan pentingnya peran aktif dan kerjasama antar siswa dalam pembelajaran.
Hasil belajar pada silkus 2 diperoleh dari kegiatan ulangan harian akhir siklus 2 diperoleh hasil sebagai berikut:
Hasil Ulangan harian akhir siklus 2
No |
Rentang Nilai |
Jumlah |
Persentase |
Kterangan |
1 |
70-74 |
2 |
6,25% |
Belum Tuntas |
2 |
75-79 |
10 |
31,25% |
Tuntas |
3 |
80-84 |
6 |
18, 35% |
Tuntas |
4 |
85-89 |
8 |
25% |
Tuntas |
5 |
90-94 |
3 |
9,37% |
Tuntas |
6 |
95-100 |
3 |
9,37% |
Tuntas |
Jumlah Belum Tuntas |
2 |
6,25% |
|
|
Jumlah Tuntas |
32 |
100% |
Secara klasikan sudah tuntas |
Sumber data: Ulangan harian akhir siklus 2
Berdasarkan tabel di atas maka dapat disimpulkan bahwa jumlah siswa 32 yang belum tuntas 2 siswa (6,25%), tuntas 30 siswa (93,75%) dengan rata-rata kelas 81,88. Berdasarkan standar ketuntasan belajar secara klasikal harus mencapai 85% pada siklus 2 sudah terlampui karena tuntas 93,75%, bahkan melampui 8,75% dari batas minimal. Berdasarkan informasi hasil belajar tersebut dapat disimpulkan bahwa indkikator penelitian tindakan sudah tercapai.
Hasil non tes
Pemantauan peningkatan kondisi pembelajaran dikelas dilakukan melalui observasi oleh observer yaitu guru lain, menunjukan bahwa terjadi peningkatan kwaliatas pembelajaran. Hal ini tampak pada kegiatan bealajar mengajar mulai tumbuh gairah, semangat, peran serta dan kepedulian siswa serta tanggungjawab selama proses belajar mengajar berlangsung.
Kondisi Pembelajaran
No |
Kondisi Pembelajaran |
Siklus 2 |
1 |
Respon positif pada guru |
90% |
2 |
Partisispasi aktif siswa |
95% |
3 |
Prestasi belajar siswa |
80% |
4 |
Komunikasi siswa dalam pembelajaran |
90% |
5 |
Kepuasan dalam belajar |
95% |
6 |
Hubungan siswa dengan guru |
85% |
Sumber Data: Istrumen pengamatan
Grafik hasil pengamatan kondisi pembelajaran
Berdasarkan tabel dan grafik diatas maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran koopera-tif tipe STAD sudah berjalan sesuai dengan rencana hal ini didukung data: jumlah siswa yang memberi respon positif pada guru (90%), prestasi belajar (95%), kepuasan belajar (80%), hubungan siswa dengan guru (90%) untuk pertsipasi aktif siswa (90%), dan komunikasi antar siswa dalam pembelajaran (85%) sudah terjadi peningkatan yang signifikan. Dari data tersebut diperoleh informasi bahwa terjadi peningkatan kwalitas pembelajaran, karena sudah mencapai tingkat ketuntasan sebagaimana telah ditetapkan bahkan melampui indicator yang ditetapkan.
Learning logs siswa dipergunakan untuk mengungkapkan pendapat siswa tentang jalannya proses pembelajaran yang baru saja dilaksanakan. Angket ini diberikan kepada semua siswa setelah selesai mengikuti kegiatan pembelajaran diakhir siklus, dengan harapan dapat memberikan informasi kepada peneliti guna perbaikan perencanaan siklus berikutnya.
Hasil Learning Log Siswa
No |
Indikator |
Respon |
Siklus 2 |
1 |
Pendapat siswa tentang kegiatan belajar yang baru saja berlangsung |
1. Senang 2. Biasa 3. Tidak |
80% 15% 5% |
2 |
Pemahaman kompetensi yang baru saja berlangsung |
1. Mudah 2. Biasa 3. Sulit |
75% 20% 5% |
3 |
Perbandingan PBM konvensional dengan model kooperatif tipe STAD |
1. Variasi 2. Biasa 3. Tidak |
85% 15% 0% |
4 |
Kendala pembelajaran yang dialami siswa melalui model kooperatif tipe STAD |
1. ada 2. biasa 3. tidak |
5% 10% 85% |
5 |
Saran dalam upaya meningkatkan pemahaman kompetensi materi pelajaran dengan model pembelajar-an kooperatif tipe STAD |
1. Variasi 2. biasa 3. tidak |
80% 20% 0% |
Sumber Data: Learning logs siswa setelah pemberlaku-an tindakan.
Berdasarkan data learning logs diatas dapat disimpulkan kegiatan belajar mengajar yang baru saja dilaksanakan 80% berpendapat senang, pemahaman terha-dap kompetensi 75% mudah dan 5% sulit, perbandingan model pembelajaran yang baru saja dilaksanakan 85% menyatakan bervariasi, kedala yang dihadapi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran sudah teratasi 85% tidak mengalami kesulitan, penggunaan model pembelajaran koopretif tipe STAD 80% menyatakan bervariasi . Dari data tersebut diperoleh informasi bahwa terjadi peningkatan kwalitas pembelajaran yang baru saja dilaksanakan.
Setelah kegiatan siklus 2 berakhir maka antara peneliti dan observer melakukan refleksi untuk mengetahui tingkat ketercapaian indicator dan permasalahan yang terjadi selama kegiatan pembelajaran untuk dicarikan solusi pemecahannya. Berdasarkan data tes dan non tes diatas diperoleh informasi bahwa: (1) Terjadi peningkatan pencapaian ketuntasan belajar belajar siswa akhir siklus 2 (100%) bila dibandingkan dengan prasiklus (65,63%), sudah mencapai tingkat ketuntasan sebagaimana telah ditetapkan yaitu 85%. (2) Berdasarkan hasil pengamatan observer yaitu guru lain, menunjukan bahwa terjadi peningkatan kwaliatas pembelajaran; (3) Berdasarkan hasil learning logs siswa diperoleh informasi peningkatan kwalitas pembelajaran yang baru saja dilaksanakan, dan sudah tidak terdapat kendala untuk mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD; (4) Bedasarkan informasi tersebut dapat disimpulkan indicator penelitian tindakan kelas sudah tercapai bahkan terlampui sehingga tidak perlu siklus ke-3.
Pembahasan Hasil Penelitian Tindakan
Hasil Belajar dan ketuntasan belajar siswa dapat ditunjukkan dari hasil evaluasi yang tertuang dalam tabel/grafik hasil belajar siswa dan rata-rata nilai ulangan. Berdasarkan tabel dan grafik diatas terdapat peningkatan hasil belajar tiap siklus sebagai berikut bahwa dari 32 siswa yang tuntas pra-siklus 13 (40,63%), siklus-1 21 (65,63%), siklus-2 32 (100%) dengan rata-rata ulangan harian pra-siklus (65,78), siklus-1 (73,13), siklus-3 (81,88). Berdasarkan standar ketuntasan belajar secara klasikal harus mencapai 85% pada siklus 2 sudah terlampui karena tuntas 100%, bahkan melampui 15% dari batas minimal dan juga terjadi peningkatan hasil belajar 8,75.
Dari data tersebut diperoleh informasi bahwa pengguna-an Model pembelajraan kooperatif tipe STAD (Studens Teams Achievement Division) dapat peningkatan hasil belajar IPS Geografi pada materi pokok memahami usaha manusia untuk mengenali perkembangan lingkungannya melalui bagi Siswa Kelas VIID SMP Negeri 2 Jatisrono Semester II Tahun 2011/2012”. Hal ini disebabkan proses pembelajaran dapat berjalan dengan rencana pembelajaran yang telah disusun walau ada perbaikan untuk mengatasi suatu permasahan.
Hasil pengamatan observer yaitu guru lain, menunjukan bahwa terjadi peningkatan kwaliatas pembelajaran. Dan terjadi peningkatan yang signifikan peran aktif dan komunikasi antar siswa dalam pembelajaran. Berdasarkan hasil learning logs siswa diperoleh informasi peningkatan kwalitas pembelajaran yang baru saja dilaksanakan, dan sudah tidak terdapat kendala untuk mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD.
Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang secara heterogen. Diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi,kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok. Slavin, (Trianto, 2007: 52) menyatakan bahwa pada STAD siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan 4-5 orang yang merupakan campuran menurut tingkat jenis kelamin, prestasi, suku. Guru menyajikan pelajaran, dan kemudian siswa bekerja dalam tim , mereka memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Kemudian seluruh siswa diberi tes tentang materi tersebut, pada saat tes mereka tidak diperbolehkan saling membantu.
Pembelajaran kooperatif memang memerlukan kemam-puan khusus guru, namun hal ini dapat diatasi dengan melakukan latihan terlebih dahulu. Sedangkan kekurangan-kekurangan yang terakhir dapat diatasi dengan memberikan pengertian kepada siswa bahwa manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Oleh karena itu, siswa merasa perlu bekerja sama dan berlatih bekerja sama dalam belajar secara kooperatif. Kekurangan model pembelajaran kooperatif STAD menurut Slavin (dalam Nurasma 2006:2007) yaitu: konstribusi dari siswa berprestasi rendah menjadi kurang. Siswa berprestasi tinggi akan mengarah pada kekecewaan karena peran anggota yang pandai lebih dominan. Sumber: Ibrahim, dkk, (Trianto, 2007: 54).
Hasil penlitian ini juga didukung oleh dua penelitian sebelumnya yaitu Radiyo (2009) dan Moch. Fauzi (2009) yang menyimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division) dapat meningkat hasil belajar siswa walaupun pada mata pelajaran dan sekolah yang berbeda.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan analisis dan pembahasan dalam penelitian tindakan ini dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Studens Teams Achievement Division) dapat meningkatkan hasil belajar IPS Geografi pada materi pokok memahami usaha manusia untuk mengenali perkembangan lingkungannya pada Siswa Kelas VIID SMP Negeri 2 Jatisrono Semester II Tahun 2011/2012”.
Saran yang ini dikemukan peneliti berdasarkan hasil laporan penlitian tindakan kelas ini adalah: (1) Bagi siswa hendaknya selalu siap dan cepat menyesuaikan diri untuk mengikuti pelajaran dimana guru menggunakan model atau metode pembelajaran yang menuntut siswa belajar secara aktif, inovaif, kreaitif, efektif, menyenangkan. Misalnya model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Studens Teams Achievement Division); (2) Dalam praktek pembelajaran guru harus menerapkan pembelajaran menciptakan susaana siswa dapat belajar secara aktif, inovaif, kreaitif, efektif, menyenangkan sesuai dengan karakteritik materi dan siswa serta lingkungannya. Misalnya model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Studens Teams Achievement Division); (3) Sekolah hendaknya mendorong dan memfasilitasi guru untuk mempelajari dan mengim-plementasikan model-model pembelajaran aktif, inovaif, kreaitif, efektif, menyenangkan sesuai dengan karakteritik materi dan siswa serta lingkungannya.
DAFTAR PUSTAKA
Asep Jihad, Abdul Haris. 2010. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta. Multi Presssindo.
Baharudin H, Esa Wahyuni. 2009. Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta. Ar-Ruzz Media.
Iskandar. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Ciputat. Gaung Persada.
Moch. Fauzi, (2009). Upaya Meningkatkan Ketuntasan Belajar IPA Biologi Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Team Achievement Division) Pada Kelas VIII B SMP Negeri 1 Nguntoronadi Semester 2 Tahun pelajaran 2008/2009.
Muhibbin Syah. 1995. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya
Nana Sudjana. 1998. Dasar-dasar Proses Belajar. Bandung: Sinar Baru
Oemar Hamalik, 1990, Psikologi Belajar dan Mengajar, Bandung, Sinar Baru
Sutama, Main Sufanti. 2010. PTK dan Karya Ilmiah. Modul PLPG. Surakarta. Badan Penerbit FKIP-UMS.
Radiyo, Upaya Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Melalui Pembelajar Kooperatif Tipe STAD Pada Materi Perbandingan di Kelas VII SMP Negeri 2 Jatipurno Semester I 2007/2008.
Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta. Prestasi Pustaka