PEMBERIAN LAYANAN KONSELING BAGI SISWA

DI SDN 2 SEMOBONGIN

KECAMATAN BANJAREJO KABUPATEN BLORA

UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN

KEHADIRAN MASUK SEKOLAH TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Sri Siswati

SDN 2 Sembongin Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora

ABSTRAK

Meningkatkan strategi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi sekolah dalam mengimplementasikan tata tertib sekolah bagi siswa yang tidak masuk kelas setelah istirahat berakhir. Peningkatan kedisiplinan siswa dalam proses pembelajaran di dalam kelas perlu ditegakkan sebagai upaya meningkatkan prestasi belajar siswa. Tindakan peningkatan kedisiplinan yang diberikan bertujuan untuk mendidik siswa agar memiliki kesadaran akan pentingnya kedisiplinan dalam belajar. Setting atau lokasi penelitian ini dilaksanakan di SDN 2 Sembongin Kabupaten Blora. Penelitian ini dilaksanakan selama empat bulan dimulai pada bulan Desember 2014, dilanjutkan dengan penyusunan instrumen dan pengumpulan data pada bulan Januari 2015. Setelah peneliti mendapatkan data hasil dua kali siklus, lalu data tersebut dianalisis dan disusun membentuk suatu laporan penelitian. Subjek penelitian merupakan kajian utama dalam penelitian ini. Penelitian ini lebih bersifat kualitatif sehingga keberadaan subjek dirasa sangat penting. Subjek penelitian ini adalah siswa di SDN 2 Sembongin tahun pelajaran 2014/2015. Pada siklus II didapatkan persentase kedisplinan siswa masuk kelas setelah waktu istirahat berakhir sekitar 71.80 dan lebih baik bila dibandingkan dengan siklus I. Pada siklus II didapatkan jumlah prosentase kedisiplinan masuk sekolah setelah waktu istirahat berakhir di SDN 2 Sembongin sekitar 76.28% (baik), peneliti melanjutkan tindakan dengan membuat peraturan kedisiplinan kehadiran siswa 75%

Kata Kunci: layanan Konseling,Kedisiplinan Anak. Kehadiran Masuk


PENDAHULUAN

Tujuan pendidikan menengah se-ringkali dibiaskan oleh pandangan umum, demi mutu keberhasilan akademis seperti prosentase lulusan, tingginya nilai ujian nasional, atau prosentase kelanjutan ke perguruan tinggi negeri. Kenyataan ini sulit dipungkiri, karena secara sekilas tujuan kurikulum menekankan penyiapan peserta didik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi. Upaya untuk mening-katkan mutu pendidikan secara keseluruh-an diwujudkan dalam penataan, pengelola-an dan peningkatan kemampuan masing-masing komponen pendidikan sekolah, seperti sistem kelembagaan, pengembang-an kurikulum yang ada dan peningkatan kualitas tenaga kependidikan serta pemberian input lainnya seperti pengadaan buku sekolah. Penyiapan peserta didik demi melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi akan selalu memperhatikan sisi materi pelajaran, agar para lulusannya dapat lolos tes di jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Akibatnya, proses pendidikan di jenjang sekolah dasar akan kehilangan bobot dalam proses pembentukan pribadi. Betapa pembentukan pribadi, pendamping-an pribadi, pengasahan nilai-nilai kehidup-an (values) dan pemeliharaan kepribadian siswa (cura personalis) terabaikan. Situasi demikian diperparah oleh kerancuan peran di setiap sekolah. Peran konselor dengan lembaga Bimbingan Konseling (BK) direduksi sekadar sebagai polisi sekolah. Bimbingan konseling yang sebenarnya paling potensial menggarap pemeliharaan pribadi-pribadi warga sekolah, ditempatkan dalam konteks tindakan-tindakan yang menyangkut disipliner siswa. Memanggil, memarahi, menghukum adalah proses klasik yang menjadi label guru kelas di banyak sekolah. Dengan kata lain, guru kelas diposisikan sebagai “musuh” bagi siswa bermasalah atau nakal.

Penulisan penelitian tindakan seko-lah ini mengacu pada rumusan Winkel untuk menunjukkan hakikat bimbingan konseling di sekolah yang dapat mendampingi siswa dalam beberapa hal. Pertama, dalam perkembangan belajar di sekolah (perkembangan akademis). Kedua, mengenal diri sendiri dan mengerti kemungkinan-kemungkinan yang terbuka bagi mereka, sekarang maupun kelak. Ketiga, menentukan cita-cita dan tujuan dalam hidupnya, serta menyusun rencana yang tepat untuk mencapai tujuan-tujuan itu. Keempat, mengatasi masalah pribadi yang mengganggu belajar di sekolah dan terlalu mempersukar hubungan dengan orang lain, atau yang mengaburkan cita-cita hidup. Empat peran di atas dapat efektif, jika BK didukung oleh mekanisme struktural di suatu sekolah.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masa-lah di atas maka dapat disampaikan permasalahan yang akan dibahas, antara lain:

1. Bagaimana upaya yang dilakukan guru Bimbingan Konseling dalam mening-katkan kedisiplinan masuk kelas setelah istirahat?

2. Bagaimana strategi yang diterapkan oleh sekolah dalam meningkatkan ku-alitas kepatuhan siswa dalam menja-lankan setiap tata tertib sekolah?

Pembatasan Masalah

Sebuah penelitian perlu adanya pembatasan masalah. Pembatasan masalah diberikan agar penelitian yang dilakukan tidak masuk dalam kajian disiplin lain. Penelitian tindakan sekolah ini, dibatasi hanya pada siswa di SDN 2 Sembongin. Sedangkan fenomena yang diteliti adalah ketidakpatuhan siswa dalam memasuki ruangan kelas setelah waktu istirahat berakhir. Strategi yang digunakan oleh guru kelas adalah melalui pemberian layanan bimbingan konseling individual bagi siswa.

Tujuan Peneltian

Berdasarkan latar belakang masa-lah di atas maka dapat disampaikan tujuan penulisan penelitian tindakan sekolah ini, yaitu:

1. Meningkatkan upaya yang dilakukan guru Bimbingan Konseling dalam meningkatkan kedisiplinan masuk kelas setelah istirahat

2. Meningkatkan strategi yang diterapkan oleh sekolah dalam meningkatkan

KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HI-POTESIS

Kajian Teori

1. Kepribadian Anak

Generasi inilah yang banyak ditemui di ruang praktik dengan kebi-ngungan memilih jurusan yang mana, bim-bang karena pacarnya tidak disetujui orangtua, kehabisan akal karena hamil di luar nikah atau karena tidak bisa keluar dari kebiasaan menyalahgunakan narkoba.

Semasa kecil anak membentuk kepribadiannya melalui masukan dari lingkungan primernya (keluarga). Pada usia 5-8 tahun ia masih menerima masukan-masukan (tahap formative). Menjelang re-maja, ia mulai memberontak dan mencari jati dirinya dan akan makin menajam ketika remaja (makin sulit diatur) sehingga masa ini sering dinamakan masa pancaroba. Masa pancaroba pada hakikatnya merupa-kan tahap akhir sebelum anak memasuki usia dewasa yang matang dan bertang-gung jawab. Karena ia sudah mengetahui tolok ukur yang harus diikuti dan mampu menetapkan sendiri mana yang benar dan salah, mana yang baik dan buruk dan mana yang indah dan jelek. Tetapi masa pancaroba dalam diri individu akan lebih sulit mencapai kemantapan dan kematang-an jika kondisi di dunia luar juga meng-alami pancaroba terus, seperti halnya di era posmo. Dampaknya adalah timbulnya generasi remaja dan dewasa muda yang terus mengalami masa pancaroba sampai dewasa.

2. Perubahan Paradigma

Menghadapi era posmo yang serba tidak jelas ini, merupakan kesalahan paling besar, tetapi yang justru paling sering dilakukan, adalah mendidik anak berdasar-kan tradisi lama dan tanpa alternatif. Artinya, semua yang diajarkan oleh orangtua mutlak harus diikuti, orangtua punya hak dan kekuasaan atas anak, anak harus berbakti kepada orangtua dan sebagainya. Di sekolah para guru pun masih sering berpatokan pada pepatah “guru adalah digugu/dipatuhi dan ditiru), sehingga benar atau salah guru harus selalu dipatuhi. Demikian pula dalam bidang agama, bahkan politik (masing-masing elit politik dan kelompok mahasiswa merasa dialah yang paling benar).

3. Kedisiplinan

Kedisiplinan erat kaitannya dengan kepatuhan seseorang terhadap tata tertib dan norma-norma yang berlaku di lingkungannya. Menurut Pusat Bahasa Depdiknas (2002: 254) disiplin adalah latihan batin dan watak dengan maksud supaya segala perbuatan selalu mentaati tata tertib atau ketaatan pada aturan dan tata tertib. Jadi berdisiplin berarti mentaati tata tertib. Kedisiplinan sangat diperlukan seseorang baik sebagai individu maupun sebagai anggota kelompok yang mempunyai aturan tertentu.

Kerangka Berfikir

Pada bagian ini diuraikan landasan substantif dalam arti teoritik dan/ atau metodologik yang dipergunakan peneliti dalam menentukan alternatif, yang akan diimplementasikan

Hipotesis Tindakan

Sebelum melakukan penelitian tindakan sekolah ini, penulis terlebih dahulu memberikan dugaan-dugaan me-ngenai hasil penelitian yang akan diper-oleh, antara lain adalah:

1. Diduga bahwa tingkat kedisiplinan siswa disebabkan oleh kurangnya perhatian guru Bimbingan Konseling terhadap perilaku siswa

2. Diduga bahwa siswa tidak segera masuk kelas setelah waktu istirahat berakhir adalah karena siswa tidak pernah terkena sanksi setelah melaku-kan pelanggaran tersebut

METODOLOGI PENELITIAN

Setting atau lokasi penelitian ini dilaksanakan di SDN 2 Sembongin Kabupa-ten Blora. Penelitian ini dilaksanakan selama empat bulan dimulai pada bulan Desember 2014, dilanjutkan dengan penyusunan instrumen dan pengumpulan data pada bulan Januari 2015. Setelah peneliti mendapatkan data hasil dua kali siklus, lalu data tersebut dianalisis dan disusun membentuk suatu laporan pene-litian

Subjek penelitian merupakan kaji-an utama dalam penelitian ini. Penelitian ini lebih bersifat kualitatif sehingga kebera-daan subjek dirasa sangat penting. Subjek penelitian ini adalah siswa di SDN 2 Sembongin tahun pelajaran 2014/2015.

Sumber data dalam penelitian ini meliputi nara sumber dan dokumen. Nara sumber adalah sumber data berupa manusia (Sutopo, 2002:50). Nara sumber dalam penelitian ini adalah lima informan kunci di SDN 2 Sembongin yaitu kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru, dan siswa.

Data penelitian etnografi seperti halnya dengan penelitian kualitatif atau naturalistik diperoleh dari sumber data dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu metode interaktif dan non interaktif. Teknik interaktif terdiri dari wawancara dan pengamatan berperan serta, sedangkan non interaktif meliputi pengamatan tak berperan serta, analisis, dokumen dan arsip. Sumber data dalam penelitian etnografi adalah “orang” (manusia) dengan perilakunya, peristiwa, arsip, dokumen dan benda-benda lain (Sutopo, 1988; dalam Mantja, 2005: 55).

Data yang telah dikumpulkan dalam penelitian harus diuji keabsahannya untuk memperoleh temuan yang akurat. Untuk memeriksa keabsahan data peneliti-an menggunakan teknik triangulasi. Trian-gulasi adalah teknik pemeriksaan keabsah-an data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau pembandingan terhadap data itu (Moleong, 2007:331).

Miles dan Huberman dalam Sutopo (2002:91) menjelaskan bahwa dalam proses analisis data kualitatif terdapat tiga kegiatan utama yang saling berkaitan dan terjadi secara bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.

Indikator kinerja pada penelitian ini terlihat di setiap siklus yang menunjukkan suatu hasil yang positif yang berdampak pada peningkatan kedisiplinan siswa SDN 2 Sembongin yang berdampak positif pula pada peningkatan mutu sekolah.

Prosedur Pemelitian

1. Perencanaan

Pada tahap perencanaan ini difo-kuskan pada bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian tindakan sekolah ini sekaligus kesiapan para guru dan siswa dalam melaksanakan tata tertib siswa se-bagai upaya untuk meningkatkan kedisi-plinan kehadiran masuk sekolah.

2. Pelaksanaan Tindakan

Rencana pelaksanaan penelitian yang telah disusun sebelumnya kemudian harus dilaksanakan sesuai dengan keterse-diaan sarana dan prasarana yang ada di SDN 2 Sembongin. Dengan demikian maka perlu dilakukan pembahasan ulang menge-nai strategi yang akan digunakan dalam penelitian tindakan sekolah ini.

3. Observasi

Tahap observasi perlu dilakukan karena adanya data-data pendukung penelitian yang tidak ditemukan pada saat proses pengumpulan data, antara lain adalah tingkat kepatuhan siswa terhadap tata tertib yang telah ditetapkan di SDN 2 Sembongin. Observasi ini dilakukan untuk melihat pelaksanaan apakah semua renca-na yang telah dibuat dengan baik tidak ada penyimpangan-penyimpangan yang dapat memberikan hasil yang kurang maksimal dalam penelitian tindakan sekolah ini.

4. Refleksi

Kegiatan yang berhubungan de-ngan penetapan tata tertib sekolah dan strategi pemantapannya perlu dipahami semua warga sekolah, baik yang hanya sekedar pelaksanaan maupun yang diberi tanggungjawab untuk memberikan peng-awasan terhadap pelaksanaan tata tertib tersebut.

HASIL PENELITIAN

Kondisi awal yang terjadi di SDN 2 Sembongin adalah keorganisasian sekolah belum mendukung keterlaksanaan belajar dan mengajar dimanapun, misalnya ruang kelas, sekolah atau masyarakat. Kemudian dukungan eksternal dari masyarakat yang kurang yaitu dalam hal penyediaan sumber-sumber dorongan yang dapat membantu siswa dan pendidik menciptakan lingkungan belajar mengajar yang berkualitas.

Siklus I

1. Perencanaan

Melakukan pengamatan terhadap keterlambatan masuk kelas

2. Pelaksanaan Tindakan

Guru membuat peraturan tentang adanya izin keterlambatan masuk sekolah. Setiap siswa yang terlambat masuk harus lapor ke guru kelas dan memberikan alasan tentang keterlambatannya.

3. Observasi

Berdasarkan pengamatan terhadap kedisiplinan siswa, tampak sedikit ketidak-disiplinan siswa dalam hal keterlambatan, sehingga catatan guru dalam hal keter-lambatan sangat sedikit.

4. Refleksi

Reaksi guru dan siswa dalam menerima peraturan ini, sangat antusias, karena masalah keterlambatan bisa jadi berkurang dan beban guru bimbingan konseling pun jadi ringan.

Siklus II

Pada siklus II, peneliti melanjutkan tindakan dengan membuat peraturan kedisiplinan kehadiran siswa 75% selama 1 semester kemudian memberitahukan peraturan baru tersebut kepada orang tua siswa dan orang tua mendukung peraturan baru tersebut, sedangkan siswa masih perlu beradaptasi dengan peraturan yang baru sehingga masih ditemukan siswa yang masih melanggar peraturan baru, akan tetapi setelah diberlakukan peraturan beberapa minggu, siswa dapat menyesuaikan peraturan tersebut. Pada siklus II didapatkan persentase kedisplinan siswa masuk kelas setelah waktu istirahat berakhir sekitar 71.80 dan lebih baik bila dibandingkan dengan siklus I.

Upaya ini diharapkan dapat me-ningkatkan kedisiplinan siswa terhadap tata tertib yang telah ditetapkan bersama dan siswa dapat membedakan antara tindakan yang benar dan salah dan mempertang-gungjawabkan konsekuensinya apabila sis-wa melakukan kesalahan. Pada siklus II didapatkan jumlah prosentase kedisiplinan masuk sekolah setelah waktu istirahat berakhir di SDN 2 Sembongin sekitar 76.28% (baik).

PENUTUP

Simpulan

1. Pelaksanaan penelitian tindakan seko-lah ini telah berhasil dilaksanakan dan upaya peningkatan kedisplinan keha-diran siswa melalui pemberian layan-an bimbingan dan konseling dapat berjalan optimal. Adanya pemberian bimbingan dan konseling individu ke-pada siswa dapat meningkatkan kedisplinan kehadiran siswa sehingga beban guru kelas menjadi berkurang dan kedisplinan sekolah dapat terwujud.

2. Pelaksanaan upaya kedisplinan keha-diran siswa melalui layanan bimbingan dan konseling secara individu bagi siswa dua siklus dirasa masih kurang optimal, sehingga untuk mengopti-malkan penelitian tindakan sekolah ini, peneliti akhirnya menggunakan tiga siklus dan semua tindakan pada setiap siklusnya selalu mengalami peningkatan.

Saran

Efektivitas usaha kerja sama, berhubungan dengan pelaksanaan yang dapat dicapai suatu tujuan dalam suatu sistem, hal ini ditentukan dengan suatu pandangan dalam memenuhi kebutuhan sistem itu sendiri, bila suatu tujuan akhirnya bisa dicapai, boleh dikatakan bahwa kegiatan tersebut efektif tetapi bila hasil yang dicapai mengakibatkan ketidakpuasan walaupun efektif, hal ini disebut tidak efisien. Sehubungan dengan itu kita dapat mengatakan sesuatu efektif bila mencapai tujuan tertentu, dan dikatakan efisien bila hal ini memuaskan sebagai pendorong mencapai tujuan, terlepas apakah efektif atau tidak.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta. Penerbit: PT Rineka Cipta.

Corey, G. 2006. Teori dan Praktek dari Konseling dan Psikoterapi – terjemahan Mulyarto. Semarang: IKIP Semarang Pres.

Dewan Pendidikan Nasional. 2003. Acuan Operasional Dan Indikator Kinerja Komite Sekolah. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.

Prayitno. 2005. Konseling Pancawashita, progdi BK PPB, FIP. Padang: IKIP Padang.

Miles, M. and A.M. Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif, Terj. Tjetjep Rohendi Rohidi. Jakarta: Universitas Indonesia.