Penelitian Tindakan Kelas Pengumpulan dan Pengelolaan Informasi Hasil Belajar
PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENGUMPULAN
DAN PENGELOLAAN INFORMASI HASIL BELAJAR SISWA KELAS 6 SEMESTER I TAHUN 2015/2016
SD NEGERI GENTAN 01 KECAMATAN SUSUKAN
Sri Endang Pujiastuti
Sekolah Dasar Negeri Gentan 01 Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang
ABSTRAK
Hasil belajar merupakan tolak ukur dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Untuk itu banyak usaha yang dilakukan untuk kegiatan yang sifatnya pembaharuan atau inovasi dalam pendidikan. Pemerintah berupaya meningkatkan kualitas pendidikan dasar khususnya dengan mengubah paradigma pembelajaran yang berpusat pada guru/teacher centered ke pembelajaran yang berpusat pada siswa/student centered (Depdiknas, 2003: 2). Paradigma ini menuntut agar guru lebih kreatif dalam mengembangkan pembelajaran, sehingga memungkinkan siswa dapat berekspresi melalui kegiatan nyata yang menyenangkan dan mampu mengembangkan potensi siswa secara optimal. Keberhasilan dapat diketahui dari hasil belajar siswa melalui kegiatan penilaian setiap akhir pembelajaran. Hasil belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, umumnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru. Secara khusus masalah dapat dirumuskan sebagai berikut: Apakah peraga kubus satuan dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang luas setiap sisi bangun ruang dan apakah peraga kubus satuan dapat meningkatkan prestasi belajar pada kompetensi menghitung luas segi banyak yang merupakan gabungan dari dua bangun ruang. Data-data di atas menunjukkan bahwa peran dan ketrampilan guru rata-rata nilainya 83,2, maka dapat disimpulkan bahwa dengan digunakan peraga kubus satuan / model bangun ruang dalam proses pembelajaran peran dan ketrampilan guru dapat dikategorikan baik.
Kata kunci: PTK, pengumpulan informasi, pengelolaan hasil belajar
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG MASALAH
Hasil belajar merupakan tolak ukur dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Untuk itu banyak usaha yang dilakukan untuk kegiatan yang sifatnya pembaharuan atau inovasi dalam pendidikan. Pemerintah berupaya meningkatkan kualitas pendidikan dasar khususnya dengan mengubah paradigma pembelajaran yang berpusat pada guru/teacher centered ke pembelajaran yang berpusat pada siswa/student centered (Depdiknas, 2003: 2). Paradigma ini menuntut agar guru lebih kreatif dalam mengembangkan pembelajaran, sehingga memungkinkan siswa dapat berekspresi melalui kegiatan nyata yang menyenangkan dan mampu mengembangkan potensi siswa secara optimal.
Keberhasilan dapat diketahui dari hasil belajar siswa melalui kegiatan penilaian setiap akhir pembelajaran. Hasil belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, umumnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 57(1) menyebutkan evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara rasional sebagai akuintitas penyelenggaraan pendidikan terhadap pihak-pihak yang berkepentingan. Pasal 58 (1) disebutkan bahawa evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik.
Fakta menunjukan bahwa peserta didik kelas VI SD Negeri Gentan 01 Kecamatan Susukan sebagian besar, yaitu 11 orang dari 21 orang atau 50% pada mata pelajaran matematika khusunya kompetensi menghitung luas segi banyak yang merupakan gabungan dari dua bangun ruang masih belum tuntas padahal Kriteria Ketuntasan Minimal yang telah ditetapkan yaitu 65.
Masalah rendahnya hasil belajar siswa kelas VI pada mata pelajaran Matematika, mendorong saya untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan memanfaatkan model bangun ruang dan kubus satuan sebagai media pembelajaran yang inovatif. Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk mengetahui tingkat efektifitas penggunaan media bangun ruang dan kubus satuan terhadap peningkatan hasil belajar.
Peraga bangun ruang dan kubus satuan dapat digunakan sebagai media pembelajaran untuk membantu guru dalam menjelaskan bangun-bangun geometri baik yang 2 demensi maupun yang 3 demensi.
PERMUSAN MASALAH
Secara umum perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sejauh mana efektifitas penggunaan peraga kubus satuan dalam pembelajaran matematika.
Secara khusus masalah dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah peraga kubus satuan dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang luas setiap sisi bangun ruang
2. Apakah peraga kubus satuan dapat meningkatkan prestasi belajar pada kompetensi menghitung luas segi banyak yang merupakan gabungan dari dua bangun ruang.
TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan penelitian di atas, maka Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan antara lain:
1. Siswa dapat lebih aktif dan kreatif dalam pembelajaran Matematika
2. Hasil belajar siswa meningkat menjadi 75% mendapatkan nilai sama dengan atau lebih dari Kriteria Ketuntasan Minimal yang telah ditetapkan yaitu 65.
MANFAAT PENELITIAN
Hasil dari pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ini akan memberikan manfaat yang berarti:
1. Bagi siswa
Siswa menjadi lebih aktif dan kreatif, siswa juga berani mengemukakan pendapat tentang kesulitan yang dialami sehingga hasil belajar mereka meningkat.
2. Bagi guru
Dapat mengetahui kesulitan belajar siswa , mendorong guru untuk kreatif dan inovatif dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, guru dapat melatih diri untuk melakukan penelitian guna perbaikan proses belajar dan hasil belajar.
3. Bagi sekolah
Meningkatkan prestasi belajar siswa terutama pada mata pelajaran Matematika.
KAJIAN PUSTAKA
LANDASAN TEORI
Penilaian Hasil Belajar
Hasil belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran yang umumnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.
Model dan teknik penilaian menurut Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Penilaian terdiri atas penilaian eksternal dan internal. Penilaian eksternal merupakan penilaian yang dilakukan oleh pihak lain yang tidak melaksanakan proses pembelajaran. Sedangkan penilaian internal adalah penilaian yang dilakukan oleh guru pada saat proses pembelajaran berlangsung.
Penilain kelas merupakan penilaian internal (internal assessment) untuk mengetahui hasil belajar peserta didik terhadap penguasaan kompetensi yang diajarkan oleh guru. Tujuannya adalah untuk menilai tingkat pencapaian kompetensi peserta didik yang dilaksanakan pada saat pembelajaran berlangsung dan akhir pembelajaran.
Penilaian dilakukan oleh guru untuk memantau proses, kamajuan, perkembangan hasil belajar peserta didik sesuai dengan kompetensi yang dimiliki dan kemampuan yang diharapkan secara berkesinambungan. Penilaian juga dapat memberikan umpan balik bagi guru agar dapat menyempurnakan perencanaan dan proses pembelajaran.
Data hasil penilaian merupakan informasi yang diandalkan sebagai dasar pengambilan keputusan tentang pencapaian kompetensi atau hasil belajar peserta didik yang mengikuti proses pembelajaran.
Penilaian kelas merupakan suatu proses yang dilakukan melalui langkah-langkah perencanaan, penyusunan alat penilaian, pengumpulan informasi melalui sejumlah bukti yang menunjukkan pencapaian hasil belajar peserta didik, pengolahan, dan penggunaan informasi tentang hasil belajar peserta didik. Penilain kelas juga dilakukan melalui berbagai teknik/cara, seperti penilaian unjuk kerja (performance), penilaian sikap, penilaian tertulis, (paper and pencil test), penilaian proyek, penilaian produk, penilaian melalui kumpulan hasil kerja/ karya siswa (portofolio), dan penilaian diri.
Kriteria ketuntasan belajar setiap indikator dalam satu kompetensi dasar (KD) ditetapkan antara 0% – 100%. Kriteria ideal untuk masing-masing indikator lebih besar dari 65%. Penetapan itu disesuaiakan dengan kondisi sekolah, seperti kemampuan akademis siswa, kompleksitas indikator, dan daya dukung guru serta ketersediaan sarana dan prasarana.
Apabila nilai peserta didik untuk indikator pencapaian sama atau lebih besar dari kriteria ketuntasan, maka dapat dikatakan bahawa peserta didik telah menguasai KD. Dengan demikian peserta didik dapat menunjukkan bahwa mereka telah menguasai SK dan mata pelajaran. Apabila jumlah indikator dari suatu KD yang telah tuntas lebih dari 50%, peserta didik dapat mempelajari KD berikutnya dengan mengikuti remedial untuk indikator yang belum tuntas. Sebaliknya apabila nilai indikator dari suatu KD lebih kecil dari KKM, dapat dikatakan siswa itu belum menuntaskan indikator itu. Apabila jumlah indikator dari suatu KD yang belum tuntas lebih dari 50%, siswa tidak dapat mempelajari KD berikutnya.
Alat Peraga
Tim penyusun Kamus Bahasa Indonesia (1993: 15) menyebutkan bahwa alat peraga adalah alat bantu untuk menyampaikan pelajaran atau mendidik agar dimengerti siswa.
Depdikbud (1992: 11) menyebutkan bahwa alat peraga atau alat pelajaran merupakan sarana yang dipergunakan secara langsung oleh siswa dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan khusus pendidikan.
Alat peraga edukatif adalah alat bantu pelajaran yang berbentuk alat permainan yang mampu mengoptimalkan perkembangan anak, disesuaikan dengan usia dan tingkat perkembangannya. Alat peraga edukatif tidak harus bangus, bisa dibuat sendiri dan terpenting harus (a) aman, artinya warna atau cat yang dipakai tidak mengandung racun, tidak ada bagian yang berwarna tajam, dan tidak ada bagian yang mudah pecah,(b) sesuai dengan usia dan perkembangan anak, (c) mempunyai fungsi untuk mengembangkan berbagai aspek perkembangan anak: motorik, bahasa, intelektual, spiritual, dan sosial.
PELAKSANAAN PENELITIAN
SETTING PENELITIAN
a. Penelitian Tindakan Kelas ini direncanakan mulai tanggal 14 Oktober 2015 sampai dengan 20 Oktober 2015, dengan pertimbangan untuk peningkatan hasil belajar dalam rangka menghadapi Ujian Nasional khususnya pada mata pelajaran Matematika.
b. Penyusunan dan penulisan hasil penelitian dilakukan pada tanggal 19 November 2015 sampai 24 November 2015.
Tempat Penelitian, di kelas VI SD Negeri Gentan 01 Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang. Pemilihan tempat penelitian didasarkan pada:
a. Pengalaman empirik, bahwa nilai ujian kelas VI SD Negeri Gentan 01 pada mata pelajaran Matematika paling rendah di antara pelajaran lain yang di UN- kan.
b. Peneliti adalah guru wiyata bhakti di SD Negeri Gentan 01, hal ini dapat mendapatkan pengalaman untuk meningkatkan proses pembelajaran pada waktu-waktu yang akan datang serta menghemat biaya, waktu, dan tenaga.
SUBYEK PENELITIAN
Subyek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas VI SD Negeri Gentan 01, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang sejumlah 22 siswa pada semester 1 tahun pembelajaran 2015/2016 dan guru kelas VI.
SUMBER DATA
1. Siswa kelas VI SD Negeri Gentan 01 Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang pada semester 1 tahun pembelajaran 2015/2016
2. Guru kelas VI SD Negeri Gentan 01 Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang pada semester 1 tahun pembelajaran 2015/2016
3. Kepala SD Negeri Gentan 01 Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang pada semester 1 tahun pembelajaran 2015/2016
HASIL PENELITIAN, PEMBAHASAN, DAN TEMUAN PENELITIAN
HASIL PENELITIAN
Dari 22 siswa hanya ada 2 siswa yang mendapat nilai rata-rata baik ≥ 65, itu artinya hanya 9% yang telah menuntaskan kompetensi dasar yang diujikan dan sebagian besar (20 siswa (90%) belum tuntas. Nilai rata-rata hasil belajar siswa adalah 54, sehingga dikategorikan kurang. Dengan kondisi awal seperti pada data di atas, maka penguasaan materi siswa kelas VI terhadap kompetensi yang akan dipelajari kurang, maka perlu adanya tindakan perbaikan.
Aada 10 siswa (50%) yang dapat menuntaskan kompetensi yang dipelajari, dan 50% (11 Siswa) belum tuntas. Merujuk pada indikator kinerja penelitian yang telah ditetapkan yaitu 75% atau 15 siswa telah mendapat nilai sama dengan atau lebih dari kriteria ketuntasan belajar yang telah ditetapkan sebesar 65, sehingga hasil belajar siswa pada Siklus I belum memenuhi indikator kinerja dan dapat disimpulkan bahwa penggunaan peraga kubus ruangan belum membantu hasil belajar siswa.
Dari data-data tersebut diketahui pula bahwa nilai rata-rata kelas hasil belajar pada Siklus I adalah 68,5 dan dikategorikan Cukup. Kemampuan siswa untuk mencerna pelajaran mengalami peningkatan sebesar 50%, yaitu dari nilai rata-rata kelas pretes 5,4.
Di atas diketahui bahwa 17 siswa (85%) Telah dapat menuntaskan kompetensi yang dipelajari, dan 4 siswa (15%) belum tuntas. Maka bila merujuk pada indikator kinerja penelitian, yaitu 75% atau 15 siswa telah mendapatkan nilai sama dengan atau lebih dari kriteria ketuntasan belajar yang telah ditentukan sebesar 65. Hal ini pembelajaran pada Siklus II dapat memenuhi indikator kinerja penelitian.
Nilai rata-rata kelas hasil belajar siswa Siklus II adalah 83, sehingga dapat dikategorikan Baik. Hasil belajar siswa tersebut menunjukkan bahwa kemampuan siswa untuk mencerna kompetensi mengalami peningkatan sebesar 75%, yaitu dari nilai rata-rata kelas pretes, yaitu sebesar 54.
PEMBAHASAN DAN TEMUAN PENELITIAN
Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan dalam 2 siklus didapatkan bahwa banyaknya siswa kelas VI SD Negeri Gentan 01 yang dapat menuntaskan kompetensi menghitung luas permukaan segi banyak yang merupakan gabungan dua bangun ruang mengalami peningkatan relatif tinggi.
Data hasil tindakan pada diagram menunjukkan bahwa pada tahap pre tes siswa yang dapat menuntaskan kompetensi sebanyak 2 orang (10%), padas siklus I mengalami perubahan, yaitu menjadi 12 orang (60%) dan pada Siklus II menjadi 17 orang (85%). Dari data tersebut dapat diartikan bahwa kemampuan siswa dalam menyerap kompetensi yang dipelajari megalami peningkatan rata-rata 37,5%.
Pada Siklus I siswa yang telah menuntaskan kompetensi 12 orang (60%) dari 21 orang, hal tersebut belum memenuhi indikator kinerja yang telah ditetapkan yaitu sebanyak 75% yaitu 15 orang dari 21 orang mendapat nilai sama atau lebih dari kriteria ketuntasan belajar yang telah ditetapkan yaitu sebesar 65. Pada Siklus II ada sebanyak 17 orang (85%) dari 21 orang telah dapat menuntaskan kompetensi yang dipelajari. Maka bila merujuk pada indikator kinerja penelitian tersebut, maka dengan digunakannya peraga kubus satuan/ model bangun ruang dalam pembelajaran pada Siklus II dapat memenuhi indikator kinerja penelitian.
Data hasil observasi / pengamatan yang dilakukan guru pada siswa dalam proses pembelajaran, ditunjukkan pada Tabel 5 dan Diagram 2 berikut ini:
Tabel 5. Hasil Observasi Partisipasi Siswa
No |
Aspek yang Dinilai |
Siklus I |
Siklus II |
Rata-Rata |
1 |
Minat/Keaktifan |
84 |
91 |
85 (Kriteria Baik) |
2 |
Inisiatif |
78 |
82 |
|
3 |
Kerjasama |
76 |
84 |
|
|
Rata-Rata |
79 |
86 |
Data- data di atas menyebutkan bahwa rata-rata nilai partisipasi siswa dalam pembelajaran adalah 82,5. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan digunakannya peraga kubus satuan / model bangun ruang dalam proses pembelajaran partisipasi siswa dapat dikatakan baik.
Data hasil observasi Kepala Sekolah terhadap guru selama proses pembelajaran disajikan pada Tabel 6, dan diagram 3 berikut ini:
Tabel 6. Hasil Pengamatan Pembelajaran
No |
Aspek yang Dinilai |
Siklus I |
Siklus II |
Rata-Rata |
1 |
Rencana Pembelajaran |
82 |
84 |
83 |
2 |
Pelaksanaan Pembelajaran |
81,7 |
81,7 |
81,7 |
3 |
Tindak Lanjut |
80 |
90 |
85 |
|
Rata-Rata |
81,2 |
85,2 |
83,2 (Baik) |
Data-data di atas menunjukkan bahwa peran dan ketrampilan guru rata-rata nilainya 83,2, maka dapat disimpulkan bahwa dengan digunakan peraga kubus satuan / model bangun ruang dalam proses pembelajaran peran dan ketrampilan guru dapat dikategorikan baik.
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
Data yang berhasil dikumpulkan, dianalisa dan ditafsirkan dari penelitian tindkan kelas yang dilakukan dalam 2 siklus dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Penggunaan peraga kubus satuan bila digunakan secara efektif mampu meningkatkan hasil belajar pada siswa kelas VI SD Negeri Gentan 01 Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang pada kompetensi menghitung luas segi banyak yang merupakan gabungan dua bangun ruang. Efektifitas pengguanaan peraga kubus satuan /model bangun ruang tercermin dari 17 siswa atau (81%) dari 21 siswa mencapai ketuntasan belajar pada kompetensi yang diajarkan.
2. Penggunaan peraga kubus satuan dapat menumbuhkan keaktifan dan kesukaan siswa dalam belajar.
3. Peningkatan motivasi belajar siswa yang ditunjukkan dengan antusias dan konsentrasi siswa dalam mengikuti pembelajaran.
SARAN
Berdasarkan temuan dan simpulan penelitian dapat diajukan saran-saran sebagai berikut:
1. Guru harus dapat memilih peraga yang cocok sesuai dengan kompetensi yang akan dipelajari.
2. Guru harus mengupayakan suasana belajar yang menyenangkan, sehingga siswa tidak merasa jenuh.
3. Guru harus mengahargai temuan/cara siswa dalam menyelesaikan suatu permasalahan sepanjang itu dapat dibuktikan kebenarannya.
DAFTAR PUSTAKA
Depdikbud, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Tim Penyusun Kamus. 1993. KamusBesar Bahasa Indonesia.Jakarta: Balai Pustaka.
Depdiknas, Ditjen Dikdasmen, Proyek Peningkatan PPG IPS dan PMP Malang. 2003, PenelitianTindakan Kelas. Malang: Proyek Peningkatan PPG IPS dan PMP Malang.
Depdiknas. 2006. Standar Isi Mata Pelajaran Matematika Kelas VI SD/MI. Jakarta: Depdiknas.
Hidayah, Isti. 2000. Penyusun Laporan Penelitian. Semarang: Lembaga Penelitian UNNES Semarang.
Subiyantoro. 2007. Penulisan Artikel Ilmiah Hasil Penelitian. Makalah disajikan dalam Workshop Pengembanagan Pembelajaran Inovatif dalam rangka Peningkatan Kompetensi dan Profesioanalisme Guru SD, SMP, dan SMA, di UNNES Semarang, 7 Oktober.