PENDIDIKAN KARAKTER DAN LIFE SKILL

PADA YAYASAN PONDOK PENUAI INDONESIA

 

Sakhiami Bawamenewi

Tri Widiarto

Emy Wuryani

Program Studi Pendidikan Sejarah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Kristen Satya Wacana

 

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna Pendidikan Karakter dan life Skill di Yayasan Pondok Penuai Indonesia dan menjelaskan tentang pertimbangan-pertimbangan apa saja yang penghambatnya menjalankan karakter dan Life Skill. Metode penelitian dengan teknik wawancara, observasi, dokumentasi dan studi pustaka. Hasil penelitian didapatkan bahwa pendidikan karakter yang diterapkan bagi siswa adalah: Tanggung jawab, kejujuran, saling menolong, perhatian. Life skill yang diajarkan meliputi kewirausahaan, peternakan, belajar bahasa inggris, pembuatan batako.

Kata kunci: Pendidikan karakter, Life Skill.

PENDAHULUAN

Manusia tidak bisa lepas dari pendidikan karena pendidikan merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam suatu pembangunan di suatu negara. Kemajuan suatu negara sangat tergantung pada sumber daya manusia yang ada di dalamnya. Salah satu cara memajukan kualitas sumber daya manusia adalah melalui pendidikan. Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam Pasal 1 disebutkan bahwa pendidikan merupakan suatu usaha yang harus diwujudkan untuk suasana belajar dan proses pembelajaran supaya peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya dan memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengenalan diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3, dikatakan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warganegara yang demokratis serta bertanggungjawab. Tujuan ini diharapkan dapat terwujud melalui kegiatan belajar mengajar di sekolah.

Lembaga pendidikan Kristen mempunyai andil yang sangat besar untuk mengiringi prosesnya dalam menjalankan hidup karena dalam orientasinya pendidikan Kristen harus mampu menyiapkan sumber daya manusia yang tidak hanya sekedar sebagai penerima arus informasi global, namun juga harus memberikan bekal kepada mereka agar dapat mengolah, menyesuaikan, dan mengembangkan segala hal yang diterima melalui arus informasi itu, yakni manusia yang kreatif dan produktif. (wikipedia.org. diunduh: 23 Juli 2020) . Oleh karena itu Yayasan Penuai Abadi Indonesia (YAPADI) dengan Akta Notaris No. 2 tanggal 8 Februari 1995 oleh Notaris Anggaraini Widjaja, S.H. dan sekarang diperbarui dengan nama Yayasan Pondok Penuai Indonesia (YPPI) dengan Akta Notaris No. 71 tanggal 19 November 2014 oleh Notaris Burhanudin, S.H. memberikan bekal ilmu agama juga melakukan upaya mendidik karakter dan pengembangan life skill.

Tujuan utama Yayasan Pondok Penuai Indonesia (YPPI) adalah untuk memuridkan generasi muda berdasarkan Firman Tuhan yang bertolak pada Amanat Agung dalam Matius 28: 19 yaitu “Jadikanlah semua bangsa murid-Ku”. Selain itu YPPI bertujuan untuk membentuk karakter anak-anak yang tinggal di asrama YPPI dan menyiapkan mereka sebagai pemimpin-pemimpin yang berkarakter. Pemuridan adalah suatu upaya mendidik sesorang atau sekelompok orang agar memiliki nilai-nilai hidup Kristus. Pemuridan dalam YPPI dilakukan dalam beberapa aktivitas seperti rutinitas doa pagi, melakukan piket harian sebagai ucapan syukur, menulis renungan setiap hari, dan beribadah bersama.

YPPI sadar pentingnya pendidikan dalam memajukan bangsa Indonesia. Sejak berdirinya, YPPI telah menjadi tempat dimana banyak anak muda dari berbagai daerah di Indonesia dari Sumatera sampai Papua dididik dalam karakter maupun life skill. Dalam mencapai tujuannya, selain menjalankan pemuridan, YPPI juga memberikan beasiswa kepada anak-anak didik yang kurang mampu. Tidak hanya berkontribusi dalam hal pendidikan, YPPI juga ikut memberikan sumbangsih kepada masyarakat sekitar dengan memberi bantuan sosial berupa uang tunai, pakaian, dan sembako berisi beras dan kebutuhan pokok lainnya. Berdasarkan latar belakang di atas maka penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan Pendidikan Karakter dan Life skill di Yayasan Pondok Penuia Indonesia.

KAJIAN PUSTAKA

Pengertian Pendidikan Karakter

Menurut Zainuddin (2008: 33) , menjelaskan bahwa pendidikan karakter berasal dari dari dua kata yaitu pendidikan dan karakter pendidikan adalah bimbingan atau pembinaan secara sadar oleh seorang pendidik dengan perkembangan jasmani yang bisa dilihat dari terbentuknya karakter yang berwibawa. Membangun perilaku seseorang bisa terlihat dari perilaku, watak, dan kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi dengan berbagai kebijakan yang meyakini atau yang digunakan sebagai landasan untuk berpendapat bagaimana cara berpikir, bersikap dan bertindak. Pendidikan karakter terdiri atas sejumlah nilai yaitu; moral atau etika yang didasarkan seperti perilaku, kejujuran, berani mengambil tindakan yang adil, dan bisa dipercaya oleh orang lain.

Masnur Muslich, (2018: 36.) menyatakan bahwa pendidikan karakter atau pendidikan budi pekerti melibatkan aspek kognitif, perasaan dan tindakan. Tindakan nyata harus dilaksanakan sebagai kebiasaan yang terus menerus dilakukan secara sistematis dan berkelanjut. Dan melalui pendidikan karakter, anak dapat memiliki kecerdasan emosi sebagai bekal penting dalam berelasi dengan lingkungan sosial untuk menghadapi situasi dan tantangan yang ada di hadapannya serta membentuk pribadi yang percaya diri.

Pendidikan karakter saat ini menjadi keprihatinan banyak orang, bahkan termasuk pemerintah Indonesia, karena permasalahan yang dihadapi oleh pelajar dan masyarakat dalam menyikapi tantangan yang ada di sekitarnya baik menyangkut persoalan lingkungan sosial, budaya, maupun alam sekitarnya. Pada kurikulum di sekolah, terdapat 18 butir nilai-nilai pada pendidikan karakter yakni: religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli social, dan tanggungjawab. Semua nilai-nilai ini telah ditanamkan dan diwariskan dari satu generasi ke generasi. Namun karena derasnya arus perubahan dan perkembangan di era globalisasi mengakibatkan kemerosotan nilai-nilai karakter bangsa Indonesia. Hal ini ditandai dengan menurun nilai-nilai moral kemanusiaan, kesantunan dalam pergaulan, kurang menghargai dan menghormati sesama, kurang bertanggungjawab, tidak peduli dengan lingkungan sekitarnya.

Hans J. Daeng, (2008: 44) menyebutkan nilai-nilai karakter meliputi:

Tanggung jawab

Tanggung jawab adalah kesadaraan seseorang pada sesuatu hal yang dipertanggungjawabkan. Tanggung jawab merupakan suatu kesanggupan atau perilaku yang seharunya dilakukan untuk membuat rencana ke depan, serta bertanggung jawab atas kata-kata, tindakan dan sikap. Tanggung jawab harus disertai dengan cara berpikir sebelum bertindak dengan apa yang diperbuat, serta tekun dalam melakukan yang terbaik. Dalam tanggung jawab juga ada pengendalian diri, displin, dan menetapkan diri yang baik terhadap orang lain.

Kepedulian

Kepedulian adalah suatu sikap yang disertai dengan penuh kasih dan memberi rasa perhatian terhadap orang lain. Orang yang peduli akan memaafkan kesalahan orang lain dan memberi pertolongan kepada orang yang membutuhkannya disertai dengan rasa syukur.

Jujur

Jujur adalah suatu perilaku yang lurus, dapat dipercaya, berani mengatakan apa yang sebenar-benarnya, tidak suka berbohong, dan tidak suka menyembunyikan sesuatu yang bersifat perilaku yang menipu. Orang dengan karakter jujur akan memperoleh kepercayaan karena selalu mengatakan fakta yang benar secara bijaksana.

Perhatian

Perhatian adalah suatu penghargaan kepada seseorang dengan jalan memberi perhatian penuh pada apa yang dikatakan dan dilakukannya.

Life skill berasal dari bahasa Inggris yaitu “life” yang artinya hidup dan “skill” yang artinya kecakapan. Jadi, life skill artinya kecakapan hidup. Menurut Slamet, (2003: 56) yang dimaksud dengan kecakapan hidup adalah kemampuan, kesanggupan, dan ketrampilan yang diperlukan oleh seseorang untuk menjaga kelangsungan hidup dan pengembangan dirinya. Kemampuan tersebut mencakup daya pikir, daya kalbu, dan daya raga. Selain itu, kesanggupan sangat dipengaruhi oleh kepentingan yaitu sesuatu yang dianggap penting oleh siapa dalam bentuk ketrampilan.

Menurut Anwar (2006: 21) , life skill mengacu pada berbagai ragam kemampuan yang diperlukan seseorang untuk memenuhi kehidupan dengan sukses bahagia dan secara bermartabat di masyarakat. Oleh karena itu, pendidikan life skill adalah pendidikan yang dapat memberikan bekal keterampilan yang praktis, terpakai, terkait dengan kebutuhan pasar kerja, peluang usaha, dan potensi ekonomi atau industri yang ada di masyarakat.

 

Prinsip-Prinsip Life Skill

Menurut Anwar (2006: 21) , prinsip-prinsip pendidikan kecakapan hidup yaitu:

  1. Tidak bisa mengubah sistem pendidikan yang telah ada dan berlaku
  2. Tidak harus mengubah sistem kurikulum, tetapi yang diperlukan adalah penyiasatan kurikulum untuk diorientasikan pada kecakapan hidup
  3. Etika sosio-religius bangsa sedapat mungkin diintegrasikan dalam proses pendidikan
  4. Menggunakan prinsip learning to know (belajar untuk mengetahui sesuatu) , learning to do (belajar untuk menjadi dirinya sendiri) , dan learning to life together (belajar untuk hidup bersama)

Klasifikasi Life Skill

Menurut Agus Hasbi Noor (2015: 56) pengembangan life skill dipilah menjadi dua kelompok utama yaitu pengembangan kecakapan hidup yang bersifat umum (general life skill// GLS) , yang terbagi atas kecakapan personal (personal skill) , dan kecakapan sosial (social skill) . Sedangkan pengembangan kecakapan hidup yang bersifat khusus (specific life skill/SLS) mencakup kecakapan pengetahuan akademik (academic skill) dan kecakapan vokasional (vocational skill) .

Azizah dalam jurnal yang berjudul manfaat mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sejarah terhadap pembentukan moral peserta didik, (Sri Susanti, 2018: 10) menyebutkan bahwa moral peserta didik berlatar belakang pendidikan umum lebih tinggi dibandingkan perilaku moral peserta didik berlatar belakang pendidikan agama. Sedangkan pada perilaku religiusitas tidak terdapat perbedaan antara peserta didik yang berlatar belakang pendidikan umum dengan peserta didik yang berlatar belakang pendidikan agama. Dengan hal ini menujukkan adanya pengaruh yang berbeda dari masing-masing sekolah terhadap perilaku moral sebagai akibat dari adanya perbedaan kondisi lingkungan sosial dan muatan mata pelajaran setiap sekolah.

Menurut Emy Wuryani, (2019: 65) dalam jurnal yang berjudul partisipasi masyarakat dalam melakukan konservasi peninggalan sejarah di kawasan wisata candi ceto dalam perspektif pendidikan karakter. Menjelaskan ciri utama manusia bukan kodrat fisik atau metafisik, melainkan karyanya. Melalui karyanya ini telah membatasi dunia kemanusiaannya. Hasil karyanya baik berupa bahasa, kesenian, mitos, religi, merupakan satu ikatan yang disebut dengan ikatan fungsional. Fungsi dari kebudayaan itulah yang sesungguhnya lahir dari kondisi historis dan sosial tertentu dari sebuah komunitas yang sampai saat ini masih ada dan berlangsung. Oleh karena itu manusia sebagai makhluk sosial, mempunyai kebebasan untuk memilih nilai dan norma yang dapat dijadikan pedoman dalam berbuat, bertingkah laku dalam hidup bersama dengan manusia lainnya. Tentu saja nilai dan norma yang dijadikan pedoman hidup adalah nilai yang tinggi, luhur, dan mulia.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di Yasayan Pondok Penuai Indonesia Dusun Kedayon, Desa Wates, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Jenis Penelitian ini dekriptif kualitatif dengan pendekatan Sosiologis dan Antropologis yang mengacu pada permaslahan yaitu Pendidikan Karakter dan Life skill. Sumber data yang digunakan berupa sumber primer yaitu informan yang memberikan sejumlah informasi yang dibutuhkan. Dalam hal ini informan yang dimaksud yaitu Pendiri yayasan, staf, dan siswa di Yayasan Pondok Penuai Indonesia. Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan maka menggunakan wawancara, observasi, dokumentasi, dan studi kepustakaan. Teknik analisa data secara deksriptif kualitatif.

PEMBAHASAN

Yasayan Pondok Penuai Indonesia terletak di Dusun Kedayon, Desa Wates, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Desa wates terdiri dari 8 dusun, 2 RW dan 21 RT. Luas desa 277,70 hektar. Adapun desa-desa yang berbatasan dengan Desa Wates sebagai berikut: Di Sebelah utara bersebelahan dengan Desa Getasan, Sebelah selatan Desa Batur, Sebelah barat Desa Ngrawan, Sebelah timur Desa Getasan. Menurut catatan dari Badan Pusat Statistik Salatiga Jawa Tengah Kabupaten Semarang jumlah penduduk desa wates tahun 2019-2020 tercatat berjumlah 1591 orang. Laki-laki 148 orang dan perempuan 1443 orang. Dan Kepala keluarga berjumlah 100 kk. Jumlah penduduk menurut agama Islam 1064 orang, Kristen 202 orang, Katolik 37 orang, Hindu 0, dan Budha 620 orang. (wikipedia.org. diunduh: 10 Oktober 2020) .

Sejarah Singkat Berdirinya Yayasan Pondok Penuai Indonesia (YPPI)

Pada awal perkembangannya, Yayasan Pondok Penuai Indonesia bukan hanya sebagai tempat tinggal asrama, tetapi juga sebagai tempat kelas mengajarkan nilai-nilai karakter yang diberikan oleh para pendidik Yayasan Pondok Penuai Indonesia juga sebagai tempat untuk memuridkan generasi penerus supaya bisa mandiri dalam bermasyarakat. Dalam perkembangannya tampak menonjol fungsi Yayasan Pondok Penuai Indonesia sebagai pemondokan atau semacam sewa atau iuran untuk pemeliharaan Yayasan Pondok Penuai Indonesia.Yayasan Pondok Penuai Indonesia merupakan tempat aktivitas pribadi dimana anak-anak akan diajar untuk menyimpan barang-barang pribadi serta mengikuti aktivitas-aktivitas dalam sehari-hari dan anak yang tinggal di Yayasan Pondok Penuai Indonesia akan merasa memiliki rumah sendiri dan rasa kepemilikan yang cukup tinggi yang diwujudkan melalui roan (kerja bakti) yang membudaya di Yayasan Pondok Penuai Indonesia. Iklim keilmuan Yayasan Pondok Penuai Indonesia mulai terlihat dengan keberadaan pondok sebagai tempat tinggal. Seluruh aktivitas anak-anak di Yayasan Pondok Penuai Indonesia diatur mulai dari bangun tidur sampai dengan melakukan tugas sebagai kewajiban piket harian dan diawasi oleh pengurus yaitu Bapak asrama dan Ibu asrama Yayasan Pondok Penuai Indonesia.

Yayasan Pondok Penuai Indonesia didirikan pada tahun 1996, dimulai dengan kerinduan untuk memenuhi Amanat Agung Tuhan Yesus yaitu memberitakan injil dari Samaria, Yudea dan sampai ke ujung bumi Amanat Agung supaya dapat dikerjakan dan diperlukan banyak orang yang mau pergi ke sana. Nama istilah ‘Pondok Penuai’ ini muncul dari ide yang sangat sederhana yaitu, Kata ‘Pondok’ artinya tempat tinggal sementara atau asrama dan kata ‘Penuai’ artinya orang yang menuai. Jadi Pondok Penuai adalah tempat tinggal bagi orang-orang yang dipersiapkan menjadi penuai, pergi memberitakan Injil bagi jiwa-jiwa dan mengerjakan Amanat Agung Tuhan Yesus.

Tujuan Yayasan Pondok Penuai Indonesia

Tujuan utama Yayasan Pondok Penuai Indonesia adalah untuk menyiapkan atau untuk memuridkan dengan berdasarkan Firman Tuhan dan yang bertolak pada Amanat Agung yang disampaikan Yesus dalam Matius 28:19 yaitu tentang “jadikanlah semua bangsa murid-Ku” dan membentuk karakter orang sebagai pemimpin dengan aplikasi yang ada di Alkitab tersebut, menjadi pemimpin yang berkarakter dan menghasilkan umat yang berkarakter. (Wikipedia.org. diunduh: 23 Juli 2020) . Adapun ciri-ciri seorang pemuridan sebagai berikut. 1) Menciptakan konsep pemuridan yang bersuasana kekelurgaan berdasarkan nilai-nilai kristiani, 2) Melatih murid-murid yang memiliki karakter kristus, yaitu berintegritas, bertanggungjawab, berhati nurani dan saling melayani, 3) Melatih kemandirian.

Aktivitas dan Peraturan Dalam Asrama

Semua siswa yang ada di YPPI wajib mengikuti semua kegiatan yang diselenggarakan di YPPI, menjaga kerukunan, dan saling menghormati sesama. Kegiatan yang wajib diikuti antara lain; doa pagi, piket bersama, dan doa puasa setiap hari Sabtu. Selain itu, semua anak didik wajib mengikuti peraturan selama tinggal di asrama, anatara lain: tidak diperkenankan menginap di tempat lain tanpa ijin, dilarang merokok serta membawa minuman keras dan narkoba, dilarang pacaran selama masih sekolah maupun kuliah, dilarang melakukan perjudian dalam hal apapun serta perkelahian atau kekerasan terhadap sesama, mengikuti jadwal belajar malam, dan wajib mengikuti jadwal makan yang sudah ditentukan.

Profil dan jumlah Siswa Yayasan Pondok Penuai Indonesia

Visi Pondok Penuai Indonesia adalah menuai jiwa dan memuridkan bangsa bagi Kerajaan Allah. Dengan misi melengkapi orang kudus secara total dan holistik untuk menjadi pemimpin baru yang oenuh aksih dan kebenaran, berjalan dalam roh dan firman untuk menuai jiwa dan memuridkan bangsa lewat dunia pendidikan, bisnis, media, sosial, politik dan seni budaya. Penuai merupakan pengertian dari:

P   = pemimpin yang melayani yaitu melayani dengan hati yang tulus

E   = empati, yang berarti penuh dengan kasih serta dengan memiliki hati yang empati atau dengan penuh belas kasihan

N   = nasionalisme, yang berarti menjadi orang yang sukses dimana bisa membangun daeranya masing ketika sudah kembali ke daerahnya untuk menjadi berkat dimana pun berada.

U   = utusan misi sorga adalah menjadi utusan Tuhan dalam bidang apa saja dan menajdi anak yang yang sukses untuk membangun keluarganya

A   = anugrah dan potensi dimana hidup ini penuh dnegan anugrah dari Tuhan dan menghidupkan karunia-karunia yang Tuhan taroh dalam setia hidup kita

I    = intim, hidup ini harus bergantung dengan Tuhan artinya apa pun yang kita alami pondasi hidup kita, dan siswa yang ada di Pondok Penuai Indonesia membiaskaan hidup dengan bergaul dengan Tuhan baik dalam suka dan duka.

Yayasan Pondok Penuai Indonesia yang juga dikenal sebagai Pondok Penuai adalah sebuah organisasi yang Didirikan oleh Re. Samuel Saputra dan Inawati Budiono, S.Pd., M.Pd., bersama Evie Budiono. Dimana disebut dengan awal dimulai dengan sekolah misi yang dimulai tahun 1996, kemudian alternatif SMA pada tahun 2006 dan berakhir di tahun 2016. Pondok Penuai juga menyediakan Goa Doa untuk para pendoa syafaat yang datang dari penjuru Nusantara.

Jumlah siswa yang menghuni pondok laki-laki 16 dan perempuan 13. berjumlah 29 Jenjang terdiri dari SMP = 7 orang, SMA = 6 orang, SMK = 5 orang, Perguruan tinggi = 11 orang berjumlah 29 yang sekolah 29.

Usia siswa dan daerah asal.

Nomor Usia siswa Jumlah Daerah Asal
1. 13 1 Gedong / Jawa Tengah
2. 14 4 Papua, Jawa Timur, Batam, Merauke
3. 15 2 Bekasi, Papua.
4 16 5 Kupang, Sentani, Kupang, Medan, Sentani
5. 17 4 Boyolali, Kalimantan, Rote, Medan
6 18 1 Rengas dengklok
7 19 3 Sumatra Selatan, Jawa Tengah, Salatiga
8. 20 2 Kalimantan, Batam
9. 22 1 Kalimantan Timur
10. 23 3 Mentawai, Bawen, Nias
11 24 1 Indramayu
12. 25 1 Rengas dengklok
13. 26 1 Nias
14 Total 29 Jumlah siswa yang sekolah

 

Jenis-Jenis Karakter yang diterapkan

Tanggung Jawab

Tanggung jawab adalah suatu kesadaraan yang akan seseorang lakukan dalam hal suatu pekerjaan yang diterapkan di Yayasan Pondok Penuai Indonesia yaitu bertanggung jawab atas dirinya sendiri dengan merapikan tempat tidur, supaya bisa menjadi siswa-siswi yang bisa menjadi contoh bagi teman, lingkungan dan lebih-lebih kepada kedua orang tua. Hal yang menjadi tanggung jawab setiap murid yang ada di Yayasan Pondok Penuai adalah belajar dengan sungguh-sungguh supaya bisa membahagiakan kedua orang tua dengan melihat anaknya sukses.Tanggung jawab merupakan suatu kesanggupan atau perilaku yang seharunya dilakukan untuk membuat rencana ke depan, serta bertanggung jawab atas kata-kata, tindakan dan sikap. Tanggung jawab harus disertai dengan cara berpikir sebelum bertindak dengan apa yang diperbuat, serta tekun dalam melakukan yang terbaik. Dalam tanggung jawab juga ada pengendalian diri, displin, dan menetapkan diri yang baik terhadap orang lain dan sesama.

Saling Menolong

Saling menolong adalah suatu tindakan yang menguntungkan bagi orang lain dengan menunjukkan perilaku yang baik serta meningkatkan kesejahteraan bagi orang lain dan sesama, artiya saling memberi hidup untuk saling menolong terhadap orang lain, saling mengasihi, karna mengasihi dan menolong jauh lebih besar dari mengenal apa artinya hidup, dengan mengasihi menunjukkan rasa tidak membeda-bedakan antara sesama khususnya yang ada di asrama Pondok Penuai Indonesia. Saling menolong yang diterapkan di asrama Pondok Penuai Indonesia adalah saling memberi semangat kepada murid-murid satu dengan yang lain artinya jika teman yang satu tidak bisa melakukan tanggung jawabnya atau berhalangan sehingga tidak bisa melakukan tanggung jawab untuk piket harian maka anak tersebut minta tolong kepada satu dengan yang lain.

Kejujuran

Kejujuran adalah suatu tindakan atau perbuatan yang menyatakan apa adanya dan tidak memihak sebelah, mengatakan yang sebenar-benarnya. Siswa-siswi yang ada di asrama Pondok Penuai Indonesia diajarkan untuk saling berkata jujur terhadap sesama penghuni asrama ketika ada masalah, seperti: tidak melakukan tanggung jawab piket harian, doa pagi, dan buat renungan. Apabila tidak mengikuti hal-hal yang diajarkan supaya berkata jujur dan mengakui apa yang diperbuat baik perkataan maupun perbuatan.

Perhatian

Menunjukkan penghargaan kepada seseorang dengan jalan memberi perhatian penuh pada apa yang dikatakan dan dilakukannya.

 Life Skill yang diajarkan

  1. Kewirausahaan yang ada di Yayasan Pondok Penuai Indonesia yaitu: seperti bazar, pembuatan Jehe uwuh, menanam sayur-sayuran, edit foto, dan vidoe. Dengan kegiatan ini dilakukan untuk bertujuan agar siswa yang ada di Yayasan Pondok Penuai Indonesia memiliki kreatifitas, supaya siswa yang ada di Yayasan Pondok Penuai Indonesia memiliki kreatif sebagai bekal ketika menyelesaikan studi, dan ketika kembali ke daerah masing-masing memiliki kreatif serta untuk mengajarkan kepada murid-muridnya, dan mengetahui tata jual beli yang baik dan benar. Ini bentuk dari pengembangan life skill dari vokasional skill.
  2. Pembuatan Batako, pembuatan batako ini adalah salah stau kegiatan yang dilakukan di Yayasan Pondok Penuai Indonesia untuk menambah wawasan tentang pengetahuan siswa yang ada di Yayasan Pondok Penuia Indonesia. Tujuan untuk pembuatan batako yaitu untuk memberi keindahan pada tanaman yang di yayasan Pondok Penuia Indonesia. Ini bentuk dari pengembangan life skill dari akademik skill dan personal skill.
  3. Belajar Bahasa Inggris. Kegiatan ini dilakukan untuk mengembangkan keterampilan berbahasa siswa yang ada di Yayasan Pondok Penuai Indoenesia, serta menambah wawasan pengetahuan siswa khususnya di Yayasan Pondok Penuai Indonesia, supaya lebih percaya diri akan kemampuan yang mereka miliki. Dan inin salah bentuk dari pengembangan life skill dari akademik skill, sosial skill dan personal skill.
  4. Peternakan ini adalah salah satu kegiatan yang dilakukan di Yayasan Pondok Penuai Indonesia untuk melatih siswa khususnya di asrama Pondok Penuai Indonesia, supaya siswa-siswi yang tinggal di asrama Pondok Penuai Indonesia memiliki bidang bukan hanya tentang bidang ke agamaan saja tetapi juga dengan karakter dan life skill, harapan yayasan Pondok Penuai Indonesia ialah supaya menciptakan siswa-siswi yang berkarakter dan kreatif atau memiliki skill dan mampu bersaing, serta menambah wawasan tentang pengetahuan.

SIMPULAN dan SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian Pendidikan Karakter dan Life Skill pada Yayasan Pondok Penuai Indonesia, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

  1. Pendidikan karakter yang diterapkan adalah tanggung jawab, kejujuran, saling menolong, perhatian,
  2. Life skill yang diajarkan kepada siswa meliputi: kewirausahaan, peternakan, Bahasa Inggris, pembuatan batako.

Saran

  1. Yayasan Pondok Penuai Indonesia: hendaknya meningkatkan pendidikan karakter dan life skill yang telah ada, serta dapat menyalurkan karakter dan life skill ini ke lingkungan sekitar Yayasan Pondok Penuai Indonesia
  2. Yayasan Pondok Penuai Indonesia: hendaknya lebih memahami konsep karakter dan life skill, sehingga pengembangan karakter dan life skill ini lebih maksimal supaya siswa yang tinggal di Yayasan Pondok Penuai Indonesia memiliki keterampilan yang dapat diandalkan.
  3. Siswa hendaknya mempelajari karakter dan life skill dengan sungguh-sungguh karena karakter dan keterampilan yang dimilki akan berguna dan menjadi kunci untuk mendapatkan pekerjaan dan ketika hidup di tengah-tengah masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Anwar. 2006. Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills Education) . Bandung: Alfabeta.

Daeng, Hans, J. 2008. Manusia, Kebudayaan dan Lingkungan: Tinjauan Antropolgis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

……………….Emy Wuryani, Partisipasi Masyarakat dalam Melakukan Konservasi Peninggalan Sejarah di Kawasan Wisata Candi Ceto dalam Perspektif Pendidikan Karakter, jurnal Cakrawala. Vol.13. No. 2. September 2019. Hal 65.

Muslich, Masnur. 2018. Pendidikan Karakter: Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional. Jakarta: Bumi Aksara.

Noor, Agus Hasbi. Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skill) di Pondok Pesantren dalam Meningkatkan Kemandirian Santri. Jurnal Emporwement. Vol.3. No. 1. 2015

Slamet, 2003. Pendidikan Karakter: Teori-teori Belajar dan Aplikasi Pembelajaran Motorik. Bandung: Nusa Media.

Sri Susanti, Wahyu Purwiyastuti, Emy Wuryani 2018. Manfaat Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuann Sosial (IPS) Sejarah Terhadap Pembentukan Moral Peserta Didik. Jurnal Cakrawala Vol. 12 Nomor 1. 2018.

Zainuddin. 2008. Character Mettres, New York: Simon and Schuster.

Judul Tulisan. wikipedia, org 10 Oktober 2020. Halaman 7

wikipedia, org diunduh 23 Juli 2020. Halaman 8