PEMBELAJARAN MENENTUKAN PERSYARATAN KERJA

MELALUI METODE PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

DENGAN MEDIA DARING BERBANTUAN AUDIO VISUAL

STUDI KASUS DI KELAS X TP A SMK NEGERI 4 SUKOHARJO

PADA SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN 2019/2020

 

Iswanto

SMK Negeri 4 Sukoharjo

 

ABSTRAK

Pertengahan Bulan Maret 2020 adalah moment yang tak pernah dilupakan dalam dunia pendidikan negeri ini. Semua sedang bergeliat untuk mempersiapkan rangkaian kelulusan yang harus diikuti kelas tingkat akhir. Segala pelaksanaan kegiatan sekolah di paruh waktu semester dua itu tiba-tiba harus berhenti, semua karena wabah virus Corona (Covid-19).Oleh karena itulah dilakukan penelitian dalam pembelajaran dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan hasil belajar menentukan persyaratan kerja melalui metode Problem Based Learning (PBL) dengan media daring studi kasus di kelas X TP A SMK Negeri 4 Sukoharjo pada semester 2 tahun pelajaran 2019/2020. Berdasarkan pada metode penelitian maka penelitian ini merupakan Penelitian Studi Kasus yang dilaksanakan selama 4 bulan, mulai bulan Maret sampai Juni 2020.Diawali dengan perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas X TP A Semester 2 SMK Negeri 4 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2019/2020 yang berjumlah 36 siswa. Teknik pengumpulan data adalah dengan observasi, wawancara, dan analisis data. Validitas data menggunakan metode triangulasi. Analisis data menggunakan teknik deskripsi komparatif dan analisis kritis. Penelitian ini dapat diperoleh hasil bahwa Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) ada proses pembelajara bamyak terkendala terutama maslah rendahnya motivasi untuk belajar dengan mebuka jarinagn materi.Proses pembelajaran dengan media daring dan menimbulkan rasa ingin tahu siswa yang berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa pada materi jarak pada dimensi tiga meskipun hasil masih belum sesuai harapan. Hal ini ditunjukkan dengan masih kurang meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar yang diperoleh siswa dan tingkat ketuntasan belajar siswa pada tindakan yang dilakukan masih kurang optimal. Nilai rata-rata ketuntasan hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari test ke I 28,72% pada akhir tindakan pembelajaran satu siklus, menjadi 42,68% pada akhir tindakan pembelajaran test ke II. Kepesertaan belajar siswa mengalami penurunan dari 77% pada akhir tindakan test ke I, menurun menjadi 73,20% pada akhir tindakan pembelajaran test II.

Kata Kunci: Jarak Pada Dimensi Tiga; Problem Based Learning (PBL); Media Daring

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Sejak wabah pandemi covid – 19, dunia pendidikan di Indonesia mengharuskan adanya pembelajaran jarak jauh untuk menekan penyebaran pandemi. Kemudian, dikeluarkannya edaran Mendikbud Nomor 4 Tahun 2020 tentang Kebijakan Belajar dari rumah yakni pembelajaran dilaksanakan secara jarak jauh. Dengan ketentuan belajar dari rumah melalui pembelajaran daring atau online dilaksanakan untuk memberikan pengalamanbelajar yang bermakna bagi siswa, tanpa terbebani tuntutan menuntaskan seluruh capaian kurikulum untuk kenaikan kelas maupun kelulusan. Belajar dari rumah dapat difokuskan pada pendidikan kecakapan hidup antara lain mengenai pandemi Covid-19. Aktivitas dan tugas pembelajaran dari rumah dapat bervariasi antarsiswa, sesuai minat dan kondisi masing- masing termasuk mempertimbangkan kesenjangan akses belajar di rumah (Jusuf et al., 2020).

Perubahan dunia pendidikan di tengah pandemi Covid- 19 masih sangat dirasakan hingga saat ini. Hanya dalam waktu hitungan bulan, Kemendikbud harus mengganti arah kebijakan guna membantu kegiatan belajar-mengajar berjalan efektif meski dari rumah. Laju penyebaran Covid-19 di Indonesia, tentunya membuat pemerintah harus melakukan berbagai upaya untuk segera mengakhiri pandemik, agar seluruh sector kehidupan tak lagi mengalami masa sulit, termasuk dunia pendidikan. Betapa tidak, sejak kemunculannya pada awal maret di tanah air, sejumlah sekolah maupun perguruan tinggi terpaksa ditutup dan mengubah metode belajar menjadi daring. Hal ini jelas saja menimbulkan sejumlah dampak, baik positif maupun negative untuk peserta didik dan tenaga pengajar.

Penelitian ini dilakukan di SMK Negeri 4 Sukoharjo mengingat khususnya kelas X TP A belum mampu mencapai kompetensi menentukan persyaratan kerja. Untuk mengoptimalkan interaksi guru dan siswa dalam proses pembelajaran, guru harus mampu mengelola pembelajaran dengan baik, mampu menggunakan sumber belajar, metode dan media pembelajaran yang bervariasi. Sangat dianjurkan bagi guru untuk menggunakan kombinasi metode dan sumber pembelajaran setiap kali mengajar. Guru dapat memilih dan menggunakan beberapa media dalam mengajar. Media dan sumber belajar banyak jenisnya, masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan.

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas dilakukan penelitian dengan judul Pembelajaran Menentukan Persyaratan Kerja melalui Metode Problem Based Learning (PBL) dengan Media Daring berbantuan Audio Visual Studi Kasus di Kelas X TP A SMK Negeri 4 Sukoharjo pada Semester 2 Tahun Pelajaran 2019/2020.

Rumusan Masalah

Berdasar pada latar belakang di atas maka dirumuskan masalah: Bagaimanakah pengelolaan media daring dalam mencapai kualitas proses pembelajaran pengelolaan lingkungan sumber belajar sebagai pendukung hasil belajar Menentukan Persyaratan Kerja melalui metode problem based learning di kelas X TP A SMK Negeri 4 Sukoharjo pada semester 2 tahun pelajaran 2019/2020?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada rumusan masalah di atas maka tujuan dilakukan penelitian ini adalah: untuk meningkatkan pengelolan media daring dalam mencapai kualitas proses pembelajaran dan pengelolaan lingkungan sumber belajar sebagai pendukung hasil belajar Menentukan Persyaratan Kerja melalui metode problem based learning di kelas X TP A SMK Negeri 4 Sukoharjo pada semester 2 tahun pelajaran 2019/2020.

 

 

 

KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

Kajian Teori

Pembelajaran

Dedikatif merupaka sifat pengabdian yang tinggi, tulus dalam bekerja dan siap menjalankan tugas dengan sepenuh hati. Dengan dedikasi yang tinggi disertai perilaku dan keteladanan yang baik akan menciptakan iklim kerja yang kondusif. Suasana yang kondusif akan memotivasi dan meningkatkan semangat kerja seluruh warga sekolah serta elemen-elemen yang lain untuk mendukung dan mensukseskan program-program sekolah yang telah dicanangkan sehingga mampu meningkatkan hasil yang dicapai. Kepala sekolah yang berdedikasi tinggi akan bersifat terbuka dalam menerima kritik, saran, pendapat dan gagasan dari orang lain. Dia juga membina dan mengembangkan hubungan sosial dan empati berdasarkan etos kerja, kebersamaan dan kesetiakawanan.

Menurut Suryabrata (2001:31), pembelajaran adalah berlangsungnya belajar mengajar di kelas yang merupakan inti dari kegiatan pendidikan di sekolah. Jadi pelaksanaan pembelajaran adalah interaksi guru dengan siswa dalam rangka menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa dan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam interaksi belajar mengajar guru harus banyak memberi kebebasan pada siswa untuk dapat menyelidiki sendiri, mengamati sendiri, belajar sendiri dan mencari pemecahan masalah sendiri.

Metode Pembelajaran

Keberhasilan seorang peserta didik dalam proses pembelajaran itu dipengaruhi oleh pemilihan metode atau model pembelajaran yang digunakan oleh guru. Menurut Joyce dan Weil dalam Rusman (2012:132) model- model pembelajaran sendiri biasanya disusun berdasarkan berbagai prinsip atau teori pengetahuan. Para ahli menyusun model pembelajaran berdasarkan prinsip – prinsip pembelajaran teori psikologis, sosiologis, analisis system atau teori – teori lain yang mendukung. Joyce dan Weil juga menggambarkan bahwa model pembelajaran merupakan suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai desain dalam pembelajaran di kelas atau pembelajaran tutorial dan untuk menentukan perangkat – perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku – buku, film, tape recorder, media program computer dan kurikulum. Jadi Joyce dan Weil mengartikan model pembelajaran sebagai suatu perencanaan untuk menentukan instrument pembelajaran.

Metode Problem Based Learning (PBL)

Pengertian Problem Based Learning (PBL)

Perjuangan luar biasa melampaui batas. Tidak mengenal siang atau malam yang penting belajar agar bisa. Baik tanya jawab dengan teman yang bisa maupun dengan belajar mandiri melalui medsos yang ada. Guru aktif belajar membuat akun webinar dan google form atau google classroom untuk mengirim soal dan jawaban bahkan media diskusi.

Menurut Taufiq Amir (2009:85), bahwa proses PBL bukan senata – mata prosedur. Tetapi ia adalah bagian dari belajar mengelola diri sebagai sebuah kecakapan hidup (life skills). Proses PBL sebagai salah satu bentuk pembelajaran yang learner centered, memandang bahwa tanggung jawab harus kita kenali dan kita pegang. Evers, Rush, dan Berdrow merumuskannya dengan baik apa yang disebut dengan kecakapan pengelolaan diri sebagai berikut:

Media Audio Visual

Pengertian Media Audio Visual

Menurut Suleiman (1981: 11) Media audio visual adalah media yang dapat didengar dan juga dilihat. Media audio visual gunanya untuk berkomunikasi lebih efektif. Menurut Sanjaya (2011: 172) Media audio visual adalah jenis media yang selain mengandung unsur suara juga mengandung unsur gambar yang bisa dilihat. Misalnya rekaman video, berbagai rekaman film, slide suara, dan lain sebagainya. Kemampuan media ini dianggap lebih baik dan lebih menarik. Penekanan utama dalam pembelajaran audio visual adalah pada nilai belajar yang diperoleh melalui pengalaman konkret, tidak hanya didasarkan atas kata-kata belaka.

Jadi, pembelajaran melalui audio-visual adalah produksi dan penggunaan meteri yang penyerapannya melalui pandangan dan pendengaran serta tidak seluruhnya tergantung kepada pemahaman kata atau simbol-simbol yang ada.

Manfaat Media Audio Visual

Media audio visual memiliki beberapa manfaat dalam kegiatan belajar mengajar, di antaranya: (1) Sangat menarik minat siswa dalam belajar.(2) Mendorong anak untuk bertanya dan berdiskusi karena ia ingin mengetahui lebih banyak.(3) Menghemat waktu belajar.(4) uru tidak usah menerangkan sesuatu dengan banyak perkataan, tetapi dengan memperlihatkan suatu gambar, benda yang sebenarnya atau alat lain.

Kompetensi Menentukan Persyaratan Kerja

Kompetensi Menentukan Persyaratan Kerja adalah salah satu kompetensi dasar dari mata pelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan. Dalam kompetensi Menentukan Persyaratan Kerja yang akan dipelajari yaitu mengenal jenis-jenis mesin Menentukan Persyaratan Kerja (mesin bubut, skrap dan juga freis) dan pengenalan material pahat.

Mesin Bubut

Mesin bubut adalah salah satu mesin perkakas yang fungsinya untuk menyayat benda kerja. Mesin bubut prinsip kerjanya yaitu dengan benda kerja dicekam menggunakan alat pencekam (chuck) yang terpasang pada spindle kemudian bergerak memutarkan benda kerja dengan kecepatan sesuai perhitungan dan benda kerja disayat menggunakan alat potong yang disebut dengan pahat bubut. Mesin bubut digunakan dalam proses Menentukan Persyaratan Kerja untuk menyayat benda- benda kerja yang berbentuk silindris. Alat potong atau pahat bubut fungsinya yaitu untuk membentuk benda kerja akan disayatkan pada benda kerja yang berputar.

Support mesin bubut gunanya untuk menggerakkan hantaran pahat bubut, sehingga untuk membuat suatu pekerjaan dipergunakan pahat yang dipasang pada support dengan menjepit pahat.Adapun bagian-bagian dari support mesin bubut adalah penjepit pahat, eretan atas, eretan lintang, handel transporter.

 

Penelitian yang Relevan

Aniqotun Nairuzah, dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning Berbantuan Alat Peraga terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas VII pada Materi Garis dan Sudut di SMP Negeri 16 Semarang Tahun Pelajaran 2015/2016”.

Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir adalah arahan penalaran untuk sampai pada pemberian jawaban sementara masalah penelitian yang telah dirumuskan bahwa Untuk mengatasi rendahnya prestasi siswa maka dilakukan Penelitian Studi kasus dalam pembelajaran menentukan persyaratan kerja dengan menggunakan metode kooperatif model PBL.

Hipotesis Tindakan

Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran, penerapan model Prablem Based Learning (PBL) diduga:Dapat pengelolan media daring dalam mencapai meningkatkan proses pembelajaran dan memanfatkan pengelolaan lingkungan sumber belajar sebagai pendukung meningkatkan hasil belajar Menentukan Persyaratan Kerja melalui metode Prablem Based Learning (PBL) berbantuan audio visual bagi siswa kelas X TP A SMK Negeri 4 Sukoharjo pada semester 2 Tahun Pelajaran 2019/2020.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian ini adalah penelitian yang bersifat kualitatif. Penelitian yang digunakan yaitu penelitian kualitatif deskriptif. Data studi kasus dapat diperoleh dari semua pihak yang bersangkutan dan dilakukan di SMK Negeri 4 Sukoharjo beralamat di Jalan Raya Baki No.5, Kelurahan Jetis, Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo. Di sekolah ini penelitian dilakukan pada khususnya kelas X TP A. Penelitian dilaksanakan pada semester 2 tahun pelajaran 2019/2020. Tahap persiapan sampai dengan pelaporan hasil penelitian dilakukan selama empat bulan, yakni bulan Maret sampai dengan Juni 2020. Kegiatan perencanaan (penyusunan proposal) dilaksanakan pada bulan Maret 2020, pelaksanaan tindakan pembelajaran pada bulan April sampai Mei 2020, penyusunan laporan hasil penelitian pada bulan Juni 2020, seminar hasil penelitian pada bulan Juni 2020. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X TP A semester 2 SMK Negeri 4 Sukoharjo tahun pelajaran 2019/2020 yang terdiri dari 36 orang siswa. Penelitian dilakukan kerena terjadinya problematika. Metode penelitian ini adalah deskriptif dalam bentuk studi kasus. Studi kasus menurut Nursalam (2016) pengamatan, pengumpulan data, analisis informasi dan pelaporan hasil.

Indikator

Untuk mengukur keberhasilan tindakan, penelitian merumuskan indikator-indikator ketercapaian hasil belajar.

Prosedur Penelitian

Prosedur Penelitian Studi kasus, yaitu terdiri dari beberapa tahap diantaranya; tahap planning (rencana tindakan), implementing (pelaksanaan), observing (observasi), dan reporting (pelaporan).

 

 

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Tabel 4.1. Tingkat Ketuntasan Belajar Siswa Kondisi Awal Test ke I

No. Ketuntasan Jumlah %
1. Tuntas 11 28,73
2. Belum Tuntas 25 71,27
Jumlah 36 100
Nilai Rata-rata 52,33
Nilai Terendah 56
Nilai Tertinggi 79

 

Berdasarkan data hasil tes ke I yang dijadikan sebagai identifikasi kondisi awal kepesertaan siswa dalam pembelajaran daring Menentukan Persyaratan Kerja materi jarak pada dimensi tiga, menunjukkan bahwa dari jumlah siswa sebanyak 35 yang diperoleh siswa siswa yang ikut adalah 26 dan yang tidak ikut adalah 10. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kepesertaan rata-rata yang diperoleh siswa sebesar 76< KKM yang ditetapkan dengan KKM > 100. Atas dasar hal tersebut siswa secara klasikal dianggap belum mencapai ketuntasan belajar.

Ditinjau dari kepesertaan siswa belajar, dapat diketahui bahwa jumlah siswa yang sudah ikut belajar dengan KKM > 100 adalah 26 orang siswa atau 74% dari jumlah siswa. Sedangkan jumlah siswa yang tidak ikut serta belajar adalah 10 orang siswa atau 26%. Berdasarkan hal tersebut, maka secara klasikal siswa kelas X TP A semester 2 SMK Negeri 4 Sukoharjo tahun pelajaran 2019/2020 belum maksimal sesuai harapan.

Tabel 4.2. Tingkat Kepesertaan ikut Belajar Siswa Kondisi Awal test ke I

No. Kepesertaan Jumlah %
1. Ikut 26 74
2. Tidak ikut 10 26
Jumlah 36 100

 

  1. Keterampilan Proses siswa lewat Daring belum berkembang. Pembelajaran siswa belum banyak melakukan kegiatan-kegiatan ilmiah yang langsung melibatkan seluruh panca indera. Siswa lebih banyak melakukan diskusi dengan orang lainyang dimana tidak semua aktif di dalamnya. Kegiatan tanya jawab yang dilakukan oleh guru juga cenderung tidak mendapat respon positif dari siswa, sehingga guru kesulitan untuk mengidentifikasi seberapa besar daya serap siswa terhadap materi pembelajaran.
  2. Kurangnya daya dukung Keluarga dan Lingkungan. Kurangnya lingkungan sekitar siswa tinggal tentang pemahaman pembelajaran jarak jauh melalui metode Problem Based Learning khususnya pelajaran Menentukan Persyaratan Kerja pada materi jarak pada dimensi tiga, sehingga siswa kesulitan dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.
  3. Banyak orang menyamakan antara stres dan depresi, padahal sebenarnya kedua hal tersebut berbeda. Veronica Adesla, psikolog klinis dari Personal Growt dalam Findiani (2019:18) menjelaskan perbedaan stres dan depre Stres digambarkan sebagai kondisi mental ketika seseorang dihadapkan pada persoalan dan membuat tidak nyaman.

 

Pembahasan

Pembahasan dan analisis yang dipaparkan Dampak Pembelajaran Daring ini merupakan dari pengalaman yang diperoleh penulis dalam melaksanakan pembelajaran daring selama masa pandemi covid-19 yang dipadukan dengan teori-teori psikologi yang penulis pelajari. Faktor-faktor yang menyebabkan siswa mengalami stres selama mengikuti pembelajaran daring. Banyaknya tugas dari guru-guru maple. Deadline atau batas akhir pengumpulan tugas yang cukup mendesak.

Kesulitan dalam mengerjakan tugas ataupun soal-soal ulangan. Banyak materi sulit yang kurang dipahami.Minimnya penjelasan materi-materi yang dianggap sulit.Tidak mempunyai paket kuota internet yang cukup.Kapasitas handphone yang kurang mendukung. Tidak mempunyai handphone. Koneksi internet yang buruk.Kurangnya kasih sayang dan perhatian orang tua.Tidak pernah mendapat uang saku sebagai dampak pembelajaran daring Jarang bersosialisasi dan bertemu dengan teman-teman sekelas.Siswa merasa terkurung dan jenuh di rumah

Berangkat dari kondisi tersebut, maka diperlukan suatu upaya untuk meningkatkan pemahaman siswa pada materi-materi Menentukan Persyaratan Kerja, khususnya materi jarak pada dimensi tiga yang akan dipelajari pada bab berikutnya. Langkah yang diambil guru adalah dengan menerapkan sebuah model pembelajaran yang mampu meningkatkan keterampilan proses pembelajaran dengan mencoba melalui model Problem Based Learning siswa sehingga siswa menjadi lebih aktif, serta menjadikan pembelajaran lebih bermakna.

Simpulan

Berbagai pengumuman dari pemerintah tentang Covid 19 masih simpang siur. Akan tetapi Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan telah menetapkan pelaksanaan PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) dengan sistem daring. Dari sinilah keriuhan dunia pendidikan di mulai. Dua hal yang sangat mendasar dari permasalahan pembelajaran daring adalah kurang siapnya guru dalam menyiasati materi dan penilaian, dan dari segi siswa permasalahan yang utama karena tidak semua siswa mempunyai sarana pembelajaran daring yang memadai atau bahkan tidak punya sama sekali

DAFTAR PUSTAKA

Amin Suyitno, Dasar – Dasar dan Proses Pembelajaran Matematika 1, Semarang: Jurusan Matematika FMIPA UNNES, 2006.

Ali Hamzah dan Muhlisrarini, Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Matematika, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), hlm. 153.

http://jurnaljpi.files.wordpress.com/2007/09/04-sudarman.pdf diunduh 15 Juli 2009 jam 13.004

Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Raja Grafindo Persada, `2008), hal. 354

  1. Taufiq Amir, Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009) hal. 85.

Rusmono, Strategi Pembelajaran dengan Problem Based Learning Itu Perlu: Untuk Meningkatkan Profesionalitas Guru, (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2014), hlm. 6

Rusman, Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), hlm. 133.

Ridwan Abdullah Sani, Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum 2013, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), hlm. 127.