Penerapan Model Pembelajaran Interaktif
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF
BEKERJA KELOMPOK
UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR
Sukati
SD Negeri Jiworejo Kecamatan Jiken Kabupaten Blora
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan model pembelajaran interaktif bekerja kelompok terhadap peningkatan motivasi dan hasil belajar IPA tentang tumbuhan bagi siswa kelas IV SD Negeri Jiworejo semester II tahun pelajaran 2012/2013. Adapun yang digunakan sebagai subyek penelitian adalah semua siswa kelas IV SD Negeri Jiworejo Kecamatan Jiken Kabupaten Blora, sebanyak 18 siswa, yang terdiri dari 12 siswa putra dan 6 siswa putri. Prosedur penelitian yang digunakan dengan menggunakan prosedur Penelitian Tindakan Kelas dengan melalui 2 siklus. Sedangkan teknik yang digunakan untuk pengumpulan data adalah teknik tes dan teknik non tes. Alat pengumpul dengan teknik tes berupa butir-butir soal tes tertulis yang harus dikerjakan siswa setelah melakukan kegiatan pembelajaran.Sedangkan teknik non tes menggunakan lembar pengamatan, angket dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui penerapan model pembelajaran interaktif bekerja kelompok dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPA tentang tumbuhan bagi siswa kelas IV SD Negeri Jiworejo semester I tahun pelajaran 2012/2013. Pada kondisi awal dengan menggunakan teknik konvensional dengan metode ceramah, siswa yang sangat termotivasi dalam pembelajaran hanya mencapai 8,3%, dan nilai hasil belajar siswa mencapai rata-rata 59,63, dengan tingkat ketuntasan mencapai 22,22%. Setelah didilakukan tindakan menggunakan model pembelajaran interaktif bekerja kelompok, pada siklus I siswa yang sangat termotivasi dalam pembelajaran mencapai 50,0%, dan nilai hasil belajar siswa meningkat menjadi rata-rata 73,70, dengan tingkat ketuntasan mencapai 61,11%. Dan pada siklus II siswa yang sangat termotivasi dalam pembelajaran meningkat menjadi 77,8%, dan nilai hasil belajar siswa mencapai rata-rata 81,85, dengan tingkat ketuntasan mencapai 94,44%.
Kata Kunci : Model pembelajaran Interaktif, Bekerja Kelompok, Motivasi Belajar, Hasil Belajar, IPA, Tumbuhan.
PENDAHULUAN
Pada kegiatan pembelajaran, guru dituntut mampu mengelola proses yang memberikan rangsangan kepada siswa, sehingga ia mau belajar. Sebagai subyek utama dalam belajar, aktivitas siswa sangat diperlukan dalam kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran yang kurang mampu membangkitkan motivasi belajar siswa berdampak pada tidak optimalnya pencapaian hasil belajar siswa. Kondisi pembelajaran yang kurang dapat membangkitkan motivasi belajar siswa tersebut juga banyak terjadi di SD tempat peneliti melaksanakan tugas. Guru lebih senang menggunakan cara-cara yang konvensional dalam mengajar, karena dianggap lebih mudah dilaksanakan. Hal ini berdampak pada tidak optimalnya kegiatan belajar siswa, karena siswa hanya bersifat sebagai pendengar terhadap apa yang dijelaskan oleh guru. Dalam pembelajaran siswa hanya pasif, sehingga merasa cepat jenuh dan tidak termotivasi dalam mengikuti pembelajaran. Kondisi ini berdampak pada rendahnya pencapaian hasil belajar siswa. Kondisi riil dari hasil pengamatan yang peneliti lakukan pada kegiatan pembelajaran IPA pada siswa kelas IV SD Negeri Jiworwjo, melalui penggunaan cara mengajar yang konvensional tersebut menunjukkan siswa hanya bersifat pasif. Aktivitas kegiatan pembelajaran tidak tampak, karena siswa hanya duduk, diam, dan mendengarkan. Kondisi yang demikian berdampak pada tidak optimalnya hasil belajar siswa hal ini dapat dilihat dari hasil tes ulangan harian dengan kondisi pembelajaran yang konvensional tersebut. Hasil penilaian mata pelajaran IPA pada kegiatan pra siklus tentang tumbuhan pada siswa kelas IV SD Negeri Jiworejo, menunjukkan nilai hasil belajar yang rendah. Nilai rata-rata yang didapat siswa hanya mampu mencapai 59,63. Adapun nilai hasil belajar yang mampu mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) 70 hanya terdapat 4 (22,22%) dari 18 siswa. Sedangkan 14 (77,78%) siswa belum tuntas, karena masih mendapat nilai dibawah KKM 70.
Rendahnya perolehan hasil belajar tersebut, bukan berarti kesalahan siswa semata. Pada umumnya guru lebih mudah menyalahkan siswa yang dianggap tidak mau belajar dengan sungguh-sungguh, tanpa mau tahu sudah sejauh mana guru mengusahakan pembelajaran bagi siswa. Untuk mengetahui hasil belajar siswa tidak seperti yang diharapkan, tentu guru perlu merefleksi diri untuk dapat mengetahui faktor-faktor penyebab ketidakberhasilan siswa tersebut. Kondisi yang kurang diminati siswa banyak berakibat pada kurang optimalnya hasil belajar siswa. Peranan guru tidak semata-mata hanya memberikan ceramah yang sifatnya teksbook kepada siswa, melainkan guru harus mampu merangsang/memotivasi siswa agar mampu membangun pengeta-huan dalam pikirannya. Cara yang dapat dilakukan oleh guru adalah dengan mem-bangun komunikasi dan interaksi belajar yang bermakna melalui pemberian informasi yang sangat bermakna dan relevan dengan kebutuhan siswa. Upaya guru tersebut dilakukan dengan cara memberi kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif dalam kegiatan pembelajar-an, sehingga siswa mampu menggali dan memperoleh pengetahuan dari hasil aktivitas yang dilakukan oleh siswa sendiri. Guru berperan sebagai pengelola proses pembelajaran, bertindak sebagai fasilitor yang berusaha mencipatakan kondisi pembelajaran yang efektif, sehingga me-mungkinkan proses mengembangkan ba-han pelajaran dengan baik, dan mening-katkan kemampuan siswa untuk menguasai tujuan-tujuan pembelajaran yang harus mereka capai.
Motivasi belajar tidak akan terba-ngun apabila kondisi pembelajaran kurang disenangi siswa. Salah strategi pembela-jaran yang diperkirakan dapat memotivasi belajar siswa diantaranya melalui kegiatan pembelajaran secara interaktif. Pembelajar-an interaktif lebih menekankan interaksi antar siswa, dalam mempelajari materi pelajaran. Model pembelajaran interaktif sering dikenal dengan nama pendekatan pertanyaan anak, dimana siswa didesain membuat pertanyaan, dan harus tahu jawaban dari pertanyaan yang dibuat. Kea-daan yang demikian akan lebih memotivasi siswa untuk mempelajari materi yang dipe-lajari. Dengan cara ini, motivasi belajar siswa akan terbangun melalui komunikasi aktif dengan sesama temannya. Berdasar-kan hal tersebut diatas, penerapan model pembelajaran interaktif menjadi alternatif untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPA. Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat meningkatkan kemampuan profesional guru dalam merancang model pembelajar-an dan dapat menerapkan kegiatan pem-belajaran yang lebih bervariatif. Disamping itu juga dapat meningkatkan kemampuan guru dalam merefleksi diri terhadap kinerja yang telah dilakukannya, sehingga dapat melakukan perubahan dan perbaikan kualitas pembelajaran dan mengelola proses pembelajaran yang lebih terpusat pada siswa.
Dalam menyikapi hal tersebut, peneliti akan mencoba melakukan kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran interaktif bekerja kelompok. Model ini dirancang agar siswa akan bertanya dan kemudian menemukan jawaban pertanyaan mereka sendiri. Meskipun siswa mengajukan pertanyaan dalam kegiatan bebas, pertanyaan-pertanyaan tersebut akan terlalu melebar dan seringkali kabur sehingga kurang terfokus. Guru perlu mengambil langkah khusus untuk mengumpulkan, memilah, dan mengubah pertanyaan-pertanyaan tersebut ke dalam kegiatan khusus. Pembelajaran interaktif merinci langkah-langkah ini dan menampilkan suatu struk-tur untuk suatu pelajaran IPA yang meli-batkan pengumpulan dan pertimbangan terhadap pertanyaan-pertanyaan siswa se-bagai pusatnya. Agar kegiatan pembelajar-an interaktif tersebut mampu mencakup semua siswa maka lebih efektif dilakukan secara kelompok. Siswa melakukan kegiat-an didalam kelompoknya, baik terhadap penyampaian pertanyaan ataupun menja-wabnya. Salah satu kebaikan dari model pembelajaran interaktif adalah bahwa siswa belajar mengajukan pertanyaan, mencoba merumuskan pertanyaan, dan mencoba menemukan jawaban terhadap pertanyaannya sendiri dengan melakukan kegiatan observasi (penyelidikan). Dengan cara seperti itu siswa menjadi kritis dan aktif belajar, sehingga memungkinkan mampu meningkatkan hasil belajarnya.
Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat meningkatkan kemampuan profesional guru dalam merancang model pembelajaran dan dapat menerapkannya menjadi lebih bervariatif. Disamping itu juga dapat meningkatkan kemampuan guru dalam merefleksi diri terhadap kinerja yang telah dilakukannya, sehingga dapat melakukan perubahan dan perbaikan kualitas pembelajaran dan mengelola proses pembelajaran yang lebih terpusat pada siswa. Melalui model pembelajaran interaktif bekerja kelompok, diduga mampu meningkatkan motivasi belajar siswa yang pada akhirnya mampu meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA, khususnya tentang tumbuhan.
TINJAUAN PUSTAKA
Model Pembelajaran Interaktif
Istilah model diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatn. Sunarwan sebagaimana dikutip oleh Sobry Sutikno (2004:15), mengartikan model merupakan gambaran tentang keadaan nyata. Model pembelajaran atau model mengajar sebagai suatu rencana atau pola yang digunakan dalam mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk kepada mengajar di kelas dalam setting pengajaran. Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar.
Model pembelajaran interaktif sering dikenal dengan nama pendekatan pertanyaan anak. Model ini dirancang agar siswa akan bertanya dan kemudian menemukan jawaban pertanyaan mereka sendiri. Meskipun anak-anak mengajukan pertanyaan dalam kegiatan bebas, perta-nyaan-pertanyaan tersebut akan terlalu melebar dan seringkali kabur sehingga ku-rang terfokus. Guru perlu mengambil langkah khusus untuk mengumpulkan, memilah, dan mengubah pertanyaan-pertanyaan tersebut ke dalam kegiatan khusus. Pembelajaran interaktif merinci langkah-langkah ini dan menampilkan sua-tu struktur untuk suatu pelajaran IPA yang melibatkan pengumpulan dan pertimbang-an terhadap pertanyaan-pertanyaan siswa sebagai pusatnya.
Salah satu kebaikan dari model pembelajaran interaktif adalah bahwa siswa belajar mengajukan pertanyaan, mencoba merumuskan pertanyaan, dan mencoba menemukan jawaban terhadap pertanyaannya sendiri dengan melakukan kegiatan observasi (penyelidikan). Dengan cara seperti itu siswa atau anak menjadi kritis dan aktif belajar.
Bekerja Kelompok
Bekerja kelompok merupakan suatu strategi pembelajaran untuk menca-pai tujuan IPA yang berupaya untuk me-ningkatkan kemampuan siswa dalam be-kerja sama, berpikir kritis, dan pada saat yang sama meningkatkan hasil belajarnya. Disamping itu bekekerja kelompok dapat membantu siswa memahami konsep-kon-sep yang sulit yang pada saat yang bersa-maan sangat berguna untuk menumbuh-kan kemauan kerja sama dan kemauan membantu teman. Dengan kerja kelompok memungkinkan siswa lebih terlibat secara aktif dalam belajar karena ia mempunyai tanggung jawab belajar yang lebih besar dan memungkinkan berkembangnya daya kreatif dan sifat kepemimpinan pada siswa. Sedangkan peran guru lebih ditekankan sebagai organisator kegiatan belajar-mengajar, sumber informasi bagi siswa, pendorong bagi siswa untuk belajar, serta penyedia materi dan kesempatan belajar bagi siswa. Guru harus dapat mendiagnosa kesulitan siswa dalam belajar dan dapat memberikan bantuan kepadanya sesuai dengan kebutuhannya.
Motivasi Belajar
Sardiman (2001:21), menjelaskan bahwa kekuatan yang menjadi pendorong kegiatan individu sering disebut dengan motivasi. Motivasi berasal dari kata “motif”. Motif dapat diartikan sebagai daya penggerak melakukan aktivitas tertentu untuk mencapai tujuan.
Sedangkan menurut Sumadi Surya-brata sebagaimana dikutip oleh Djaali (2008:101), menjelaskan bahwa motivasi adalah “keadaan yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan”.
Dengan demikian dapat disimpul-kan bahwa motivasi belajar adalah dorong-an yang timbul pada diri seseorang yang menyebabkan ia melakukan belajar untuk memenuhi kebutuhannya atau untuk men-capai suatu tujuan.
Secara umum motivasi dapat dibe-dakan menjadi dua macam, yaitu motivasi intrinsik (dari dalam individu) dan motivasi ekstrinsik (dari luar individu). Sardiman (2001:87), menjelaskan bahwa motivasi intrinsik adalah dorongan dari dalam indivi-du untuk melakukan sesuatu. Motivasi in-trinsik muncul dari kesadaran diri se-seorang, tanpa adanya pengaruh dari luar. Dalam kaitannya dengan hal ini, Reza M. Syarief (2005:225), menjelaskan bahwa motivasi yang terbaik dimulai dari diri individu atau dengan kata lain starting from your self. Sedangkan motivasi ekstrin-sik adalah motif yang aktif karena rang-sangan dari luar (Sardiman, 2001:87). Hal ini dapat terhadap seseorang yang melaku-kan perbuatan untuk mendapatkan sesua-tu, misalnya penghargaan, pujian, nilai, dan lain-lain.
Mulyasa (2006:227-233), menge-mukakan bahwa tinggi rendahnya motivasi dapat dilihat dari: (a) tanggung jawab terhadap tugas, (b) minat terhadap tugas, (c) penghargaan terhadap tugas, (d) peluang untuk berkembang, (e:) hubungan interpersonal sesama guru dan (f) bekerja untuk mernenutri kebutuhan.
Pendapat lain mengatakan bahwa: “seseorang yang memiliki motivavi kerja dapat diamati melalui: (1) Kinerjanya tergantung pada usaha dan kemampuan yang dimilikinya dibandingkan dengan kinerja melalui kelompok, (2) memiliki kemampuan dalam menyelesaikan tugas-tugas yang sulit, dan (3) seringkali terdapat umpan balik yang konkrit tentang bagaimana seharusnya ia melaksanakan tugas secara optimal, efektif dan efisien”. (Hamzah B. Uno, 2007:69).
Hasil Belajar
Menurut Slameto (2003:54) me–nyebutkan hasil belajar adalah hasil eva–luasi belajar yang diperoleh atau dicapai oleh siswa, setelah mengikuti proses belajar mengajar dalam waktu tertentu. Bentuk kongkrit dari hasil belajar yang dicapai adalah dalam skor atau nilai yang meliputi nilai sub sumatif dan-pengamatan, tugas dan PR, Fortofolio,Sumatif serta nilai rapor.
Berdasar dari pendapat diatas dapat dikatakan bahwa prestasi tersebut akan didapat setelah seseorang melakukan suatu kegiatan, baik secara individu ataupu bersama-sama dengan orang lain. Misalnya: hasil yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti tes. Nilai yang didapat siswa tersebut dapat dianggap sebagai suatu prestasi, karena akan mengukur sampai sejauh mana mendalami materi pelajaran yang hasilnya diwujudkan dengan angka ataupun huruf.
Wingo (dalam Hakiim, 2008:73) menjelaskan bahwa dalam suatu proses belajar banyak segi yang sepatutnya dicapai sebagai hasil belajar, yaitu meliputi pengetahuan dan pemahaman tentang konsep, kemampuan menerapkan konsep, kemampuan menjabarkan dan menarik kesimpulan serta menilai kemanfaatan konsep, menyenangi dan memberi respons yang positif terhadap sesuatu pelajaran dan diperoleh kecakapan melakukan sesuatu kegiatan tertentu.
Berdasarkan pendapat diatas maka dapat dikatakan bahwa hasil belajar merupakan sesuatu yang diperoleh setelah melakukan kegiatan belajar. Hasil yang dicapai tersebut dapat berupa tingkah laku yang terjadi sebagai suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian.
Konsep IPA
Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar adalah program untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan kete-rampilan, sikap dan nilai ilmiah pada siswa serta rasa mencintai dan menghargai kebesaran Tuhan Yang Maha Esa. Tujuan IPA, secara umum membantu agar siswa memahami konsep-konsep IPA dan keter-kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Memiliki keterampilan untuk mengembang-kan pengetahuan tentang alam sekitar maupun menerapkan berbagai konsep IPA untuk menjelaskan gejala-gejala alam yang harus dibuktikan kebenarannya di laboratorium, dengan demikian IPA tidak saja sebagai produk tetapi juga sebagai proses.
IPA merupakan konsep pembela–jaran alam dan mempunyai hubungan yang sangat luas terkait dengan kehidupan manusia. Pembelajaran IPA sangat berpe–ran dalam proses pendidikan dan juga perkembangan teknologi, karena IPA memiliki upaya untuk membangkitkan minat manusia serta kemampuan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pemahaman tentang alam semesta yang mempunyai banyak fakta yang belum terungkap dan masih bersifat rahasia sehingga hasil penemuannya dapat dikembangkan menjadi ilmu pengetahuan alam yang baru dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
IPA sendiri berasal dari kata sains yang berarti alam. Sains menurut Suyoso (1998:23), merupakan “pengetahuan hasil kegiatan manusia yang bersifat aktif dan dinamis tiada henti-hentinya serta diperoleh melalui metode tertentu yaitu teratur, sistematis, berobjek, bermetode dan berlaku secara universal”.
Sedangkan menurut Abdullah Aly & Eny Rahma (1998:18), IPA merupakan “pengetahuan teoritis yang diperoleh atau disusun dengan cara yang khas atau khusus, yaitu dengan melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, eksperimentasi, observasi dan demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain”.
Untuk itu ada tiga hal yang berkaitan dengan sasaran IPA di Sekolah Dasar adalah sebagai berikut: (1) IPA tidak semata berorientasi kepada hasil tetapi juga proses, (2) Sasaran pembelajaran IPA harus utuh menyeluruh, dan (3) pembelajaran IPA akan lebih berarti apabila dilakukan secara berkesinambungan dan melibatkan siswa secara aktif.
Kerangka Perpikir
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir seperti uraian diatas maka hipotesis tindakan yang diajukan adalah: penerapan model pembelajaran interaktif bekerja kelompok dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPA tentang tumbuhan bagi siswa kelas IV SD Negeri Jiworejo semester II tahun pelajaran 2012/2013.
METODOLOGI PENELITIAN
Seting Penelitian
Pelaksanaan penelitian dilakukan selama 4 (lima) bulan yaitu pada bulan Januari sampai dengan April 2013. Agar pelaksanaan penelitian dapat berjalan dengan efektif dan efisien, maka penelitian dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan pembelajaran di kelas.
Penelitian dilaksanakan pada siswa kelas IV SD Negeri Jiworejo Kecamatan Jiken Kabupaten Blora, pada semester II tahun pelajaran 2012/2013, pada mata pelajaran IPA.
Subyek Penelitian
Subyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas IV SD Jiworejo Kecamatan Jiken Kabupaten Blora tahun pelajaran 2012/2013, sebanyak 18 siswa, yang terdiri dari 12 siswa putra dan 6 siswa putri.
Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini diupayakan berasal dari sumber data primer, yaitu sumber data yang diambil langsung dari subyek penelitian. Adapun sumber data yang digunakan meliputi hasil ulangan harian siswa, hasil dokumentasi, hasil observa-si/pengamatan dan hasil angket.
Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan mela-lui teknik tes dan non tes. Teknik tes dilaksanakan melalui tes tertulis, sedang-kan teknik non tes dilaksanakan melalui observasi/pengamatan, dokumentasi dan angket.
Validasi Data
Untuk memperoleh data yang valid dan dapat dipertanggung jawabkan, pe-nulis menggunakan teknik validasi: 1) Validasi Hasil Belajar. Validasi hasil belajar dikenakan pada instrumen peneliti-an yang berupa tes. Validasi ini meliputi validasi teoritis dan validasi empiris. Validasi teoritis artinya mengadakan analisis instrumen yang terdiri atas face validity (tampilan tes), content validity (validitas isi) dan construct validity (validitas kostruksi). Validitas empiris artinya analisis terhadap butir-butir tes, yang dimulai dari pembuatan silabus, penulisan butir-butis soal, kunci jawaban dan kriteria pemberian skor. 2) Validasi Proses Pembelajaran. Validasi proses pembelajaran dilakukan dengan teknik triangulasi yang meliputi triangulasi sumber dan triangulasi metode. Triangulasi sumber dilakukan dengan observasi terhadap subyek penelitian yaitu siswa kelas IV SD Negeri Jiworejo pada pembelajaran IPA. Triangulasi metode dilakukan dengan penggunaan metode dokumentasi, metode observasi, dan metode angket.
Analisis Data
Analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah dengan meng-gunakan analisis diskriptif sebagai berikut: 1) Analisis diskriptif komperatif yaitu membandingkan nilai tes awal, hasil tes siklus I, dan hasil tes siklue II, dengan mengkaji dengan indikator kinerja. Dan dilanjutkan refleksi untuk mengkaji dan menilai hasil tindakan masing-masing siklus untuk dijadikan masukan terhadap pelaksanaan pembelajaran. 2) Analisis diskriptif prosentase, yang dilakukan dengan cara membandingkan prosentase hasil penelitian antar siklus.
Indikator Kinerja
Indikator yang penulis gunakan terhadap pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Indikator Input: nilai siswa dari hasil pembelajaran sebelum pelaksanaan tindakan kelas; 2. Indikator Proses: pelaksanaan pembelajaran tindakan kelas melalui siklus1 dan siklus 2; dan 3. Indikator Output: hasil tes setelah pelaksanaan pembelajaran tindakan kelas.
Melalui model pembelajaran interaktif bekerja kelompok diharapkan terjadi peningkatan kinerja dengan indikator: 1) Hasil belajar siswa meningkat, sehingga nilai rata-rata kelas menjadi ≥ 70; 2) Motivasi belajar siswa meningkat, menjadi ≥75% siswa mempunyai motivasi belajar sangat baik; 3) Munculnya perilaku baru siswa yang mendukung pengembangan kecakapan hidup siswa yang berguna dalam kehidupan sehari-hari.
Prosedur Penelitian
Siklus I
Perencanaan
Pada tahap perencanaan disiapkan rencana perbaikan pembelajaran dalam mata pelajaran IPA tentang tumbuhan menggunakan model pembelajaran interak-tif bekerja kelompok. Kemudian memper-siapkan buku perekam data, yang dalam hal ini adalah menggunakan lembar observasi, angket, dan buku daftar nilai. Serta mempersiapkan perangkat tes hasil belajar.
Tindakan
Melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Pertemuan ke-1:1) Guru mem-beri penjelasan tentang batang tumbuhan; 2) Tanya jawab tentang materi pelajaran; 3) Pembentukan kelompok, masing-masing beranggotakan 6 siswa; 4) Masing-masing kelompok dibagikan contoh tanaman. Masing-masing siswa dalam kelompok diberi tugas untuk mengidentifikasi batang tanaman sambil mencari informasi penjelasan dari buku pelajaran. Masing-masing siswa dalam kelompok disuruh membuat soal yang berhubungan batang tanaman yang telah diidentifikasi, tetapi mereka harus tahu jawabannya. Setelah selesai masing-masing siswa secara bergantian membacakan soal yang dibuat, untuk dijawab temannya dalam satu kelompok; 5) Guru memfasilitasi tanya jawab secara klasikal; 6) Guru mengomentari pelaksanaan pembelajaran siswa; 7) Tanya jawab materi yang belum jelas; 8) Guru membimbing siswa membuat rangkuman/simpulan, 9) Pemberian tugas kelompok untuk mengelompokkan tumbuhan yang berbatang keras dan berbatang lunak..
Pertemuan ke-2: 1) Pengum-pulan pelaksanaan tugas pertemuan ke-1; 2) Guru mengambil secara acak hasil tugas siswa untuk dibacakan; 3) Guru mengo-mentari hasil kerja siswa; 4) Guru menje-laskan struktur bagian-bagian batang menggunakan alat peraga; 5) Siswa mencari informasi dari buku pelajaran terhadap struktur batang tumbuhan; 6) Masing-masing siswa dalam kelompok disuruh membuat soal yang berhubungan dengan struktur batang tanaman, tetapi mereka harus tahu jawabannya. Setelah selesai masing-masing siswa secara bergantian membacakan soal yang dibuat, untuk dijawab temannya dalam satu kelompok; 7) Tanya jawab tentang bagian-bagian batang tumbuhan; 8) Guru mem-bimbing siswa membuat rangkuman/sim-pulan; 9) Tanya jawab materi yang belum jelas; 10) Guru membimbing siswa membuat rangkuman/simpulan; 11) Guru memberi tugas rumah secara kelompok menggunakan lembar kerja, untuk menjelaskan fungsi batang tanaman.
Pertemuan ke-3: 1) Guru mengulas kembali materi yang telah dipela-jari siswa; 2) Siswa mempresentasikan hasil pelaksanaan tugas; 3) Tanya jawab materi pelajaran; 4) Guru menggarisbawahi materi yang telah dipelajari siswa; 5) Pelaksanaan tes formatif; 6) Refleksi.
Pengamatan
Pada tahap ini semua aktivitas siswa dan guru diamati. Pengamatan dilakukan oleh teman sejawat selama dalam proses pembelajaran. Pengamatan dilakukan untuk mengetahui aktivitas guru dalam mengajar dan aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran dan saat melaksanakan tugas. Observasi dilakukan dengan mencatat kejadian-kejadian pada lembar observasi.
Refleksi
Pada tahap ini tindakan yang telah dilakukan dalam pelaksanaan pembelajaran dikaji dan dievaluasi mulai dari perencanaan pelaksanaan tindakan, hasil pengamatan dan hasil belajar siswa. Hasil dari kajian dan evaluasi tindakan yang telah dilakukan akan dijadikan input untuk memperbaiki proses pembelajaran selanjut-nya, sehingga dalam siklus berikutnya pelaksanaan pembelajaran akan lebih sempurna. Pada tahap ini siswa diminta pendapatnya terhadap pelaksanaan pem-belajaran yang telah dilakukan melalui angket.
Siklus II
Perencanaan
Pada tahap perencanaan disiapkan rencana perbaikan pembelajaran dalam mata pelajaran IPA tentang tumbuhan, menggunakan model pembelajaran interak-tif bekerja berkelompok dengan mengin-tensifkan kegiatan melalui observasi lang-sung. Pelaksanaan pembelajaran menggu-nakan materi pelajaran daun tumbuhan, yang dilaksanakan selama 3 kali pertemu-an, masing-masing pertemuan 2 jam pelajaran.
Kemudian mempersiapkan buku perekam data, yang dalam hal ini adalah menggunakan lembar observasi, angket, dan buku daftar nilai. Serta mempersiap-kan perangkat tes hasil belajar.
Tindakan
Langkah-langkah yang ditempuh pada siklus II adalah sebagai berikut:
Pertemuan ke-1: 1) Guru menje-laskan tentang bagian daun tumbuhan menggunakan alat peraga benda asli; 2) Tanya jawab; 3) Pembentukan kelompok kerja yang masing-masing terdiri dari 3 siswa; 4) Masing-masing kelompok melaku-kan pengamatan terhadap jenis daun tumbuhan yang ada disekitar sekolah. Ke-mudian mencoba membuat pertanyaan dan jawaban terhadap apa yang diamati sesuai dengan teori yang pernah diterima. Dalam membuat pertanyaan sifatnya individual; 5) Kegiatan pembelajaran dilanjutkan ke dalam kelas; 6) Masing-masing siswa dalam kelompok membacakan pertanyaan yang telah dibuat untuk dijawab oleh anggota kelompoknya. Jawaban yang didapat disesuaikan dengan jawaban yang telah dibuat. Hal ini dilakukan secara bergantian. Apabila terjadi perbedaan jawaban kemudian dibahas bersama-sama dengan dibimbing guru; 7) Guru mengo-mentari pelaksanaan pembelajaran siswa; 8) Tanya jawab materi yang belum jelas; 9) Guru membimbing siswa membuat rangkuman/simpulan; 10) Pemberian tugas kelompok untuk mengamatati beberapa tumbuhan yang ada di lingkungan. Siswa mendeskripsikan perbedaan daun pada tumbuhan yang diamati.
Pertemuan ke-2: 1) Guru me-ngecek hasil kerja siswa; 2) Guru mengo-mentari hasil kerja siswa; 3) Guru men-jelaskan struktur daun; 4) Masing-masing kelompok melakukan pengamatan terha-dap struktur daun tumbuhan yang ada disekitar sekolah. Kemudian mencoba membuat pertanyaan dan jawaban terha-dap apa yang diamati sesuai dengan teori yang pernah diterima. Dalam membuat pertanyaan sifatnya individual; 5) Kegiatan pembelajaran dilanjutkan ke dalam kelas; 6) Masing-masing siswa dalam kelompok membacakan pertanyaan yang telah dibuat untuk dijawab oleh anggota kelompoknya. Jawaban yang didapat disesuaikan dengan jawaban yang telah dibuat. Hal ini dilakukan secara bergantian. Apabila terjadi perbedaan jawaban kemudian dibahas bersama-sama dengan dibimbing guru; 7) Guru membimbing siswa membuat rang-kuman/simpulan; 8) Tanya jawab materi yang belum jelas; 9) Guru menggaris bawahi dan membimbing membuat kesim-pulan; 10) Pemberian tugas secara kelompok melalui lembar kerja untuk mengidentifikasi jenis dan bagian-bagian daun.
Pertemuan ke-3: 1) Guru melakukan pengecekan terhadap tugas siswa secara kelompok; 2) Masing-masing kelompok secara bergantian melakukan presentasi terhadap pelaksanaan tugas; 3) Guru menggarisbawahi materi yang telah dipelajari siswa; 4) Pelaksanaan tes formatif; 5) Refleksi.
Pengamatan
Pada tahap ini semua aktivitas siswa dan guru diamati. Pengamatan dila-kukan oleh teman sejawat selama dalam proses pembelajaran. Pengamatan dilaku-kan untuk mengetahui aktivitas guru dalam mengajar dan aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran dan saat melaksanakan tugas. Observasi dilakukan dengan mencatat kejadian-kejadian pada lembar observasi. Segala perubahan-per-ubahan perilaku siswa dicatat, dicermati, dianalisis untuk dijadikan masukan dalam proses belajar mengajar selanjutnya. Hasil pengamatan ini juga akan dijadikan sebagai bahan kajian efektif tidaknya pelaksanaan pembelajaran ini.
Refleksi
Pada tahap ini dilakukan pengka-jian dan penilaian hasil dari tindakan yang telah dilakukan dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran interaktif bekerja kelompok. Apakah kele-bihan dan kekurangan model pembelajaran ini. Apakah model pembelajaran dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa. Masing-masing siswa diminta untuk memberikan tanggapan terhadap pelaksa-naan pembelajaran melalui angket sebagai-mana yang dilakukan pada siklus I. Berda-sarkan hasil refleksi tersebut akhirnya dapat dijadikan masukan bagi guru pada umumnya, dalam menggunakan model pembelajaran ini, sehingga dalam melaksanakan tugasnya dapat menciptakan iklim pembelajaran yang lebih efektif, kreatif dan menyenangkan yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Kondisi Pra Siklus
Hasil pengamatan pada kondisi pembelajaran pra siklus didapat data bahwa dari keseluruhan siswa yang sangat termotivasi terdapat 8,3%, siswa yang termotivasi sebanyak 33,3%, siswa yang kurang termotivasi sebanyak 27,8%, dan siswa yang tidak termotivasi sebanyak 30,6%. Hal ini menunjukkan bahwa motivasi belajar yang dituntunjukkan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran tidak optimal.
Hasil penilaian terhadap ulangan harian pada kegiatan pra siklus, hanya mampu mencapai nilai rata-rata 59,63, dengan nilai terendah 40,0 dan nilai tertinggi 80,0. Rata-rata hasil tes tersebut termasuk masih rendah karena masih dibawah batas ketuntasan minimal 70, dan hanya 4 siswa saja yang mampu mencapai ketuntasan (22,22%).
Hasil Tes Pra Siklus
No. |
Perolehan Nilai |
Arti Lambang |
Jumlah Siswa |
Prosentase |
1 |
≤54 |
Sangat Kurang |
9 |
50,0% |
2 |
55-64 |
Kurang |
0 |
0,0% |
3 |
65-74 |
Cukup |
8 |
44,4% |
4 |
75-84 |
Baik |
1 |
5,6% |
5 |
85-100 |
Sangat Baik |
0 |
0,0% |
Jumlah |
18 |
100% |
Ketuntasan Belajar Kondisi Pra Siklus
No. |
Ketuntasan Belajar |
Jumlah Siswa |
Prosentase |
1 |
Tuntas |
4 |
22,22% |
2 |
Belum Tuntas |
14 |
77,78% |
|
Jumlah |
18 |
100% |
Deskripsi Hasil Siklus I
Dari hasil pengamatan pada kondisi siklus I didapat data bahwa dari keseluruhan siswa yang sangat termotivasi terdapat 50,0%, siswa yang termotivasi sebanyak 41,7%, siswa yang kurang termotivasi sebanyak 5,6%, dan siswa yang tidak termotivasi sebanyak 2,8%. Hal ini menunjukkan bahwa motivasi belajar yang dituntunjukkan siswa dalam meng-ikuti kegiatan pembelajaran mengalami kemajuan bila dibandingkan dengan kondisi pra siklus.
Dari hasil penilaian terhadap pelaksanaan ulangan harian pada siklus I, nilai terendah 53,3 dan tertinggi 93,3. Nilai rata-rata yang dicapai siswa mencapai 73,70. Rata-rata hasil tes tersebut sudah mampu melampaui nilai KKM 70. Namun secara individu masih terdapat beberapa siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar, 7 (39,89%).
Hasil Tes Siklus I
No. |
Perolehan Nilai |
Arti Lambang |
Jumlah Siswa |
Prosentase |
1 |
≤54 |
Sangat Kurang |
1 |
5,6% |
2 |
55-64 |
Kurang |
0 |
0,0% |
3 |
65-74 |
Cukup |
11 |
61,1% |
4 |
75-84 |
Baik |
4 |
22,2% |
5 |
85-100 |
Sangat Baik |
2 |
11,1% |
Jumlah |
18 |
100% |
Ketuntasan Belajar Kondisi Siklus I
No. |
Ketuntasan Belajar |
Jumlah Siswa |
Prosentase |
1 |
Tuntas |
11 |
61,11% |
2 |
Belum Tuntas |
7 |
38,89% |
|
Jumlah |
18 |
100% |
Adapun dari hasil angket yang disebarkan kepada siswa didapat data bahwa rata-rata siswa yang sangat setuju sebanyak 30,0%, yang setuju sebanyak 45,6%, yang kurang setuju sebanyak 21,1 %, dan yang tidak setuju sebanyak 1,1%. Hal ini menunjukkan sudah adanya respon yang baik dari siswa terhadap pembelajaran yang di terapkan oleh guru. Melihat dari tanggapan siswa melalui angket tersebut, maka dapat dikatakan bahwa pelaksanaan pembelajaran belum sepenuhnya mampu memotivasi keseluruh-an siswa. Maka akan diusahakan pem-benahan pada pelaksanaan siklus selanjutnya agar respon siswa menjadi lebih baik lagi
Deskripsi Hasil Siklus II
Dari hasil pengamatan pada kondisi siklus II menunjukkan terjadi peningkatan yang lebih baik apabila dibanding dengan kondisi awal ataupun kondisi pada siklus I. Dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, siswa yang sangat termotivasi mencapai 77,8%, siswa yang termotivasi terdapat 16,7%, siswa yang kurang termotivasi terdapat 5,6%, dan tidak ditemukan siswa yang tidak termotivasi.
Dari hasil penilaian terhadap pelaksanaan ulangan harian pada siklus II mencapai nilai rata-rata 79,62, dengan nilai terendah 66,7 dan nilai tertinggi 100. Namun secara individu masih terdapat 1 (5,56%) siswa yang belum mencapai nilai ketuntasan belajar.
Hasil Tes Siklus II
No. |
Perolehan Nilai |
Arti Lambang |
Jumlah Siswa |
Prosentase |
1 |
≤54 |
Sangat Kurang |
0 |
0,0% |
2 |
55-64 |
Kurang |
0 |
0,0% |
3 |
65-74 |
Cukup |
6 |
31,6% |
4 |
75-84 |
Baik |
5 |
26,3% |
5 |
85-100 |
Sangat Baik |
7 |
36,8% |
Jumlah |
18 |
100% |
Ketuntasan Belajar Kondisi Siklus II
No. |
Ketuntasan Belajar |
Jumlah Siswa |
Prosentase |
1 |
Tuntas |
17 |
94,44% |
2 |
Belum Tuntas |
1 |
5,56% |
|
Jumlah |
18 |
100% |
Adapun dari hasil angket yang disebarkan kepada siswa didapat data bahwa rata-rata siswa yang sangat setuju terhadap pembelajaran sebanyak 81,1%, siswa yang setuju terhadap pelaksanaan pembelajaran sebanyak 13,3%, siswa yang kurang setuju terhadap pelaksanaan pembelajaran sebanyak 5,6%, dan siswa yang tidak setuju terhadap pelaksanaan pembelajaran sebanyak 0,0%. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan pembelajar-an dapat direspon oleh siswa dengan baik.
Peningkatan Motivasi dan Hasil Bela-jar Siswa
Peningkatan Motivasi Belajar Siswa
No. |
Kegiatan |
Motivasi Belajar |
|||
Sangat Termotivasi |
Termotivasi |
Kurang Termotivasi |
Tidak Termotivasi |
||
1 |
Pra Siklus |
8,3% |
33,3% |
27,8% |
30,6% |
2 |
Siklus I |
50,0% |
41,7% |
5,6% |
2,8% |
3 |
Siklus II |
77,8% |
16,7% |
5,6% |
0,0% |
Peningkatan Hasil Belajar Siswa
No. |
Hasil Belajar |
Tingkat Ketuntasan |
Nilai Rata-Rata |
1 |
Pra Siklus |
22,22% |
59,63 |
2 |
Siklus I |
61,11% |
73,70 |
3 |
Siklus II |
94,44% |
81,85 |
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasan hasil penelitian maka dapat disimpulkan: 1. Penerapan model pem-belajaran interaktif bekerja kelompok dapat meningkatkan motivasi belajar siswa; 2. Penerapan model pembelajaran interaktif bekerja kelompok dapat meningkatkan ha-sil belajar siswa; 3. Melalui penerapan model pembelajaran interaktif bekerja kelompok dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPA tentang tumbuhan bagi siswa kelas IV SD Negeri Jiworejo semester I tahun pelajaran 2010/2011. Pada kondisi awal dengan menggunakan teknik konvensional dengan metode ceramah, siswa yang sangat termotivasi dalam pembelajaran hanya mencapai 8,3%, dan nilai hasil belajar siswa men-capai rata-rata 59,63, dengan tingkat ketuntasan mencapai 22,22%. Setelah dilakukan tindakan menggunakan model pembelajaran interaktif bekerja kelompok, pada siklus I siswa yang sangat termotivasi dalam pembelajaran mencapai 50,0%, dan nilai hasil belajar siswa meningkat menjadi rata-rata 73,70, dengan tingkat ketuntasan mencapai 61,11%. Dan pada siklus II siswa yang sangat termotivasi dalam pembelajaran meningkat menjadi 77,8%, dan nilai hasil belajar siswa mencapai rata-rata 81,85, dengan tingkat ketuntasan mencapai 94,44%.
Saran-saran
Guru hendaknya mampu mencoba menggunakan berbagai model/teknik da-lam mengajar untuk mengoptimalkan hasil belajar siswa, sehingga mampu menciptakan pembelajaran yang mem-bangkitkan memotivasi belajar siswa agar pembelajaran dapat berjalan secara efektif. Guru harus berusaha secara aktif dan kreatif untuk memberi pengalaman belajar bermakna bagi siswa, sehingga hasil pem-belajaran tidak mudah terlupakan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Aly & Eny Rahma. 1998. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.
Djaali. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Hakiim, Lukmanul. 2008. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima.
Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sardiman. 2001 Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Sutikno, Sobry. 2004. Model Pembelajaran Interaksi Sosial, Pembelajaran Efektif dan Retorika. Mataram: NTP Press.
Syarief, Reza M. 2005. Life Exellent: Menuju Hidup Lebih Baik. Jakarta: Prestasi.
Uno, Hamzah B. 2007. Teori Motivasi dan Pengukurannya: Analisis di Bidang Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.